Anda di halaman 1dari 12

RANGKUMAN MATERI

ASPEK KEPERILAKUAN PADA PERENCANAAN


DAN PENGGANGARAN LABA
Mata kuliah : Akuntansi Keperilakuan

OLEH :
Kelompok 2

Ni Kadek Winda Ardiyani (1807531030)


Ni Putu Sega Okta Habrianna (1807531034)
Lidia Ayu Karuniasari (1807531038)
Made Ayu Rhetria Sashikirana Paramitha (1807531098)
Ni Putu Laksmi Devi Mahayani (1807531106)

EKA 450 (D1)


PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI REGULER
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS UDAYANA
TAHUN AJARAN 2020/2021
DAFTAR ISI

DAFTAR ISI................................................................................................................... ii
PETA KONSEP.............................................................................................................. iii

PEMBAHASAN ............................................................................................................ 1
1. Fungsi Perencanaan Dan Anggaran Laba................................................................... 1
2. Perilaku Penyusunan Anggaran.................................................................................. 2
3. Konsekuensi Penyampaian Proses Penganggaran...................................................... 4
4. Relevansi Konsep Ilmu Keprilakuan..................................................................... 5

KESIMPULAN............................................................................................................... 9
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................... 10

ii
PEMBAHASAN

1. FUNGSI PERENCANAAN DAN ANGGARAN LABA


Perencanan laba adalah pengembangan dari suatu rencana operasional untuk
mencapai sasaran dan tujuan. Laba penting dalam perencanaan karena rencana yang
diharapkan adalah laba yang memuaskan. Anggaran adalah merupakan suatu rencana yang di
curahkan kedalam keuangan dan istilah kuantitaf lain. Perencanaan laba perusahaan terdiri
dari suatu anggaran operasi rinci dan anggaran laporan keuangan . Anggaran berbeda dengan
prakiraan (forecasat). Suatu perencanaan laba atau anggaran menunjukan tingkat atau target
yang diusahakan manajemen untuk diraih.

Kekuatan ini meliputi perubahan dalam teknologi, tindakan kompetitor dan ekonomi.,
demograpi selera konsumen, sikap sosial, dan faktor politik. Faktor-faktor ini umumnya tidak
dapat dikendalikan oleh suatu perusahaan, dan arah dan besarnya perubahan seringkali sulit
untuk diprediksikan. Secara fundamental tiga pendekatan dapat di pilih dalam menata sasaran
laba. Perencanaan laba perusahaan terdiri dari anggaran operasi terperinci dan anggaran
laporan keuangan. Secara fundamental tiga pendekatan dapat dipiloh dalam menata sasaran
laba:

a. Dalam metode apriori, sasaran laba mendominasi perencanaan. Pada permulaan


manajemen menentukan spesifikasi suatu tingkat imbal hasil yang diharapkan dan
kemudian menuangkan realisasi dari sasaran tersebut melalui perencanaan
b. Dalam metode posteriori, sasaran laba merupakan subordinasi dari perencanaan dan
dinyatakan sebagai suatu hasil dari perencanaan
c. Dalam metode pragmantik, manajemen menggunakan suatu standar laba yang telah
diuji dan disetujui oleh pengalaman

Harapan publik dan tanggung jawab sosial harus disadari merupakan konsekuensi dari
sasaran laba selain tujuan perusahaan. Perusahaan dituntut untuk melakukan evaluasi
Tindakan pada konteks sosial yang mempengaruhi ekonomi. Anggaran sebaiknya menjadi
cetak biru keuangan mengenai bagaimana perusahaan diharapkan untuk beroperasi. Beberapa
fungsi anggaran:

a. Anggaran merupakan hasil akhir dari proses perencanaan perusahaan. Sebagai hasil
negoisasi antar anggota organisasi yang dominan, anggaran memcerminkan
konsensus organisasional mengenai tujuan operasi untuk masa depan.

1
b. Anggaran merupakan cetak biru perusahaan untuk bertindak, yang mencerminkan
prioritas manajemen dalam alokasi sumber daya organisasi.
c. Anggaran bertindak sebagai suatu alat komunikasi internal yang menghubungkan
beragam departemen atau divisi organisasi antara yang satu dengan yang lainnya.
d. Dengan menetapkan tujuan dalam kriteria kinerja yang dapat diukur, anggaran
berfungsi sebagai standar terhadap mana hasil operasi actual dapat dibandingkan.
e. Anggaran berfungsi sebagai alat pengendalian yang memungkinkan manajemen
untuk menemukan bidang-bidang yang menjadi kekuatan atau kelemahan
perusahaan.
f. Anggaran mencoba untuk memengaruhi dan memotivasi baik manajer maupun
karyawan untuk terus bertindak dengan cara yang konsisten dengan operasi yang
efektif dan efisien serta selaras dengan tujuan organisasi.

2. PERILAKU PENYUSUNAN ANGGARAN

Untuk menyusun anggaran atau rencana laba, terdapat langkah-langkah tertentu yang perlu
diambil yaitu:

a. Manajemen puncak harus memutuskan apa yang menjadi tujuan jangka pendek
perusahaan dan strategi mana yang akan digunakan untuk mencapainya.
b. Tujuan harus ditetapkan dan sumberdaya dialokasikan
c. Suatu anggaran atau rencana laba yang komprehesif harus disusun, kemudian
disetujui oleh manajemen puncak. Setelah disetujui, anggaran harus dikomunikasikan
kepada dan karyawan yang kinerjanya dikendalikan.
d. Anggaran digunakan untuk mengendalikan biaya dan menetukan bidang masalah
dalam organisasi tersebut dengan membandingkan hasil kinerja actual dengan tujuan
yang telah dianggarkan secara periodic.
1. Tahap penetapan tujuan
Aktivitas perencanaan dimulai dengan menerjemahkan tujuan organisasi yang luas ke
dalam tujan aktivitas yang khusus. Untuk menyusun rencana yang realistis dan menciptakan
anggaran yang praktis, interaksi yang ektensif diperlukan antara manajer lini dan anatara
manajer staf organisasi. Ketika memformulasikan tujuan organisasi dan menerjemahkannya
ke dalam target operasi, diperlukan kehati-hatian untuk menetapkan hierarki tujuan dan target
yang realistis dan, jika memungkinkan, harmonis dengan target dan kebutuhan pribadi dari
manajer dan karyawan.

2
Jika sesuai dengan struktur organisasi atau gaya kepemimpinan, maka manajer tingkat
bawah dan karyawan sebaiknya diberikan kesempatan untuk berpartisipasi dalam proses
penetapan tujuan sehingga mereka akan lebih mungkin menerima tujuan yang telah
diformulasikan. Tujuan realistis yang ditetapkan melalui partisipasi yang berarti akan
memengaruhi tingkat aspirasi manajer dan karyawan secara menguntungkan.
Penjelasan tersebut menuntukkan bahwa konsep utama perilaku yang berpengaruh
terhadap tahapan penetapan tujuan adalah proses perencanaan yang meliputi partisipasi,
kesesuaian tujuan, dan komitmen.

2. Tahap implementasi
Pada tahap implenentasi, rencana formal tersebut digunakan untuk
mengkomunikasikan tujuan dan strategi organisasi, serta untuk memotifasi orang secara
positif dalam organisasi. Hal ini dicapai dengan menyediakan target kinerja perinci bagi
mereka yang bertanggungjawab untuk mengambil tindakan. Agar rencana tersebut berhasil,
maka rencana tersebut harus dikomunikasikan secara efektif. Kesalahpahaman sebaiknya
dideteksi dan diselesaikan dengan segera. Setelah itu baru rencana formal kemungkinan akan
menerima kerjasama penuh dari berbagai kelompok yang ingin dimotivasi. Konsep ilmu
keperilakuakn utama yang memengaruhi tahap implementasi adalah komunikasi, kerja sama,
dan koordinasi.

3. Tahap pengendalian dan evaluasi kinerja


Anggaran menjadi tolak ukur terhadap kinerja aktial dibandingkan dan berfungsi
sebagai dasar untuk melakukan manajemen berdasarkan pengecualian. Sebaiknya dijelaskan
bahwa manajmen berdasarkan pengecualian tidak menganggap bahwa hanya varians yang
tidak menguntungkan saja yang perlu diinvestigasi. Melainkan manajemen sebaiknya
memperhatikan varians yang tidak menguntungkan terlebih dahulu. Varians yang
menguntungkan dan kinerja di atas standar akan mengindikasikan bagaimana masa depan
akan memperoleh manfaaat dari transfer pengetahuan dan teknologi yang serupa. Selain itu,
varians yang menguntungkan dapat mengidentifikasikan kebutuhan akan penyesuaian
anggaran. Varians yang tidak menguntungkan dan kinerja dibawah standar sebaiknya
memicu tindakan korelatif guna mengulangi tindakan yang berbiaya mahal. Kebijakan, sikap,
dan tindakan manajemen dalam evaluasi kinerja dan tindak lanjut atas varians memiliki
berbagai konsekuensi perilaku yang jika tidak dipahami dan dikendalikan, dapat meniadakan

3
dari seluruh proses perencanaan dan pengendalian. Beberapa konsekuensi keperilakuan yang
mungkin muncul meliputi tekanan, motivasi, aspirasi, dan kegelisahan.

3. KONSEKUENSI PENYAMPAIAN PROSES PENGANGGARAN


1. Rasa Tidak Percaya

Anggaran merupakan sumber tekanan yang dapat menimbulkan rasa tidak percaya,
rasa permusuhan dan mengarah pada kinerja yang menurun. Alasan dari rasa tidak percaya
ini didasarkan pada keyakinan penyelia bahwa :

1) Anggaran cenderung untuk terlalu menyederhanakan atau mendistorsi situasi “riil”


dan gagal untuk memungkinkan dimasukkannya variasi dalam faktor eksternal.
2) Anggaran mencerminkan variabel kualitatif, seperti pengetahuan mengenal tenaga
kerja, kualitas bahan baku, dan efisien mesin, secara tidak memeadai.
3) Anggaran hanya mengonfirmasi apa yang telah diketahui oleh penyelia.
4) Anggaran sering kali digunakan untuk memanipulasi penyelia sehingga ukran
kinerja diindikasikan dicurigai.
5) Laporan anggaran menekankan pada hasil, bukan pada alasan.
6) Anggaran mengganggu gaya kepemimpinan penyelia
7) Anggaran cenderung untuk menekan pada kegagalan

2. Resistensi

Alasan dari resistensi anggaran adalah bahwa anggaran menandai dan membawa
perubahan sehingga merupakan ancaman terhadap status quo. Alasan lain yang menyebabkan
terjadinya resistensi adalah bahwa proses anggaran memerlukan waktu dan perhatian yang
besar. Alasan ini dapat diatasi dengan mendidik manajer dan penyelia untuk megenali
manfaat yang dapat diperoleh dari penyusunan anggaran.

3. Konflik Internal

Konflik internal dapat berkembang sebagai akibat dari interaksi antara orang-orang
pada berbagai tingkatan organisasi atau sebagai akibat dari laporan kinerja yang
membandingkan satu departemen dengan departemen lainnya. Gejala umum dari konfik

4
adalah ketidakmampuan untuk mencapai kerjasama antarpribadi dan antarkelompok selama
proses penyusunan anggaran.

Konflik dapat menyebabkan orang berfokus pada kebutuhan departemennya sendiri


secara eksklusif daripada kebutuhan organisasi secara total. Situasi ini menyebabkan
keselarasan tujuan menjadi sulit, jika tidak mungkin untuk dicapai. Untuk mengakhiri siklus
konflik , manajemen harus mengidentifikasi dan mendiagnosis penyebabnya. Kemudian
tindakan untuk menghilangkan konflik internal dan mengembalikan hubungan kerja yang
harmonis dan produktif dapat dimulai.

4. Efek Samping Lain yang Tidak Diinginkan

Anggaran sering kali dipandang sebagai alat tekanan manajerial. Orang-orang


merasakan tekanan ketika manajemen puncak berusaha untuk memperbaiki efisiensi dengan
cara memperoleh lebih banyak output dari tingkat input yang ada (atau lebih rendah).
Tekanan anggaran adalah lebih berbahaya bagi penyelia yang bertanggung jawab memenuhi
target tertentu. Oleh karena penyelia sering kali tidak mampu melimpahkan tanggung jawab
ini kepada bawahan, mereka akhirnya melakukan berbagai tindakan yang disfungsional, yang
salah satunya adalah mendistorsi proses pengukuran. Efek samping lainnya yang tidak
diinginkan yang dapat berkembang adalah penekanan pada kinerja departemental dan kurang
menekankan pada kinerja organisasi secara keseluruhan. Anggaran juga dapat menghambat
inisiatif individual dan inovasi yang efektif biaya karena metode bisnis yang telah ada dengan
probabilitas keberhasilan yang diketahui lebih dipilih dibandingkan dengan metode baru
dengan peluang keberhasilan yang belum terbukti. Manajemen dan tenaga kerja
berpendidikan kemungkinan besar akan bekerja sama dalam menyusun anggaran dan rencana
laba. Tanpa pendidikan anggaran, kerja sama semacam itu mustahil akan terjadi. Tanpa
mempedulikan seberapa canggihnya teknik anggaran, proses anggaran dapat menjadi
pemborosan terhadap dana perusahaan jika masalah potensial tidak dibahas sebelumnya dan
diselesaikan.

4. RELEVANSI KONSEP ILMU KEPERILAKUAN

1. Dampak dari Lingkungan Perencanaan


Pada dasarnya lingkungan perencanaan mengacu pada struktur, proses, pola-pola
interaksi dalam penetapan kerja. Hal tersebut kadang kala disebut dengan budaya atau iklim
organisasi.

5
2. Ukuran dan Struktur Organisasi
Ukuran dan struktur pada organisasi mempengaruhi prilaku manusia dan pola
interaksi dalam tahap penetapan tujuan, implementasi, dann pengendalian serta evaluasi
terhadap proses perencanaan.

3. Gaya Kepemimpinan
Gaya kepemimpinan juga dapat mempengaruhi lingkungan perencanaan
organisas. Teori X dari McGregor menjelaskan gaya kepemimpinan yang otoriter dan
dikendalikan secara ketat, dimana kebutuhan efisiensi dan pengendalian mengharuskan
pendekatan manajerial tersebut untuk berurusan dengan bawahannya. Berbeda dengan Teori
Y yang dikemukakan oleh McCregor dan gaya kepemimpinan Likert mendorong tingkat
keterlibatan dan partisipasi karyawan dalam penentuan tujuan dan pengembilan keputusan.

4. Stabilitas Lingkungan Organisasi


Faktor lingkungan eksternal juga mempengaruhi lingkungan perencanaan yang
meliputi iklim politik dan ekonomi, ketersediaan pasokan, struktur industri yang melayani
organisasi, hakikat persaingan, dll.

Konsep –Konsep Keprilakuan Yang Relevan Dalam Proses Penyusunan Anggaran

1. Tahap Penetapan Tujuan


Selama tahap penetapan tujuan baik tujuan umum ataupun tujuan khusus dari
manajemen puncak diterjemahkan kedalam target-target yang pasti dan dapat diukur bagi
organisasi serta bagi setiap submit utama.

2. Keselarasan Tujuan
Masalah utama dalam penetapan tujuan adalah mencapai suatu tingkat keselarasan
tujuan atau kompatibilitas yang mungkin diantara tujuan-tujuan organisasi, subunit-subunit,
dan anggota-anggota yang turut berpartisipasi.

3. Partisipasi
Adalah suatu proses pengambilan keputusan bersama oleh dua bagian atau lebih pihak
di mana keputusan tersebut akan memiliki dampak masa depan terhadap mereka yang
membuatnya.

6
4. Manfaat Partisipasi
Salah satu manfaat dari partisipasi yang berhasil adalah bahwa partisipan menjadi
terlibat secara emosi dan bukan dalam pekerjaan mereka. Pada dasarnya partisipasi dapat
meningkatkan moral dan mendorong insiatif yang lebih besar pada semua tingkatan
manajemen.

5. Batasan dan Permasalahan Partisipasi


Bahkan dalam kondisi yang paling ideal sekalipun, partisipasi dalam penetapan tujuan
mempunyai keterbatasan tersendiri. Karena proses partisipasi memberikan kekuasaan kepada
para manajer untuk menetapkan hasil isi dari anggaran mereka, kekuasaan ini bisa digunakan
dengan cara yang memiliki konsekuensi disfungsional bagi organisasiitu sendiri.

6. Tahap implementasi
Setelah tujuan organisasi ditetapkan, maka direktur perencanaan
mengkonsolidasikaannya ke dalam anggaran formal yang komprehensif. Cetak biru untuk
tindakan ditingkat perusahaan ini kemudian disetujui oleh dewan direksi, komisaris, anggaran
tersebut kemudian diimplementasikan melalui komunikasi kepada karyawan kunci dalam
organisasi.

7. Pengkomunikasian Anggaran
Kontroler atau direktur perencanaan bertanggung jawab untuk mengimplementasikan
anggaran. Hal ini dicapai dengan cara mengkomunikasikan sasaran operasional yang
disetujui kepada orang-orang tingkat organisasi yang lebih rendah.

8. Kerja Sama dan Koordinasi


Implementasi anggaran yang berhasil membutuhkan kerja sama dari orang-
orangdengan beraneka ragam ketrampilan dan bakat. Koordinasi adalah seni menggabungkan
secara efektif seluruh sumber daya organisasi. Dari sudut pandang keprilakuan, hal ini berarti
menggabungkan bakat dan kekuatan dari setiap partisipan organisasi dan membuatnya
berjuang untuk mencapai tujuan yang sama.

9. Tahap Penngendalian dan evaluasi Kinerja


Tujuan yang dianggarkan jarang dicapai tanpa memantau kemajuan karyawan secara
continue terhadap pencapaian tujuan mereka. Dalam tahap pengendalian dan evaluasi kinerja,
kinerja aktual dibandingkan dengan standar yang dianggarkan guna menentukan bidang-

7
bidang permasalahan dalam organisasi tersebut dan menyarankan tindakan yang sesuai untuk
memperbaiki kinerja yang dibawah standar.

10. Laporan-laporan Kinerja


Untuk mempertahankan kendali atas biaya dan menjaga agar karyawan termotivasi ke
arah pencapaian sasaran, laporan kinerja sebaiknya disusun dan di distribusikan paling tidak
secara bulanan. Pentingnya komunikasi berkala atas hasil kinerja telah berulang kali
ditunjukkan dalam studi empiris. Penerbitan laoran kinerja secara berkala dan tepat waktu
akan mempengaruhi dan mendorong pada moral karyawan.

8
KESIMPULAN

Perencanaan laba perusahaan terdiri dari suatu anggaran operasi rinci dan anggaran
laporan keuangan. Dimana anggaran sebaiknya menjadi cetak biru keuangan mengenai
bagaimana perusahaan diharapkan untuk beroperasi. Untuk menyusun anggaran atau rencana
laba, diperlukanlah beberapa langkah dan juga tahapan, seperti tahap pemetaan tujuan, tahap
implementasi, tahap pengendalian dan evaluasi kinerja. Adapun beberapa konsekuensi
keperilakuan yang mungkin muncul meliputi tekanan, motivasi, aspirasi, dan kegelisahan.
Pada dasarnya lingkungan perencanaan mengacu pada struktur, proses, pola-pola interaksi
dalam penetapan kerja, ukuran dan struktur pada organisasi mempengaruhi prilaku manusia
dan pola interaksi dalam tahap penetapan tujuan, implementasi, dann pengendalian serta
evaluasi terhadap proses perencanaan. Gaya kepemimpinan juga dapat mempengaruhi
lingkungan perencanaan organisas, dan faktor lingkungan eksternal juga mempengaruhi
lingkungan perencanaan yang meliputi iklim politik dan ekonomi, ketersediaan pasokan,
struktur industri yang melayani organisasi, hakikat persaingan, dll.

9
DAFTAR PUSTAKA

Lubis, Arfan Ikhsan. 2010. Akuntansi Keperilakuan. Jakarta: Salemba Empat.

10

Anda mungkin juga menyukai