Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

SIKAP DAN PERSEPSI

NAMA: DIAN SANUSI


NIM: 22111073

DOSEN PENGAMPU
IMRAN, SE. MM

OLEH : DIAN SANUSI


NIM : 22111073

S1 MANAJEMEN
INSTITUT TEKNOLOGI DAN BISNIS HAJI AGUS SALIM
BUKITTINGGI
2023
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat-Nya sehingga
kami dapat menyelesaikan makalah ini dan dapat tersusun hingga selesai. Yang mana
makalah ini membahas tentang SIKAP DAN PERSEPSI. Dan harapan kami semoga
makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca.
Untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar
menjadi lebih baik lagi.
Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin
masih banyak kekurangan dalam makalah ini, oleh karena itu kami sangat
mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang SIKAP DAN PERSEPSI
ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap para pembaca.

Bukittinggi, Mei 2023

Penulis
DAFTAR ISI

BAB I
A. LATAR BELAKANG......................................................................................4
B. RUMUSAN MASALAH..................................................................................5
C. TUJUAN PENULISAN........................................................................................5
BAB II...........................................................................................................................6
PEMBAHASAN...........................................................................................................6
A. SIKAP................................................................................................................6
1. Pengertian Sikap...........................................................................................6
2. Komponen Sikap...............................................................................................7
3. Fungsi Sikap......................................................................................................8
4. Tipologi Sikap Umum......................................................................................9
5. Tipe Sikap Kerja...............................................................................................9
B. PERSEPSI.......................................................................................................10
1. Pengertian Persepsi.....................................................................................10
2. Jenis Persepsi...............................................................................................12
3. Kesalahan Persepsi.....................................................................................12
4. Hubungan Persepsi Dan Pengambilan Keputusan Kerja.......................18
5. Proses Persepsi............................................................................................22
6. Faktor yang Memengaruhi Persepsi.........................................................23
BAB III.......................................................................................................................26
PENUTUP..................................................................................................................26
A. KESIMPULAN...............................................................................................26
B. SARAN............................................................................................................27
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Di dalam organisasi, persepsi, sikap dan nilai persepsi sangat


dibutuhkan untuk perilaku dan pengembangan organisasi tersebut. Persepsi setiap
individu dalam bagian-bagiannya pada suatu organisasi akan menjadi faktor
penting dan paling utama dalam perilaku dan pengembangan organisasi, hal itu
juga berlaku pada sikap dan nilai persepsi yang ada pada masing-masing
individunya. Persepsi adalah suatu proses dengan mana berbagai stimuli dipilih,
diorganisir, dan diinterpretasi menjadi informasi yang bermakna. Menurut
Stephen P. Robbins (1998), persepsi adalah suatu proses pengorganisasian dan
pemaknaan terhadap kesan-kesan sensori untuk memberi arti pada
lingkungannya. Namun, apa yang diterima satu orang dengan orang lain pada
dasarnya berbeda dari realitas objektif. Setiap orang mempunyai pengertian akan
suatu peristiwa atau masalah yang terjadi pada dirinya atas dasar pengalaman
pula. Pengertian ini akan berbeda pada setiap individu walaupun mereka melihat
hal yang sama. Persepsi masing-masing individu atau kelompok yang berbeda
satu sama lain akan sangat menentukan perilaku atau tindakan apa yang akan
diambil oleh organisasi tersebut terkait dengan kepentingan dan tujuan organisasi
yang telah direncanakan sebelumnya. Di sisi lain, sikap yang ada pada masing-
masing individu atau kelompok pada organisasi tersebut juga akan menentukan
kinerja atau kualitas pekerjaan individu atau kelompok yang ada di dalam
organisasi tersebut. Nilai yang ada dan dipakai oleh setiap individu atau
kelompok tersebut akan menentukan apa yang dianggap baik dan apa yang
dianggap buruk oleh individu atau kelompok di dalam organisasi tersebut. Oleh
karena itu, kita perlu mempelajari lebih lanjut tentang persepsi, sikap, dan nilai
persepsi yang dapat berpengaruh penting terhadap organisasi yang kita akan
duduki kelak.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apakah pengertian sikap, komponen, fungsi sikap, dan tipologi sikap umum
itu?
2. Bagaimana pengertian, jenis, proses persepsi, dan faktor mempengaruhi
persepsi?

C. TUJUAN PENULISAN
1. Untuk menjelaskan pengertian sikap, komponen, fungsi sikap, dan tipologi
sikap umum.
2. Untuk menjelaskan pengertian, jenis, proses persepsi, dan faktor yang mempengaruhi
persepsi.
3.
BAB II
PEMBAHASAN

A. SIKAP
1. Pengertian Sikap
Masalah sikap merupakan suatu hal yang sudah dilakukan dan
diperbincangkan dalam kehidupan sehari – hari. Banyak ahli sudah
mendefinisikan arti dari sikap, namun dari sekian banyaknya definisi tidak ada
perbedaan yang terlalu berarti. Ini menandakan bahwa sebenarnya sikap
merupakan hal pasti dimiliki oleh setiap individu, hanya saja terlihat dengan
frekuensi atau tingkatan dan jenis yang berbeda. Sikap atau attitude
merupakan salah satu hal yang bisa dinilai dari diri seseorang. Melihat peran
sikap sangat vital dalam kehidupan sosial membuat banyak orang rela
menghabiskan banyak uang untuk membentuk sikap dan pribadi yang baik
melalui sekolah kepribadian. Secara umum, sikap bisa didefinisikan sebagai
perasaan, pikiran dan kecenderungan seseorang yang bersifat permanen
mengenai lingkungan sekitarnya. Sikap juga bisa dimaknai suatu keadaan
dalam diri manusia yang menggerakkannya untuk berbuat dalam aktivitas
sosial dengan perasaan tertentu, juga dalam menanggapi objek situasi atau
kondisi di sekitarnya. Sikap menjadi pokok bahasan yang menarik karena
keterkaitannya dengan orang lain dan lingkungan sekitar.
W.A. Gerungan (2009) yang mengatakan bahwa sikap adalah
kesediaan bereaksi terhadap suatu hal. Ini berarti bahwa sikap senantiasa
terarahkan pada suatu obyek tertentu dalam arti bahwa taka da sikap tanpa
obyek, dan gerakan atau reaksi terhadap obyek inilah yang di maksud dengan
sikap. Robbins (2007:92) mengemukakan pengertian sikap adalah pernyatan
evaluatif baik yang menyenagkan maupun tidak menyenangkan terhadap
obyek, individu atau perisitiwa. Suatu sikap dapat memiliki ciri – ciri sebagai
berikut:
1. Sikap cenderung bertahap/tetap, tetapi dapat diubah dan berubah
2. Sikap mencakup kontinum penerimaan dari yang sangat disukai sampai
sangat tidak disukai
3. Sikap diarahkan pada beberapa obyek dimana orang memiliki perasaan
dan kepercayaan

2. Komponen Sikap
Suatu sikap memiliki acuan dalam penilaiannya, diantaranya adalah:
1. Emosi
Mencakup perasaan seseorang, hal ini bisa berarti positif, negatif, atau
netral mengenai objek.
2. Informasi
Terdiri dari kepercayaan dan informasi yang dimiliki individu mengenai
objek.
3. Perilaku
Terdiri dari kecenderungan seseorang untuk berperilaku tertentu terhadap
objek.

Selain komponen – komponen di atas, disebutkan juga Tiga Domein


Sikap berikut ini, Robbins (2001):
a) Komponen kognitif, yaitu komponen tersusun atas dasar pengetahuan dan
informasi yang dimiliki seseorang tentang objek sikapnya atau komponen
yang berkaitan dengan pengetahuan, pandangan, keyakinan atau
bagaimana mempersepsi objek.
b) Komponen afektif, yaitu komponen yang bersifat evaluative yang
berhubungan dengan rasa senang dan tidak senang.
c) Komponen konatif, yaitu kesiapan seseorang untuk bertingkah laku yang
berhubungan dengan objek sikapnya atau komponen yang berhubungan
dengan kecenderungan bertindak terhadap objek.

KOGNITIF
AFEKTIF
State of mind
PSIKOMOTORIS
Pikiran State of heart
Ide Pemahaman State of hand
Informasi Kesadaran Tindakan
Pengertian Keyakinan Berbuat
Penalaran

Gambar 3: Domein Sikap (Atas) Gambar 4: Hubungan 3 Komponen Sikap

3. Fungsi Sikap
Dikatakan bahwa bagi individu, sikap mempunyai 4 fungsi penting (Katz,
1960), yaitu:
1. Utilitarian function : Sikap berfungsi sebagai penyesuaian sosial dan
membantu individu katmerasa menjadi bagian dari masyarakat
Contoh : Seseorang dapat memperbaiki ekspresi dari sikapnya terhadap
suatu objek tertentu untuk mendapatkan persetujuan atau dukungan.
2. Knowledge function : Sikap membantu individu untuk memahami dunia,
yang membawa keteraturan terhadap bermacam-macam informasi yang
perlu diasimilasikan dala=====m kehidupan sehari-hari. Setiap individu
memiliki motif untuk ingin tahu, ingin mengerti, dan ingin banyak
mendapat pengalaman dan pengetahuan.
3. Value-expressive function : Sikap mengkomunikasikan nilai dan identitas
yang dimiliki seseorang terhadap orang lain.
4. Ego defensive function : Sikap melindungi diri, menutupi kesalahan,
agresi, dsb dalam rangka mempertahankan diri. Sikap ini mencerminkan
kepribadian individu yang bersangkutan dan masalah-masalah yang
belum mendapatkan penyelesaian secara tuntas sehingga individu
berusaha mempertahankan dirinya secara tidak wajar karena ia merasa
takut kehilangan statusnya.

4. Tipologi Sikap Umum

Gambar 5: Tipologi Sikap Umum


Gambar di atas merupakan gambaran tentang sikap umum yang
terjadi di kalangan masyarakat tentang bagaimana menilai suatu individu.
Seperti yang telah ditampilkan dalam gambar, orang bodoh akan mudah
dibohongi serta mudah dipengaruhi karena tingkat intelektual dan logikanya
masih rendah yang mungkin menjadikannya menelan mentah – mentah berita
atau perintah yang harus dilaksanakan.

5. Tipe Sikap Kerja

Sikap kerja yang efektif adalah suatu pekerjaan yang dapat


diselesaikan tepat waktu, sesuai dengan rencana yang telah ditetapkan.
Dengan kata lain, efektif adalah sampai tingkat apakah tujuan itu sudah
dicapai dalam arti kualitas dan kuantitas.

Sikap kerja yang efisien adalah perbandingan yang terbaik antara


input dan output, antara daya usaha dan hasil usaha, atau antara pengeluaran
dan pendapatan. Dengan kata lain, efisien adalah segala sesuatu yang
dikerjakan dengan berdaya guna atau segala sesuatunya dapat siselesaikan
dengan tepat, cepat, hemat, dan selamat.

Cepat artinya tidak menghabiskan waktu yang tidak perlu.


Pekerjaannya selesai dengan tepat sebelum waktu yang ditetapkan. Hemat
artinya dengan biaya yang sekecil-kecilnya tanpa adanya pemborosan dalam
bidang pekerjaan apa pun. Tepat artinya kena sasaran sesuai dengan yang
diinginkannya atau semua yang dicita-citakan tercapai. Selamat artinya segala
sesuatu sampai pada tujuan pekerjaan yang dimaksud, tanpa mengalami
hambatan-hambatan, kelemahan-kelemahan, atau kemacetan-kemacetan.

Orang sukses dalam bisnis adalah mereka yang mau bekerja keras,
menanggung penderitaan, danberjuang untuk meningkatkan nasibnya. Sebuah
rencana aksi bekerja secara efektif dan efisien dengan:

1. Masa inkubasi.

2. Menganalisis sumber rencana.

3. Tujuan jelas, realistis, dan menginspirasi.

4. Persaingan bebas

5. Percepatan perubahan

B. PERSEPSI
1. Pengertian Persepsi
Istilah persepsi banyak dijumpai dalam setiap percakapan orang
ketika orang tersebut membicarakan hal – hal tertentu. Secara umum persepsi
adalah proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu informasi
terhadap stimulus. Stimulus sendiri didapat dari proses penginderaan terhadap
objek, peristiwa, atau hubungan – hubungan antar gejala yang selanjutnya
diproses oleh otak. Persepsi sendiri merupakan interpretasi unik dari suatu
situasi, bukan rekaman situasi. Jadi persepsi bisa jadi berbeda dengan realita.
Dalam buku perilaku dan manajemen organisasi (John M. Ivanevich, dkk
2006 :116) pesepsi didefinisikan sebagai proses kognitif dimana seseorang
individu memilih, mengorganisasikan, dan memberikan arti kepada stimulus
lingkungan. Melalui persepsi, individu berusaha untuk merasionalkan
lingkungan dan objek, orang dan peristiwa di dalamya.
Istilah persepsi sering dikacaukan dengan sensasi, padahal dua kata
tersebut memiliki makna yang berbeda. Sensasi hanya berupa kesan sesaat,
saat stimulus baru diterima otak dan belum diorganisasikan dengan stimulus
lainnya dan ingatan – ingatan yang berhubungan dengan stimulus tersebut.
Sebaliknya persepsi memiliki contoh meja yang tidak enak dipakai menulis,
saat otak mendapat stimulus rabaan meja yang kasar, penglihatan atas meja
yang banyak coretan, dan kenangan di masa lalu saat memakai meja yang
mirip lalu tulisan menjadi jelek. Beberapa hal di atas menjelaskan tentang
makna persepsi dari segi fisik, sedangkan Robbins, (2007:175) memberikan
pengertian persepsi adalah proses individu mengatur dan menginterpretasikan
kesan – kesan sensoris mereka guna memberikan arti bagi lingkungan mereka.
Jadi persepsi merupakan suatu proses individu untuk mengenali lingkungan
dengan interpretasi mereka yang mungkin akan berbeda antar individu
lainnya. Dari berbagai defenisi yang dikemukakan di atas disimpulkan bahwa
persepsi merupakan suatu proses pemberian arti atau makna terhadap suatu
objek yang ada pada lingkungan. Dengan demikian setiap orang mempunyai
persepsi sendirisendiri, karena perbedaan kemampuan inderanya dalam
menangkap stimuli (obyek).

2. Jenis Persepsi
Berdasarkan Indera manusia persepsi terbagi menjadi beberapa jenis :
a. Persepsi Visual
Persepsi Visual didapatkan dari penglihatan. Penglihatan adalah
kemampuan untuk mengenali cahaya dan menafsirkannya, salah satu dari
indra.
b. Persepsi Auditori
Persepsi ini didapatkan dari indra pendengaran yaitu telinga. Pendengaran
adalah kemampuan untuk mengenali suara.
c. Persepsi Perabaan
Persepsi perabaan didapatkan dari indera peraba yaitu kulit. Kulit
berfungdi drbsgsi slst pelindung bagian dalam, misalnya otot, dan tulang,
sebagai alat peraba dengan dilengkapi bermacam rseptor yang peka
terhadap berbagai rangsangan.
d. Persepsi penciuman
Persepsi penciuman didapatkan dari indera penciuman yaitu hidung.
Penciuman adalah penangkapan atau perasaan bau.
e. Persepsi pengecapan
Persepsi pengecapan atau rasa didapatkan dari indera pengecapan yaitu
lidah. Indra ini merujuk kepada kemampuan mendeteksi rasa suatu zat
seperti halnya makanan.

3. Kesalahan Persepsi
Kesalahan persepsi dalam psikologi pada dasarnya dibagi menjadi
lima bagian yakni atribusi, efek halo, stereotip, prasangka dan gegar
budaya yang semuanya ini akan membuat seseorang salah dalam memberikan
kesan, merasakan dan mengimpretasikan sesuatu berdasarkan dari stimulus
atau informasi yang sudah diberikan.
Dalam persepsi juga sering terjadi kesalahan yang dalam ulasan
tentang kesalahan persepsi dalam psikologi akan kami ulas secara jelas dan
lengkap.
1. Kesalahan Atribusi
Atribusi merupakan proses internal yang terjadi dalam diri individu
dalam memahami sesuatu atau perilaku orang lain. Dalam usaha tersebut,
maka seseorang akan memakai beberapa sumber informasi yang bisa
didapat. Kesalahan atribusi ini bisa terjadi saat seseorang melakukan
kesalahan dalam menafsirkan sebuah pesan atau perilaku sehingga
dianggap internal meskipun hal tersebut sebenarnya merupakan faktor
eksternal atau bisa terjadi sebaliknya.

Inividu akan berpikir jika seseorang akan digerakkan oleh faktor


eksternal, namun sebenarnya, faktor internal yang menyebabkan perilaku
tersebut. kesalahan dalam atribusi lainnya adalah pesan yang kemudian
dipersepsikan secara tidak utuh dan tidak lengkao sehingga membuat
seseorang menafsirkan pesan dengan cara menafsirkan kekurangannya.

2. Efek Halo
Kesalahan persepsi berikutnya adalah efek halo yakni fakta jika saat
seseorang membentuk sebuah kesan secara menyeluruh mengenai sebuah
benda atau seseorang. Kesan yang secara menyeluruh ini akan
menimbulkan efek kuat dari penilaian individu atas sifat yang lebih
spesifik.

Efek halo ini memang sudah umum terjadi dan akan berpengaruh
secara kuat pada diri pribadi untuk menilai benda atau seseorang. Dalam
kehidupan sehari hari, mungkin seseorang akan menemukan sifat positif
yang lebih terlihat dari diri seseorang seperti contohnya orang tersebut
penggembira, selalu berkatan jujur, baik dan lain sebagainya.

3. Stereotip
Kesulitan dalam berkomunikasi bisa terjadi dari stereotip dengan cara
menggeneralisasikan beberapa orang atas dasar informasi yang masih
dikatakan minim dan kemudian langsung membentuk asumsi tentang
sesuatu berdasarkan kelompok. Stereotip adalah proses memposisikan
seseorang dan juga beberapa objek dalam sebuah kategori yang mapan
atau menilai tentang beberapa orang atau beberapa objek atas dasar
kategori yang dianggap sesuai dibandingkan dengan karakteristik
individual.

Teori persepsi menurut Robert A. Baron dan juga Paul B. Paulus


beranggapan jika stereotip merupakan kepercayaan yang hampir selalu
salah . Jika dilihat secara umum, stereotip merupakan kategorisasi secara
sembarangan dan mengabaikan beberapa perbedaan yang dimiliki masing
masing individu.
4. Ilusi Optis
Ada banyak pengertian persepsi menurut para ahli begitu juga dengan
ilusi. Ilusi optis bisa terjadi karena mata manusia yang salah dalam
melakukan penangkapan. Ada beberapa anggapan konvensional jika ilusi
memiliki sifat fisiologis dan juga memiliki sifat kognitif. Ilusi optik
digunakan oleh arsitek asal Yunani untuk memastikan jika tiang sudah
terlihat lurus dan berbagai hal lainnya.
Dalam sebuah penelitian juga dibuktikan jika penggunaan beberapa
ilusi semakin serius yang digunakan untuk memahami bagaimana cara
otak untuk menilai sebuah ukuran yang relatif.
5. Tidak Ada Ketersediaan Informasi
Tidak adanya informasi saat seseorang menerima sebuah stimulus
yang masih terbilang baru nantinya bisa menyebabkan kekacauan dan
kesalahan dalam persepsi. Untuk itulah sebagai contoh dalam bidang
pendidikan, sebuah materi pelajaran harus terlebih daulu disampaikan
sebelum selanjutnya akan diteruskan dengan materi berikutnya.

Sebagai contoh lainnya, seseorang yang datang pada pertengahan diskusi


kemungkinan bisa menangkap hal yang kurang tepat sebab orang tersebut
tidak memiliki informasi cukup yang sama dengan beberapa orang lain
dalam diskusi tersebut sebab informasi juga bisa dijadikan cues atau
petunjuk untuk mempersepsikan sesuatu.

6. Emosi
Emosi juga nantinya bisa mempengaruhi cara seseorang dalam
menerima atau mengolah sebuah informasi pada sebuah keadaan sebab
sebagian perhatian dan juga energi adalah hanya sebatas emosi tersebut.
Seseorang kemungkinan akan tertekan jika baru saja mengalami
pertengkaran yang akhirnya mengalami kemacetan sehingga macam
macam persepsi dalam psikologi dari gurauan sahabatnya dianggap
sebagai sebuah penghinaan.
7. Impresi
Impresi adalah stimulus yang menonjol atau salient dimana akan lebih
dahulu mempengaruhi persepsi seseorang. Warna kontras, ukuran gambar
yang besar atau suara kuat dengan pitch tertentu akan lebih menarik
individu agar lebih memperhatikan dan juga fokus dalam persepsi yang
dimiliki orang tersebut. Seseorang nantinya akan memperkenalkan diri
dengan sopan serta berpenampilan menarik dimana akan lebih mudah
dipersepsikan sebagai hal yang positif dan persepsi tersebut juga akan
berpengaruh terhadap pandangan pandangan lain berikutnya.
8. Konteks
Konteks yang bisa dalam bentuk sosial, lingkungan fisik atau budaya
juga berpengaruh terhadap kesalahan persepsi. Konteks akan memberikan
dasar yang sangat menentukan bagaimana figure nantinya akan
dipandang. Jika fokus berada pada figure yang sama namun pada dasar
atau ground yang berbeda nantinya juga bisa memberikan makna yang
juga berbeda sehingga cara meningkatkan akurasi persepsi harus
dilakukan.
9. Prasangka
Prasangka adalah kekeliruan persepsi pada seseorang yang berbeda
yang juga merupakan sebuah konsep saling berdekatan dengan stereotip.
Dari beberapa pakar beranggapan jika stereotip identik dengan prasangka
sehingga prasangka dijadikan konsekuensi dari stereotip dan lebih diamati
dibandingkan dengan stereotip.  Prasangka selalu memakai citra yang
kaku untuk meringkas segala sesuatu yang dipercaya.

Sedangkan menurut Richard W. Brislin beranggapan jika prasangka


adalah sebuah sikap tidak adil, menyimpang dan juga tidak toleran pada
beberapa orang tertentu. Seperti halnya pada stereotip yang bisa
berbentuk negatif atau positif, prasangka lebih sering bersifat negatif.

10. Gegar Budaya


Lundstedt berkata jika gegar budaya merupakan bentuk tidak
mampunya seseorang untuk menyesuaikan diri yang menjadi sebuah
reaksi dalam upaya sementara yang gagal dalam menyesuaikan diri
dengan lingkungan dan beberapa orang baru sebagai contoh persepsi
dalam psikologi komunikasi yang salah.
Sedangkan menurut P. Harris dan juga R. Moran, gegar budaya
merupakan sebuah trauma umum yang terjadi pada seseorang dalam
sebuah budaya baru dan berbeda sebab harus belajar kembali dan
mengatasi terlalu banyak nilai budaya dan juga pengharapan baru
sedangkan nilai budaya dan juga mengharapan buaya yang lama tidak
sesuai lagi.

11. Ilusi Rangsang Kompleks


Jika sebuah rangsangan diamati terlalu kompleks, maka rangsangan
tersebut bisa menutupi atau menyamarkan beberapa fakta objektif dari
sebuah gejala atau objek tertentu. Sebagai contoh, ketakutan terhadap
suasana suram, tiang listrik yang terlihat menakutkan di malam hari dan
lain sebagainya.

Seseorang nantinya bisa melakukan pengamatan yang jauh lebih teliti


dan akhirnya menemukan interpretasi tepat dari pengamatan tersebut
sehingga nantinya ilusi akan hilang dengan sendirinya. Ini disebabkan
karena ketakutan, kecemasan, keinginan dan juga pengharapan tertentu.
untuk beberapa penderita gangguan psikis, dunia ini terlihat akan sangat
menakutkan dan penuh dengan bahaya serta ancaman yang mengerikan.

12. Ilusi Fisiologis


Ilusi fisiologis juga menjadi kesalahan persepsi dalam psikologi
seperti yang terjadi pada kesan gambar atau afterimages tertentu dalam
waktu lama. Ini merupakan efek yang bisa terjadi pada mata dan juga otak
sesudah mendapatkan rangsangan tertentu yang terlalu berlebihan
sehingga cara meningkatkan persepsi antar pribadi sangat dibutuhkan.
13. Ilusi Kognitif
Ilusi kognitif bisa terjadi karena anggapan tentang pikiran tertentu
pada sesuatu diluar. Pada umumnya, ilusi kognitif ini terbagi menjadi
ilusi ambigu, ilusi paradoks, ilusi distorsi dan juga ilusi fiksional.
Jika dalam ilusi ambigu, objek atau gambar dapat diartikan berbeda
seperti contohnya vas rubin atau kubus necker. Sedangkan dalam ilusi
distorsi terdapat distorsi ukuran, panjang atau juga bisa difat kurva seperti
lurus lengkung seperti contohnya ilusi dinding kafe dan juga ilusi mueller
lyer.

Ilusi paradoks terjadi karena objek paradoksikal atau sesuatu yang tidak
mungkin seperti segitiga penrose atau tangga yang mustahil seperti yang
terlihat pada karya seni grafis M C Escher berjudul Air Terjun.
Sedangkan ilusi fiksional diartikan sebagai persepsi terhadap objek yang
berbeda sama sekali untuk seseorang namun tidak untuk orang lain seperti
yang terjadi pada halusinogen dan juga schizoprenia atau lebih tepat
dikatakan sebagai halusinasi.

14. Ilusi Visual atau Penglihatan


Saat seseorang mengalami ilusi visual seperti melihat sesuatu yang
berbeda dengan realitas fisik yang disebabkan karena adanya gambaran
menyesatkan dan mengelabui penglihatan. Akibatnya, otak akan
menerima informasi yang salah dan membuat persepsi secara keliru
sehingga gambaran yang terbentuk tidak sesuai dengan obyek yang
sebenarnya yang membutuhkan cara mengurangi distorsi persepsi.
15. Ilusi Akustik dan Ilusi Olfaktorik
Ilusi akustik atau pendengaran juga bisa menyebabkan kesalahan
dalam persepsi. Sebagai contoh, saat seseorang mendengar beberapa kata
dalam percakapan yang seperti nama mereka sendiri, mereka kemudian
percaya jika beberapa orang tersebut sedang membicarakan dirinya.

Sedangkan ilusi olfaktorik atau pembauan adalah pembauan yang


berbeda dengan bau sesungguhnya atau kenyataan. Sebagai contoh, saat
mencium bau minyak wangi namun yang dirasakan orang tersebut
bukanlah bau yang harum namun bau busuk yang menyengat.

4. Hubungan Persepsi Dan Pengambilan Keputusan Kerja


Setiap individu akan mengambil keputusan ketika ia dihadapkan pada
dua atau lebih pilihan alternatif. Oleh karena itu, pengambilan keputusan
individu merupakan bagian penting dari perilaku organisasi. Akan tetapi cara
individu dalam mengambil keputusan dan kualitas pilihannya sangat
dipengaruhi oleh persepsi mereka.

Pengambilan keputusan terjadi sebagai reaksi atas suatu masalah yang


sedang dihadapi. Yaitu perbedaan antara situasi sekarang dengan situasi yang
diinginkan, yang mengharuskan kita untuk mempertimbangkan alternatif
tindakan yang harus dilakukan untuk mengatasi atau menyelesaikan masalah
tersebut. Terkadang masalah yang kita alami dapat menjadi suatu keuntungan
bagi orang lain. Jadi kesadaran bahwa ada masalah dan bahwa keputusan
mungkin atau mungkin tidak diperlukan adalah masalah perseptual.

Setiap keputusan membutuhan kita untuk menginterpretasikan dan


mengevaluasi informasi yang kita terima.  Pada umumnya, kita menerima data
dari berbagai sumber yang perlu kita saring, proses dan interpretasi. Data
mana yang relevan bagi keputusan dan mana yang tidak? Persepsi kita akan
menjawab pertanyaan itu. Kita juga perlu mengembangkan alternatif-alternatif
dan mengevaluasi kekuatan dan kelemahannya. Sekali lagi, proses perceptual
kita akan mempengaruhi hasil akhir. Selama pengambilan keputuasan,
kesalahan perseptual sering kali muncul sehingga dapat membiaskan analisis
dan kesimpulan.
Untuk meningkatkan cara kita membuat keputusan dalam organisasi,
kita harus memahami model-model pengambilan keputusan sebagai berikut.
Pengambilan keputusan rasional merupakan pembuat keputusan tersebut
membuat pilihan-pilihan yang konsisten dan memaksimalkan nilai dalam
batasan-batasan tertentu.

Enam langkah model pengambilan keputusan rasional :

 Mendefinisikan masalahnya

 Mengidentifikasikan kriteria keputusan

 Menimbang kriteria yang telah di identifikasikan sebelumnya

 Membuat alternatif

 Menilai setiap alternatif dalam setiap kriteria

 Memperhitungkan keputusan yang optimal

 Rasionalitas terbatas ( bounded rationality )

Sebuah proses pengambilan keputusan dengan mengembangkan model


yang disederhanakan yang mengeluarkan fitur-fitur esensial dari masalah
tanpa menangkap semua kompleksitasnya. Pikiran manusia tidak dapat
merumuskan dan memecahkan masalah kompleks dengan rasionalitas penuh
sehingga manusia beroperasi dalam batas-batas rasionalitas yang dibatasi.

Intuisi (Intiutive decision making merupakan sebuah proses tanpa


sadar yang diciptakan dari pengalaman yang di peroleh pengambilan
keputusan intuitif terjadi diluar pikiran sadar berpegang pada asosiasi holistis
atau kaitan antara potongan-potongan informasi yang tidak sama, cepat,dan
secara efektif di bebankan berarti melibatkan emosi. Dalam kasus tertentu,
mengandalkan intuisi dapat meningkatkan pengambilan keputusan tetapi tidak
juga dapat terlalu mengandalkannya. Sulit untuk mengetahui kapan intuisi
tersebut benar atau salah. Kuncinya adalah dengan tidak meninggalkan atau
tidak juga hanya mengandalkan intuisi, tetapi untuk melengkapi dengan bukti
dan penilaian yang baik.

Pengambil keputusan terlibat dalam rasionalitas terbatas, dalam


penilaian mereka juga mungkit terdapat bias dan kesalahan. Untuk
meminimalkan hal tersebut, orang cenderung terlalu bergantung pada
pengalaman, impuls, firasat, dan aturan ibu jari. Berikut ini adalah bias paling
umum dalam pengambilan keputusan :

1. Bias terlalu percaya diri

2. Bias terpaku pada satu informasi awal.

3. Bias konfirmasi, pengumpulan data tidak objektif setapi selektif. Bias


konfirmasi mewakili suatu kasus spesifik dari persepsi selektif

4. Bias yang tersedia, kecenderungan untuk mendasarkan penilaian atas


informasi yang tersedia.

5. Eskalasi Komitmen, banyak organisasi menderita karena seorang


manajer bertekad untuk membuktikan bahwa keputusan aslinya benar.

6. Kesalahan random,  kecenderungan untuk percaya dapat memprediksi


hasil dari kejadian acak adalah sebuah kesalahan acak.

7. Menghindari risiko,  seseorang yang menghindari risiko akan tetap


melakukan hal yang sama dalam pekerjaan mereka, daripada
mengambil kesempatan pada metode inovatif atau kreatif.

8. Bias penglihatan, kecenderungan untuk percaya secara salah, setelah


hasilnya diketahui, bahwa kita telah meramalkannya secara akurat.
5. Proses Persepsi
Proses terbentuknya persepsi pada seseorang dapat dimulai dari
diterimanya rangsangan baik rangsangan visual, audio, olfatorik, dan
rangsang-rangsang yang lain. Rangsang itu kemudian ditanangkap oleh alat
indra untuk kemudian dibentuk menjadi sebuah persepsi mengenai apa yang
ditangkap oleh alat indra. Setelah menjadi persepsi, mulailah pada proses
pengenalan. Dalam proses pengenalan inilah persepsi yang dibangun, mulai
diteliti dan diidentifikasi lebih dalam. Pengenalan ini merupakan tindak lanjut
untuk mendapatkan suatu kepastian dari persepsi yang dibangun.

Stimulus Organisasi
Lingkungan Perseptual Persepsi

Seleksivitas Penafsiran
Persepsi Stimulus

Gambar 1: Proses Terjadinya Persepsi

Menurut Bimo Walgito (2002:90), terjadinya persepsi melalui suatu


proses, yaitu melalui beberapa tahap sebagai berikut :
1. Suatu obyek atau sasaran menimbulkan stimulus, selanjutnya stimulus
tersebut ditangkap oleh alat indera. Proses ini berlangsung secara alami
dan berkaitan dengan segi fisik.
2. Proses pentransferan stimulus ke otak. Dimana stimulus susatu obyek
yang diterima oleh alat indera, kemudian disalurka ke otak melalui syaraf
sensoris.
3. Otak selanjutnya memproses stimulus hingga individu menyadari obyek
yang diterima oleh alat inderanya.
Dalam tahap-tahap tersebut terjadilah adanya proses persepsi yaitu suatu
proses dimana individu mengetahui dan menyadari suatu obyek
berdasarkan stimulus yang mengenai alat inderanya.

6. Faktor yang Memengaruhi Persepsi


Persepsi terjadi melalui beberapa proses dan hal itu disebabkan oleh
beberapa faktor. Para ahli menjelaskan dalam berbagai aspek dan pandangan,
menurut Makmuri Muchlas (2008:119) ada beberapa faktor yang

mempengaruhi persepsi, yaitu :


1. Pelaku persepsi
Penafsiran seorang individu pada suatu objek yang dilihatnya
akan sangat dipengaruhi oleh karakteristik pribadinya sendiri. Diantaranya
sikap, motif, kepentingan atau minat, pengalaman masa lalu, dan
pengharapan. Kebutuhan atau motif yang tidak dipuaskan akan
merangsang individu dan mempunyai pengaruh yang kuat pada persepsi
mereka.
2. Target atau obyek persepsi
Gerakan, bunyi, ukuran dan atribut-atribut lain dari target akan
membentuk cara kita memandangnya. Misalnya suatu gambar dapat
dilihat dari berbagai sudut pandang yang berbeda dari tiap-tiap individu.
3. Situasi
Situasi juga dapat mempengaruhi sebuah persepsi. Misalnya
seseorang yang dilihat berkulit hitam pada daerah yang didominasi oleh
orang berkulit putih, tapi ketika ia berada di daerah yang didominasi oleh
orang berkulit hitam seperti berada di daerah pedalaman Papua mungkin
ia bisa dilihat berkulit putih dibandingkan mereka.
Pandangan yang sedikit berbeda dijabarkan oleh Thoha
(2007:147), menurutnya faktor yang memengaruhi persepsi adalah sebagai
berikut:
1. Psikologi, persepsi seseorang mengenai segala sesuatu di alam dunia
ini sangat dipengaruhi oleh keadaan psikologi.
2. Famili, pengaruh yang sangat besar pula terhahdap anakanak adalah
famili atau orang tua.
3. Kebudayaan, kebudayaan dan lingkungan tertentu juga merupakan
salah satu faktor yang kuat di dalam mempengaruhi sikap, nilai dan
cara seseorang mermandang dan memahami keadaan di dunia ini
Robbins (2007:176) menggambarkan kompleksitas faktor yang
memengaruhi persepsi sebagai berikut:

Gambar 2: Faktor – Faktor yang Memengaruhi Persepsi

Dari faktor – faktor tersebut terjadilah proses pengolahan stimulus yang


kemudian dijadikan persepsi. Hasil persepsi dapat dilihat sebagai berikut:
 Sama dengan semua orang (Anybody)
 Sama dengan beberapa orang (Somebody)
 Tidak sama dengan orang lain (Others)
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Persepsi merupakan proses pemahaman ataupun pemberian makna atas suatu
informasi terhadap stimulus. Persepsi sendiri merupakan interpretasi unik dari
suatu situasi, bukan rekaman situasi. Persepsi bisa jadi berbeda dengan realita.
Sehingga dapat disimpulkan bahwa persepsi merupakan suatu proses
pemberian arti atau makna terhadap suatu objek yang ada pada lingkungan.
2. Sikap atau attitude merupakan salah satu hal yang bisa dinilai dari diri
seseorang. Secara umum sikap dapat didefinisikan sebagai perasaan, pikiran
dan kecenderungan seseorang yang bersifat permanen mengenai lingkungan
sekitarnya. Berbeda halnya dengan nilai.
3. Nilai dapat diartikan sesuatu yang diinginkan, penting dan memiliki arti,
sehingga diperjuangkan untuk direalisasikan. Nilai adalah keyakinan dasar
bahwa suatu cara tingkah laku khas lebih disukai secara pribadi atau sosial
daripada cara tingkah laku yang sebaliknya.
4. Ketiga hal tersebut, baik persepsi, sikap maupun nilai sangat berperan dalam
pengembangan perilaku organisasi. Persepsi masing-masing individu atau
kelompok yang berbeda satu sama lain akan sangat menentukan perilaku atau
tindakan apa yang akan diambil oleh organisasi tersebut terkait dengan
kepentingan dan tujuan organisasi yang telah direncanakan sebelumnya. Disisi
lain, sikap yang ada pada setiap individu atau suatu kelompok organisasi akan
menentukan kinerja individu atau kelompok dalam organisasi tersebut.
Sementara nilai dalam suatu organisasi juga sangat penting terkait dengan
perjuangan untuk merealisasikan visi misi organisasi sesuai dengan rencana
sebelumnya sehingga memperoleh pencapaian yang sesuai dan dianggap
penting dan berharga.
B. SARAN
Masih banyak hal yang perlu diperbaiki terutama pada persepsi dan sikap
individu maupun kelompok dalam suatu organisasi demi meningkatkan
kinerjanya. Untuk mendapatkan nilai atau suatu pencapaian yang memuaskan
suatu perusahaan atau organisasi tentunya harus mampu mewujudkan visi misi
organisasi. Dalam suatu organisasi yang terdiri dari banyak orang tentunya
semakin banyak pula persepsi dari tiap-tiap individu. Disitulah kiranya peran
pemimpin diperlukan untuk menyatukan aspirasi individu atau kelompok untuk
mencapai tujuan yang telah direncanakan sebelumnya.
Dalam pengaturan organisasi, diperlukan penekanan khusus pada setiap
individu agar memiliki satu pandangan sama dalam mewujudkan visi misi sebuah
organisasi. Oleh karena itu persepsi positif dan sama dapat menyeimbangkan
kinerja dan kepuasan anggota organisasi.
Setelah organisasi dapat menyelaraskan persepsi setiap individu, maka
akan timbul sebuah sikap yang positif pula dengan pertimbangan nilai – nilai
yang dianut individu sendiri maupun nilai – nilai yang diterapkan perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA

Gerungan, W.A., (2009), Psikologi Sosial, PT Refika Asitama, Bandung.


Hofstede, Geert, 1997, Culture‟s and Organization, New York, Washington D.C
London, Me Craw-Hill,
Ivanevich, John M, dkk. 2006. Perilaku dan Manajemen Organisasi. Jakarta:
Erlangga.
Muchlas, Makmuri. 2008. Perilaku Organisasi. Yogyakarta: Gadjah Mada University
Press
Robbins, Stephen.P, 2001, Perilaku Organisasi, Edisi Bahasa Indonesia, PT
Prenallindo, Jakarta
Ruhana, Ika. 2012. BAB 4 Persepsi, Sikap, Nilai. (Online) tersedia:
http://anahuraki.lecture.ub.ac.id/materi-kuliah/ppo/. Diakses terakhir tanggal
10 Maret 2015
Sigit, Soehardi, 2003, Perilaku Organisasional, Universitas Sarjanawiyata
Tamansiswa, Yogyakarta
Thoha, Mifta, 2007, Perilaku Organisasi, Konsep Dasar dan Aplikasinya, PT Raja
Grafindo Persada, Jakarta
Walgito, Bimo. 2002. Pengantar Psikologi Umum. Yogyakarta: Andi Offset.

Anda mungkin juga menyukai