Anda di halaman 1dari 44

MAKALAH

PENGANTAR AKUNTANSI INTERNASIONAL

“Makalah Ini Disusun Dalam Rangka Memenuhi Tugas Akuntansi Internasional”

Dosen Pengampu:
Selfiaty Handaiyani, S.E., M.Ak

DISUSUN OLEH:
Kelompok 1

1. Aida siti suaida


2. Budi Irawan
3. Eka Purba
4. Fadhilah Shafa Aini

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI


STIE DHARMA NEGARA
PROGRAM STUDI AKUNTANSI
2023
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala berkat dan
rahmat-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan Makalah yang berjudul Pengantar
Akuntansi Internasional tepat pada waktunya.

Tujuan penyusunan makalah ini bertujuan untuk memenuhi nilai tugas dalam mata kuliah
Akuntansi Internasional. Selain itu, pembuatan makalah ini juga bertujuan agar menambah
wawasan dan pengetahuan bagi para pembaca.

Karena keterbatasan pengetahuan maka kami yakin makalah ini masih banyak kekurangan.
Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran agar makalah semakin lebih baik. Akhir
kata, semoga makalah ini dapat berguna bagi para pembaca. Terima kasih.

Depok, 14 Nopember 2023

Kelompok 1

i
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar ................................................................................................................................ i
Daftar Isi .......................................................................................................................................... ii
Bab I Pendahuluan ...................................................................................................................... 1
1.1. Latar Belakang .......................................................................................................... 1
1.2. Rumusan Masalah .................................................................................................... 1
1.3. Tujuan Penulisan ...................................................................................................... 1

Bab II Pembahasan ....................................................................................................................... 2


2.1 Perkembangan & Klasifikasi Akuntansi Komparatif 1 dan 2 .................................... 2
2.1.1 Perkembangan dan Klasidikasi .................................................................... 2
2.1.2 Akuntansi Komparatif ................................................................................. 5
2.1.3 Akuntansi Komparatif I ................................................................................ 5
2.1.4 Akuntansi Komparatif II ............................................................................... 12
2.2 Standar Akuntansi di Berbagai Negara .................................................................... 19
2.2.1 Latar Belakang Timbulnya Prinsip Akuntansi Berlaku Umum ..................... 19
2.2.2 Prinsip Akuntansi Berlaku Umum Sektor Komersial (Swasta) .................... 19
2.2.3 Prinsip Akuntansi Berlaku Umum & Standar Akuntansi Sektor Publik ....... 20
2.2.4 Sistem Akuntansi Pemerintah di Indonesia ................................................ 21
2.2.5 Sistem Akuntansi di Berbagai Negara ......................................................... 22
2.3 Standar Akuntansi Internasional .............................................................................. 24
2.3.1 Tentang Standar Akuntansi Internasional ................................................... 24
2.3.2 Sejarah Penetapan Standar Akuntansi Internasional ................................. 25
2.3.3 Organisasi yang Berperan dalam Standar Akuntansi Internasional ............ 27
2.3.4 Standar Akuntansi Internasional IFRS, IPSAS & GAAP ................................ 28
2.3.5 Penjelasan mengenai Harmonisasi & Konvergensi ..................................... 38

Bab III Penutup .............................................................................................................................. 39


3.1 Kesimpulan ............................................................................................................... 39
3.2 Saran ........................................................................................................................ 40

Daftar Pustaka ................................................................................................................................. 41

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam era globalisasi ekonomi saat ini, perusahaan-perusahaan di seluruh dunia semakin
terlibat dalam aktivitas bisnis lintas batas. Perkembangan teknologi, perdagangan
internasional yang semakin intens, dan mobilitas modal telah menciptakan lingkungan
bisnis yang sangat dinamis dan kompleks. Di tengah arus global ini, kebutuhan akan
konsistensi dan keseragaman dalam penyusunan laporan keuangan menjadi semakin
mendesak.
Pentingnya standardisasi dalam Akuntansi Internasional menjadi semakin jelas, terutama
dengan adopsi Standar Akuntansi Internasional (IFRS) sebagai panduan utama dalam
penyusunan laporan keuangan di berbagai negara. Namun, sementara IFRS telah menjadi
alat yang sangat efektif dalam meningkatkan transparansi dan pembandingan lintas batas,
peralihan ke standar ini juga menimbulkan sejumlah tantangan dan pertanyaan penting.
Dalam makalah ini, kita akan menjelajahi latar belakang Akuntansi Internasional,
menggali sejarah evolusinya, serta menganalisis implikasi penerapannya dalam konteks
global. Perubahan dinamis dalam praktik bisnis internasional, ketidakpastian regulasi,
dan kompleksitas perbedaan budaya akan menjadi fokus utama untuk dipahami dan
diuraikan.
Pemahaman mendalam terhadap latar belakang masalah ini akan memberikan landasan
yang kokoh untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan kritis seputar adaptasi Akuntansi
Internasional, serta menggambarkan peran krusialnya dalam mendukung transparansi
dan kepercayaan dalam pelaporan keuangan global.
1.2 Rumusan masalah
1. Bagaimana Perkembangan & klasifikasi Akuntansi Komparatif 1 dan 2
2. Bagaimana Standar Akuntansi di berbagai Negara
3. Bagaimana Standar Akuntansi Internasioal

1.3 Tujuan Penulisan


1. Untuk mengetahui Perkembangan & klasifikasi Akuntansi Komparatif 1 dan 2
2. Untuk mengetahui Standar Akuntansi di berbagai Negara
3. Untuk mengetahui Standar Akuntansi Internasioal

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 PERKEMBANGAN & KLASIFIKASI AKUNTANSI KOMPARATIF 1 DAN 2

2.1.1 Perkembangan dan Klasifikasi

2.1.1.1 Perkembangan
Standar dan praktik akuntansi di setiap negara merupakan hasil dari
interaksi yang kompleks di antara faktor ekonomi, Sejarah, kelembagaan
dan budaya. Dapat diduga akan terjadinya perbedaan antarnegara. Faktor-
faktor yang memengaruhi perkembangan akuntansi nasional juga
membantu menjelaskan perbedaan akuntansi antar-bangsa.
Kami meyakini bahwa delapan faktor berikut ini memiliki pengaruh yang
signifikan dalam perkembangan akuntansi. Tujuh faktor pertama berupa
ekonomi, Sejarah sosial, dan/atau kelembagaan dan merupakan faktor
yang sering disebutkan oleh para penulis akuntansi . akhir-akhir ini,
hubungan antara budaya (faktor kedelapan berikut ini) dan perkembangan
akuntansi mulai digali lebih lanjut.

1) Sumber pendanaan
Di negara-negara dengan pasar ekuitas yang kuat, seperti Amerika
Serikat dan Inggris, akuntansi memiliki fokus atas seberapa baik
manajemen menjalankan Perusahaan (profitabilitas) dan dirancang
untuk membantu investor menganalisis arus kas masa depan dan
risiko terkait. Sebaliknya, dalam sistem berbasis kredit dimana bank
merupakan sumber utama pendanaan, akuntansi memiliki fokus pada
perlindungan kreditor melalui pengukuran akuntansi yang konservatif
dalam meminimumkan pembayaran dividen dan menjaga pendanaan
yang mencukupi dalam rangka perlindungan bagi para peminjam.
2) Sistem hukum
Sistem hukum menentukan bagaimana individu dan lembaga
berinteraksi. Dunia barat memiliki dua orientasi dasar: kodifikasi
hukum (sipil) dan hukum umum (kasus). Kodifikasi hukum utamanya
diambil dari hukum Romawi dan kode Napoleon. Dalam negara-
negara yang menganut sistem kodifikasi hukum Latin-Romawi,
hukum merupakan satu kelompok lengkap yang mencakup ketentuan
dan prosedur. Kodifikasi standar dan prosedur akuntansi merupakan
hal yang wajar dan sesuai disana. Dengan demikian, di negara-negara
yang menganut kodifikasi hukum, aturan akuntansi digabungkan
dalam hukum nasional dan cenderung sangat lengkap dan mencakupi
banyak prosedur. Sebaliknya, hukum umum berkembang atas dasar
kasus per kasus tanpa adanya usaha untuk mencakup seluruh kasus
dalam kode lengkap

2
3) Perpajakan
Di kebanyakan negara, peraturan pajak secara efektif menentukan
standar akuntansi karena Perusahaan harus mencatat pendapatan dan
beban dalam akun mereka untuk mengklaimnya dalam keperluan
pajak. Dengan kata lain, pajak keuangan dan pajak akuntansi adalah
sama.
4) Ikatan Politik dan Ekonomi
Ide dan teknologi akuntansi dialihkan melalui penaklukan,
perdagangan dan kekuatan sejenis. Sistem pencatatan berpasangan
(double-entry) yang berawal di Italia pada tahun 1400-an secara
perlahan-lahan menyebar luas di Eropa bersamaan dengan gagasan-
gagasan pembaruan (renaissance) lainnya. Banyak negara-negara
berkembang menggunakan sistem akuntansi yang dikembangkan di
tempat lain, entah karena dipaksakan kepada negara-negara tersebut
(seperti India) atau karena pilihan mereka sendiri (seperti negara-
negara Eropa Timur sekarang meniru sistem akuntansi menurut
aturan Uni Eropa). Integrasi ekonomi melalui pertumbuhan
perdagangan dan arus modal internasional merupakan pendorong
kuat akan konvergensi standar akuntansi.
5) Inflasi
Inflasi mengaburkan biaya historis akuntansi melalui penurunan
berlebihan terhadap nilai-nilai aset dan beban-beban terkait,
sementara di sisi lain melakukan peningkatan berlebihan terhadap
pendapatan. Negara-negara dengan inflasi tinggi sering kali menuntut
Perusahaan-perusahaan melakukan berbagai perubahan harga ke
dalam perhitungan keuangan mereka. Meksiko dan beberapa negara
Amerika Selatan menggunakan akuntansi tingkat umum karena
pengalaman mereka dengan hiperinflasi.
6) Tingkat perkembangan Ekonomi
Faktor ini memengaruhi jenis transaksi usaha yang dilaksanakan
dalam suatu perekonomian dan menentukan manakah yang paling
utama. Pada gilirannya, jenis transaksi menentukan masalah
akuntansi yang dihadapi.
7) Tingkat Pendidikan
Pendidikan akuntansi yang profesional sulit dicapai jika taraf
pendidikan di suatu negara secara umum juga rendah. Meksiko adalah
salah satu contoh negara di mana permasalahan ini telah berhasil
ditanggulangi. Pada situasi lainnya, sebuah negara harus mengimpor
tenaga pelatihan atau mengirim warganya ke negara lain untuk
memperoleh kualifikasi yang layak. Hal terakhir inilah yang saat ini
sedang diterapkan oleh Cina

3
8) Budaya
Disini budaya berarti nilai-nilai dan perilaku yang dibagi oleh suatu
Masyarakat. Variabel budaya mendasari pengaturan kelembagaan di
suatu negara (seperti sistem hukum). Hofstede mendasari empat
dimensi budaya nasional (nilai sosial):
a) Individualisme
Merupakan kecenderungan terhadap suatu tatanan sosial yang
tersusun longgar dibandingkan terhadap tatanan yang tersusun
ketat dan saling tergantung
b) Jarak kekuasaan
Sejauh mana hirearki dan pembagian kekuasaan dalam suatu
lembaga dan organisasi secara tidak adil dapat diterima
c) Penghindaran ketidakpastian
Sejauh mana Masyarakat tidak merasa nyaman dengan
ambiguitas dan suatu masa depan yang tidak pasti
d) Maskulinitas
Sejauh mana peran gender dibedakan saat kinerja dan pencapaian
yang dapat dilihat. Beberapa ahli sekarang menyebutnya
orientasi pencapaian
Berdasarkan hasil analisis Hofstede, Gray mengusulkan suatu
kerangka kerja yang menghubungkan budaya dan akuntansi. Ia
mengumpulkan empat dimensi nilai akuntansi yang
memengaruhi praktik pelaporan keuangan suatu negara, yaitu:
 Profesionalisme versus ketetapan wajib pengendalian:
preferensi terhadap pertimbangan professional individu
dan regulasi sendiri kalangan professional dibandingkan
terhadap kepatuhan dengan ketentuan hukum yang telah
ditentukan
 Keseragaman versus fleksibilitas: preferensi terhadap
keseragaman dan konsistensi dibandingkan fleksibilitas
dalam bereaksi terhadap suatu keadaan tertentu
 Konservatisme versus optimisme: suatu preferensi dalam
memilih pendekatan yang lebih bijak untuk mengukur dan
mengatasi segala ketidakpastian di masa depan
 Kerahasiaan versus transparansi: preferensi atas
kerahasiaan dan pembatasan informasi usaha menurut
dasar kebutuhan untuk tahu dibandingkan dengan
kesediaan untuk mengungkapkan informasi kepada public.
2.1.1.2 Klasifikasi
Klasifikasi akuntansi internasional dapat dilakukan dalam dua kategori:
dengan pertimbangan dan secara empiris. Klasifikasi dengan
pertimbangan bergantung pada pengetahuan, intuisi, dan pengalaman.
Klasifikasi secara empiris menggunakan metode statistic untuk
mengumpulkan basis data prinsip dan praktik akuntansi seluruh dunia.

4
2.1.2 Akuntansi Komparatif

Akuntansi komparatif adalah akuntansi untuk transaksi internasional,


perbandingan prinsip akuntansi antar Negara yang berbeda dan harmonisasi
berbagai standar akuntansi dalam bidang kewenangan pajak, auditing dan bidang
akuntansi lainnya.

Standar akuntansi adalah regulasi atau aturan (termasuk pula hukum dan anggaran
dasar) yang mengatur penyusunan laporan keuangan. Penetapan standar adalah
proses perumusan atau formulasi standar akuntansi. Dengan demikian standar
akuntansi merupakan hasil dari penetapan standar. Namun praktik sebenarnya
mungkin berbeda dari yang ditentukan oleh standar. Terdapat empat alasan untuk
menjelaskan hal ini :

a) Dikebanyakan negara hukuman atas ketidakpatuhan dengan ketentuan


akuntansi cenderung lemah dan tidak efektif.
b) Perusahaan boleh melaporkan informasi lebih banyak daripada yang
diharuskan secara suka rela.
c) Beberapa negara memperbolehkan perusahaan untuk mengabaikan standar
akuntansi jika dengan melakukanya operasi dan posisi keuangan perusahaan
akan tersajikan secara lebih baik hasil.
d) Di beberapa negara standar akuntansi hanya berlaku untuk laporan keuangan
perusahaan secara tersendiri, dan bukan untuk laporan konsolidasi.

Penetapan standar akuntansi ini umumnya melibatkan gabungan kelompok sektor


swasta dan publik yang terdiri dari profesi akuntansi dan kelompok lain yang
dipengaruhi oleh proses pelaporan keuangan seperti pengguna dan penyusun
laporan keuangan dan para karyawan. Peranan dan pengaruh kelompok –
kelompok ini dalam penetapan standar akuntansi berbeda dari satu negara ke
negara lain.

2.1.3 Akuntansi Komparatif I

Dalam akuntansi komparatif I membahas akuntansi di enam Negara dengan


perekonomian yang tergolong maju. Negara-negara tersebut adalah Perancis,
Jerman, Jepang, Belanda, Inggris, dan Amerika Serikat dan akan dijelaskan
sebagai berikut :
2.1.3.2 Prancis
Prancis merupakan pendukung utama penyeragaman akuntansi nasional
di dunia.Kementrian Ekonomi Nasional menyetujui Plan Comptable
General (kode akuntansi nasional) resmi yang pertama pada bulan
September 1947.
Plan Comptable General berisi:
 Tujuan dan prinsip akuntansi serta pelaporan keuangan.
 Definisi aktiva, kewajiban, ekuitas pemegang saham, pendapatan dan
beban.
 Aturan pengakuan dan penilaian.

5
 Daftar akun standar, ketentuan mengenai penggunaannya, dan
ketentuan tata buku lainnya.
 Contoh laporan keuangan dan aturan penyajiannya.
Dasar utama aturan akuntansi di Prancis adalah Hukum Akuntansi 1983
dan Dekrit Akuntansi 1983, yang membuat Plan Comptable General yang
wajib digunakan oleh seluruh perusahaan. Ciri khusus akuntansi di
Prancis adalah terdapatnya dikotomi antara laporan keuangan perusahaan
secara tersendiri dengan laporan keuangan kelompok usaha yang
dikonsolidasika. Meskipun akun – akun perusahaan secara tersendiri
harus memenuhi ketentuan peraturan wajib, hukum memperbolehkan
perusahaan Prancis untuk mengikuti Standar Pelaporan Keuangan
Internasional, bahkan prinsip akuntansi yang diterima umum di AS yaitu
GAAP dalam menyusun laporan keuangan konsolidasi. Alasan utama
untuk fleksibilitas ini adalah ketika Direktif ketujuh UE diberlakukan
pada tahun 1986, banyak perusahaan multinasional Prancis yang telah
menyusun laporan keuangan konsolidasi berdasarkan prinsip Anglo
Saxon untuk keperluan pencatatan saham di luar negeri.
a) Regulasi dan Penegakan Aturan Akuntansi
Di Prancis terdapat lima organisasi yang terlibat dalam proses
penetapan standar yaitu:
 Counseil National de la Comptabilite atau CNC (Badan
Akuntansi Nasional)
 Comita de la Reglementation Comptable atau CRC (Komite
Regulasi Akuntansi)
 Autorite des Marches Financiers atau AMF (Otoritas Pasar
Keuangan)
 Orde des Expert – Comptables atau OEC (Ikatan Akuntan
Publik)
 Compagnie Nationale des Commisaires aux Comptes atau
CNCC (Ikatan Auditor Kepatuhan Nasional).

b) Pelaporan Keuangan
 Neraca
 Laporan Laba Rugi
 Catatan atas Laporan Keuangan
 Laporan Direktur dan Laporan Auditor
Laporan keuangan seluruh perusahaan perseroan dan perusahaan
dengan kewajiban terbatas lainnya yang melebihi ukuran tertentu
harus diaudit. Ciri utama pelaporan di Prancis adalah ketentuan
mengenai pengungkapan catatan kaki yang ekstensif dan detail, yang
meliputi hal – hal berikut:
 Penjelasan mengenai aturan pengukuran yang diberlakukan
 Perlakuan akuntansi untuk pos – pos dalam mata uang asing
 Laporan perubahan aktiva tetap dan depresiasi
 Detail provisi
 Detail revaluasi yang dilakukan
 Analisis piutang dan utang sesuai masa jatuh tempo
 Daftar anak perusahaan dan kepemilikan saham
 Jumlah komitmen pension dan imbalan pascakerja lainnya

6
 Detail pengaruh pajak terhadap laporan keuangan
 Rata – rata jumlah karyawan sesuai golongan
 Analisis pendapatan menurut aktivitas dan geografis.

c. Pengukuran Akuntansi
Akuntansi di Prancis memiliki karakteristik ganda : perusahaan
tersendiri harus mematuhi peraturan yang tetap, sedangkan kelompok
usaha konsolidasi memiliki fleksibilitas lebih besar. Akuntansi untuk
perusahaan individual merupakan dasar hukum untuk membagikan
dividen dan menghitung pendapatan kena pajak.
 Penilaian aktiva berdasarkan biaya historis.
 Aktiva tetap didepresiasikan menurut provisi pajak dengan
menggunakan dasar garis lurus atau saldo berganda.
 Persediaan dinilai sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya
atau nilai realisasi dengan menggunakan metode FIFO atau
metode rata – rata tertimbang.
 Biaya penelitian dan pengembangan dibebankan pada saat
terjadinya, namun dapat dikapitalisasikan dalam keadaan
tertentu. Dengan beberapa pengecualian, laporan keuangan
konsolidasi Prancis mengikuti pendekatan penyajian wajar
berupa pelaporan substansi mengungguli bentuk.

2.1.3.3 Jerman
Di Jerman lingkungan akuntansi mengalami perubahan terus – menerus.
Dalam suatu peristiwa yang besar, Hukum Perusahaan tahun 1965
mengubah sistem pelaporan keuangan Jerman dengan mengarah pada ide
– ide Inggris – Amerika. Pada awal tahun 1970-an, Uni Eropa mulai
mengeluarkan direktif harmonisasi yang harus diadopsi oleh negara –
negara anggotanya ke dalam hukum nasional.

a) Regulasi dan Penegakan


Aturan Akuntansi Sebelum tahun 1998, Jerman tidak memiliki fungsi
penetapan standar akuntansi keuangan sebagimana yang dipahami di
negara – negara berbahasa inggris. Komite Standar Akuntansi Jerman
(GASC) atau dalam bahasa Jerman (Deutches Rechnungslegungs
Standard Committee) atau DRSC didirikan tidak lama sesudah itu dan
langsung diakui oleh Kementerian sebagai pihak berwenang dalam
menetapkan standard di Jerman.

Secara garis besar akuntansi di Jerman mirip dengan sistem yang ada
di Inggris dan Amerika Serikat. Namun demikian penting
diperhatikan bahwa standar GASB adalah rekomendasi wajjib yang
hanya berlaku untuk laporan keuangan konsolidasi. GASB dibentuk
untuk mengembangkan suatu standar Jerman yang sesuai dengan
standar akuntansi internasional. Pada tahun 2003 GASB menerapkan
strategi baru dan menyelaraskan program kerjanya dengan usaha
IASB untuk mencapai konvergensi standar akuntansi secara global.

7
b) Pelaporan Keuangan
Pelaporan Keuangan Dalam UU Akuntansi tahun 1985 menentukan
ketentuan akuntansi, auditing dan pelaporan keuangan yang berbeda
– beda menurut ukuran perusahaan. Ada tiga kelompok ukuran keci,
menengah dan besar. UU akuntansi tahun 1985 menentukan isi dan
bentuk laporan keuangan yang meliputi:
 Neraca
 Laporan Laba Rugi
 Catatan atas Laporan Keuangan
 Laporan Manajemen
 Laporan Auditor
Ciri utama sistem pelaporan keuangan di Jerman adalah laporan
secara pribadi oleh auditor kepada dewan direktur pengelola
perusahaan dan dewan pengawas perusahaan.

c) Pengukuran Akuntansi
 Metode pembelian adalah metode konsolidasi yang utama
 Aktiva dan kewajiban dari perusahaan yang diakuisisi dinilai
sebesar nilai kini dan jumlah yang tersisa merupakan goodwill.
 Goodwill dapat disalinghapuskan terhadap cadangan dalam
ekuitas atau diamortisasi secara sistematis selama umur manfaat
ekonominya.
 Usaha patungan dapat dicatat dengan menggunakan metode
konsolidasi proporsional atau metode ekuitas.
 Biaya historis merupakan dasar untuk menilai aktiva berwujud.
 Persediaan dinilai sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya
atau pasar, metode yang digunakan untuk menghitung biaya
adalah FIFO atau rata – rata tertimbang.
 Biaya penelitian dan pengembangan dibebankan pada saat
terjadinya.

2.1.3.4 Jepang
Di Jepang Akuntansi dan Pelaporan Keuangan mencerminkan gabungan
berbagai pengaruh domestik dan internasional. Untuk memahami
akuntansi di Jepang, seseorang harus memahami budaya, praktik usaha
dan sejarah Jepang. Di Jepang perusahaan – perusahaan saling memiliki
ekuitas saham satu sama lain. Investasi yang saling bertautan ini
menghasilkan konglomerasi industry yang meraksasa yang disebut
sebagai keiretsu. Modal usaha keiretsu ini sedang dalam perubahan seiring
dengan reformasi structural yang dilakukan Jepang untuk mengatasi
stagnasi ekonomi. Pada akhir tahun 1990-an untuk membuat kesehatan
ekonomi perusahaan – perusahaan Jepang menjadi semakin transparan
dan membawa Jepang lebih dekat dengan standar internasional.
a) Regulasi dan Penegakan
Aturan Akuntansi Pemerintah nasional masih memiliki pengaruh
paling signifikan terhadap akuntansi di Jepang. Regulasi akuntansi
didasarkan pada tiga UU : Hukum Komersil, UU Pasar Modal dan

8
UU Pajak Penghasilan. Hukum ini disebut sebagai “ sistem hukum
segitiga”. Berdasarkan Hukum Komersial, laporan keuangan dan
skedul pendukung bagi perusahaan berukuran kecil dan menengah
harus diaudit hanya oleh auditor wajib. Auditor wajib tidak perlu
memiliki kualifikasi professional dan dipekerjakan oleh perusahaan
secara 7 purna waktu.Audit wajib memiliki focus utama pada
tindakan – tindakan manajemen yang diambil oleh para direktur dan
melakukan tugasnya sesuai dengan aturan hukum. Penetapan standar
akuntansi di Jepang terjadi pada tahun 2001 dengan pembentukan
Badan Standar Akuntansi Jepang dan lembaga pengawas yang terkait
dengannya yang dikenal dengan Lembaga Standar Akuntansi
Keuangan.Sebagai organisasi sektor swasta yang independen ASJB
diharapkan agar menjadi lebih kut dan lebih transparan dan tidak
terpengaruh oleh tekanan politik dan bertujuan khusus. ASJB juga
bekerja sama dengan IASB dalam mengembangkan IFRS.
b) Pelaporan Keuangan
Perusahaan yang didirikan menurut Hukum Komersial diwajibkan
untuk menyusun laporan wajib yang harus mendapat persetujuan
dalam rapat tahunan pemegang saham, yang berisi hal – hal berikut:
 Neraca
 Laporan Laba Rugi
 Laporan Usaha
 Proposal atas Penentuan Penggunaan (apropriasi) Laba Ditahan
 Skedul Pendukung

c) Pengukuran Akuntansi
Hukum Komersial mewajibkan perusahaan – perusahaan besar untuk
menyusun laporan konsolidasi.
 Akun perusahaan secara terpisah merupakan dasar bagi laporan
konsolidasi dan umumnya prinsip akuntansi yang sama
digunakan untuk keduanya.
 Anak perusahaan dikonsolidasikan jika induk perusahaan secara
langsung dan tidak langsung mengendalikan kebijakan keuangan
dan operasionalnya.
 Persediaan dinilai sebesar nilai yang lebih rendah antara biaya
atau pasar, namun biaya yang paling banyak digunakan.
 Biaya penelitian dan pengembangan dibebankan pada saat
terjadinya.

2.1.3.5 Belanda
Belanda merupakan salah satu pendukung pertama atas standar akuntansi
internasional untuk akuntansi dan pelaporan keuangan, dan pernyataan
IASB menerima perhatian besar dalam menentukan praktik yang dapat
diterima. Di Belanda akuntansi dianggap sebagai cabang dari ekonomi
usaha. Akibatnya, banyak pemikiran ekonomi yang dicurahkan terhadap
topik topik akuntansi dan khususnya terhadap pengukuran akuntansi.

9
a) Regulasi Dan Penegakan Aturan Akuntansi
Regulasi di Belanda tetap liberal hingga tahun 1970 ketika undang
undang laporan keuangan tahunan diberlakukan. Undang undang
merupakan bagian dari program besar perubahan dalam bidang
hokum peusahaan. Di antara provisi utama undang undang tahun
1970 tersebut adalah sebagai berikut :
 Laporan keuangan tahunan harus menunjukkan gambaran yang
wajar mengenai posisi dan hasil keuangan selama suatu tahun ,
dan seluruh pos didalamnya haru dikelompokkan dan dijelaskan
secara memadai
 Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan praktik usaha
yang baik ( yaitu akuntansi dapat diterima oleh kalangan usaha )
 Dasar penyajian aktiva dan kewajiban dan penentuan hasil
operasi harus diungkapkan
 Laporan keuangan harus disusun sesuai dengan dasar yang
konsisten dan pengaruh material dari perubahan dalam prinsip
akuntansi harus diungkapkan secukupnya
 Informasi keuangan komparatif untuk periode sebelumnya harus
diungkapkan dalam laporan keuangan dan catatan kaki yang
 Menyertainya Undang undang tersebut juga mendorong
pembentukan kelompok studi akuntansi tiga pihak ( Tripartit )
(yang digantikan oleh Dewan pelporan tahunan pada tahun 1981)
dan melahirkan kamar dagang

b) Pelaporan Keuangan
Laporan keuangan di Belanda harus memuat hal-hal berikut :
 Neraca
 Laporan laba rugi
 Catatan catatan
 Laporan direksi
 Informasi lain yang direkomendasikan

Perusahaan perusahaan Belanda diperbolehkan untuk menyusun


laporan keuangan menggunakan IFRS atau GAAP AS selain standar
akuntansi Belanda

c) Pengukuran Akuntansi
 Goodwill merupakan perbedaan antara biaya akuisisi dengan
nilai wajar aktiva dan kewajiban dibeli
 Metode ekuitas digunakan apabila investor memiliki pengaruh
signifikan terhadap kebijakan usaha dan keuangan
 Usaha patungan dapat dicata dengan menggunkan metode
ekuitas
 Biaya penelitian dan pengembangan dikapitalisasi hanya jika
jumlah tersebut dapat dipulikan dan cukup pasti
 Pajak penghasilan diakui berdasarkan konsep alokasi
komprehensif ( provisi penuh ) dan diukur menurut metode
kewajiban.

10
2.1.3.6 Inggris
Akuntasi di inggris berkembang sebagai cabang ilmu yang independen
dan secara pragmatis menyikapi kebutuhan dan praktik usaha. Inggris
merupakan Negara pertama didunia yang mengembangkan profesi
akuntansi yang kita kenal sekarang. Masyarakat akuntansi pertama yang
diakui adalah masyarakt akuntansi di Edinburgh, yang disahkan oleh akta
kerjaan pada tahun 1854. Masyarakat yang serupa secara resmi diakui di
Glasgow pada tahun 1855 dan di Aberdeen pada tahun 1867. Akuntansi
profesional bermula pada masyarakat professional ini.

d) Regulasi Dan Penegakan Aturan Akuntansi


Kegiatan perusahaan yang didirkan di Inggris secara luas diatur oleh
aktiva yang disebut sebagai undang undang perusahaan. Sebagai
contoh, pada tahun 1981 direktif keempat UE diberlakukan,
menambah aturan wajib menyangkut bentuk, prinsip akuntansi dan
konvensi dasar akuntansi.
Undang undang tahung 1981 juga menetapkan lima prinsip dasar
akuntansi:
 Pendapatan dan beban harus ditandingkan menurut dasar akural
 Pos aktiva dan kewajiban secara terpisah dalam setiap kategori
aktiva dan kewajiban dinilai secara terpisah
 Prinsip konservatisme diterapkan, khususnya dalan pengakuan
realisasi laba dan seluruh kewajiban dan kerugian yang diketahui
 Penerapan kebihakan akuntansi yang konsisten dari tahun ke
tahun diwajibakan
 Prinsip kelangsungan usaha diterapkan unguk perusahaan yang
menggunakan akutansi

e) Pelaporan Keuangan
Pelaporan keuangan di inggris termasuk yang paling komprehensif
didunia. Laporan keuangan umumnya mencakup :
 Laporan direksi
 Laporan laba dan rugi dan neraca
 Laporan arus kas
 Laporan total keuntungan dan kerugian yang diakui
 Laporan kebijakan akuntansi
 Catatan atas referensi dalam laporan keuangan
 Laporan auditor

f) Pengukuran Akuntansi
Inggris memperbolehkan baik metode akuisisi dan merger dalam
mencatat akuntansi untuk penggabungan usaha. Goodwill dihitung
sebagai perbedaan antara nilai wajar penyerahan yang dilakukan dan
nilai wajar aktiva yang diperoleh. Aktiva dapat dinilai dengan
menggunakan biaya historis, biaya kini atau menggunakan gabungan
keduannya. Depresiasi dan amortisasi harus berhubungan dengan
dasar pengukuran yang digunakan terhadap aktiva terkait. Pajak
tangguhan dihitung berdasarkan metode kewajiban dengan dasar
provisi penuh untuk kebanyak perbedaan waktu.

11
2.1.3.7 Amerika Serikat
Akuntasi di Amerika serikat diatur oleh badan sector
swasta (Badan Standar Akuntansi Keuangan, atau Financial Accounting
Standards Board – FASB ). Hingga tahun 2000, Institut Amerika untuk
Akuntan Publik ( American Institute of Certified Public Accountants –
AICPA ).

a) Regulasi Dan Penegakan Aturan Akuntansi


System AS tidak memiliki ketentuan hokum secara umum mengenai
penerbitan laporan keuangan yang diaudit secara periodic.
Perusahaan di AS diberntuk berdasarkan hokum Negara bagian,
bukan hokum federal. Prinsip prinsip akuntansi yang diterima secara
umum ( GAAP ) terdiri dari seluruh standar, aturan dan regulasi
akuntansi keuangan yang harus diperhatikan ketika menyusun
laporan keuangan. Karena, FASB dan SEC mempertimabangkan
untuk mengubah GAAP AS dari standar berdasarkan aturan menuju
standar berdasarkan prinsip.

b) Pelaporan Keuangan
Laporan keuangan tahunan yang semestinya dibuat oleh sebuah
perusahaan AS yang besar meliputi komponen berikut ini :
 Laporan manajemen
 Laporan auditor
 Laporan keugan utama ( laporan laba rugi, neraca, laporan arus
kas, laporan laba komprehensif dan laporan ekuitas pemegang
saham )
 Diskusi manajemen dan analisis atas hasil operasi dan kondisi
keuangan
 Pengungkapan atas kebijakan akuntansi dengan pengaruh paling
penting terhadap laporan keuangan
 Catatan atas laporan keuangan
 Perbandingan data keuangan tertentu selama lima atau sepuluh
tahun
 Data kuartal terpilih

c) Pengukuran Akuntansi
Aturan pengukuran akuntansi Amerika Serikat mengasumsikan
bahwa suatu entitas usaha akan terus melangsungkan usahanya.
Menggunakan biaya historis untuk menilai aktiva berwujud dan tidak
berwujud. Metode LIFO, FIFO dan rata diperbolehkan dan digunakan
secara luas dalam penetuan harga persediaan. LIFO yang popular
karena dapat digunakan untuk keperluan pajak penghasil federal.
Pajak penghasilan dihitung dengan menggunakan metode kewajiban.

2.1.4 Akuntansi Komparatif II


Dalam akuntansi komparatif II terdapat 5 negara, yaitu 2 negara di benua
Amerika (Amerika Serikat dan Meksiko) dan 3 negara di Benua Asia (India, China,
dan Jepang) dan akan dijelaskan sebagai berikut :

12
2.1.4.2 Amerika Serikat
a) Regulasi dan Pelaksanaan Akuntansi
Sistem akuntansi di Amerika Serikat bersifat Common Law dan
diatur oleh sektor khusus Dewan Standart Akuntansi Keuangan
(Financial Accounting Standard Board - FASB), namun untuk
kewenangannnya dibawah SEC ( Securities and Exchange
Commisson). Yaitu, SEC memiliki kewenangan penuh untuk
menjelaskan standart akuntansi dan laporan perusahaan
publik akan tetapi bergantung pada sektor sewasta dalam penerapan
standardisasi tersebut. FASB dibentuk pada tahun 1973 dan pada
Desember 2006 telah mengeluarkan Laporan Standart Akuntansi
Keuangan 158 ( 158 Statement of Financial Accounting Standards-
SFASs) dengan tujuan untuk menyediakan informasi yang berguna
untuk para investor baik yang telah maupun yang berpotensi menjadi
investor, kreditor, dan lainnya yang memutuskan untuk mengembil
kredit, investasi dsb.

Prinsip Akuntansi yang Berlaku umum (Generally Accepted


Accounting Principles- GAAP) terdiri atas seluruh standar akuntansi
keuangan, peraturan, dan regulasi yang harus dipatuhi dalam
mempersiapkan laporan keuangan dengan komponen utama dari
GAAP ini adalah SFASS. Pada tahun 2002 FASB dan IASB
menandatangani Norwalk Agreement dengan tujuan untuk
menghilangkan perbedaan yang muncul diantara standardisasi
mereka serta mengkoordinasikan agenda pengaturan standardisasi
sehingga permasalahan utama yang muncul dapat diselesaikan
bersama. Pada tahun yang sama , 2002, ditandatangani UU Sarbanes-
Oaxley Act yang secara signifikan memperluas persyaratan AS dalam
perusahaan pemerintah, penjelasan, dan laporan serta regulasi propesi
audit.

b) Laporan Keuangan
Laporan Keuangan di Amerika Serikat meliputi:
 Laporan Manajemen
 Laporan auditor independen
 Laporan Keuangan Primer (Laporan Laba-Rugi, neraca,
laporan arus kas, laba-rugi komprehensif, perubhan ekuitas
pemegang saham)
 Diskusi manajemen dan analisa hasil operasional dan kondisi
keuangan
 Penjelasan mengenai kebijakan akuntansi dengan dampak yang
paling kritis pada laoran keuangan
 Catatan atas laporan keuangan
 Perbandingan data keuangan selama 5 atau 10 tahun
 Data triwulan terpilih

13
c) Pengukuran Akuntansi
 Penggabungan bisnis dihitung seperti sebuah pembelian
 Goodwill dikapitalisasi sebagai selisih antara harga pasar yang
dipertimbangkan dengan harga pasar dibawah aset bersih yang
diperoleh
 Aset berwujud dan tidak berwujud inilai dengan harga perolehan
 Persediaan menggunakan metode FIFO, LIFO dan average
 LIFO digunakan untuk tujuan kepentingan pajak
 Penyesuaian mata uang asing megikuti persyaratan dari SFASs
no.52 yang berdsarkan pada tambahan fungsional mata uang
asing untuk menentukan metodologi penyesuaian pertukaran
mata uang asing
 Penyusutan dan amorrtisasi ditentukaan dengan estimasi umur
ekonomis
 Biaya penelitian dan pengembangan dibebankan saat terjadinya

2.1.4.3 Meksiko
a) Regulasi dan Pelaksanaan Akuntansi
Sistem akuntansi negara Meksiko adalah Code Law, dan standardisasi
akuntansinya dikeluarkan oleh Council for Research and
Development of Financial Information Standards (Consejo Mexicano
Para La Investigacion y Dessarollo de Normas de
Informacion Financiera – CINIF). Untuk standardsasi proses audit
dikeluarkan oleh Mexican Institute of Public Accountants (Instituto
Mexicano de Contadores Publicos) melalui Auditing standards and
Procedures Commision. Sistem akuntansi di Meksiko menggunakan
pendekatan sistem Inggris-Amerika atau Anglo-Saxon, daripada
pendekatan Eropa Kontinental. Prinsip akuntansi di Meksiko tidak
membedakan antara perusahaan besar dan kecil serta dapat
diaplikasikan ke semua bidang bisnis.
b) Laporan Keuangan
Laporan keuangan di Meksiko harus disesuaikan dengan tingkat
inflasi yang terjadi, dan harus meliputi:
 Neraca
 Laporan Laba-Rugi
 Laporan perubahan ekuitas pemegang saham
 Laporan perubahan posisi keuangan
 Catatan, merupakan bagian yang melengkapi laporan perubahan
posisi keuangan, yang meliputi antara lain :
 Kebijakan akuntani pada Perusahaan
 Ketersediaan materi
 Komitmen untuk pembelian saham substansial atau
dibawah hak kontrak
 Penjelasan mendetail mengenai utang jangka panjang dan
kurs mata uang asing
 Batasan Dividen
 Jaminan
 Rencana pensiun pegawai
 Transaksi dengan perusahaan sejawat
 Pajak

14
c) Pengukuran Akuntansi
 Bisnis gabungan menggunakan metode pembelian
 Goodwill merupakan kelebihan harga pembelian terhadap nilai
sekarang aset bersih yang didapatkan
 Aset berwujud/ tidak berwujud didepresiasi /
diamortisasi berdasarkan masa manfaatnya (biasanya tidak lebih
dari 20tahun)
 Biaya penelitian dibebankan saat terjadinya, dan biaya
pengembangan dikapitalisasi dan diamortisasi saat kemungkinan
teknoligi hadir
 Sewa guna usaha termasuk ke dalam financial lease atau
operational lease
 Kerugian bersyarat diakui ketika mungkin terjadi dan dapat
diukur
 Cadangan tak terduga tidak dapat diterima oleh GAAP Meksiko
 Pajak tangguhan disediakan dengan menggunakan metode
kewajiban.

2.1.4.4 Jepang
Pembukuan dan laporan keuangan di Jepang menggambarkan adanya
percampuran dari pengaruh domestik dan internasional. Untuk memahami
sistem pembukuan Jepang, kita harus memahami budaya, praktik bisnis
dan sejarah Jepang.

Perusahaan Jepang memiliki ketertarikan ekuitas tersendiri, dan sering


kali bergabung dengan firma milik pribadi yang lain.Keterhubungan
daerah investasi industri konglomerat raksasa ini disebut keiretsu.

a) Regulasi dan Pelaksanaan Akuntansi


Pemerintah nasional memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
akuntansi Jepang. Regulasi akuntansi berdasarkan pada tiga badan
hukum: undang-undang perusahaan (companuy low), undang-undang
pertukaran dan sekuritas (securities and exchange law), dan undang-
undang pajak penghasilan perusahaan (corporate income tax law).
Ketiga badan hukum tersebut saling berhubungan dan berinteraksi
satu sama lain yang disebut sebagai “sistem legal triangular.
Undang-undang perusahaan diatur oleh Ministry of Justice (MOJ).
Hukum tersebut merupakan inti dari regulasi akuntansi di Jepang dan
yang paling memiliki pengaruh besar. Semua perusahaan yang
didirikan berdasrkan undang-undang perusahaan diwajibkan untuk
memenuhi ketentuan akuntansi.

Berdasarkan Undang-undang perusahaan, laporan keuangan serta


jadwal yang mendukungpada perusahaan kecil dan menengah
merupakan subjek untuk audit hanya oleh auditor yang berwenang.
Baik auditor berwenang atau independen, keduanya harus mengaudit
laporan keuangan yang dipublikasikan oleh perusahaan sesuai dengan
undang-undang pertukaran dan sekuritas.

15
Auditor yang berwenang tidak memerlukan kualifikasi professional
yang ditugasi oleh perusahaan secara penuh. Audit berwenang
biasanya fokus pada manajerial direktur dan baik bekerja sesuai
dengan kewenangannya atau tidak.

Auditor independen melibatkan pemeriksaan terhadap laporan dan


catatan keuangan, serta harus dilakukan oleh akuntan publik
bersertifikasi (certified public accountans – CPAs).

b) Laporan Keuangan
Perusahaan yang bergabung di bawah undang-undang perusahaan
dibutuhkan untuk mempersiapkan laporan yang berwenang untul
disetujui pada saat rapat pemegang saham, yang isinya antara lain:
 Neraca
 Laporan Laba Rugi
 Laporan atas perubahan ekuitas pemegang saham
 Laporan bisnis
 Jadwal terkait

c) Pengukuran Akuntansi
Metode pooling of interest (penyatuan saham) untuk bisnis gabungan
digunakan pada situasi tertentu saja di mana tidak ada perusahaan
yang mengontrol perusahaan lainnya. Sebaliknya, bisnis gabungan
dihitung karena pembelian. Goodwill dihitung dengan dasar harga
pasar aset bersih yang didapatkan dan diamortisasi lebih dari 20 tahun
atau kurang serta subjek terhadap tes penurunan nilai. Metode ekuitas
digunkan untuk investasi dalam perusahaan afiliasi ketika perusahaan
induk memberikan pengaruh signifikan daripada kebijakan
operasional dan finansial. Metode ekuitas juga digunkan untuk
menghitung proyek gabungan, gabungan yang profesional tidak
diperbolehkan. Dibawah standar stimulasi mata uang, aset dan
kewajiban dari anak perusahaan asing dihitung dengan tingkat kurs
saat itu (akhir tahun), pendapatan dan beban dalam rata-rata, serta
penyesuaian pertukaran mata uang asing berada dalam ekuitas
pemegang saham.

Persediaan yang harus dihitung apakah cocok dengan biaya atau lebih
rendah atau nilai keuntungan bersih. FIFO, LIFO, serta metode biaya
rata-rata semuanya menerima metode cost flow (arus biaya), dengan
rata-rata yang paling populer. Investasi dalam saham dinilai pada
harga pasar. Aset tetap dinilai pada biaya dan didepresiasi yang
berkenaan dengan hukum perpajakan. Metode declining balance
(saldo menurun) merupakan metode depresiasi paling umum. Aset
bersih juga diuji dengan penurunan nilai.

Kontrak sewa yang memindahkan kepemilikan terhadap penyewa


dikapitalisasi. Sewa menyewa keuangan lainnya mungkin kapitalisasi
atau dianggap sebagai kontrak operasional. Pajak tangguhan

16
dipersiapan untuk perubahan sepanjang waktu dengan menggunkan
metode kewajiban. Kerugian bersyarat dipersiapkan hingga terbuka
kemungkinan dan dapat diperkirakan. Dibutuhkan cadangan: setiap
tahun perusahaan harus mengalokasikan dejumlah minimal 10 persen
kas dividen dan bonus yang dibayarkan pada direktur dan auditor
berwang hingga cadangan mencapi 25 persen dari saham.

2.1.4.5 Cina
Pada akhir tahun 1970-an, pemimpin Cina mulai menggerakkan ekonomi
dari program terpusat gaya Soviet menuju sistem yang lebih berorientasi
pasar namun masih dalam kendali partai komunis.
Ekonomi Cina saat ini digambarkan sebagai ekonomi hibrid, di mana
negara mengontrol komoditas dan industri strategis, sementara industri
lainnya, seperti perdagangan dan sektor swasta, ditumbuhkan dengan
sistem berorientasi pasar.
Melihat perkembangan sistem ekonomi yang ada di Cina, maka sistem
dan aturan akuntansi di Cina juga berubah seiring adanya reformasi
ekonomi yang terjadi.

a) Regulasi dan Pelaksanaan Akuntansi


 Pada tahun 1992, Departemen Keuangan mengeluarkan
Accounting Standards for Business Enterprises (ASBE)
 ASBE adalah sebuah konsep kerangka kerja yang dirancang
untuk menuntun perkembangan standar baru akuntansi yang ada
yang pada akhirnya menyeragamkan praktik do mestik dan
menyeragamkan praktik akuntansi Cina fengan praktik
internasional.
 Kemudian, pada tahun 1998 Cina mendirikan Komite Standar
Akuntansi Cina (The China Accounting Standards Committee-
CASC) sebagai lembaga berwenang dalam departemen keuangan
yang bertanggungjawab untuk mengembangkan standar
akuntansi.
 Pada akhirnya, tahun 2006 susunan baru ASBE dikeluarkan, dan
ASBE ini menyajikan ketentuan standar akuntansi Cina yang
pada hakikatnya sejalan dengan IFRS.

b) Pelaporan Keuangan
Periode pembukuan diminta sesuai dengan kalender tahunan.
Laporan Keuangan terdiri atas:
 Neraca
 Laporan laba rugi
 Laporan arus kas
 Laporan perubahan ekuitas
 Catatan

c) Pengukuran Akuntansi
 Penggabungan usaha dicatat menggunakan metode pembelian.
 Kapitalisasi dan Uji penurunan nilai tahunan diberlakukan untuk
goodwill.

17
 Untuk menghitung usaha gabungan digunakan metode ekuitas.
 Penilaian aset menggunakan basis harga perolehan.
 Biaya depresiasi didasarkan pada basis ekonomi.
 Penilaian persediaan menggunakan metode FIFO dan rata-rata.

2.1.4.6 India
a) Regulasi dan Pelaksanaan Akuntansi
 Akuntansi dipengaruhi oleh bangsa inggris
 Departemen Urusan Perusahaan pada tahun 1956
memperbaharui Akta Perusahaan yang berisikan Kitab
Akuntansi. Menurut Akta tersebut, Kitab Akuntansi :
 Harus memberikan sudut pandang yang adil dan sebenarnya
menyangkut status urusan perusahaan.
 Harus tetap pada basis akrual sesuai dengan system
akuntansi pencatatan ganda.
 Lembaga yang bertanggung jawab atas izin profesi Akuntansi,
pengembangan standart dan proses audit adalah The Institute of
Chartered Accountant of India. Institute tersebut berencana
untuk mengadopsi IFRS secara penuh tanpa modifikasi
 Standar Akuntansi India atau Indian Accounting Standards (AS)
diterbitkan oleh Dewan Akuntansi Standar (Accounting
Standards Board), Standart Asuransi dan Auditing atau(Auditing
Assurance Standards) diterbitkan oleh Dewan Audit dan
Asuransi Standar
 Pengawasan terhadap pasar modal ada pada Securities and
Exchange Board of India(SEBI)
b) Pelaporan Keuangan
 Neraca dua tahun
 Laporan Laba Rugi
 Laporan Arus Kas
 Kebijakan Akuntansi dan Catatan
c) Pengukuran Akuntansi
 Penggabungan
 Untuk penggabungan usaha tidak ada standar akuntansinya,
tetapi sebagian besar menggunakan metode pembelian, yang
disebut dengan amalgamation
 Goodwill
 Dikapitalisasi, diamortisasi dan diuji impairmentnya
(pengurangannya).
 Penilaian asset tetap memakai nilai wajar dan harga perolehan,
sedangkan asset tidak berwujud diamortisasi lebih dari 10 tahun
 Biaya persediaan dihitung yang lebih rendah antara harga
perolehan dan nilai yang dapat direalisasi, FIFO, dan rata-rata
 Sewa pembiayaan dikapitalisasi dalam nilai lancar pasar dan
didepresiasi terhadap masa penggunaan sewa Sewa operasional
dicatat sebagai biaya dengan metode garis lurus.

18
2.2 STANDAR AKUNTANSI DI BERBAGAI NEGARA
2.2.1 Latar Belakang Timbulnya Prinsip Akuntansi Berlaku Umum
Timbulnya prinsip akuntansi yang berlaku umum atau yang disebut dengan GAAP
dapat diliat dari peran akuntansi yaitu manyajikan informasi kepada berbagai
pihak. Secara khusus GAAP mengatur akuntansi keuangan yang menyajikan
informasi kepada pihak di luar organisasi. Akan tetapi, informasi yang disajikan
tersebut tidak hanya berguna untuk pihak di luar perusahaan tetapi juga pihak intern
organisasi. Menurut Fess & Warren (1990) informasi akuntansi keuangan yang
disajikan sesuai dengan GAAP memang utamanya ditujukan kepada pihak luar
(external) tetapi juga berguna bagi manajemen untuk mengarahkan operasi
perusahaan.

Miller, et al., (1985) menyatakan ada tiga kelompok orang yang berpartisipasi
dalam akuntansi keuangan yaitu pengguna (users), penyaji (preparers), dan auditor
(auditors). Pengguna adalah individu atau institusi yang mengandalkan informasi
akuntansi keuangan dalam pengambilan keputusan investasi atau kredit. Dalam
kelompok ini termasuk investor, kreditor, analis keuangan dan lain-lain. Penyaji
adalah pihak yang menyusun dan menerbitkan laporan keuangan yaitu manajemen.
Auditor adalah pihak yang melakukan pemeriksaan laporan keuangan untuk
menyatakan pendapat atas kewajarannya. Ketiga pihak yang berpartisipasi dalam
akuntansi keuangan memiliki kepentingan yang berbeda-beda atas penyajian
laporan keuangan. Persepsi masing-masing pihak yang terlibat juga berbeda-beda.
Oleh karena itu diperlukan satu aturan yang disepakati untuk dapat dijadikan
pegangan bagi pengguna, penyaji, dan auditor. Disini arti penting dan latar
belakang munculnya prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP).

2.2.2 Prinsip Akuntansi Berlaku Umum Sektor Komersial (Swasta)


PABU dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Generally Accepted Accounting
Principles (GAAP). PABU dijadikan kriteria oleh auditor independen untuk
memberikan pendapat atas laporan keuangan yang disajikan oleh manajemen.
Miller, at al., (1985) mengatakan akuntan menerapkan suatu kerangka aturan yang
unik yang disebut dengan GAAP.
Selanjutnya dikemukakan, GAAP adalah rangkaian aturan yang umum dan spesifik
yang dinamis yang harus diikuti oleh penyusun laporan keuangan jika ingin
mendapatkan opini yang baik dari auditor. Dalam pendapat auditor, sebagaimana
diatur dalam Standar Profesional Akuntan Publik (IAI, 2001), auditor harus
menyatakan apakah laporan keuangan disajikan sesuai dengan “prinsip akuntansi
berlaku umum di Indonesia” Ini berarti laporan keuangan yang diaudit
dibandingkan dengan PABU. IAI (2001) menjelaskan frasa “prinsip akuntansi
berlaku umum” adalah suatu istilah teknis akuntansi yang mencakup konvensi,
aturan, dan prosedur yang diperlukan untuk merumuskan praktik akuntansi yang
berlaku umum pada saat tertentu. Prinsip akuntansi beraku umum mengacu pada

19
berbagai sumber. Sumber acuan prinsip akuntansi berlaku umum di Indonesia
menurut IAI (2001) adalah sebagai berikut:

1) Prinsip akuntansi yang ditetapkan dan/atau dinyatakan berlaku oleh badan


pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia;
2) Pernyataan dari badan, yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan, yang
mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan
menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan praktik akuntansi yang ada
dan berlaku umum, dengan syarat dalam prosesnya penerbitan tersebut terbuka
untuk dikomentari oleh publik dan badan pengatur standar dari Ikatan Akuntan
Indonesia tidak menyatakan keberatan atas penerbitan pernyataan tersebut;
3) Pernyataan dari badan, yang terdiri dari pakar pelaporan keuangan, yang
mempertimbangkan isu akuntansi dalam forum publik dengan tujuan
menginterpretasikan atau menetapkan prinsip akuntansi atau menjelaskan
praktik akuntansi yang ada berlaku umum, atau pernyataan yang tersebut pada
butir b yang penerbitannya tidak pernah dinyatakan keberatan dari badan
pengatur standar dari Ikatan Akuntan Indonesia tetapi belum pernah secara
terbuka dikomentari oleh publik;
4) Praktik atau pernyataan resmi yang secara luas diakui sebagai berlaku umum
karena mencerminkan praktik yang lazim dalam industri tertentu, atau
penerapan dalam keadaan khusus dari pernyataan yang diakui sebagai berlaku
umum, atau penerapan standar akuntansi internasional atau standar akuntansi
yang berlaku umum di wilayah lain yang menghasilkan penyajian substansi
transaksi secara lebih baik.

Dari uraian di atas bahwa sumber acuan prinsip akuntansi berlaku umum di
Indonesia adalah prinsip akuntansi yang ditetapkan IAI, pernyataan pakar
pelaporan, dan praktik atau pernyataan resmi yang secara luas diakui berlaku
umum. Sehubungan dengan sumber acuan prinsip akuntansi berlaku umum ini,
Miller, et al., (1985) menyatakan ada tiga tingkatan (three-level hierarchy) yang
dapat digunakan untuk menentukan apakah praktik merupakan GAAP. Tingkatan
ini terdiri dari:

1) Pernyataan Otoritatif ( (Authoritative pronouncement);


2) Publikasi resmi (official publication);
3) Sumber-sumber lain (other sources).

2.2.3 Prinsip Akuntansi Berlaku Umum dan Standar Akuntansi Di Sektor


Pemerintah

Untuk sektor pemerintah di Amerika Serikat, sebagaimana dikemukakan


Freeman & Shoulder (1999), AICPA memunyai hirarki GAAP yang menunjukkan
hubungan secara otoritatif berbagai standar dan literatur dalam prinsip dan
prosedur akuntansi keuangan dan pelaporan.

Hirarki berlaku untuk pemerintah pusat (state) dan juga pemerintah daerah (local).
Ada lima tingkatan yang dikemukakan mulai dari pernyataan standar yang
dikeluarkan oleh Government Accounting Standard Board (GASB) dan pernyataan
FASB yang dinyatakan berlaku untuk pemerintah oleh GASB sampai dengan

20
sumber sumber lainnya berupa literatur. Dari hirarki dapat dilihat bahwa standar
akuntansi dalam bentuk GASB Statements atau FASB Statements menduduki
hirarki yang paling tinggi. Artinya standar akuntansi menjadi acuan utama dan
yang harus diterapkan terlebih dahulu barulah aturan lainnya. Aturan lain dalam
tingkat yang lebih rendah diacu jika standar tidak mengatur hal tersebut.

Bagaimana halnya di Indonesia? Sangat berbeda dengan Amerika Serikat (AS). AS


telah memiliki penyusun standar yang mempunyai otoritas menyusun standar
akuntansi untuk sektor pemerintah yaitu GASB. Di Indonesia sampai dengan saat
ini, telah ada komite yang yang bekerja menyusun standar akuntansi pemerintahan
di Indonesia yang dibentuk berdasarkan surat keputusan Menteri Keuangan nomor
308/KMK/2002 yaitu Komite Standar Akuntansi Pemerintahan (KSAP). Akan
tetapi, yang menetapkan Standar Akuntansi Pemerintahan adalah pemerintah
dengan Peraturan Pemerintah. Dalam kaitan dengan hirarki prinsip akuntansi
berlaku umum (GAAP), KSAP juga membahas dan mencoba membuat hirarki
yang sesuai dengan pemerintahan dengan mengacu ke berbagai sumber.

2.2.4 Sistem Akuntansi Pemerintah di Indonesia

Selama ini, pemerintah mempunyai sistem pencatatan yang dapat menghasilkan


informasi keuangan untuk tujuan intern pemerintah bahkan untuk tujuan luar
organisasi. Pemerintah pusat mempunyai sistem pencatatan yang memungkinkan
disususunnya Perhitungan Anggaran Negara (PAN) yang disampaikan kepada
DPR. Pemerintah Daerah memiliki sistem pencatatan seperti diatur dalam Manual
Keuangan Daerah (MAKUDA) yang memungkinkan dilakukannya pencatatan
keuangan untuk tujuan intern pemerintah daerah dan Realisasi Anggaran Belanja
Daerah yang disampaikan kepada DPRD. Seluruh proyek-proyek pemerintah
menyelenggarakan pencatatan dan pelaporan untuk tujuan proyek itu sendiri
(manajemen) dan untuk pihak luar seperti KPKN, Bappeda, Instansi Induk bahkan
ke Badan Pemeriksa Keuangan (BPK). Secara khusus proyek-proyek yang
mendapat pinjaman/bantuan luar negeri menyusun laporan keuangan yang
ditujukan kepada pemberi pinjaman (lender) sesuai dengan kriteria yang
disetujui lender.

Laporan-laporan yang dibuat belum sesuai dengan standar/GAAP karena memang


belum ada standar akuntansi pemerintah. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa
sistem pencatatan yang dilakukan oleh pemerintah selama ini belum dapat
dikatakan sebagai sistem informasi akuntansi keuangan. Informasi keuangan yang
dihasilkan belum dapat dikatakan sebagai laporan keuangan sesuai dengan prinsip
akuntansi berlaku umum sehingga sistem sistem pencatatan belum dapat disebut
sistem akuntansi. Artinya sistem akuntansi pemerintah di Indonesia belum ada.

21
2.2.5 Sistem Akuntansi di Berbagai Negara
2.2.5.1 Prancis
Akuntansi di Prancis sangat terkait dengan kode sehingga sangat mungkin
melewatkan kenyataan bahwa legislasi hukum komersial (Code de
Commerce) dan hukum pajak sebenarnya menentukan banyak praktek
akuntansi dan pelaporan keuangan di Prancis. Dasar utama aturan akuntansi
adalah Hukum Akuntansi 1983 dan Dekrit akuntansi 1983 yang
memuat Plan Compatible General wajib digunakan oleh seluruh
perusahaan. Setiap perusahaan harus memiliki manual akuntansi. Ciri
khusus akuntansi di Prancis adalah terdapatnya dikotomi antara laporan
keuangan perusahaan secara tersendiri dengan laporan kelompok yang
dikonsolidasikan.

Hukum Prancis memperbolehkan perusahaan Prancis untuk mengikuti


Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial
Reporting Standards – IFRS). Alasannya, banyak perusahaan multinasional
dari Perancis yang mencatat sahamnya di luar negeri. Lima organisasi utama
yang terlibat dalam proses penetapan standard di Prancis:
a) Counseil National de la Comptabilite atau CNC (Badan Akuntansi
Nasional).
b) Comite de la Reglementation Comptable atau CRC (Komite Regulasi
Akuntansi).
c) Autorite des Marches Financiers atau AMF (Otoritas Pasar
Keuangan).
d) Ordre des Experts-Comptables atau OEC (Ikatan Akuntan Publik).
e) Compagnie Nationale des Commisaires aux Comptes atau CNCC
(Ikatan Auditor Kepatuhan Nasional).

22
2.2.5.2 Jerman
Lingkungan akuntansi di Jerman mengalami perubahan terus menerus dan
hasilnya luar biasa sejak berakhirnya Perang Dunia I. Hukum komersial
pada secara khusus menuntut adanya berbagai prinsip tata buku yang
teratur dan audit secara independen hampir tidak tersisa setelah perang
usai. Hukum perusahaan tahun 1965 mengubah sistem pelaporan
keunagan Jerman dengan mengarah pada ide-ide Inggris Amerika tetapi
hanya berlaku bagi perusahaan besar. Pada awal tahun 1970an, Uni Eropa
mulai mengeluarkan direktif harmonisasi, yang harus diadopsi oleh
Negara-negara anggotanya ke dalam hukum nasional. Direktif Uni Eropa
yang keempat, ketujuh, dan kedelapan seluruhnya masuk ke dalam hukum
Jerman melalui Undang-Undang Akuntansi Komprehensif yang
diberlakukan pada tanggal 19 Desember 1985. Dua undang-undang baru
diberlakukan pada tahun 1998, yang pertama menambah sebuah paragraf
baru dalam buku ketiga Hukum Komersial Jerman sehingga
memungkinkan perusahaan yang menerbitkan saham/utang pada sebuah
pasar modal yang terorganisir untuk menggunakan prinsip akuntansi yang
diterima secara internasional dalam laporan keuangan konsolidasi yang
dibuatnya. Kedua, memperbolehkan pendirian organisasi sektor swasta
untuk menetapkan standar akuntansi atas laporan keuangan konsolidasi.

Hukum pajak secara garis besar menentukan akuntansi komersial. Prinsip


penentuan (Massgeblichkeitsprinzip) menentukan bahwa laba kena pajak
ditentukan oleh apa yang tercatat dalam catatan keuangan perusahaan.
Undang-undang tentang pengendalian dan transparansi tahun 1998
memperkenalkan keharusan bagi kementrian kehakiman untuk mengakui
badan swasta yang menetapkan standard nasional untuk memenuhi tujuan
berikut:
a) Mengembangkan rekomendasi atas penerapan standar akuntansi
dalam laporan keuangan konsolidasi.
b) Memberikan nasehat kepada kementrian kehakiman atas legislasi
akuntansi yang baru.
c) Mewakili Jerman dalam organisasi akuntansi internasional seperti
IASB.

23
2.2.5.3 Jepang
Akuntansi dan pelaporan keuangan di Jepang mencerminkan gabungan
berbagai pengaruh domestic dan internasional. Untuk memahami
akuntansi di Jepang, seseorang harus memahami budaya, praktik usaha,
dan sejarah Jepang. Jepang merupakan masyarakat tradisional dengan
akar budaya dan agama yang kuat. Perusahaan-perusahaan Jepang saling
memiliki ekuitas saham satu sama lain, dan seringkali bersama-sama
memiliki perusahaan lain. Pemerintah nasional masih memiliki pengaruh
paling signifikan terhadap akuntansi di Jepang. Regulasi akuntansi
didasarkan pada tiga undang-undang, yaitu hukum komersial, undang-
undang pasar modal, dan undang-undang pajak penghasilan perusahaan.
Hukum komersial diatur oleh kementrian kehakiman (MOJ). Hukum
tersebut merupakan inti dari regulasi akuntansi di Jepang dan yang paling
memiliki pengaruh besar. Perusahaan milik public harus memenuhi
ketentuan lebih lanjut dalam undang-udang pasar modal (Securities and
Exchange Law – SEL) yang diatur oleh Kementrian Keuangan. Tujuan
utama SEL adalah untuk memberikan informasi dalam pengambilan
keputusan investasi. Perusahaan yang didirikan menurut hukum komersial
diwajibkan untuk menyususn laporan wajib yang harus mendapatkan
persetujuan dalam rapat tahunan pemegang saham yang berisi necara,
laporan laba rugi, laporan usaha, proposal atas penggunaan (apropriasi)
laba ditahan, schedule pendukung.

2.3 STANDART AKUNTANSI INTERNASIONAL


2.3.1 Tentang Standar Akuntansi Internasional
Dalam kerangka globalisasi bisnis yang semakin pesat, Standar Akuntansi
Keuangan Internasional muncul sebagai pilar utama dalam menyusun laporan
keuangan yang bersifat universal. Peran kritis dari Standart Akuntansi
Internasional tidak hanya menciptakan konsistensi dalam pelaporan keuangan di
berbagai negara, tetapi juga membentuk fondasi bagi transparansi, kredibilitas, dan
pemahaman yang lebih baik dalam lingkup pasar modal internasional. Dalam
pembahasan ini, kita akan menggali lebih dalam ke dalam esensi dari Standar
Akuntansi Internasional , mengeksplorasi perkembangannya, serta menganalisis
dampaknya terhadap praktik akuntansi global.

Pembentukan Standar Akuntansi Internasional melibatkan sejumlah penyebab


yang berasal dari kebutuhan dan tantangan dalam lingkup globalisasi bisnis.
Berikut adalah beberapa penyebab utama:
a) Globalisasi Bisnis: Dengan pertumbuhan ekonomi global dan ekspansi bisnis
lintas batas negara, ada kebutuhan untuk menciptakan kerangka kerja
akuntansi yang seragam dan dapat diandalkan. Standar Akuntansi
Internasional muncul sebagai respons terhadap kompleksitas yang muncul
ketika perusahaan beroperasi di berbagai negara dengan berbagai standar
akuntansi.
b) Kompleksitas Perbedaan Standar Nasional: Sebelum adanya Standar
Akuntansi International, setiap negara memiliki standar akuntansi nasionalnya
sendiri. Perbedaan ini menciptakan kesulitan dalam pembandingan kinerja

24
keuangan perusahaan lintas negara dan menghambat aliran informasi yang
efisien.
c) Perkembangan Pasar Modal Internasional: Pertumbuhan pasar modal
global memerlukan adanya standar yang dapat diakui secara internasional agar
investor dapat dengan mudah membandingkan dan menilai investasi mereka
di berbagai negara.
d) Kebutuhan akan Transparansi dan Akuntabilitas: Di tengah
meningkatnya kompleksitas bisnis dan meningkatnya keterlibatan pemangku
kepentingan, ada permintaan yang semakin besar akan laporan keuangan yang
transparan dan dapat diandalkan untuk mendukung pengambilan keputusan
yang baik.
e) Perubahan Teknologi dan Model Bisnis: Kemajuan dalam teknologi dan
perubahan model bisnis, seperti peningkatan dalam bisnis lintas batas dan
integrasi global, menuntut standar akuntansi yang dapat menanggapi dinamika
ini dengan cepat.
f) Meningkatnya Kompleksitas Bisnis Global: Bisnis global seringkali
melibatkan entitas yang memiliki operasi di berbagai negara, dan ini dapat
menciptakan kompleksitas dalam penyusunan laporan keuangan. Standar
Akuntasi Internasional membantu mengatasi tantangan ini dengan
menyediakan pedoman yang dapat diadopsi secara konsisten di berbagai
konteks bisnis.
g) Peningkatan Integrasi Ekonomi dan Perdagangan Internasional: Dengan
meningkatnya integrasi ekonomi dan perdagangan internasional, kebutuhan
akan standar yang dapat diakui secara internasional menjadi semakin penting
untuk memfasilitasi pertukaran informasi keuangan yang efisien.
Pembentukan Standart Akuntansi Internasional mencerminkan upaya untuk
mengatasi perbedaan dalam praktik akuntansi nasional, meningkatkan transparansi
dan perbandingan internasional, serta memenuhi kebutuhan bisnis dan investor
dalam lingkungan ekonomi global yang semakin terkoneksi.

2.3.2 Sejarah Penetapan Standar Akuntansi Internasional


 1959 — Jacob Kraayenhof, mitra pendiri firma akuntan independen besar
Eropa, mendesak agar pengerjaan standar akuntansi internasional dimulai.
 1961 — Groupe d'Etudes, yang terdiri dari para profesional akuntansi,
didirikan di Eropa untuk memberikan nasihat kepada otoritas Uni Eropa
mengenai masalah-masalah yang berkaitan dengan akuntansi.
 1966 — Kelompok Studi Internasional Akuntan dibentuk oleh lembaga
profesional di Kanada, Inggris, dan Amerika Serikat.
 1973 — Komite Standar Akuntansi Internasional (IASC) dibentuk.
 1976 — Organisasi untuk Kerjasama Ekonomi dan Pembangunan (OECD)
mengeluarkan Deklarasi Investasi pada Perusahaan Multinasional yang
memuat pedoman tentang “Keterbukaan Informasi.”
 1977 — Federasi Akuntan Internasional (IFAC) didirikan.
 1977 — Sekelompok Ahli yang ditunjuk oleh Dewan Ekonomi dan Sosial
Perserikatan Bangsa-Bangsa menerbitkan laporan empat bagian tentang
Standar Internasional Akuntansi dan Pelaporan untuk Perusahaan
Transnasional.

25
 1978 — Komisi Komunitas Eropa mengeluarkan Petunjuk Keempat sebagai
langkah pertama menuju harmonisasi akuntansi Eropa.
 1981 — IASC membentuk kelompok konsultatif organisasi non-anggota untuk
memperluas masukan terhadap penetapan standar internasional.
 1984 — Bursa Efek London menyatakan bahwa perusahaan tercatat yang tidak
didirikan di Inggris atau Irlandia harus mematuhi standar akuntansi
internasional.
 1987 — Organisasi Internasional Komisi Sekuritas (IOSCO) memutuskan
pada konferensi tahunan untuk mempromosikan penggunaan standar umum
dalam praktik akuntansi dan audit.
 1989 — IASC menerbitkan Exposure Draft 32 tentang perbandingan laporan
keuangan dan menerbitkan Kerangka Penyusunan dan Penyajian Laporan
Keuangan.
 1995 — Dewan IASC dan Komite Teknis IOSCO menyepakati rencana kerja
yang keberhasilan penyelesaiannya akan menghasilkan IAS membentuk
serangkaian standar inti yang komprehensif. Keberhasilan penyelesaian
standar-standar ini akan memungkinkan Komite Teknis IOSCO untuk
merekomendasikan dukungan IAS untuk tujuan peningkatan modal lintas
batas dan pencatatan di semua pasar global.
 1995— Komisi Eropa mengadopsi pendekatan baru terhadap harmonisasi
akuntansi yang memungkinkan penggunaan IAS oleh perusahaan yang
terdaftar di pasar modal internasional.
 1996 — Komisi Sekuritas dan Bursa AS (SEC) mengumumkan bahwa mereka
“mendukung tujuan IASC untuk mengembangkan, secepat mungkin, standar
akuntansi yang dapat digunakan untuk menyiapkan laporan keuangan yang
dapat digunakan dalam penawaran lintas batas.”
 1998 — IOSCO menerbitkan “Standar Pengungkapan Internasional untuk
Penawaran Lintas Batas dan Pencatatan Perdana oleh Emiten Asing.”
 2000 — IOSCO menerima seluruh 40 standar inti yang disiapkan oleh IASC
sebagai tanggapan terhadap daftar keinginan IOSCO tahun 1993.
 2000 — Komisi Eropa mengusulkan peraturan yang mewajibkan semua
perusahaan UE yang terdaftar di pasar yang diatur untuk menyiapkan akun
konsolidasi sesuai dengan IAS pada tahun 2005.
 2001 — Dewan Standar Akuntansi Internasional (IASB) menggantikan IASC
dan mengemban tanggung jawabnya. Standar IASB, yang disebut Standar
Pelaporan Keuangan Internasional (IFRS), mencakup IAS yang dikeluarkan
oleh IASC.
 2002 — Parlemen Eropa mendukung usulan Komisi bahwa hampir semua
perusahaan yang terdaftar di UE harus mengikuti standar IASB mulai paling
lambat tahun 2005 dalam laporan keuangan konsolidasi mereka. Negara-
negara anggota dapat memperluas persyaratan ini kepada perusahaan-
perusahaan yang tidak terdaftar dan laporan-laporan masing-masing
perusahaan. Dewan Eropa kemudian mengadopsi peraturan yang
memungkinkan.

26
 2002 — IASB dan FASB menandatangani “Perjanjian Norwalk” yang
mengikat mereka pada konvergensi standar akuntansi internasional dan AS.
 2003 — Dewan Eropa menyetujui amandemen Petunjuk Keempat dan Ketujuh
UE yang menghapus inkonsistensi antara arahan lama dan IFRS.
 2004 — Dewan Standar Akuntansi Australia mengumumkan niat untuk
mengadopsi IFRS sebagai standar akuntansi Australia.
 2005 — SEC mengusulkan “peta jalan” untuk menghilangkan persyaratan
rekonsiliasi antara IFRS dan US GAAP. SEC dan Komisi UE kemudian
menyetujui peta jalan untuk menghilangkan persyaratan paling lambat tahun
2009.
 2005 — Kementerian Keuangan Tiongkok berkomitmen untuk melakukan
konvergensi standar akuntansi Tiongkok ke IFRS pada tahun 2007. Dewan
Standar Akuntansi Kanada mengusulkan penghapusan GAAP Kanada dan
mendukung IFRS pada tahun 2011. IASB dan Dewan Standar Akuntansi
Jepang meluncurkan proyek konvergensi.
 2006 — FASB dan IASB menandatangani nota kesepahaman yang
menetapkan tonggak sejarah yang harus dicapai oleh kedua dewan untuk
menunjukkan tingkat konvergensi yang dapat diterima antara US GAAP dan
IFRS kepada SEC dan Komisi UE.
 2006 — IASB menerbitkan pernyataan tentang hubungan kerjanya dengan
pembuat standar akuntansi lainnya.
 2006 — Uni Eropa mengeluarkan Petunjuk Audit Statuta, menggantikan
Petunjuk Kedelapan.
 2007 — Dewan Standar Akuntansi Jepang dan IASB menandatangani
“Perjanjian Tokyo” yang mengikat mereka pada konvergensi GAAP Jepang
dan IFRS.
 2007 — SEC menghilangkan persyaratan rekonsiliasi bagi perusahaan yang
menggunakan IFRS sebagaimana diumumkan oleh IASB.
 2008 — SEC mengusulkan “peta jalan” yang menguraikan tonggak sejarah
yang, jika tercapai, dapat mengarah pada transisi wajib ke IFRS oleh emiten
AS mulai tahun 2014, yang kemudian diubah menjadi tahun 2015

2.3.3 Organisasi yang Berperan dalam Standar Akuntansi Internasional


Enam organisasi telah menjadi pemain kunci dalam menetapkan standar akuntansi
internasional dan mempromosikan harmonisasi akuntansi internasional:
a) International Accounting Standards Board (IASB)
b) Commission of the European Union (UE)
c) International Organization of Securities Commissions (IOSCO)
d) International Federation of Accountans (IFAC)
e) United Nations Intergovernmental Working Group of Experts on International
Standards of Accounting and Reporting (ISAR), part of United Nation
Conference on Trade and Development (UNCTAD)
f) Organization for Economic Cooperation and Developmnent Working Group
on Accounting Standards ( OECD Working Group)
27
IASB mewakili kepentingan dan organisasi sektor swasta. Komisi UE, disebut
sebagai Komisi Eropa (EC), Kelompok Kerja OECD, dan ISAR adalah entitas
politik yang memperoleh kekuasaannya berdasarkan perjanjian internasional.
Kegiatan utama IFAC termasuk mengeluarkan panduan teknis dan profesional
serta mempromosikan penerapan pernyataan IFAC dan IASB. IOSCO mendukung
standar regulasi yang tinggi, termasuk harmonisasi standar akuntansi dan
pengungkapan untuk peningkatan modal dan perdagangan lintas batas negara.
Yang juga penting adalah Federasi Bursa Dunia (WFE), organisasi perdagangan
untuk pasar sekuritas dan derivatif yang diatur di seluruh dunia. WFE
mempromosikan pengembangan bisnis profesional di pasar keuangan. Salah satu
tujuan WFE adalah menetapkan standar yang selaras untuk proses bisnis (termasuk
pelaporan dan pengungkapan keuangan) dalam perdagangan sekuritas lintas batas,
termasuk penawaran umum lintas batas.
Banyak organisasi akuntansi regional (misalnya, Federasi Akuntan ASEAN,
Federasi Akuntan Nordik) berpartisipasi dalam penetapan standar lintas negara di
wilayah masing-masing. Fédération des Experts Comptables Européens (FEE:
Federasi Akuntan Eropa) mewakili badan akuntansi nasional di Eropa. Organisasi
regional lainnya termasuk Fédération des Bourses Européennes (FESE: Federasi
Bursa Sekuritas Eropa) dan Komite Regulator Sekuritas Eropa (CESR), yang
terdiri dari regulator pasar sekuritas dari negara-negara anggota UE.

2.3.4 Standar Akuntansi Internasional IFRS, IPSAS & GAAP


Akuntansi Internasional adalah akuntansi yang dilakukan antar negara dengan
membandingkan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku di negara-negara yang
berlainan dan mengharmonisasi atau mengkovergensi standar akuntansi diseluruh
dunia. Dan untuk Standar Akuntansi Internasional yang banyak dijadikan sebagai
rujukan dalam membuat Standar Akuntansi di banyak Negara adalah IFRS, IPSAS
dan GAAP yang akan dijelaskan lebih lanjut sebagai berikut :

2.3.4.1 International Financial Accounting Standard (IFRS)


Adalah seperangkat standar akuntansi yang digunakan secara
internasional untuk menyusun laporan keuangan perusahaan. IFRS
dikeluarkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan Internasional
(International Accounting Standards Board atau IASB), sebuah badan
independen yang berbasis di London. Berikut adalah beberapa poin
penting tentang IFRS:
a) Tujuan Utama: IFRS bertujuan untuk menciptakan keseragaman
dan konsistensi dalam penyajian laporan keuangan di tingkat global.
Hal ini memudahkan perbandingan kinerja keuangan perusahaan dari
berbagai negara.
b) Adopsi Global: Sejumlah besar negara di seluruh dunia telah
mengadopsi atau mengharmonisasi standar akuntansi nasional
mereka dengan IFRS. Banyak perusahaan multinasional juga
menggunakan IFRS dalam penyusunan laporan keuangan mereka.
c) Struktur Penyusunan Standar: IFRS terdiri dari serangkaian
standar dan interpretasi yang mencakup berbagai aspek akuntansi,

28
termasuk pengakuan, pengukuran, presentasi, dan pengungkapan
laporan keuangan.
d) Prinsip Berbasis Kerangka Konseptual: IFRS didasarkan pada
prinsip-prinsip berbasis kerangka konseptual yang memberikan
pedoman umum dalam penyusunan laporan keuangan. Beberapa
prinsip tersebut melibatkan keterbacaan, relevansi, keterandalan, dan
komparabilitas.
e) Siklus Pembaharuan: IFRS mengalami pembaharuan dan
pembaruan secara berkala untuk memastikan relevansi dan
keterandalan standar dalam menghadapi perkembangan bisnis dan
kebutuhan pengguna laporan keuangan.
f) Pengaruh Terhadap Laporan Keuangan: IFRS memiliki pengaruh
signifikan terhadap penyusunan laporan keuangan. Standar ini
mengatur berbagai aspek akuntansi, termasuk pengakuan pendapatan,
pengukuran nilai wajar, dan pengungkapan risiko.
g) Komite Interpretasi Standar Akuntansi Internasional (IFRIC):
IFRIC adalah komite yang dibentuk oleh IASB untuk memberikan
panduan interpretatif dan memberikan jawaban atas pertanyaan
praktis seputar penerapan standar IFRS.
h) Penting untuk Pasar Modal Internasional: IFRS telah menjadi
penting untuk pasar modal internasional karena memungkinkan
investor untuk memahami lebih baik kondisi keuangan perusahaan
lintas batas negara.
i) Pengaruh pada Perusahaan: Adopsi IFRS dapat memengaruhi cara
perusahaan mengukur dan melaporkan keuangan mereka. Ini dapat
menciptakan perubahan dalam praktik akuntansi dan mengharuskan
perusahaan untuk menyesuaikan sistem pelaporan mereka.
Adopsi IFRS secara global mencerminkan upaya untuk menciptakan
lingkungan akuntansi yang seragam, meningkatkan transparansi, dan
memfasilitasi pertukaran informasi keuangan di tingkat internasional.

International Financial Reporting Standards (IFRS) memiliki sejarah


yang panjang dan melibatkan evolusi dari berbagai standar akuntansi
internasional. Berikut adalah sejarah singkat pembentukan IFRS:
a) 1960-an hingga 1970-an: Sejumlah negara mulai menyadari bahwa
kebutuhan akan standar akuntansi internasional makin meningkat
seiring dengan pertumbuhan perdagangan internasional dan investasi
lintas batas. Organisasi seperti International Accounting Standards
Committee (IASC) dibentuk pada tahun 1973 untuk mengembangkan
standar akuntansi internasional.
b) IASC dan Standar Akuntansi Internasional (IAS): IASC
menerbitkan serangkaian standar akuntansi internasional yang
dikenal sebagai International Accounting Standards (IAS). Sejak
tahun 1973 hingga 2000, IAS dikeluarkan untuk berbagai topik dan
mencoba menciptakan keseragaman dalam pelaporan keuangan
internasional.
c) 1990-an: Pada tahun 1990-an, permintaan untuk standar akuntansi
internasional semakin meningkat. IAS menjadi semakin diakui,

29
meskipun beberapa negara masih lebih suka menggunakan standar
nasional mereka sendiri.
d) 2000: Pada tahun 2000, International Accounting Standards Board
(IASB) menggantikan IASC. IASB adalah badan yang lebih
independen dan memiliki keanggotaan yang lebih internasional.
IASB bertanggung jawab untuk mengembangkan standar yang
dikenal sebagai International Financial Reporting Standards (IFRS).
e) IFRS: Pengembangan dan Adopsi Global: IFRS pertama kali
diterbitkan pada tahun 2003 dan sejak itu terus berkembang. Banyak
negara di seluruh dunia telah mengadopsi IFRS atau telah
menyelaraskan standar nasional mereka dengan IFRS untuk
menciptakan keseragaman dalam pelaporan keuangan.
f) Konvergensi dengan GAAP: Terdapat upaya konvergensi antara
IFRS dan Generally Accepted Accounting Principles (GAAP),
terutama oleh Financial Accounting Standards Board (FASB) di
Amerika Serikat. Meskipun tidak ada adopsi universal GAAP ke
IFRS, ada upaya untuk mengurangi perbedaan antara keduanya.
g) Peningkatan Penerapan IFRS: Saat ini, IFRS diterapkan atau
diakui secara luas di lebih dari 120 negara, termasuk di Uni Eropa dan
sebagian besar negara-negara G20.
h) Pengembangan Standar Terkini: IASB terus mengembangkan
standar baru untuk mengatasi perkembangan bisnis dan tantangan
akuntansi yang muncul. Pengembangan terbaru termasuk standar
tentang pengakuan pendapatan (IFRS 15) dan instrumen keuangan
(IFRS 9).
IFRS bertujuan untuk menciptakan keseragaman dalam penyajian laporan
keuangan, meningkatkan transparansi, dan memfasilitasi perbandingan
internasional. Sejak diperkenalkan, IFRS telah memainkan peran penting
dalam konteks globalisasi bisnis dan investasi.
International Financial Reporting Standards (IFRS) mengatur berbagai
aspek penyusunan dan penyajian laporan keuangan perusahaan. Berikut
adalah beberapa poin penting yang diatur dalam IFRS:
a) Pengakuan Pendapatan (IFRS 15): Standar ini mengatur kapan dan
bagaimana pendapatan perusahaan diakui dalam laporan keuangan.
IFRS 15 menyediakan pedoman tentang identifikasi kontrak,
penentuan harga transaksi, dan pengakuan pendapatan dari transaksi
dengan pelanggan.
b) Pengukuran Nilai Wajar (IFRS 13): IFRS 13 memberikan panduan
tentang pengukuran nilai wajar aset, kewajiban, dan instrumen
keuangan. Nilai wajar adalah harga yang dapat diterima dalam
transaksi pasar yang berlaku pada tanggal pengukuran.
c) Instrumen Keuangan (IFRS 9): IFRS 9 mengatur pengakuan,
pengukuran, dan pengungkapan instrumen keuangan. Ini mencakup
ketentuan untuk pengukuran nilai wajar, pengakuan kerugian
penurunan nilai kredit, dan klasifikasi instrumen keuangan.
d) Pengakuan dan Pengukuran Aset Tetap (IAS 16): Standar ini
mengatur pengakuan, pengukuran, dan penyajian aset tetap dalam
laporan keuangan. IAS 16 menyediakan panduan tentang bagaimana

30
perusahaan harus menilai, mengakui, dan mengungkapkan informasi
tentang aset tetap.
e) Laporan Keuangan Konsolidasi (IFRS 10): Standar ini mengatur
kriteria untuk menentukan kapan perusahaan harus
mengonsolidasikan entitas anak dalam laporan keuangan konsolidasi.
IFRS 10 juga memberikan panduan tentang pengakuan dan
pengukuran entitas anak.
f) Instrumen Keuangan: Pengungkapan (IFRS 7): IFRS 7
menetapkan persyaratan pengungkapan informasi yang relevan
tentang instrumen keuangan dalam laporan keuangan, termasuk risiko
kredit, risiko likuiditas, dan metode pengukuran nilai wajar yang
digunakan.
g) Laporan Keuangan Interim (IAS 34): Standar ini memberikan
pedoman untuk penyusunan dan penyajian laporan keuangan interim.
IAS 34 menetapkan persyaratan untuk konten laporan keuangan
interim, serta kewajiban pengungkapan.
h) Penyajian Laporan Keuangan (IAS 1): IAS 1 menetapkan prinsip-
prinsip umum untuk penyajian laporan keuangan. Ini mencakup
penyajian neraca, laporan laba rugi, dan laporan arus kas, serta
persyaratan pengungkapan tambahan.
i) Kerangka Konseptual IFRS: IFRS memiliki Kerangka Konseptual
Akuntansi yang memberikan panduan umum dalam mengembangkan
standar. Ini mencakup prinsip-prinsip seperti keterandalan,
keterbacaan, konsistensi, dan hubungan antara elemen laporan
keuangan.
j) Pengungkapan Pihak yang Berkaitan (IAS 24): Standar ini
mengatur pengungkapan transaksi dan hubungan dengan pihak yang
berkaitan, termasuk pihak yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap perusahaan.
Poin-poin ini mencakup beberapa standar IFRS yang memberikan
pedoman bagi perusahaan dalam menyusun laporan keuangan mereka.
Penggunaan IFRS membantu menciptakan keseragaman, transparansi,
dan keterbandingan dalam pelaporan keuangan di tingkat internasional.

2.3.4.2 International Public Sector Accounting Standard (IPSAS)


IPSAS adalah singkatan dari International Public Sector Accounting
Standards, yang diterjemahkan sebagai Standar Akuntansi Sektor Publik
Internasional. IPSAS adalah seperangkat standar akuntansi yang
dikeluarkan oleh International Public Sector Accounting Standards Board
(IPSASB), suatu badan yang beroperasi di bawah naungan International
Federation of Accountants (IFAC). IPSAS dirancang khusus untuk
digunakan oleh entitas sektor publik, seperti pemerintah, lembaga nirlaba,
dan organisasi sektor publik lainnya.

Berikut adalah beberapa poin penting tentang IPSAS:


a) Tujuan Utama: Tujuan utama dari IPSAS adalah meningkatkan
akuntabilitas, transparansi, dan keterbacaan laporan keuangan entitas
sektor publik di tingkat internasional. Hal ini membantu dalam

31
memfasilitasi pembandingan kinerja keuangan antar entitas sektor
publik di berbagai negara.
b) Skala Global: Meskipun digunakan secara luas di beberapa negara,
adopsi IPSAS mungkin bervariasi dan tidak setiap negara mengikuti
standar ini. Namun, banyak negara telah mengambil langkah-langkah
untuk mengadopsi atau mengintegrasikan prinsip-prinsip IPSAS ke
dalam sistem akuntansi sektor publik mereka.
c) Ruang Lingkup Standar: IPSAS mencakup berbagai topik, seperti
pengakuan pendapatan, pengukuran aset dan kewajiban, penyajian
laporan keuangan, dan pengungkapan informasi. Standar ini
mencerminkan prinsip-prinsip akuntansi yang serupa dengan IFRS
(International Financial Reporting Standards) yang digunakan untuk
entitas sektor swasta.
d) Proses Penyusunan Standar: IPSASB menyusun standar-standar
tersebut melalui proses konsultasi dan kolaborasi dengan berbagai
pihak, termasuk pemerintah, lembaga audit, dan organisasi sektor
publik lainnya. Proses ini memastikan bahwa standar yang dihasilkan
mencerminkan kebutuhan dan karakteristik entitas sektor publik.
e) Harmonisasi dan Konvergensi: Sebagian besar IPSAS
dikembangkan dengan mempertimbangkan konsep-konsep yang
terdapat dalam IFRS untuk memfasilitasi harmonisasi dan
konvergensi antara sektor swasta dan sektor publik.
f) Pentingnya Pengungkapan: IPSAS menekankan pentingnya
pengungkapan informasi yang relevan dan memadai dalam laporan
keuangan sektor publik untuk memberikan pemahaman yang lebih
baik kepada pemangku kepentingan tentang kondisi keuangan dan
kinerja entitas.
g) Aplikasi untuk Organisasi Nirlaba: Meskipun IPSAS dirancang
terutama untuk entitas sektor publik, beberapa organisasi nirlaba yang
memiliki karakteristik sektor publik juga dapat memilih untuk
menerapkan standar ini.
Penerapan IPSAS di berbagai negara membantu menciptakan
keseragaman dalam pelaporan keuangan sektor publik di tingkat
internasional, meningkatkan akuntabilitas, dan mendukung manajemen
keuangan yang lebih efektif di sektor ini.

Berikut adalah sejarah singkat berdirinya IPSAS:


a) 1987: Pada tahun 1987, International Federation of Accountants
(IFAC) membentuk Public Sector Committee (PSC) sebagai
tanggapan terhadap permintaan untuk mengembangkan standar
akuntansi sektor publik internasional.
b) PSC dan EVS: Pada awalnya, Public Sector Committee (PSC)
mengembangkan standar yang dikenal sebagai Exposure Drafts on
Evaluation of Government Expenditure and Revenue Under
Conditions of National Risk, yang kemudian dikenal sebagai
Exposure Drafts on Evaluation of Government Expenditure and
Revenue Under Conditions of National Risk, yang kemudian dikenal
sebagai Exposure Drafts on Evaluation of Government Expenditure
and Revenue Under Conditions of National Risk (EVS). Standar ini

32
dirancang untuk menyediakan pedoman untuk mengukur dan
menyajikan informasi keuangan sektor publik.
c) Pengembangan IPSAS: Pada pertengahan hingga akhir tahun 1990-
an, komite tersebut mulai mengembangkan standar-standar yang
lebih luas dan komprehensif yang mencakup berbagai aspek
akuntansi sektor publik. Inisiatif ini membawa pada pembentukan
International Public Sector Accounting Standards Board (IPSASB)
pada tahun 1997, yang merupakan komite spesifik yang ditugaskan
untuk mengembangkan IPSAS.
d) Rilis Standar Pertama: Standar pertama yang diterbitkan oleh
IPSASB adalah "Presentation of Financial Statements" yang dirilis
pada tahun 1998. Sejak itu, IPSASB terus mengembangkan dan
memperbarui standar-standar akuntansi sektor publik untuk
mencerminkan perkembangan dalam praktik akuntansi dan
kebutuhan pemangku kepentingan.
e) Adopsi dan Pengakuan Global: Seiring berjalannya waktu, banyak
negara di seluruh dunia mulai mengadopsi atau mengacu pada IPSAS
dalam penyusunan laporan keuangan sektor publik mereka. Adopsi
IPSAS bertujuan untuk meningkatkan transparansi, akuntabilitas, dan
pembandingan dalam pelaporan keuangan sektor publik di tingkat
internasional.

Sejak berdirinya, IPSASB terus berupaya untuk mengembangkan standar


yang mencerminkan karakteristik dan kebutuhan khusus sektor publik,
menggabungkan prinsip-prinsip akuntansi terkini dan relevan. Ini adalah
bagian dari upaya global untuk menciptakan keseragaman dalam
pelaporan keuangan sektor publik di seluruh dunia.
International Public Sector Accounting Standards (IPSAS) mengatur
berbagai aspek akuntansi sektor publik. Berikut adalah beberapa poin
penting yang diatur dalam IPSAS:
a) Akuntansi Dasar (IPSAS 1): IPSAS 1 menetapkan prinsip-prinsip
dasar akuntansi sektor publik, termasuk pengungkapan yang
dibutuhkan dalam laporan keuangan. Standar ini mencakup aspek-
aspek seperti keterandalan, konsistensi, dan keterbacaan laporan
keuangan.
b) Laporan Keuangan (IPSAS 1 dan IPSAS 3): IPSAS 1 dan IPSAS
3 memberikan panduan tentang penyajian laporan keuangan dan isi
minimum yang harus disertakan dalam laporan keuangan entitas
sektor publik.
c) Pendapatan (IPSAS 9): IPSAS 9 mengatur pengakuan, pengukuran,
dan pengungkapan pendapatan entitas sektor publik. Standar ini
memerinci kriteria pengakuan pendapatan dan memberikan pedoman
tentang pengukuran nilai wajar.
d) Aset (IPSAS 17 dan IPSAS 31): IPSAS 17 dan IPSAS 31 mengatur
pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan aset entitas sektor publik,
termasuk aset tetap dan properti investasi.
e) Liabilitas (IPSAS 19): IPSAS 19 memberikan panduan tentang
pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan liabilitas. Standar ini
mencakup kriteria pengakuan liabilitas dan penentuan nilai wajar.

33
f) Aset Tidak Materi (IPSAS 21): IPSAS 21 mengatur pengakuan,
pengukuran, dan pengungkapan aset tidak materi, seperti hak cipta,
paten, dan lisensi.
g) Laporan Keuangan Konsolidasi (IPSAS 6 dan IPSAS 35): IPSAS
6 dan IPSAS 35 memberikan pedoman tentang penyusunan laporan
keuangan konsolidasi untuk entitas sektor publik yang memiliki anak
perusahaan.
h) Instrumen Keuangan (IPSAS 28 dan IPSAS 29): IPSAS 28 dan
IPSAS 29 mengatur pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan
instrumen keuangan, termasuk aset keuangan dan kewajiban
keuangan.
i) Akuntansi Keuangan Pemerintah Daerah (IPSAS 39): IPSAS 39
memberikan panduan khusus tentang akuntansi keuangan untuk
pemerintah daerah.
j) Kerangka Konseptual IPSAS: Kerangka Konseptual IPSAS
menyediakan dasar konseptual untuk pengembangan standar IPSAS.
Ini mencakup prinsip-prinsip seperti keterandalan, relevansi, dan
keterbacaan.
k) Aset Takberwujud (IPSAS 32): IPSAS 32 mengatur pengakuan,
pengukuran, dan pengungkapan aset takberwujud, seperti goodwill.
l) Pengaruh Perubahan Kebijakan Akuntansi dan Kesalahan
(IPSAS 23): IPSAS 23 memberikan panduan tentang pengakuan dan
pengungkapan perubahan kebijakan akuntansi serta koreksi
kesalahan.

Poin-poin ini mencakup beberapa standar IPSAS yang memberikan


pedoman bagi entitas sektor publik dalam menyusun laporan keuangan
mereka. Adopsi IPSAS bertujuan untuk meningkatkan transparansi,
akuntabilitas, dan keterbandingan dalam pelaporan keuangan sektor
publik di tingkat internasional.

2.3.4.3 Generally Accepted Accounting Principle (GAAP)


GAAP, singkatan dari Generally Accepted Accounting Principles,
merujuk pada seperangkat prinsip dan pedoman akuntansi yang digunakan
di Amerika Serikat untuk menyusun laporan keuangan perusahaan.
Berikut adalah beberapa poin penting tentang GAAP:
a) Tujuan Utama: Tujuan GAAP adalah menciptakan keseragaman
dan konsistensi dalam penyajian informasi keuangan. Hal ini
memungkinkan perbandingan yang adil antara laporan keuangan
berbagai perusahaan.
b) Pembentukan dan Penyelenggaraan: Badan yang bertanggung
jawab atas pembentukan dan penyelenggaraan GAAP di AS adalah
Financial Accounting Standards Board (FASB). FASB adalah badan
swasta yang independen yang memiliki wewenang untuk
mengeluarkan standar akuntansi.
c) Struktur Standar: GAAP terdiri dari seperangkat standar akuntansi,
konsep, dan prosedur yang menentukan cara penyusunan dan
penyajian laporan keuangan. Standar tersebut mencakup berbagai

34
topik, mulai dari pengakuan pendapatan hingga pengukuran nilai
wajar.
d) Kerangka Konseptual: GAAP memiliki Kerangka Konseptual
Akuntansi, yang memberikan pedoman umum untuk pengembangan
standar dan kebijakan akuntansi. Kerangka Konseptual ini mencakup
prinsip-prinsip seperti keterandalan, keterbacaan, dan konsistensi.
e) Kesesuaian dengan Hukum dan Peraturan: GAAP harus sesuai
dengan hukum dan peraturan yang berlaku di Amerika Serikat. Ini
mencakup peraturan Securities and Exchange Commission (SEC)
untuk perusahaan publik yang terdaftar di bursa efek.
f) Pentingnya bagi Perusahaan Publik: Perusahaan yang terdaftar di
bursa efek AS wajib mengikuti GAAP dalam menyusun laporan
keuangan mereka. Hal ini diperlukan untuk memastikan transparansi
dan konsistensi dalam pelaporan keuangan perusahaan yang terdaftar.
g) Adaptasi oleh Perusahaan Non-Publik: Meskipun GAAP
umumnya dikaitkan dengan perusahaan publik, banyak perusahaan
non-publik di Amerika Serikat juga mengadopsi GAAP untuk
memberikan kredibilitas dan transparansi dalam pelaporan keuangan
mereka.
h) Pengaruh Terhadap Praktik Bisnis: GAAP memengaruhi banyak
aspek praktik bisnis, termasuk cara perusahaan mengakui
pendapatan, mengelola aset, dan melaporkan informasi keuangan
kepada pemangku kepentingan.
i) Perubahan dan Pembaharuan: GAAP terus mengalami perubahan
dan pembaruan sesuai dengan perkembangan bisnis, ekonomi, dan
kebutuhan informasi pemangku kepentingan.
Penting untuk diingat bahwa sementara GAAP digunakan secara luas di
Amerika Serikat, negara lain memiliki standar akuntansi sendiri, seperti
IFRS di tingkat internasional atau standar nasional di negara-negara lain.
Adopsi dan kepatuhan terhadap standar ini bervariasi berdasarkan
yurisdiksi dan jenis industri.

Berikut adalah sejarah singkat berdirinya GAAP:


a) Awal Abad ke-20: GAAP memiliki akar yang sangat dalam dan
berkembang seiring waktu. Pada awal abad ke-20, sebelum adanya
badan pengatur akuntansi yang resmi, praktik akuntansi di Amerika
Serikat didasarkan pada pengalaman praktisi akuntansi dan panduan
umum.
b) AICPA dan Komite APB: Pada tahun 1936, American Institute of
Accountants (AIA), yang kemudian menjadi American Institute of
Certified Public Accountants (AICPA), membentuk Accounting
Principles Board (APB). APB bertugas mengembangkan dan
merumuskan prinsip-prinsip akuntansi yang dapat diterima.
c) Standar APB: APB merilis serangkaian standar akuntansi yang
dikenal sebagai APB Opinions. Meskipun Opinions APB
memberikan pedoman, beberapa kritik mengenai kurangnya otoritas
yang melekat pada APB dan ketidakmampuannya untuk merespon
dengan cepat terhadap perubahan dalam lingkungan bisnis dan
kebutuhan informasi.

35
d) Pembentukan FASB: Pada tahun 1973, Financial Accounting
Standards Board (FASB) didirikan sebagai badan pengganti APB.
FASB didirikan dengan tujuan memperbarui dan meningkatkan
standar akuntansi, serta membentuk standar yang bersifat otoritatif
dan dapat diandalkan.
e) FASB dan SFAS: FASB mulai merilis Statement of Financial
Accounting Standards (SFAS) sebagai pengganti APB Opinions.
SFAS memberikan panduan yang lebih rinci dan otoritatif dalam
penyusunan laporan keuangan.
f) Konvergensi dengan IFRS: Seiring dengan upaya konvergensi
standar internasional, terutama dengan International Financial
Reporting Standards (IFRS), FASB terlibat dalam proyek-proyek
kolaboratif untuk mendekatkan perbedaan antara GAAP dan IFRS.
g) Current Status: Saat ini, FASB terus mengembangkan standar baru
dan mengadaptasi prinsip-prinsip akuntansi untuk mencerminkan
perubahan dalam lingkungan bisnis. GAAP terus berubah dan
diperbarui untuk memenuhi kebutuhan informasi keuangan yang
berkualitas tinggi.
GAAP tetap menjadi dasar utama bagi penyusunan laporan keuangan di
Amerika Serikat, terutama bagi perusahaan yang terdaftar di bursa efek.
Namun, penting untuk dicatat bahwa beberapa entitas, terutama
perusahaan non-publik, mungkin menggunakan standar lain yang sesuai
dengan kebutuhan mereka, seperti standar yang dikeluarkan oleh
Governmental Accounting Standards Board (GASB) untuk pemerintah
daerah.
Generally Accepted Accounting Principles (GAAP) di Amerika Serikat
mencakup sejumlah standar dan pedoman yang menetapkan prinsip-
prinsip akuntansi yang diterima umum di negara tersebut. Berikut adalah
beberapa poin penting yang diatur dalam GAAP:
a) Aset dan Liabilitas: GAAP menyediakan panduan tentang
pengakuan, pengukuran, dan pengungkapan aset dan liabilitas. Ini
mencakup aset tetap, piutang, persediaan, dan liabilitas seperti
hutang.
b) Pendapatan (ASC 606): Standar ini, yang dikenal sebagai ASC 606,
memberikan panduan tentang pengakuan pendapatan dari kontrak
dengan pelanggan. Ia menguraikan langkah-langkah yang harus
diambil oleh perusahaan untuk menilai dan mengakui pendapatan
dengan benar.
c) Biaya (ASC 730): ASC 730 memberikan pedoman tentang
pengakuan dan pengukuran biaya, termasuk biaya penelitian dan
pengembangan.
d) Laporan Keuangan Konsolidasi (ASC 810): ASC 810 memberikan
pedoman tentang kapan sebuah perusahaan harus mengonsolidasikan
laporan keuangan anak perusahaan dengan laporan keuangan
induknya.
e) Instrumen Keuangan (ASC 320, ASC 325, dan ASC 820): Standar
ini mengatur pengukuran dan pengungkapan instrumen keuangan,
termasuk aset keuangan dan kewajiban keuangan.

36
f) Laporan Keuangan dan Pengungkapan (ASC 250 dan ASC 275):
ASC 250 memberikan panduan umum tentang penyajian dan
pengungkapan dalam laporan keuangan, sementara ASC 275 fokus
pada risiko dan ketidakpastian dalam laporan keuangan.
g) Akuntansi Keuangan Pemerintah (ASC 950): ASC 950
memberikan pedoman tentang akuntansi keuangan untuk entitas
pemerintah dan organisasi nirlaba.
h) Kerangka Konseptual (SFAC): Standar ini menguraikan kerangka
konseptual akuntansi keuangan, menyediakan pedoman tentang
prinsip-prinsip dan konsep yang mendasari penyusunan laporan
keuangan.
i) Pengaruh Perubahan Kebijakan Akuntansi (ASC 250): ASC 250
mengatur pengakuan dan pengungkapan perubahan kebijakan
akuntansi serta koreksi kesalahan.
j) Pajak Penghasilan (ASC 740): ASC 740 memberikan panduan
tentang akuntansi pajak penghasilan, termasuk pengakuan aset dan
liabilitas pajak tangguhan.
k) Pertanggungjawaban Pihak yang Berkaitan (ASC 850): ASC 850
mengatur pengungkapan transaksi dan hubungan dengan pihak yang
berkaitan.
l) Laporan Keuangan Interim (ASC 270): ASC 270 memberikan
pedoman tentang penyusunan dan penyajian laporan keuangan
interim.
Poin-poin ini mencakup beberapa area utama yang diatur dalam GAAP.
Penggunaan GAAP memastikan konsistensi dan keseragaman dalam
penyusunan laporan keuangan di seluruh berbagai jenis industri dan sektor
di Amerika Serikat.

2.3.4.4 Perbedaan GAAP dan IFRS


IFRS dan GAAP menggunakan cara sama dalam menganalisa, mencatat
dan mengelompokan transaksi akibat dari transaksi bisnis. Salah satu
berbadaan antara IFRS dan GAAP adalah format Laporan Keuangan.
Perbedaan GAAP dengan IFRS juga terletak pada :
a) Sumber dan ruang lingkup, GAAP berbasis di AS, sedangkan IFRS
digunakan hampir diseluruh dunia dan berpengaruh secara global,
serta standar akuntansinya disesuaikan dengan aturan akuntansi di
negara-negara seluruh dunia.
b) Dalam metode penilaian persediaan, GAAP mengenal metode FIFO,
LIFO dan Average, sedangkan IFRS hanya mengenal metode FIFO
dan Average Saja.
c) Dalam Laporan Keuangan versi GAAP terdapat pos luar biasa,
sedangkan Laporan Keuangan IFRS tidak terdapat pos luar biasa,
tetapi diganti dengan pendapatan komprehensif lainnya.
d) GAAP berbasis aturan, sedangkan IFRS berbasis prinsip saja.
e) Dalam mengukur nilai Aset, GAAP menilai menggunakan nilai
historis, sedangkan IFRS menilai menggunakan nilai wajar.
f) Fokus Laporan Keuangan pada GAAP adalah laporan Laba Rugi,
sedangkan IFRS berfokus pada Laporan Posisi Keuangan (neraca)
dan Laporan Laba Rugi

37
2.3.5 Penjelasan mengenai Harmonisasi & Konvergensi
Harmonisasi dan konvergensi standar keuangan internasional merujuk pada upaya
untuk mendekatkan atau menyatukan standar akuntansi keuangan di seluruh dunia.
Ini dilakukan untuk meningkatkan keseragaman dan konsistensi dalam pelaporan
keuangan antar perusahaan dari berbagai negara. Meskipun kedua konsep ini sering
digunakan bersamaan, mereka memiliki arti yang sedikit berbeda.
2.3.5.1 Harmonisasi Standar Keuangan Internasional:
Harmonisasi mengacu pada upaya untuk menyelaraskan atau
mendekatkan standar akuntansi keuangan yang berbeda-beda dari satu
negara atau wilayah ke negara atau wilayah lainnya. Meskipun mungkin
ada perbedaan-perbedaan tertentu yang tetap diperbolehkan atau diterima,
tujuan harmonisasi adalah menciptakan suatu kerangka kerja yang
seragam dan kompatibel sehingga memudahkan perbandingan laporan
keuangan internasional.
Contoh: Beberapa negara di Uni Eropa mengharmonisasi standar
akuntansi mereka untuk menciptakan lingkungan bisnis yang lebih
seragam di wilayah tersebut.
2.3.5.2 Konvergensi Standar Keuangan Internasional:
Konvergensi merujuk pada upaya untuk mengarahkan atau membawa
standar akuntansi suatu negara ke arah yang lebih serupa dengan standar
akuntansi internasional atau dengan standar yang diterima secara luas di
tingkat global. Ini melibatkan penyesuaian dan peningkatan standar
nasional untuk mencapai tingkat kesesuaian atau keseragaman yang lebih
tinggi dengan standar internasional.
Contoh: Proses konvergensi AS GAAP (Generally Accepted Accounting
Principles) dengan IFRS (International Financial Reporting Standards)
di Amerika Serikat adalah contoh dari upaya konvergensi.
Tujuan Harmonisasi dan Konvergensi:
a) Memfasilitasi Perbandingan Internasional: Dengan memiliki standar yang
lebih seragam, perusahaan dan investor dapat dengan lebih mudah
membandingkan laporan keuangan dari berbagai negara, yang mendukung
pengambilan keputusan investasi.
b) Peningkatan Transparansi: Harmonisasi dan konvergensi bertujuan untuk
meningkatkan transparansi dan keterbacaan laporan keuangan sehingga
pemangku kepentingan dapat lebih mudah memahami kondisi keuangan
perusahaan.
c) Mendorong Investasi Asing: Lingkungan bisnis yang lebih seragam dan
standar yang lebih konsisten dapat meningkatkan kepercayaan investor
internasional dan mendorong investasi asing.
d) Efisiensi Pasar Modal Internasional: Upaya ini bertujuan untuk
menciptakan efisiensi dalam pasar modal internasional dengan memudahkan
perbandingan dan evaluasi kinerja keuangan perusahaan lintas batas.
Namun, penting untuk diingat bahwa meskipun ada upaya untuk harmonisasi dan
konvergensi, perbedaan dalam praktik akuntansi dan hukum di berbagai negara
dapat menciptakan tantangan dalam mencapai keseragaman yang sepenuhnya.
Proses ini juga terus berkembang seiring waktu, dan adopsi standar internasional
mungkin berlangsung secara bertahap di berbagai negara.

38
BAB III
KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan
1). Akuntansi komparatif adalah akuntansi untuk transaksi internasional, perbandingan
prinsip akuntansi antar Negara yang berbeda dan harmonisasi berbagai standar
akuntansi dalam bidang kewenangan pajak, auditing dan bidang akuntansi lainnya.
Pengertian lain Akuntansi Internasional menurut Iqbal, Melcher dan Elmallah
(1997:18) mendefinisikanakuntansi internasional sebagai akuntansi untuk transaksi
antar negara, pembandingan prinsip-prinsip akuntansi di negara-negara yang
berlainan dan harmonisasi standar akuntansidi seluruh dunia.Akuntansi
internasional menjadi semakin penting dengan banyaknya perusahaan multinasional
(multinational corporation) atau MNC yang beroperasi di berbagai negara dibidang
produksi, pengembangan produk, pemasaran dan distribusi. Di samping itu pasar
modal juga tumbuh pesat yang ditunjang dengan kemajuan teknologi komunikasi
dan informasi sehingga memungkinkan transaksi di pasar modal internasional
berlangsung secara real time basis.
Perkembangan akuntansi di Uni Eropa ini berfokus pada Perancis, Jerman, Belanda
dan Inggris karena ke-empat negara ini memiliki ekonomi yang kuat dan
berkembang pesat. Mereka juga menjadi pendiri International Accounting Standards
Committee atau sekarang Internasional Accounting Standard Board (IASB).
Sedangkan Republik Ceko dipilih karena sebelumnya merupakan bagian dari blok
Soviet, sehingga untuk mengetahui bagaimana perkembangan akuntansi di negara
bekas blok Soviet. Masing-masing negara memiliki system akuntansi yang berbeda-
beda, maksudnya interpretasi system akuntansi yang sekarang IFRS tersebut
berbeda-beda yang telah dijelaskan secara rinci pada bab diatas. Akuntansi akan
terus dan terus berkembang untuk memperoleh system akuntansi yang baik.
2). Informasi keuangan dalam bentuk laporan keuangan adalah komunikasi bisnis
kepada pihak-pihak di luar perusahaan. Laporan keuangan juga berguna bagi pihak
intern organisasi. Kepentingan dan persepsi para pihak tersebut atas laporan
keuangan berbeda-beda. Oleh karena itu harus ada aturan yang disepakati untuk
dapat dijadikan acuan bagi pihak intern dalam menyajikan laporan keuangan dan
pihak ekstern dalam memahami laporan keuangan tersebut. Disini arti penting dan
latar belakang munculnya prinsip akuntansi berlaku umum (GAAP). GAAP
berbentuk hirarki dari berbagai aturan atau acuan. Dari berbagai tingkatan dalam
hirarki yang ada dapat dilihat bahwa standar akuntansi menduduki tingkatan yang
paling tinggi otoritasnya. Hal tersebut berlaku di sektor pemerintah dan swasta di
Amerika Serikat. Di sektor swasta di Indonesia hirarki GAAP berbentuk Rerangka
Prinsip Akuntansi Berlaku Umum yang juga menempatkan standar akuntansi
sebagai aturan utama (tingkat 1) dalam landasan operasional atau praktik. Untuk
sektor pemerintah di Indonesia juga sedang dipikirkan adanya hirarki standar
akuntansi berlaku umum. Jadi, baik di sektor pemeritnah maupun di sektor swasta
standar akuntansi menduduki tingkat otoritas yang paling tinggi.
Standar akuntansi merupakan aturan utama yang harus diacu dalam penyajian
laporan keuangan dalam kerangka prinsip akuntansi berlaku umum. Standar tersebut
penting agar laporan keuangan lebih berguna, dapat dimengerti dan dapat
diperbandingkan serta tidak menyesatkan. Standar akuntansi di sektor swasta lebih
berkembang daripada sektor pemerintah. Sektor swasta dan pemerintah di Amerika
Serikat telah memiliki standar akuntansi sedangkan di Indonesia, sektor swasta telah

39
memiliki standar akuntansi sedangkan sektor pemerintah belum. Akan tetapi
disadari bahwa standar akuntansi pemerintah sangat penting sehingga saat ini sedang
berjalan proses penyusunan dan penetapan standar akuntansi pemerintah di
Indonesia. Sistem akuntansi keuangan, atau disebut juga dengan sistem informasi
akuntansi keuangan, diperlukan untuk menghasilkan informasi kepada pihak luar
sesuai dengan PABU/GAAP.
3). Hal-hal pokok yang diatur dalam Standar Akuntansi Internasional secara garis besar
sebagai berikut :
 Pengukuran dan Penilaian, adalah untuk menentukan nilai suatu elemen laporan
keuangan baik pada saat terjadinya transaksi keuangan maupun pada saat
penyajian laporan keuangan pada tanggal neraca.
 Pengakuan, adalah kriteria yang digunakan untuk mengakui elemen laporan
keuangan sehingga elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan dan
mencapai tujuan dibentuknya Standar Akuntansi Internasional.
 Penyajian dan pengungkapan laporan keuangan, adalah untuk menentukan jenis
informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan diungkapkan dalam
laporan keuangan.

3.2 Saran
Dengan demikian, pemahaman yang mendalam terhadap prinsip-prinsip akuntansi
internasional adalah suatu keharusan bagi entitas bisnis yang beroperasi dalam
lingkungan global. Melalui penelitian ini, kita telah melihat betapa pentingnya standar
akuntansi internasional dalam mendukung transparansi, kredibilitas, dan pengambilan
keputusan yang tepat dalam konteks bisnis internasional. Meskipun telah banyak
pencapaian, tantangan dan peluang terus muncul di masa depan. Oleh karena itu, perlu
ada komitmen bersama untuk terus meningkatkan pemahaman, penerapan, dan
pengembangan standar akuntansi internasional. Semoga makalah ini dapat menjadi
kontribusi kecil dalam memahami kompleksitas akuntansi internasional, dan
memberikan inspirasi untuk penelitian lebih lanjut di bidang ini. Terima kasih atas
perhatian dan waktu yang telah diberikan.

40
DAFTAR PUSTAKA

Frederick D.S. Choi, dan Gary K. Meek, International Accounting, Jakarta: Salemba
Empat, 2010.

41

Anda mungkin juga menyukai