Anda di halaman 1dari 15

KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT, yang telah memberikan taufik dan hidayah- Nya,

sehingga penulis telah dapat menyusun sebuah Makalah yang berjudul “Sikap dan

Prasangka”.

Terima kasih tidak lupa penulis ucapkan kepada semua pihak yang telah membantu

sehingga Makalah ini dapat penulis selesaikan. Penulis menyadari Makalah ini masih jauh

dari kesempurnaan, sejalan dengan keterbatasan ilmu yang penulis miliki. Oleh karena itu

kritik dan saran yang membangun sangat penulis harapkan, demi kesempurnaan di masa akan

datang.

Penulis berharap agar Makalah ini dapat diterima serta dapat bermanfaat bagi penulis

sendiri dan juga kepada pembaca umumnya. Amin!

Sigli,

Kelompok

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar..........................................................................................................i
Daftar Isi .................................................................................................................ii
BAB I Pendahuluan .................................................................................................1
A. Latar Belakang ...................................................................................................1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................................1
C. Tujuan Penulisan.................................................................................................2
BAB Pembahasan ....................................................................................................3
A. Sikap ...................................................................................................................3
B. Prasangka ............................................................................................................7

BAB III Penutup....................................................................................................12


A. Kesimpulan .......................................................................................................12
B. Saran .................................................................................................................12
Daftar Isi.................................................................................................................13

ii
BAB I
PEDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Manusia adalah makhluk ciptaan tuhan yang mengalami proses pertumbuhan dan
perkembangan. Dalam proses terjadi perubahan baik secara fisiologis maupun psikologis,
perubahan tersebut bersifat kualitatif dan kuantitatif. Oleh karena itu perkembangan tidak
pernah statis dari saat perubahan hingga akhirnya perkembangan berakhir ( kematian ).

Perubahan dan perkembangan tersebut menyebabkan segala yang ada yang terkait dengan
bentuk dan kepribadian manusia tersebut juga akan mengalami perubahan. Baik itu dari segi
bentuk tubuh, perubahan perilaku, sikap dan kejiwaannya. Sikap dan kepribadian merupakan
salah satu unsur yang terdapat pada manusia. sejak lahir sudah mempunyai ciri-ciri khusus,
mempunyai potensi, ketentuan-ketentuan, predisposisi, bakat, bentuk dan semacamnya yang
telah berkembang dengan sendirinya. Lingkungannya hanya mewarnai saja, tidak ikut
membentuk atau mengarahkan gerak aktualisasi potensi tersebut.

Sikap merupakan kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam
kegiatan-kegiatan sosial. Sikap diawali dengan perasaan (emosi), baru kemudian
menunjukkan reaksi (respon) kecenderungan untuk bereaksi.

Adapun kepribadian yaitu keseluruhan pola (bentuk) tingkah laku, sifat-sifat kebiasaan,
kecakapan, bentuk tubuh, serta unsur-unsur psikofisik lainnya yang selalu menampakkan
diri dalam kehidupan seseorang.

Berkaitan dengan hal tersebut, maka penulisan makalah ini kami beri judul “Sikap dan
Prasangka”.

B. RUMUSAN MASALAH
1.Apa pengertian Sikap dan apa saja komponennya ?
2.Bagaimana proses pembentukan dan perubahan Sikap ?
3. Apa saja faktor yang mempengaruhi sikap ?
4.Bagaimana macam-macam teori sikap ?
5. Apa pengertian prasangka ?
6.Apa saja faktor yang mempengaruhi prasangka ?
7.Bagaimana upaya mengatasi prasangka?
8. Bagaimana macam-macan teori prasangka?
9.Bagaimanakah perbedaan sikap dan prasangka

1
C. Tujuan Penulisan
1.Mengetahui pengertian Sikap dan Komponennya.
2.Mengetahui proses pembentukan dan perubahan Sikap.
3.Mengetahui faktor yang mempengauhi sikap.
4. Mengetahui macam macam teori sikap.
5.Mengetahui pengertian prasangka.
6.Mengetahui faktor yang mempengaruhi prasangka.
7.Mengetahui upaya mengatasi prasangka..
8. Mengetahui macam-macam teori prasangka.
9. Mengetahui perbedaan sikap dan prasangka

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. SIKAP
1.PENGERTIAN SIKAP

Banyak para ahli yang memberikan pendapat tentang pengertian sikap, namun di bawah ini
penulis hanya akan memberikan sedikit gambaran umum terkait pengertian sikap,
diantaranya :

1. Menurut Sarnoff (dalam Sarwono, 2000) mengidentifikasikan sikap sebagai kesediaan


untuk bereaksi (disposition to react) secara positif (favorably) atau secara negatif
(unfavorably) terhadap obyek – obyek tertentu. D.Krech dan R.S Crutchfield (dalam Sears,
1999) berpendapat bahwa sikap sebagai organisasi yang bersifat menetap dari proses
motivasional, emosional, perseptual, dan kognitif mengenai aspek dunia individu.

2. Menurut La Pierre (dalam Azwar, 2003) memberikan definisi sikap sebagai suatu pola
perilaku, tendensi atau kesiapan antisipatif, predisposisi untuk menyesuaikan diri dalam
situasi sosial, atau secara sederhana, sikap adalah respon terhadap stimuli sosial yang telah
terkondisikan. Lebih lanjut Soetarno (1994) memberikan definisi sikap adalah pandangan
atau perasaan yang disertai kecenderungan untuk bertindak terhadap obyek tertentu. Sikap
senantiasa diarahkan kepada sesuatu artinya tidak ada sikap tanpa obyek. Sikap diarahkan
kepada benda-benda, orang, peristiwa, pandangan, lembaga, norma dan lain-lain.

3. Allport dalam Roucek,1951 Keadaan kesiapan mental dan neuralgia yang di susun
melalui pengalaman,memberikan pengaruh langsung atau terarah atas tanggapan individu
terhadap semua objek dan situasi yang terkait dengannya.

4. Eagly dan Chaiken,1993l Sikap adalah kecenderungan psikologis yang di


ungkapkan dengan mengevaluasi suatu entitas tertentu dengan beberapa tingkat
dukungan atau ketidaksukaan.

Pendapat lain terhadap pandangan-pandangan sikap yang disusun oleh pengamat


Eiser (1986 dalam Ross,1994)

a. Sikap merupakan pengalaman subjektif. Asumsi ini menjadi dasar untuk definisi pada
umumnya,meskipun beberapa penulis,terutama Bern(1967) menganggap bahwa sebagai
pernyataan seseorang mengenai sikapnya merupakan kesimpulan dari pengamatannya atas
prilakunya sendiri.

b. Sikap adalah pengalaman tentang suatu objek atau persoalan.rumusan ini belum
pernah didukung secara tegas. Tidak semua pengalaman memenuhi syarat untuk disebut
sebagai sikap. Sikap bukan sekedar “suasana hati” atau “reaksi afektif” yang disebabkan
oleh stimulus dari luar.suatu persoalan atau objek dikatakan merupakan bagian dari
pengalaman.

c. Sikap adalah pengalaman tentang suatu masalah atau objek dari sisi dimensi penilaian.
Jika kita memiliki sikap pada suatu objek, kita tidak hanya mengalaminya,tetapi

3
mengalaminya sebagai sesuatu yang hingga batas tertentu diinginkan,atau lebik baik, atau
lebih buruk. Walaupun terdapat kesepakatan bahwa ada unsure penilaian dalam
sikap,belum ada kesepakatan tentang apakah sikap hanya mengandung penilaian. Bahkan
diantara para peneliti yang mendefinisikan sikap secara lebih sempit,masih ada yang
bersedia mengukur sikap dengan tolak ukur unsure penilaian dalam suatu kontinum.

Meskipun ada beberapa perbedaan pengertian sikap, tetapi berdasarkan pendapat-pendapat


tersebut di atas maka dapat disimpulkan bahwa sikap adalah keadaan diri dalam manusia
yang menggerakkan untuk bertindak atau berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan
tertentu di dalam menanggapi obyek situasi atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu
sikap juga memberikan kesiapan untuk merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap
obyek atau situasi.

2. PROSES PEMBENTUKAN SIKAP

Proses pembentukan sikap berlangsung secara bertahap. Ada beberapa faktor yang menjadi
penyebab terbentuknya sikap, yakni :

a) Pengalaman pribadi. Untuk dapat menjadi dasar pembentukan sikap, pengalaman


pribadi harus meninggalkan kesan yang kuat. Karena itu, sikap akan lebih mudah terbentuk
apabila pengalaman pribadi tersebut melibatkan faktor emosional. Dalam situasi yang
melibatkan emosi, penghayatan akan pengalaman akan lebih mendalam dan lebih lama
berbekas.

b) Kebudayaan. B.F. Skinner (dalam, Azwar 2005) menekankan pengaruh lingkungan


(termasuk kebudayaan) dalam membentuk kepribadian seseorang. Kepribadian tidak lain
daripada pola perilaku yang konsisten yang menggambarkan sejarah reinforcement
(penguatan, ganjaran) yang dimiliki. Pola reinforcement dari masyarakat untuk sikap dan
perilaku tersebut, bukan untuk sikap dan perilaku yang lain.

c) Orang lain yang dianggap penting. Pada umumnya, individu bersikap konformis atau
searah dengan sikap orang orang yang dianggapnya penting. Kecenderungan ini antara lain
dimotivasi oleh keinginan untuk berafiliasi dan keinginan untuk menghindari konflik dengan
orang yang dianggap penting tersebut.

d) Media massa. Sebagai sarana komunikasi, berbagai media massa seperti televisi, radio,
mempunyai pengaruh besar dalam pembentukan opini dan kepercayaan orang. Adanya
informasi baru mengenai sesuatu hal memberikan landasan kognitif baru bagi terbentuknya
sikap terhadap hal tersebut. Pesan-pesan sugestif yang dibawa informasi tersebut, apabila
cukup kuat, akan memberi dasar afektif dalam mempersepsikan dan menilai sesuatu hal
sehingga terbentuklah arah sikap tertentu.

e) Institusi Pendidikan dan Agama. Sebagai suatu sistem, institusi pendidikan dan agama
mempunyai pengaruh kuat dalam pembentukan sikap dikarenakan keduanya meletakkan
dasar pengertian dan konsep moral dalam diri individu. Pemahaman akan baik dan buruk,

4
garis pemisah antara sesuatu yang boleh dan tidak boleh dilakukan, diperoleh dari
pendidikan dan dari pusat keagamaan serta ajaran-ajarannya.

f) Faktor emosi dalam diri. Tidak semua bentuk sikap ditentukan oleh situasi lingkungan
dan pengalaman pribadi seseorang. Kadang-kadang, suatu bentuk sikap merupakan
pernyataan yang didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai semacam penyaluran frustasi
atau pengalihan bentuk mekanisme pertahanan ego. Sikap demikian bersifat sementara dan
segera berlalu begitu frustasi telah hilang akan tetapi dapat pula merupakan sikap yang lebih
persisten dan lebih tahan lama. contohnya bentuk sikap yang didasari oleh faktor emosional
adalah prasangka
Adapun Faktor-faktor yang menyebabkan perubahan sikap:

1. Faktor intern, yaitu faktor yang terdapat dalam pribadi manusia itu sendiri. Berupa
selektifitas atau daya pilih seseorang untuk menerima dan mengolah pengaruh-pengaruh
dari luar dirinya. pilihan tersebut berhubungan erat dengan motif-motif dan attitude-
attitude di dalam diri pada waktu tersebut. Disesuaikan dengan motif, minat, dan
perhatiannya.

2. Faktor ekstern, yaitu faktor yang terdapat di luar pribadi manusia. Berupa interaksi
sosial di luar kelompok dengan hasil kebudayaan manusia. Biasanya melalui media
komunikasi (massa). Pembentukan dan perubahan sikap terjadi dengan sendirinya.

3. PENGUKURAN SIKAP

Salah satu problem metodologi dasar dalam psikologi sosial adalah bagaimana mengukur
sikap seseorang. Beberapa teknik pengukuran sikap: antara lain: Skala Thrustone, Likert,
Unobstrusive Measures, Analisis Skalogram dan Skala Kumulatif, dan Multidimensional
Scaling.
1. Skala Thurstone (Method of Equel-Appearing Intervals)

Metode ini mencoba menempatkan sikap seseorang pada rentangan kontinum dari yang
sangat unfavorabel hingga sangat fafovabel terhadap suatu obyek sikap. Caranya dengan
memberikan orang tersebut sejumlah aitem sikap yang telah ditentukan derajad
favorabilitasnya. Tahap yang paling kritis dalam menyusun alat ini seleksi awal terhadap
pernyataan sikap dan penghitungan ukuran yang mencerminkan derajad favorabilitas dari
masing-masing pernyataan. Derajat (ukuran) favorabilitas ini disebut nilai skala.

Untuk menghitung nilai skala dan memilih pernyataan sikap, pembuat skala perlu membuat
sampel pernyataan sikap sekitar lebih 100 buah atau lebih. Pernyataan-pernyataan itu
kemudian diberikan kepada beberapa orang penilai (judges). Penilai ini bertugas untuk
menentukan derajat favorabilitas masing-masing pernyataan. Favorabilitas penilai itu
diekspresikan melalui titik skala rating yang memiliki rentang 1-11. Sangat tidak setuju 1 2 3
4 5 6 7 8 9 10 11 Sangat setuju Tugas penilai ini bukan untuk menyampaikan setuju tidaknya
mereka terhadap pernyataan itu.

5
Median atau rerata perbedaan penilaian antar penilai terhadap aitem ini kemudian dijadikan
sebagai nilai skala masing-masing aitem. Pembuat skala kemudian menyusun aitem mulai
dari atem yang memiliki nilai skala terrendah hingga tertinggi. Dari aitem-aitem tersebut,
pembuat skala kemudian memilih aitem untuk kuesioner skala sikap yang sesungguhnya.
Dalam penelitian, skala yang telah dibuat ini kemudian diberikan pada responden.
Responden diminta untuk menunjukkan seberapa besar kesetujuan atau ketidaksetujuannya
pada masing-masing aitem sikap tersebut.
2. Skala Likert (Method of Summateds Ratings)

Likert (1932) mengajukan metodenya sebagai alternatif yang lebih sederhana dibandingkan
dengan skala Thurstone. Skala Thurstone yang terdiri dari 11 point disederhanakan menjadi
dua kelompok, yaitu yang favorable dan yang unfavorabel. Sedangkan aitem yang netral
tidak disertakan. Untuk mengatasi hilangnya netral tersebut, Likert menggunakan teknik
konstruksi test yang lain. Masing-masing responden diminta melakukan egreement atau
disegreemenn-nya untuk masing-masing aitem dalam skala yang terdiri dari 5 point ( Sangat
seuju, Setuju, Ragu-ragu, Tidak setuju, Sangat Tidak Setuju).

Semua aitem yang favorabel kemudian diubah nilainya dalam angka, yaitu untuk sangat
setuju nilainya 5 sedangkan untuk yang Sangat Tidak setuju nilainya 1. Sebaliknya, untuk
aitem yang unfavorabel nilai skala Sangat Setuju adalah 1 sedangkan untuk yang sangat
tidak setuju nilainya 5. Seperti halnya skala Thurstone, skala Likert disusun dan diberi
skor sesuai dengan skala interval sama (equal-interval scale).
3.Unobstrusive Measures.

Metode ini berakar dari suatu situasi dimana seseorang dapat mencatat aspek-aspek
perilakunya sendiri atau yang berhubungan sikapnya dalam pertanyaan.
4. Multidimensional Scaling.

Teknik ini memberikan deskripsi seseorang lebih kaya bila dibandingkan dengan pengukuran
sikap yang bersifat unidimensional. Namun demikian, pengukuran ini kadang kala
menyebabkan asumsi-asumsi mengenai stabilitas struktur dimensinal kurang valid terutama
apabila diterapkan pada lain orang, lain isu, dan lain skala item.

4. KONSEP TEORI SIKAP


1.Teori Keseimbangan

Berfokus pada upaya individu untuk tetap konsisten bersikap dalam hidup. Dalam bentuk
sederhana melibatkan hubungan antara seseorang dengan dua objek sikap. Ketiga elemen
tersebut dihubungkan dengan sikap favorable (baik, suka, positif) dan sikap
unfavorable(buruk, tidak suka, negatif).Pembentukan sikap tersebut dapat seimbang atau
tidak seimbang.

6
Contoh situasi seimbangnya :sikap (+) terhadap si A, yaitu sikap mengerti, menerima,
menghormati, menghargai dan memperlakukan si A dengan secara wajar dan baik.
Hubungan afeksi dapat menghasilkan sistem yang tidak seimbang menjadi seimbang.
2. Teori Konsistensi Kognitif - Afektif

Berfokus pada bagaimana seseorang berusaha membuat kognisi mereka konsisten dengan
afeksinya Penilaian seseorang terhadap suatu kejadian akan mempengaruhi keyakinannya.

Contoh : Seseorang tidak jadi makan di restoran “A” karena temannyabahwa restoran
tersebut tidak halal, padahal ia belum pernah makan disana.
3.Teori Ketidaksesuaian (Dissonance Theory)

Berfokus pada individu yang menyelaraskan elemen-elemen kognisi, pemikiran atau


struktur (Konsonansi = Selaras).Disonansi : ketidakseimbangan, yaitu pikiran yang amat
menekan dan memotivasi seseorang untuk memperbaikinya.Terdapat dua elemen kognitif;
dimana disonansi terjadi jika kedua elemen tidak cocok sehingga menggangu logika dan
pengharapan. Misalnya: ”Merokok membahayakan kesehatan”konsonansi dengan ”saya
tidak merokok”; tetapi disonansi dengan”perokok
4. Teori Atribusi

Berfokus pada individu yang mengetahui akan sikapnya dengan mengambil kesimpulan
dari perilakunya sendiri dan persepsinya tentang situasi. Implikasinya adalah : perubahan
perilaku yang dilakukan seseorang menimbulkan kesimpulan pada orang tersebut bahwa
sikapnya telah berubah.

Contoh : memasak setiap ada kesempatan, dan ternyata baru sadar jika dirinya suka
memasak / hobi memasak.

B. PRASANGKA
1. PENGERTIAN PRASANGKA

Prasangka merupakan evaluasi kolompok atau seseorang yang mendasarkan diri pada
keanggotaan dimana seseorang tersebut menjadi anggotanya. Prasangka juga merupakan
evaluasi negative terhadap out group dan fenomena yang hanya bias ditemui dalam
kehidupan social. Munculnya prasangka merupakan akibat dari adanya kontak-kontak social
antaran berbagai individu didalam masyarakat. Seseorang tidak mungkin berprasangka bila
tidak pernah mengalami kontak social dengan individu lain.akan tetapi prasangka tidak
semata-mata dimunculkan oleh factor social

Prasangka (prejudice) adalah sebuah sikap (biasanya negatif) terhadap anggota kelompok
tertentu, semata berdasarkan keanggotaan mereka dalam kelompok tersebut (Baron &
Byrne, 2003). Sementara itu, Definisi klasik prasangka pertama kali diperkenalkan oleh
psikolog dari Universitas Harvard, Gordon Allport, yang menulis konsep itu dalam bukunya,
The Nature of Prejudice in 1954. Istilah itu berasal dari kata praejudicium, yakni pernyataan
atau kesimpulan tentang sesuatu berdasarkan perasaan atau pengalaman yang dangkal
terhadap seseorang atau sekelompok orang tertentu.
Pengertian prasangka menurut para ahli:

7
1) Johnson (1986) mengatakan, prasangka adalah sikap positif atau negatif berdasarkan
keyakinan stereotip kita tentang anggota atau kelompok tertentu. Seperti halnya sikap,
prasangka meliputi keyakinan untuk mengambarkan jenis pembedaan terhadap orang lain
sesuai dengan peringkat nilai yang kita berikan. Prasangka yang berbasis ras kita sebut
rasisme, sedangkan yang berdasarkan etnik kita sebut etnisisme.

2) Menurut Jones (1986), prasangka adalah sikap antipati yang berlandaskan pada cara
mengeneralisasi yang salah dan tidak fleksibel. Kesalahan itu mungkin saja diungkapkan
secara langsung kepada orang yang menjadi anggota kelompok tertentu. Prasangka
merupakan sikap negatif yang diarahkan kepada seseorang atas dasar perbandingan dengan
kelompok sendiri.

3) Daft (1999) memberikan definisi prasangka lebih spesifik yakni kecenderungan untuk
menilai secara negatif orang yang memiliki perbedaan dari umumnya orang dalam hal
seksualitas, ras, etnik, atau yang memiliki kekurangan kemampuan fisik.

4) Soekanto (1993) dalam ‘Kamus Sosiologi’ menyebutkan pula adanya prasangka


kelas, yakni sikap-sikap diskriminatif terselubung terhadap gagasan atau perilaku kelas
tertentu

5) Effendy (1981), sebagaimana dikutip Liliweri (2001), mengemukakan bahwa


prasangka merupakan salah satu rintangan atau hambatan berat bagi kegiatan komunikasi,
karena orang yang berprasangka belum apa- apa sudah bersikap curiga dan menentang
komunikator yang melancarkan komunikasi.
Dalam prasangka, emosi memaksa kita untuk menarik kesimpulan atas dasar syakwasangka,
tanpa menggunakan pikiran dan pandangan kita terhadap fakta yang nyata. Karena itu, sekali
prasangka itu sudah mencekam, orang tidak akan dapat berpikir objektif, dan segala apa
yang dilihatnya selalu akan dinilai secara negatif.

Dari beberapa pengertian di atas, kita dapat menyatakan bahwa prasangka mengandung
sikap, pikiran, keyakinan, kepercayaan, dan bukan tindakan. Jadi, prasangka tetap ada di
pikiran.
2. PEMBENTUKAN PRASANGKA

Sama halnya dengan sikap, prasangka terbentuk dalam masa perkembangan seseorang
bukan dibawa sejak lahir. Karena terbentuknya pada masa perkembangan seseorang maka
orang tua dianggap guru pertama prasangka pada saat seseorang masih usia dini. Selain itu
teman juga seseorang yang mempengaruhi prasangka pada saat dalam usia sekolah dan
lingkungan sekitar menjadi pengaruh prasangka pada usia dewasa dan tua.

Beberapa hal yang dapat menjadi sumber terbentuknya prasangka pada seseorang adalah
sebagai berikut:
a.Perbedaan antar kelompok/perbedaan antara ras atau etnis

Prasangka yang bersumber dari perbedaan etnis dapat ditemukan pada masyarakat
heterogen. Yang mempunyai latar kebudayaan yang berbeda-beda. Sedangkan yang
bersumber dari perbedaan ras dapat ditemukan dalam masyarakat yang multirasial seperti
Amerika dan negara-negara Eropa lainnya.

8
b. Perbedaan Ideologi

Ini terjadi pada masyarakat di negara yang memiliki ideologi yang kuat terhadap ideologi
lain yang menjadi lawannya.
c.Perbedaan yang bersumber dari kejadian historis

Contohnya prasangka terhadap orang yang berkulit putih terhadap negro di Amerika Serikat
yang berakar dari sejarah perbudakan orang-orang negro pada sekitar 300 tahun yang lalu.
Walaupun sekarang orang-orang negro sudah bangkit tetapi tetap saja orang-orang berkulit
putih menganggap orang negro sebagai manusia pemalas bodoh brutal dan lain-lain

3. SUMBER-SUMBER PRASANGKA
Menurut Zastrow (1989) mengemukakan bahwa prasangka bersumber dari :
1) proyeksi (upaya mempertahankan ciri kelompok etnik/ras secara berlebihan);
2) frustasi, agresi, kekecewaan yang mengarah pada sikap menentang;
3) ketidaksamaan dan kerendahdirian;
4) kesewenang-wenangan;
5) alasan historis;
6) persaingan yang tidak sehat dan menjerumus kedalam eksploitasi;
7) cara-cara sosialisasi yang berlebihan; dan
8) cara memandang kelompok lain dengan pandangan sinis.
Sumber prasangka dibagi atas 4 bagian, yaitu :

1).Konflik langsung antar kelompok. Berdasarkan Teori Konflik Realistik (Realistic


Conflict Theory) di mana prasangka muncul karena kompetisi antar kelompok social
untuk memperoleh kesempatan atau komoditas yang berharga yang berkembang menjadi
rasa kebencian, prasangka dan dasar emosi.

2).Pengalaman awal. Berdasarkan Teori Pembelajaran Sosial (Social Learning Theory),


prasangka dipelajari dan dikembangkan dengan cara yang sama serta melalui mekanisme
dasar yang sama, seperti sikap yang lain yakni melalui pengalaman langsung dan
observasi/vicarious.

3).Kategorisasi Sosial, yakni kecenderungan untuk membuat kategori social yang


membedakan antara in-group—“kita”—dengan out-group—“mereka”. Kategori social ini
menjadi prasangka, dapat dijawab berdasarkan Teori Identitas Sosial (Identitty Theory) dari
Tajfel.
4).Stereotip—kerangka berpikir kognitif yang terdiri dari pengetahuan dan keyakinan
tentang kelompok social tertentu dan traits tertentu yang mungkin dimiliki oleh orang yang
menjadi anggota kelompok-kelompok ini. Ketika sebuah stereotip diaktifkan, trait-trait ini
lah yang dipikirkan. Stereotip mempengaruhi pemprosesan informasi social (diproses lebih
cepat dan lebih mudah diingat), sehingga mengakibatkan terjadinya seleksi pada

9
informasi—informasi yang konsisten terhadap stereotip akan diproses sementara yang tidak
sesuai stereotip akan ditolak atau diubah agar konsisten dengan stereorip.
3. TEORI-TEORI PRASANGKA
1. Teori belajar sosial

Teori belajar sosial merupakan salah satu teori dalam belajar, teori ini dikemukakan oleh
bandura yang berpendapat bahwa belajar itu terjadi melalui model atau contoh. Prasangka
seperti halnya sikap, merupakan hal yang terbentuk melalui proses belajar
2. Teori Motivasional atau Decision Making Theory

Teori ini memandang prasangka sebagai sesuatu yang dapat memenuhi kebutuhan individu
atau elompok untuk mencapai kesejahteraan (satisfy).
3. Teori Kognitif

Dalam teori ini, proses kognitif dijadikan sebagai dasar timbulnya prasangka. Hal
ini berkaitan dengan;
a. Kategorisasi atau penggolongan
Apabila seseorang mempersepsi orang lain atau apabila suatu kelompok mempesepsi
keompok lain, dan memasukkan apa yang di persepsikan itu ke dalam suatu kategori
tertentu. Proses kategorisasi berdampak timbulnya prasangka antar pihak satu dengan
pihak lain, keompok satu denga kelompok lain.
b. Ingroup lawan Outgroup

Ingroup dan outgroup ada apabila kategorisasi “kita” dan “mereka” telah ada, seseorang
dalam suatu kelompok akan merasa dirinya sebagai ingroup dan orang lain sebagai
outgroup. Dalam kategori ingroup memiliki dampak tertentu yang ditimbulkan.
4. Faktor yang Mempengaruhi Prasangka
Banyak faktor-faktor yang mempengaruhi prasangka sosial. Dalam proses pembentukan
prasangka sosial terdapat faktor-faktor yang berkaitan dan saling berinteraksi satu sama lain.
Menurut beberapa ahli ada faktor-faktor mendasar yang berkaitan dengan prasangka sosial
berserta definisinya.
Menurt Ahmadi (1990), seseorang tidak semata-mata melakukan atau mempunyai prasangka
sosial tetapi ada faktor-faktor yang mendahuluinya sehingga seseorang berprasangka.
Adapun faktor-faktor yang menyebabkan seseorang berprasangka adalah:
1) Orangberprasangka dalam rangka mencari kambing hitam. Dalam berusaha
seseorang mempunyai kelemahan atau mengalami kegagalan. Sebab dalam kegagalan itu
tidak dicari dalam dirinya tapi pada orang lain.
2) Orang mempunyai prasangka karena memang sudah terkondisi atau sudah
mempersiapkanya.

10
Prasangka timbul karena adanya anggapan yang sudah menjadi pendapat umum atau
kebiasaan dalam lingkungan tertentu. Kimball Young (dalam Ahmadi, 1990) menyatakan
bahwa prasangka mempunyai ciri khas pertentangan dalam kelompok yang ditandai oleh
kuatnya in-group dan out-group.
Watson dan Trigerthan (1984) menerangkan faktor-faktor dukungan sosial yang
menyebabkan prasangka sosial, yaitu:
1) Norma, yaitu standar prilaku individu di dalam keadaan tertentu. Hal ini dapat
menjelaskan bahwa orang itu berprasangka bukan karena keadaan dirinya tetapi semata-mata
individu konform terhadap norma yang berlaku dalam lingkungan sosialnya. Selain itu
seseorang berprasangka karena normanya menuntut individu tersebut untuk berprasangka.
2) Peranan media massa, mempunyai arti besar dalam mendukung terjadinya prasangka
sosial.
3) Faktor kognitif dalam prasangka sosial, yaitu cara berfikir seseorang yang negatif
terhadap orang lain atau kelompok tertentu dapat menimbulkan prasangka sosial.

11
BAB III
PENUTUP

1. KESIMPULAN

1. sikap adalah keadaan diri dalam manusia yang menggerakkan untuk bertindak atau
berbuat dalam kegiatan sosial dengan perasaan tertentu di dalam menanggapi obyek situasi
atau kondisi di lingkungan sekitarnya. Selain itu sikap juga memberikan kesiapan untuk
merespon yang sifatnya positif atau negatif terhadap obyek atau situasi. Sikap adalah
kesadaran individu yang menentukan perbuatan yang nyata dalam kegiatan-kegiatan sosial.
Komponennya terdiri dari komponen kognitif, afektif, dan konatif.

2. Proses pembentukan dan perbuhan sikap terjadi dengan cara adaptasi, diperensiasi,
integrasi dan trauma

3. Penyebab timbulnya prasangka adalah adanya norma sosial, adanya perbedaan dimana
perbedaan ini menimbulkan perasaan superior, kesan yang menyakitkan atau pengalaman
yang tidak menyenangkan atau adanya anggapan yang sudah menjadi pendapat
umum/kebiasaan didalam lingkungan tertentu.
4. Prasangka merupakan evaluasi kolompok atau seseorang yang mendasarkan diri pada
keanggotaan dimana seseorang tersebut menjadi anggotanya. Prasangka juga merupakan
evaluasi negative terhadap out group dan fenomena yang hanya bias ditemui dalam
kehidupan social. Munculnya prasangka merupakan akibat dari adanya kontak-kontak social
antaran berbagai individu didalam masyarakat. Seseorang tidak mungkin berprasangka bila
tidak pernah mengalami kontak social dengan individu lain.akan tetapi prasangka tidak
semata-mata dimunculkan oleh factor social

2.SARAN

Hendaknya sikap dan prasangka diarahkan ke arah yang positif agar menghasilkan keadaan-
keadaan yang diinginkan oleh semua pihak, Setelah mengetahui dan memahami segala
sesuatu hal yang berhubungan dengan sikap dan prasangka, diharapkan masyarakat Indonesia
dan terutama calon konsuler dan calon tenaga kesehatan dapat memahami sikap maupun
prasangka. Karena kita sebagai makhluk sosial pasti akan bertemu dengan lawan bicara
ataupun berbicara didepan orang banyak. Serta memahami betapa pentingnya mengontrol diri
kita sendiri agar tidak mempunyai prasangka atau pandangan yang negatif terhadap sesuatu
hal yang terjadi di hidup kita. Mengingat, dua hal tersebut berkaitan erat dengan prikologis.
Dengan adanya materi ini besar harapan kami kepada para pembaca agar dapat memahami
inti dari materi ini dan apa fungsinya dalam kehidupan sehari-hari, selain dari memahami
materi ini harapan kami tidak hanya mengerti, tetapi juga dapat menerapkan dalam
kehidupan sehari-hari.

12
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA

Sobur, Alex. 2003. Psikologi Umum. Bandung. Pustaka Setia.


Ahmadi, Abu. Psikologi Umum. Jakarta: Rineka Cipta,2003

Azhari, Akyas. Psikologi Umum Dan Perkembangan. Jakarta: Teraju, 2004 Azwar, Saifudin.
Sikap Manusia. Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 1997. http://www.duniapsikologi.com/sikap-
pengertian-definisi-dan-faktor-yang-mempengaruhi/
http://ikappsj.blogspot.com/2011/08/bahan-makalah-prasangka-dan.html
http://www.anakunhas.com/2011/05/cara-mengatasi-prasangka.html
http://aidafadhila.blogspot.com/2012/03/cara-pengukuran-sikap.html

[1] http://www.duniapsikologi.com/sikap-pengertian-definisi-dan-faktor-yang-
mempengaruhi/ ( diakses 27 April 2012 )

[2] http://ikappsj.blogspot.com/2011/08/bahan-makalah-prasangka-dan.html ( diakses 27


April 2012

[3] http://www.anakunhas.com/2011/05/cara-mengatasi-prasangka.html ( diakses 27


April 2012 )

13

Anda mungkin juga menyukai