Disusun Oleh:
Kelompok 6
FAKULTAS PSIKOLOGI
2022
KATA PENGANTAR
Kami panjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang
berjudul Attitudes and Persuasion ini tepat pada waktunya.
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Psikologi Sosial 1. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang Sikap dan Persuasi bagi para pembaca dan juga bagi
penulis. Dalam pembuatan makalah ini, tentunya tidak terlepas dari bantuan dan
arahan berbagai pihak. Oleh sebab itu, kami selaku penulis mengucapkan terima kasih
kepada pihak-pihak yang terlibat, terutama kepada Bapak Gazi M.Si. selaku dosen
pengampu mata kuliah Psikologi Sosial ini.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami terima demi
kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI...........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang...............................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah..........................................................................................................4
1.3 Tujuan.............................................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
2.1 Pengertian Sikap............................................................................................................5
2.2 Aspek-Aspek dari Suatu Sikap.....................................................................................5
2.3 Pengukuran Sikap (Meassuring Attitudes).................................................................7
2.4 Apakah Sikap dapat Memprediksi Suatu Perilaku?..................................................9
2.5 Cara Mengubah Sikap atau Persuasi.........................................................................11
BAB III PENUTUP................................................................................................................17
3.1 Simpulan.......................................................................................................................17
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................18
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1.3 Tujuan
1. Mengetahui pengertian sikap
2. Mengetahui beberapa aspek dari suatu sikap
3. Mengetahui cara mengukur sikap
4. Mengetahui apakah sikap dapat memprediksi suatu perilaku
5. Mengetahui cara mengubah sikap atau persuasi
4
BAB II
PEMBAHASAN
5
(affective element). Ia telah memainkannya di masa lalu dengan cukup sukses
(behavioural element) dan percaya bahwa itu menjadi permainan yang
menarik yang tidak hanya membutuhkan keterampilan fisik tetapi juga
keterampilan psikologis (cognitive element). Ini merupakan contoh dari
komponen-komponen sikap yang berada dalam satu arah positif.
2. Structure (struktur)
Terdapat dua pandangan yang berbeda terhadap attitude structure (konten
struktur), yaitu:
a. One-dimensional view (pandangan satu dimensi): Suatu sikap diukur pada
suatu rangkaian (kontinum), salah satu ujungnya menunjukkan kepositifan dan
ujung lainnya menunjukkan kenegatifan. Sikap yang seutuhnya positif atau
negatif dapat termasuk ke dalam pandangan satu dimensi, seperti situasi pada
suatu sikap yang terdiri dari beberapa pandangan positif namun terdapat pula
satu atau dua pandangan negatif, atau sebaliknya.
b. Two-dimensional view (pandangan dua dimensi): Suatu sikap harus diatur
menjadi dua dimensi, di mana dimensi yang satu menggambarkan pandangan
positif dengan objek sikap, dan dimensi lainnya menggambarkan pandangan
negatif. Dengan kata lain, sikap ambivalen (saling bertentangan) termasuk ke
dalam pandangan dua dimensi. Representasi dua dimensi dapat memberikan
pandangan yang lebih jelas mengenai pandangan mana dari dua posisi yang
ditunjukkan oleh sikap individu.
3. Function (fungsi)
6
c. Externalization (eksternalisasi): Melindungi individu dari hal-hal yang
mungkin dapat menyebabkan konflik internal pada tingkat tertentu.
Tokoh lain memiliki berbagai pendapat tentang fungsi sikap. Ada yang
sependapat dengan Smith dan ada juga yang menambahkan fungsi lain. Katz
(1960) berpendapat bahwa sikap dapat membantu individu dalam
mengekspresikan siapa diri kita dan membantu untuk mendefinisikan kita dalam
hal self-concept (konsep diri); melalui sikap yang dimiliki dan dibagikan secara
eksternal dapat membuat orang lain mengerti dan belajar tentang diri kita.
7
subjek akan diberikan suatu skala dengan sifat yang berlawanan buruk-baik,
tidak suka-suka, dan lain sebagainya.
Pengukuran eksplisit ini mungkin adalah tipe pengukuran yang paling
terkenal dalam berbagai penelitian psikologis. Namun, tentunya pengukuran
ini juga memiliki kekurangan dimana subjek penelitian akan dapat
terpengaruh oleh pandangan sosial mengenai jawaban mereka sehingga hasil
penelitian dapat menjadi tidak akurat.
2. Pengukuran Implisit
Dalam rangka mencari cara untuk menutupi kekurangan dari pengukuran
eksplisit, dikembangkanlah tipe pengukuran baru yang lebih implisit. Beberapa
bentuk dari pengukuran implisit adalah “Evaluative Priming” dan “Implicit
Association Test (IAT)”.
a. Evaluative Priming
Fazio dalam (Miles, dkk, 2012) mengartikan sikap sebagai suatu
asosiasi dari memori antara objek sikap dan kesimpulan evaluasi. Asosiasi ini
memiliki kekuatan yang beragam dan keberagaman ini yang menentukan
aksesibilitas dari suatu sikap. Tipe pengukuran ini digunakan untuk melihat
respon cepat individu terhadap suatu objek apakah respon tersebut positif atau
negatif. Seperti contohnya seorang individu disajikan gambar durian dan jika
individu tersebut membenci durian maka dia akan secara langsung
mengeluarkan reaksi tidak suka terhadap gambar durian tersebut.
9
Namun, pada penelitian selanjutnya, yang dilakukan lebih ketat dari penelitian
LaPierre, menunjukkan jika hubungan antara sikap dan perilaku mungkin tidak
sesederhana itu. Sikap memang dapat memprediksi perilaku jika pada kondisi yang
benar. Tetapi, hal ini bergantung pada beberapa faktor yang meliputi:
1. Kekuatan sikap
Sikap yang lebih kuat lebih memungkinkan untuk memprediksi perilaku daripada
yang lebih lemah. Namun pada beberapa kesempatan, perilaku tertentu dapat
mengarah pada pembentukan sikap yang lemah (hubungan antara sikap dan
perilaku tidak selalu searah).
2. Fungsi sikap
Sikap yang digunakan untuk mengekspresikan nilai lebih mungkin untuk
memprediksi perilaku.
3. Topik sikap
Topik sikap dapat mempengaruhi perilaku. Misalnya, penelitian menunjukkan
bahwa sikap politik adalah prediktor perilaku yang lebih baik daripada sikap
terhadap donor darah.
4. Perbedaan individu
Kepribadian seorang individu dapat mempengaruhi sejauh mana sikap
memprediksi perilaku.
Model ini menjelaskan peran yang dimainkan sikap dalam perilaku yang
disengaja, yang didasarkan pada asumsi jika niat individu untuk bertindak
merupakan penentu utama dalam perilaku mereka. Yang dimana, niat dipengaruhi
oleh sikap (terhadap perilaku) dan norma subjektif.
Model ini membantu menjelaskan peran yang dimainkan sikap dalam perilaku
yang disengaja, dan didasarkan pada asumsi bahwa niat individu untuk bertindak
adalah penentu utama perilaku mereka. Niat dipengaruhi baik oleh sikap
(terhadap perilaku) dan norma subjektif. Pada hakikatnya suatu sikap
dipengaruhi oleh antisipasi bahwa setiap perilaku akan mengarah pada hasil yang
diinginkan, dan juga oleh nilai yang melekat pada yang diinginkan. Norma
10
subjektif disini, mengacu pada keyakinan individu tentang betapa pentingnya
orang lain akan melihat perilaku. Norma-norma ini juga dipengaruhi oleh
keyakinan individu tentang bagaimana mereka berpikir terhadap orang lain yang
mengharapkan mereka untuk berperilaku dan bagaimana motivasi individu untuk
memenuhi harapan tersebut.
Banyak dukungan pada model ini, akan tetapi faktor kontrol perilaku yang
dirasakan juga mampu mempengaruhi niat indivdu untuk bertindak dan juga
dalam perilaku mereka. Hal ini menyebabkan adanya revisi teori menjadi “Teori
Perilaku yang Direncanakan”.
11
Persuasi dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) memiliki dua arti.
Pertama, kata persuasi diartikan sebagai ajakan kepada seseorang dengan cara
memberikan alasan dan prospek baik yang meyakinkannya (membujuk secara
halus). Selain itu juga diartikan sebagai karangan yang bertujuan membuktikan
ide, gagasan, atau pendapat dari penulis. Persuasi menurut Levine (2006), '...
dinamika psikologis yang menyebabkan orang berubah dengan cara yang tidak
akan mereka miliki jika dibiarkan sendiri. Istilah ini berfungsi sebagai payung
yang mencakup sejumlah konsep terkait dalam psikologi: proses dasar seperti
pengaruh, kontrol, perubahan sikap, dan kepatuhan, dan ekstrem yang terdengar
lebih tidak menyenangkan seperti pengendalian pikiran dan cuci otak'. Kemudian
menurut Gass dan Seiter (2011), 'persuasi melibatkan satu atau lebih orang yang
terlibat dalam aktivitas mencipta, memperkuat, memodifikasi, atau memadamkan
keyakinan, sikap, niat, motivasi dan/atau perilaku dalam batasan konteks
komunikasi tertentu'. Persuasi adalah proses komunikasi yang mengajak atau
membujuk orang lain dengan tujuan mengubah sikap, keyakinan dan pendapat
sesuai keinginan komunikator. Pada definisi ini ‘ajakan’ atau ‘bujukan’ adalah
tanpa unsur ancaman/ paksaan, (Burgon & Huffner, 2002). Dapat penulis
simpulkan bahwa persuasi merupakan terus-menerus mencoba membujuk orang
untuk mengubah pikiran mereka untuk mengubah sikap mereka.
2. Model Persuasi
Terdapat Elaboration Likelihood Model (ELM) atau 'model kemungkinan
elaborasi' (ELM) Petty dan Cacioppo (1986) menunjukkan bahwa terdapat dua
rute menuju persuasi: rute pusat dan rute periferal.
12
Terjadi saat individu memperhatikan dengan cermat pesan yang disajikan; saat
invidu memproses informasi yang diterima secara kritis dan rasional. Mereka
dapat terbujuk saat pesan yang ingin disampaikan bersifat kuat. Individu akan
terbujuk saat pesan atau informasi yang disampaikan menarik, memotivasi, dan
memiliki kepentingan yang tinggi terhadap informasi terkait. Saat individu
penerima merasa termotivasi dengan topik yang disampaikan, mereka akan
memberi perhatian penuh terhadap kualitas dari pesan yang disampaikan (bersikap
atau berpikir kritis terhadap pesan yang disampaikan). Hasil dari pemikiran ini
adalah perubahan sikap yang bertahan lama. Kelemahan dari rute ini adalah
kemungkinan terjadinya pola pikir bias seperti konfirmasi yang bias dan lainnya.
13
memperhatikan pakaian yang mereka kenakan, seberapa menarik menurut kita
mereka, dan seberapa percaya diri mereka terlihat dan terdengar.
Terdapat beberapa faktor yang menentukan rute mana yang dapat kita
gunakan sebagai respon terhadap suatu informasi atau pesan yang kita terima,
beberapa faktor tersebut adalah sebagai berikut:
1) Seberapa termotivasi kita untuk mengikuti pesan (besarnya motivasi),
motivasi tinggi cenderung membawa kita ke rute pusat, sedangkan motivasi
rendah cenderung menyarankan kita akan menggunakan rute periferal.
2) Kemampuan kita untuk memproses pesan, jika kita merasa bahwa kita dapat
memahami ide-ide yang dikemukakan dalam pesan dan secara umum dapat
memahaminya, maka kita cenderung menggunakan rute sentral; jika tidak, kami
akan lebih mengandalkan rute periferal.
3) Gangguan, semakin kita teralihkan, semakin besar kemungkinan kita
menggunakan rute perifer; semakin fokus kita, semakin besar kemungkinan kita
menggunakan rute pusat.
4) Kendala waktu, jika kita punya banyak waktu, kita akan menggunakan jalur
tengah, tapi kurangnya waktu bisa membawa kita ke rute periferal.
5) Perbedaan individu, ciri-ciri kepribadian kita dapat membawa kita lebih banyak
sebagian besar menyusuri satu rute daripada yang lain; misalnya, mereka yang
memiliki 'Need for Cognition' yang tinggi akan lebih cenderung menggunakan
rute pusat.
Tentu ada faktor lain yang mungkin juga mempengaruhi cara kita memproses
sebuah pesan (misalnya suasana hati kita). Petty dan Cacioppo tidak
mengesampingkan kemungkinan bahwa seseorang mungkin menggunakan kedua rute
untuk memproses pesan, tetapi sebaliknya menyarankan bahwa satu akan digunakan
lebih dominan daripada yang lain, tergantung pada banyak faktor yang tercantum di
atas.
Model Persuasi dua rute alternatif telah dikemukakan oleh Chaiken dan Eagly
(misalnya 1980). 'Model sistematik heuristik' (HSM) mereka mirip dengan ELM
dalam banyak hal. Misalnya, ini menunjukkan bahwa seseorang memiliki dua mode
pemrosesan pesan: pemrosesan sistematis dan pemrosesan heuristik. Mode pertama
analog dengan rute pusat ELM dan mode kedua mirip dengan rute periferal. HSM
juga menyarankan bahwa pesan cenderung diproses secara bersamaan oleh kedua
14
mode dan dipengaruhi oleh banyak faktor yang sama seperti ELM. Namun, perbedaan
utama yang dikemukakan oleh HSM adalah apa yang penulis sebut sebagai prinsip
kecukupan; mereka menyarankan bahwa seseorang akan berusaha untuk
mengumpulkan informasi sebanyak yang mereka perlukan untuk membuat keputusan
(misalnya kandidat mana yang akan dipilih, merek bubuk pencuci mana yang akan
dibeli) tetapi tidak lebih dari yang benar benar diperlukan; seorang individu akan
menyeimbangkan dua mode pemrosesan untuk mendapatkan informasi yang mereka
pikir mereka butuhkan.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Sikap merupakan sebarapa besar kita menyukai ataupun tidak menyukai
sesuatu. Sesuatu disini umumnya disebut sebagai objek dari sikap, dapat berupa
objek, orang, maupun gagasan. Didalam sikap ini, terdapat beberapa aspek yang
menjadi perhatian dalam psikologi sosial, yaitu konten, struktur, dan juga fungsi.
Kita dapat mengukur sikap dengan menggunakan dua tipe yang umum dalam
pengukuran yaitu pengukuran secara eksplisit dan implisit. Pengukuran secara
eksplisit merupakan pengukuran yang secara langsung menanyakan subjek tentang
sikap mereka dan individu akan sadar akan pengukuran ini. Sedangkan pengukuran
implisit merupakan cara untuk menutupi kekurangan dari pengukuran eksplisit
dengan bentuk “Evaluative Priming” dan IAT.
Sikap juga dapat memprediksi perilaku jika pada kondisi yang benar. Tetapi,
hal ini bergantung pada beberapa faktor yang meliputi Kekuatan sikap, Fungsi sikap,
Topik sikap, Perbedaan individu.
Persuasi merupakan terus-menerus mencoba membujuk orang untuk
mengubah pikiran mereka untuk mengubah sikap mereka. Terdapat enam prinsip
persuasi yang divalidasi secara ilmuan yang mempengaruhi individu untuk terbujuk
atau patuh, yaitu Reciprocity (Timbal balik), Scarcity (Kelangkaan), Authority
(Otoritas), Consistency (Konsistensi), Liking (Menyukai), dan yang terakhir adalah
Consensus (Konsensus).
17
DAFTAR PUSTAKA
Hewstone, Miles., Stroebe, Wolfgang., & Jonas, Klaus. (2012). An introduction to social
psychology.
Seager, P. (2014). Social psychology: A complete introduction: Teach yourself. Hachette UK.
18