Anda di halaman 1dari 21

MAKALAH

PERKEMBANGAN ETIKA PROFESI AKUNTAN DAN BISNIS

YANG ADA DILUAR NEGERI

DISUSUN OLEH :

Nama : Sefti Dwi Julianti

Nim : 2001020002

Mata Kuliah : Etika profesi dan bisnis

Dosen : Arisky Andrinaldo, S.E.,M.Ak

UNIVERSITAS BINA INSAN LUBUKLINGGAU

PROGAM STUDI AKUNTANSI TAHUN AJARAN 2020/2021

KOTA LUBUKLINGGAU
KATA PENGANTAR

Dengan rahmat allah yang maha pengasih lagi maha penyayang dan atas karunia dan
rahmatnya ,saya dapat menyelesaikan makalah ini.kesejahteraan dan keselamatan semoga
senantiasa dilimpahkan kepada kita semua oleh nabi muhammaad saw, dan seluruh
pengikutnya.

Harapan saya semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
para pembaca untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah
agar menjadi lebih baik.karena keterbatasan maupun pengalaman saya, saya yakin masih
banyak kekurangan dalam makalah ini. Oleh karena itu saya sangat mengharapkan saran dan
kritik yang membangun pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Lubuklinggau, Juni 2021

penulis
DAFTAR ISI
COVER………………………………………………………………………………………………..………………………I

KATA PENGATAR……………………………………………………………………………………………….…..…...II

DAFTAR ISI……………………………………………………………………………………………………………...…..III

BAB I PENDAHULUAN

1.1.latar belakang …………………………………………………………………………………………….IV

1.2.rumusan masalah………………………………………………………………………………………..IV

BAB II PEMBAHASAN

2.1.isi akuntansi bisnis internasional atau luar negeri………………………………………………..…V

2.2.perkembangan sistem akuntansi…………………………………………………………………….……..V

2.3.praktek akuntansi terkini………………………………………………………………………………….……VI

2.4.penyusunan laporan keuangan untuk pengguna asing …………………………………..….…VIII

2.5.komite standarak akuntansi internasional (IASC)………………………………………..………….IX

2.6.penggunaan standar akuntansi internasional……………………………………………………....XI

2.7.isu terbaru………………………………………………………………………………………………………….….XII

2.8.restrukturasi………………………………………………………………………………………………………….XIV

2.1.1.FASB reaction…………………………………………………………………………………………………….XVI

2.1.2.pengaruh standar akuntansi internasional versus PABU AS…………………………….XVII

2.1.3.tujuan laporan keuangan…………………………………………………………………………………..XIX

BAB III PENUTUP

Kesimpulan……………………………………………………………………………………………………………..….XX

Daftar pustaka………………………………………………………………………………………………..…...…....XXI
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Akuntansi keuangan dipengaruhi oleh lingkungan di mana ia digunakan. Setiap bangsa memiliki
sejarah, norma, budaya, serta sistem politik dan ekonomi yang berbeda, yang terdapat pada tingkatan
yang beragam dalam perkembangan ekonomi. Pengaruh-pengaruh ini berinteraksi satu sama lain dan
berdampak pada perkembangan dan aplikasi praktek akuntansi keuangan dan pelaporannya.
Perusahaan multinasional yang beroperasi di banyak negara dapat memperoleh lebih dari setengah
pendapatan mereka di luar Amerika Serikat. Karena perbedaan-perbedaan tersebut, standar akuntansi
keuangan yang diaplikasikan terhadap data akuntansi yang dilaporkan oleh perusahaan-perusahaan
multinasional ini bervariasi secara signifikan antara satu negara dengan negara yang lain.

Perusahaan-perusahaan menyiapkan laporan keuangan yang ditujukan langsung kepada


pengguna utama mereka. kebanyakan pengguna adalah penduduk dari negara yang sama dengan
negara perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan. Bagaimanapun juga, penyatuan perusahan
dan organisasi multinasional seperti European Union (EU), GATT, dan NAFTA telah membuat pelaporan
keuangan antarnegara/transnasional menjadi lebih terlihat biasa. Pelaporan keuangan antarnegara
menghendaki penggunanya untuk memahami praktek akuntansi yang diterapkan oleh sutu perusahaan,
bahasa negara di mana perusahaan tersebut berkedudukan, dan mata uang yang digunakan perusahaan
untuk menyiapkan laporan keuangannya. Jika investor dan kreditor tidak dapat meperoleh informasi
keuangan yang dapat dimengerti tentang perusahaan yang beroperasi di luar negeri, mereka tidak akan
tertarik untuk berinvestasi atau meminjamkan uang kepada perusahaan tersebut. Sebagai hasilnya,
dilakukan usaha untuk menyelaraskan standar akuntansi di antara negara-negara tersebut.

Salah satu masalah utama yang saat ini sedang dihadapi oleh perusahaan-perusahaan Amerika
Serikat adalah kemampuan mereka untuk bersaing dalam perekonomian global dengan pelaporan
keuangan antarnegara. Pada bagian berikutnya, kami menjelaskan beberapa isu yang harus diperhatikan
oleh perusahaan multinasional.

1.2. Rumusan Masalah

1. Bagaimana Isu Akuntansi Bisnis Internasional?

2. Bagaimana Perkembangan Sistem Akuntansi?

3. Bagaimana Praktek Akuntansi Terkini?

4. Apa isu-isu terbaru dalam Komite Standart Akuntasni Internasional (IASC)?


PEMBAHASAN

2.1. Isu Akuntansi Bisnis Internasional/luar negeri

Paparan pertama perusahaan terhadap akuntansi internasional sering terjadi sebagai hasil dari
pembelian atau penjualan barang dagangan dengan entitas asing. Perdagangan international ini
menimbulkan beberapa masalah yang unik. Pertama, terdapat kemungkinan timbulnya gain atau loss
dari kurs mata uang yang terjadi karena adanya perbedaan waktu pemesanan, penerimaan barang, dan
pelunasan pembayaran. Oleh karena itu, perubahan nilai relatif mata uang memberikan risiko yang lebih
tinggi terhadap timbulnya gain atau loss dari kurs mata uang. Kemudian, sangat sulit untuk memperoleh
informasi kredit internasional dan mengevaluasi likuiditas dan solvensi perusahaan dari laporan
keuangannya terlebih dengan penggunaan bahasa dan/atau prinsip akuntansi yang berbeda.

Meningkatnya perdagangan antar negara, penting bagi perusahaan menciptakan divisi


internasional, dan juga mengembangkan keahlian akuntansi internasional. Pada akhirnya, perusahaan
berharap dapat meningkatkan modal di pasar asing. Sehingga, perusahaan tersebut harus menyiapkan
laporan keuangannya dengan cara yang dapat diterima dan sesuai dengan perdagangan saham asing.
Dalam banyak kasus, laporan yang disiapkan sesuai dengan GAAP AS tidak dapat diterima dalam
pendaftaran dokumen perdagangan internasional, tetapi di lain kasus, seperti di Kanada dan Jepang,
prinsip-prinsip ini bisa diterima.

2.2. Perkembangan Sistem Akuntansi

Kebudayaan suatu negara memperngaruhi tidak hanya praktek bisnis tetapi juga prosedur
akuntansinya. Hofstede mengemukakan definisi yang diterima luas tentang kebudayaan sebagai
“pemrograman pikiran yang kolektif yang membedakan satu kategori orang dengan yang lainnya”. Dia
kemudian mengkategorisasikan delapan kebudayaan berbeda: Barat, Muslim, Jepang, Hindu, Konfusius,
Slavia, Afrika, dan Amerika Latin. Namun, klasifikasi praktek akuntansi berdasarkan kebudayaan terlalu
sederhana karena banyak negara memiliki lebih dari satu suku dan banyak sistem akuntansi negara-
negara tersebut yang dikembangkan selama hubungan dengan penjajahan terdahulu. Tingkat
perkembangan sistem akuntansi sebuah negara juga dipengaruhi oleh dampak lingkungan seperti
tingkat pendidikan secara keseluruhan, jenis sistem politik,dan jenis sistem hukum.

di Amerika Serikat dipengaruhi oleh Revolusi Industri dan kebutuhan untuk memperoleh sumber
modal pribadi. Sebagai hasilnya, informasi akuntansi keuangan dibutuhkan untuk menyediakan
informasi profitabilitas dan pelayanan kepada investor dan kreditor. Di lain pihak, standar akuntansi di
Rusia tidak terlalu berkembang. Aslinya, ekonomi Rusia direncanakan secara terpusat dan sebagai
hasilnya, diperlukan standar akuntansi yang seragam. Sebagai negara dengan ekonomi pasar yang
sedang berkembang, Rusia menemukan bahwa standar-standar akuntansi ini tidak lagi berguna, dan
standar baru sedang dikembangkan.
1. Tingkat Pendidikan
Terdapat kecenderungan adanya korelasi langsung antara tingkat pendidikan yang dimiliki
penduduk suatu negara dengan perkembangan praktek pelaporan akuntansi keuangan di negara
tersebut. Karakteristik faktor-faktor lingkungan ini mencakup (1) tingkat melek huruf di negara
tersebut; (2) persentase populasi yang telah lulus sekolah dasar, sekolah menengah, dan
pendidikan; (3) orientasi sistem pendidikan (persiapan dunia kerja, profesional, dan lain-lain);
dan (4) kesesuaian sistem pendidikan dengan kebutuhan ekonomi dan sosial negara tersebut.
Negara-negara dengan masyarakat yang terdidik dengan lebih baik bisa diasosiasikan dengan
sistem akuntansi keuangan yang lebih maju.
2. Sistem Politik
Jenis sistem politik (sosialis, demokrasi, totaliter, dan lain-lain) dapat mempengaruhi
perkembangan standar dan prosedur akuntansi. Sistem akuntansi di sebuah negara dengan
ekonomi terpusat akan berbeda dengan sistem akuntansi dengan ekonomi berorientasi pasar.
Sebagai contohnya, perusahaan-perusahaan di negara sosialis akan diminta untuk menyediakan
informasi mengenai dampak sosial dan analisis manfaat—biaya di samping informasi tentang
profitabilitas dan posisi keuangan.
3. Sistem Hukum
Ukuran di mana hukum sebuah negara menetapkan praktek akuntansi dapat mempengaruhi
kekuatan profesi akuntansi negara tersebut. Ketika pemerintah memberlakukan prosedur dan
praktek akuntansi, otoritas profesi akuntansi biasanya bersifat lemah. Kebalikannya, penetapan
kebijakan akuntansi nonlegal oleh organisasi profesional adalah karakteristik negara-negara
dengan common law.
4. Perkembangan Ekonomi
Tingkat perkembangan ekonomi suatu negara mempengaruhi baik perkembangan maupun
aplikasi praktek pelaporan keuangan. Negara-negaradengan tingkat perkembangan ekonomi
yang rendah relatif akan memiliki kebutuhan yang lebih rendah untuk sistem akuntansi yang
lebih rumit daripada negara dengan tingkat perkembangan ekonomi yang tinggi.

2.3.Praktek Akuntansi Terkini

Klasifikasi praktek akuntansi menjadi kelompok-kelompok sudah diusahakan sejak tahun 1960.
Skema pengelompokan awal dikembangkan oleh Gerhard Mueller, yang mengklasifikasikan praktek
akuntansi negara berdasarkan dampak perbedaan lingkungan bisnis, adalah sebagai berikut.

1. Amerika Serikat/ Kanada/ Belanda

2. Persemakmuran Inggris (kecuali Kanada)

3. Jerman/ Jepang

4. Eropa Daratan (kecuali Jerman, Belanda, dan Skandinavia)


5. Skandinavia

6. Israel/ Meksiko

7. Amerika Selatan

8. Negara-negara berkembang di Timur Dekat dan Timur Jauh

9. Afrika (kecuali Afrika Selatan)

10. Komunis

Kemudian, komite American Accounting Association menyatakan bahwa praktek akuntansi di seluruh
dunia dapat dikelompokkan menurut jangkauan pengaruhnya. Komite ini mengindikasikan bahwa lima
zona pengaruh tersebut adalah:

1. Inggris

2. Prancis-Spanyol-Portugis

3. Jerman-Belanda

4. Amerika Serikat

5. Komunis

Perjanjian terkini seperti EU, GATT, NAFTA, dan perubahan sistem ekonomi di Eropa Timur telah
memodifikasi jangkauan pengaruh dan menghasilkan pengelompokan berikut.

1. Amerika Serikat
Standar akuntansi keuangan untuk kelompok ini sudah berkembang terutama di sektor privat,
dan hasilnya menjadi set standar akuntansi yang relatif bersifat membatasi. Jangkauan
pengaruh di Amerika Serikat meliputi Kanada, Meksiko, Venezuela, dan Amerika Tengah.
Perjanjian dalam NAFTA secara tidak terbantahkan akan menghasilkan standardisasi prinsip
akuntansi di antara negara-negara ini.
2. Inggris/ Belanda
Kelompok ini hampir menyerupai kelompok AS; bagaimanapun juga, kelompok ini disifati oleh
standar akuntansi yang relatif sedikit restriktif. Di samping Inggris dan Belanda, kelompok ini
mencakup Irlandia, Israel, dan koloni lama Inggris di India, Selandia Baru, dan Amerika Selatan.
3. Eropa Daratan/ Jepang
Perusahaan-perusahaan dalam kelompok ini bergantung pada bank untuk menyuplai
kebanyakan kebutuhan modal mereka; Sebagai hasilnya, praktek akuntansi konservatif sudah
berkembang. Negara-negara dalam kelompok ini adalah kebanyakan negara-negara Eropa Barat
dan Jepang.
4. Amerika Selatan
Kecuali Brazil, negara-negara di kawasan ini memiliki bahasa dan warisan budaya yang sama.
Sebagai tambahan, pelaporan akuntansi dalam kelompok ini umumnya memasukkan informasi
sebagai dampak inflasi. Seluruh negara Amerika Selatan kecuali Venezuela, yang mengikuti
GAAP AS, termasuk dalam kelompok ini.
5. Negara-Negara Dunia Ketiga
Kelompok negara-negara yang dianggap kecil ini berbagi kebutuhan untuk mengembangkan
standar akuntansi untuk ekonomi yang sedang berkembang. Banyak negara ini yang dahulunya
merupakan jajahan negara-negara Eropa dan sekarang sedang mengembangkan standar
akuntansi untuk memenuhi kebutuhan sitem ekonomi mereka. Negara-negara yang tergolong
dalam kelompok ini adalah kebanyakan negara-negara Afrika (kecuali Afrika Selatan) dan
negara-negara Timur Jauh.
6. Negara-Negara yang Mengalami Perubahan Ekonomi
Perubahan besar dari politik di Eropa Timur pada tahun 1980-an berdampak pada kebutuhan
untuk mengembangkan standar dan praktek akuntansi yang berbeda untuk memenuhi
kebutuhan sistem ekonomi yang turut berubah. Negara-negara ini mengubah praktek akuntansi
mereka dari ekonomi terpusat menjadi ekonomi pasar. Mereka adalah hampir seluruh negara
Eropa Timur yang dulunya berada di bawah jangkauan pengaruh Uni Soviet sebelum disintegrasi
berdasarkan Pakta Warsawa
7. Komunis
Negara-negara komunis yang masih ada menggunakan sebuah sistem akuntansi yang didesain
untuk berperan dalam perencanaan sentral. Negaranegara dalam kelompok ini adalahChina,
Korea Utara dan Kuba.

2.4.Penyusunan Laporan Keuangan untuk Pengguna Asing

Sebuah perusahaan yang mengeluarkan laporan keuangan kepada pengguna di luar negeri
bisa memakai satu dari beberapa pendekatan untuk menyusun laporan keuangannya:
1. Laporan keuangan yang sama untuk semua pemakai laporan keuangan (domestik dan luar
negari).
2. Menerjemahkan bahasa yang digunakan dalam laporan keuangan yang dikirimkan ke
pemakai luar negeri, dalam bahasa yang digunakan di negara pemakai tersebut.
3. Melakukan translasi atas laporan keuangan yang dikirimkan ke pihak pemakai luar negeri,
sesuai dengan mata uang yang digunakan di negara pemakai laporan tersebut.
4. Mempersiapkan 2 laporan keuangan yang berbeda bahasa dan mata uangnya.
5. Menyiapkan Laporan keuangan berbasis prinsip-prinsip akuntansi yang disetujui kalangan
Yang luas
2.5. Komite Standar Akuntansi Internasional (IASC)

Penyusunan laporan keuangan untuk pengguna di negara lain dengan menggunakan lima
opsi yang tersebut di atas semakin giat menyarankan pelaporan keuangan antarnegara. Komite
Standar Akuntansi Internasional (International Accounting Standards Committee/IASC) dibentuk
pada tahun 1973 untuk mengembangkan standar akuntansi yang diterima secara luas di dunia.
IASC adalah badan sektor privat independen, yang tujuannya adalah untuk mencapai
keseragaman prinsip akuntansi yang digunakan dalam pelaporan keuangan yang diterima
masyarakat dunia. Anggota asli Dewan IASC adalah badan-badan akuntansi dari sembilan
negara: Australia, Kanada, Prancis, Jepang, Meksiko, Belanda, Inggris, Amerika Serikat, dan
Jerman Barat. Sejak 1983, angotaanggota IASC memasukkan seluruh badan akuntansi
profesional yang menjadi anggota Federasi Akuntan Internasional. Badan ini terdiri dari 134
organisasi pendukung di 104 negara. Kebanyakan organisasi ini adalah asosiasi profesional
akuntan publik yangberlisensi; Sebagai hasilnya, keanggotaan IASC meliputi jangkauan
organisasi yang lebih sempit daripada FASB.

IASC Agreement and Constitution memberikan otoritas untuk menyebarluaskan standar-standar


untuk penyampaian laporan keuangan yang diaudit oleh anggota dari organisasi tersebut. Konstitusi
IASC juga membentuk peraturan untuk menyebarluaskan penerimaan seluruh dunia terhadap standar-
standar IASC. Persyaratan ini muncul karena banyak negara tidak mempunyai program untuk
mengembangkan standar akuntansi dan karena terdapat kebutuhan untuk menyesuaikan perbedaan di
antara standar tiap-tiap negara. Banyak pengamat menetapkan penyesuaian yang diharapkan karena
adanya kebutuhan untuk meningkatkan keandalan laporan keuangan asing. Pembuatan keputusan yang
telah dikembangkan akan terjadi karena tidak akan terlalu penting lagi untuk menerjemahkan laporan
keuangan asing dan karena perbandingan yang akan dikembangkan.

Walaupun banyak perbedaan praktek pelaporan keuangan dunia bisa dijelaskan oleh perbedaan
lingkungan antarnegara, beberapa perbedaan tidak demikian. IASC berupaya untuk menyesuaikan
perbedaan-perbedaan yang tidak bisa dijelaskan oleh perbedaan lingkungan. Tujuan IASC adalah untuk
memformulasikan dan mengumumkan standarstandar akuntansi dan untuk mempromosikan
penerimaan dan pengamatan yang diterima luas. Anggota IASC setuju untuk mendukung standar-
standar tersebut dan mengeluarkan kemampuan terbaik mereka untuk meyakinkan bahwa laporan
keuangan yang dipublikasikan sesuai dengan standar tersebut, untuk memastikan auditor menegakkan
standar tersebut, dan untuk melakukan pendekatan dengan pemerintah, bursa saham, dan badan-
badan lain untuk mendukung standar tersebut.
Tujuan asli IASC adalah untuk menghindari detail kompleks dan berkonsentrasi pada standar dasar.
Proses penyusunan standar IASC sama dengan yang diikuti oleh FASB dan mencakup enam tahap
berikut:

1. Dewan menyiapkan Steering Committee


2. Steering committee mengidentifikasi dan meriview isu akuntansi yang terkait dengan topik yang
akan dibuatkan standarnya. Menghasilkan “point outline”
3. Komentar dewan atas point outline dan direviu kembali oleh Steering Committee menghasilkan
“Draft Statement of Principles”
4. Steering Committee mereviu komentar atas draft dan menyiapkan “Final Statement of
Principles”
5. Steering Committee membuat draft Exposure Draft dan meminta persetujuan dewan untuk
dipublikasikan sebagai Exposure Draft
6. Steering Committee meriviu komentar selama 6 bulan and menyiapkan dan mempublikasikan
International Accounting Standard setelah disetujui ¾ dewan.

Sangat kontras dengan standar yang dikeluarkan oleh FASB, Standar Akuntansi Internasional (IASs)
kadang-kadang mengizinkan dua perlakuan akuntansi untuk kejadian dan transaksi akuntansi. Dalam
beberapa kasus, perlakuan yang lebih disukai diistilahkan sebagai perlakuan benchmark/standar,
sementara yang lain disebut sebagai perlakuan alternatif. Aslinya, IASC tidak menjelaskan perbedaan di
antara dua jenis perlakuan ini; meskipun demikian, pada Desember 1995 dikeluarkanlah IASC Insight,
yang penjelasannya sebagai berikut.

“Dewan telah memutuskan bahwa seharusnya digunakan istilah BENCHMARK (standar) daripada
PREFERRED (lebih disukai) [yang diajukan dalam IAS No 32, p.2] dalam beberapa kasus di mana hal ini
berlanjut pada pembolehan pilihan perlakuan akuntansi untuk kejadian dan transaksi. Istilah
BENCHMARK merefleksikan tujuan Dewan untuk mengidentifikasikan titik referensi ketika membuat
pilihan di antara alternatifalternatif tersebut. ”

Walaupun penjelasan ini mengimplikasikan bahwa IASC bermaksud mengurangi pilihan-pilihan


yang tersedia dalam standar, mengeliminasi perlakuan alternatif akan mengurangi tingkat komparasi
dengan GAAP AS, dalam kasus ini misalnya ketika perlakuan alternatif tersebut lebih mirip dengan GAAP
AS.
2.6.Penggunaan Standar Akuntansi Internasional

Standar akuntansi internasional digunakan dalam berbagai cara. IASC memperhatikan bahwa standar-
standarnya digunakan:

1. Sebagai persyaratan nasional

2. Sebagai dasar dari sebagian atau seluruh persyaratan nasional

3. Sebagai benchmark bagi negara-negara yang menetapkan sendiri persyaratan nasionalnya

4. Digunakan oleh pihak yang berwenang untuk mengatur perusahaan domestik dan perusahaan asing

5.Digunakan oleh perusahaan-perusahaan itu sendiri

Sebagai tambahan, International Organization of Securities Commissions (IOSCO) menginginkan IASB


menyediakan IAS yang dapat digunakan dalam penawaran sekuritas multinasional. Baru-baru ini,
beberapa bursa saham di beberapa negara mensyaratkan atau memperbolehkan perusahaan yang
mengeluarkan saham untuk menyiapkan laporan keuangan yang sesuai dengan IAS.

IASC tidak mempunyai kekuasaan memaksa dan harus berlandaskan pada ‘usaha terbaik’ dari
anggota-anggotanya. Bagaimanapun juga, pengaruh badan-badan akuntansi profesional dalam
pembentukan peraturan akuntansi bervariasi dari negara yang satu ke negara yang lain. Di beberapa
negara, seperti Prancis dan Jerman, kekuatan dan detil hukum perusahaan memberikan ruang bagi
pengaruh badan-badan akuntansi. Di negara lain, seperti Inggris, Kanada, dan Australia, standar
akuntansi diatur oleh badan profesional yang dimiliki IASC. Di AS, dua badan yang secara langsung
berkonsentrasi pada pengaturan standar, yaitu FASB dan SEC, bukanlah anggota IASC.

Perjanjian dan tindakan IASC tidak mengakomodasi perbedaan nasional. Oleh karena itu, setiap
negara memiliki kelompok pengguna informasi keuangan sendiri (pemilik, kreditor, debitor, pegawai,
pemerintah, dan lain-lain), semua yang beroperasi di dalam lingkungan budaya, sosial, hukum, politik,
dan ekonomi. Pengguna-pengguna tersebut juga mungkin memiliki kepentingan yang relatif berbeda
dari negara ke negara, menciptakan variasi peran akuntansi keuangan dari negara ke negara.

IASC mengeluarkan 41 standar dan IASB telah mengeluarkan 8 IFRS yang mencakup isu-isu seperti
pengungkapan kebijakan akuntansi, laporan arus kas, depresiasi, informasi yang harus di ungkapkan,
informasi perubahan posisi keuangan, unsusual item, prior period items dan perubahan kebijakan
akuntansi, penelitian dan pengembangan, pajak atas income, foreign exchange, kombinasi bisnis, dan
pengungkapan pihak-pihak yang terkait.
2.7. Isu Terbaru

Pada pertengahan 1990, IASC berpartner dengan IOSCO untuk bekerjasama dalam mendorong
transaksi saham di seluruh dunia agar menerima laporan keuangan yang disiapkan dengan
menggunakan standar dari IASB.Untuk meraih tujuan ini, IASB diminta untuk menyelesaikan sebuah
program kerja yang komprehensif dalam membuat ataumemperbaiki IAS yang dapat diterima oleh
IOSCO.

IOSCO mengindikasikan bahwa kesuksesan IASC dalam menyelesaikan program tersebut dapat
menyebabkan penyebarluasan suatu set inti standar yang komprehensif untuk pendaftaran saham lintas
batas. Hal itu juga dapat memungkinkan IOSCO untuk mempertimbangkan penggunaan Standar
Akuntansi Internasional untuk tujuan pendaftaran saham di semua pasar modal global. IOSCO telah
meresmikan penggunaan pernyataan IASC mengenai arus kas dan mengindikasikan bahwa standar
standar IASC yang lain sudah memadai, hal ini membuktikan standar inti yang lain telah diselesaikan
dengan sukses. Beberapa isu yang dibahas dalam program kerja adalah instrumen keuangan, pajak
penghasilan, aset tidak berwujud, laporan per segmen, laba per lembar saham (earning per share), biaya
keuntungan pegawai (employee benefit cost), laporan interim, operasi yang tidak dilanjutkan
(disontinued operation), hal yang mungkin terjadi (contingency), dan lease. Awalnya program ini di
targetkan selesai pada Desember 1999, namun pada tahun 1996 direksi IASC memutuskan untuk
mempercepatnya menjadi Maret 1999.

Pada saat penyelesaian proyek, IOSC menelaah standar yang telah direvisi untuk menentukan apakah
akan merekomendasikan penggunaannya pada para anggota IOSC untuk tujuan pencarian modal secara
lintas batas. IOSCO mengidentifikasi beberapa standar yang masih berpotensial untuk dikembangkan;
sebagai hasilnya, IASC mengadakan Proyek Pengembangan untuk mengurangi atau menghilangkan
alternatif, peraturan yang berlebihan (redundancy), dan konflik dengan standar yang telah ada dan
untuk melakukan pengembangan lain pada standar. Penyelesaian yang cepat dari proyek ini terlihat
krusial ketika negara anggota Uni Eropa (EU) mengadopsi standar internasional pada awal 2005.

Pada tanggal 17 Desember 2003, IASB mempublikasikan 13 Standar Akuntansi Internasional (IAS)
yang telah direvisi, menerbitkan 2 standar baru, mengumumkan pemberitahuan mengenai penarikan
standarnya pada akuntansi level-harga (price-level accounting). Revisi dan standar baru yang diterbitkan
menandakan bahwa Proyek Pengembangan yang dilakukan oleh IASB tersebut hampir selesai.Proyek
tersebut membahas kecemasan, pertanyaan, dan kritik yang berasal dari otoritas pengatur sekuritas dan
pihak lain yang tertarik dengan IAS yang telah ada.

Proyek Pengembangan merupakan elemen utama dari strategi IASB untuk meningkatkan kualitas
dan konsistensi dari laporan keuangan secara umum dan IAS yang telah ada. Minat atas pelaporan yang
lebih baik melalui konvergensi membuat proyek
tersebut menarik praktik terbaik dari seluruh dunia. Proyek tersebut telah menghilangkan beberapa
pilihan yang ada dalam IAS yang keberadaannya menyebabkan ketidakpastian dan penurunan tingkat
komparabilitas. Proyek ini diuntungkan dari masukan yang berasal dari pelaku pasar secara luas,
termasuk pembuat peraturan melalui Organisasi Internasional untuk Komisi Sekuritas, pembuat standar
nasional, Dewan Penasihat Standar IASB, dan pihak lain. IASB juga menerbitkan 5 IFRS. Standar baru ini
dan amandemen terhadap berbagai IAS akan didiskusikan pada bab yang berhubungan dengan masing-
masing isu. Kemudian, pada tahun 2005, Komite Tekhnik IASCO menegaskan kembali dukungannya
terhadap pengembangan dan penggunaan IFRS sebagai standar internasional berkualitas dalam
pendaftaran dan penawaran lintas batas. IASCO merekomendasikan anggotanya untuk
memperbolehkan para penerbit multinasional (multinational issuers) menggunakan IFRS dalam
penawaran dan pendaftaran lintas batas, sebagaimana ditambahkan dalam rekonsiliasi, pengungkapan,
dan intepretasi bila dipandang perlu untuk membahas isu dasar yang luar biasa pada tingkat nasional
atau regional.

Sesuai keputusan yang dibuat oleh berbagai negara dan organisasi untuk mengadopsi IFRS, lebih
dari 19 negara akan mengharuskan atau mengijinkan penggunaan penggunaan IFRS dalam beberapa
tahun mendatang. Sebagai contoh, seperti dibahas diatas, sejak Januari 2005, semua perusahaan EU
yang terdaftar dalam pasar EU diharuskan menggunakan IFRS sebagai dasar penyusunan pelaporan
keuangannya. Sebagai tambahan, banyak negara yang bukan anggota EU, seperti Australia, Cina, Israel,
dan Selandia Baru, mengkonvergensi standar nasionalnya baik sebagian maupun seluruhnya dengan
IFRS. Pada Januari 2006, Dewan Standar Akuntansi Kanada meratifikasi rencana selama 5 tahun untuk
mengkonvergensi PABU Kanada dengan IFRS, dan Cina juga mengumumkan rencana konvergensi,
banyak perusahaan di seluruh dunia akan mengadakan peralihan dalam laporan keuangan dengan
mengubah praktik akuntansi nasional menuju penggunaan standar akuntansi yang dikeluarkan oleh
IASB.

Untuk membantu proses implementasi, pada tahun 2006 IASB mengumumkan bahwa IASB tidak
mewajibkan penerapan IFRS yang sedang dikembangkan atau yang sebagian besarnya sedang
diamandemen ke dalam IFRS yang telah berlaku sebelum tanggal 1 Januari 2009. Penundaan standar
baru hingga 2009 akan memberikan waktu selama 4 tahun untuk stablitas bagi perusahaan yang
mengadopsi IFRS di tahun 2005. Sebaggai tambahan, penetapan tanggal 1 Januari 2009 sebagai standar
baru akan memberikan target yang jelas bagi negara yang akan mengadopsi IFRS. Pada tahun 2009 juga
diharapkan usaha bersama antara FASB dan IASB akan meniadakan keharusan rekonsiliasi bagi
perusahaan non-AS yang menggunakan IFRS dan terdaftar di AS.

Untuk membantu perusahaan merubah standarnya ke IFRS, dan supaya pengguna laporan keuangan
perusahaan mengerti efek dari penerapan standar yang baru, IASB mengeluarkan IFRS No. 1 “Adopsi
Standar Pelaporan Keuangan Internasional untuk yang Pertama Kalinya “ (didiskusikan lebih lanjut di
bab ini) yang menjelaskan apa yang harus dilakukan sebuah entitas dalam masa transisi ketika merubah
suatu basis akuntansi ke IFRS.

2.8. RESTRUKTURASI IASC

Pada tahun 1998 IASC mengarahkan upaya baru yang bertujuan untuk menempatkan standar. Pada
akhirnya, IASC Board membuat Strategy Working Party untuk mempertimbangkan apa seharusnya
strategi dan struktur IASC untuk menghadapi tantangan yang baru. Pada bulan Desember 1998,
kelompok ini menerbitkan Discussion Paper yang berjudul “Shaping the IASB for the Future”, yang
merupakan proposal untuk perubahan struktur IASC. Selama awal 1999, tanggapan terhadap proposal
diterima dan laporan final diterbitkan. Pada Maret 2000, IASB Board menyetujui konstitusi baru untuk
merestrukturisasi IASB. Berikut ini adalah rangkuman dari poin-poin yang ditulis dalam dokumen
tersebut.

Beberapa faktor yang telah memberi kontribusi pada kebutuhan terhadap pendekatan baru dalam
penetapan standar internasional :

1. Pertumbuhan pasar modal internasional yang cepat, dikombinasikan dengan peningkatan dalam
pendataan dan investasi lintas batas. Isu ini telah mengarahkan kepada usaha-usaha badan
regulator sekuritas untuk mengembangkan ’passport’ biasa untuk pendataan sekuritas lintas
batas dan untuk mencapai komparabilitas yang lebih besar dalam pelaporan keuangan.
2. Upaya organisasi global (seperti WTO) dan badan regional (seperti EU, NAFTA, MERCOSUR [
pasar bagi negara Argentina, Brazil, Paraguay, dan Uruguay], dan APEC) untuk membuka
hambatan perdagangan internasional.
3. Tren ke arah internasionalisasi regulasi bisnis.
4. Peningkatan pengaruh standar akuntansi internasional terhadap kebutuhan dan praktek
akuntansi nasional.
5. Percepatan inovasi dalam transaksi bisnis.
6. Peningkatan permintaan penggwuna akan jenis informasi keuangan dan kinerja lainnya yang
baru
7. Perkembangan baru dalam distribusi elektronik informasi keuangan dan kinerja lainnya.
8. Pertumbuhan kebutuhan akan informasi keuangan dan kinerja lainnya yang relevan dan dapat
diandalkan, baik dalam negara yang dalam transisi dari ekonomi terencana ke ekonomi pasar
maupun dalam pengembangan industrialisasi ekonomi yang baru.

Sebagai hasilnya, permintaan terhadap standar akuntansi global yang berkualitas tinggi dan
menyediakan transparansi dan komparabilitas semakin meningkat. Dalam tahun-tahun pertamanya IASC
terutama bertindak sebagai penyelaras—badan yang memilih perlakuan akuntansi yang telah ada pada
tingkat nasional di beberapa negara dan meminta dukungan global dari perlakuan tersebut, mungkin
dengan beberapa perubahan. Kemudian IASC mulai menggabungkan peran tersebut dengan peran
sebagai katalisator—koordinator prakarsa nasional dan pemrakarsa usaha baru tingkat nasional. Ke
depannya, peran IASC sebagai katalisator dan inisiator harus lebih menonjol dan penting bagi IASC untuk
memfokuskan tujuan dengan tepat, sebagaimana berikut :

1. Mengembangkan standar akuntansi internasional yang menghendaki informasi yang berkualitas


tinggi, transparan, dan dapat dibandingkan yang akan membantu pelaku pasar modal dan
lainnya untuk membuat keputusan ekonomi.
2. Meningkatkan penggunaan standar akuntansi internasional dengan bekerja bersama para
pembuat standar nasional.

IASC, bekerja sama dengan pembuat standar nasional, harus melakukan setiap usaha untuk
mempercepat konvergensi antara standar akuntansi nasional dan internasional. Sasaran konvergensi
bagi tiap negara di dunia untuk melaporkan informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat
dibandingkan yang akan membantu pelaku pasar modal dan lainnya untuk membuat keputusan
ekonomi. Sampai tahap akhir ini, IASC harus terus menggunakan kerangka konseptual yang telah
disetujui (Kerangka Persiapan dan Penyajian Laporan Keuangan didiskusikan di bagian berikutnya).
Tujuan jangka pendek IASC adalah untuk membuat konvergensi standar akuntansi nasional dan
internasional dengan solusi berkualitas tinggi. Sedangkan tujuan jangka panjangnya adalah keseragaman
global, yaitu perangkat tunggal standar akuntansi berkualitas tinggi untuk semua perusahaan bisnis
terdaftar dan yang signifikan secara ekonomis lainnya di seluruh dunia.

Perubahan-perubahan di dalam lingkungan IASC bermakna bahwa perubahan struktural juga


dibutuhkan sehingga IASC dapat mengantisipasi tantangan-tantangan baru yang menghadang dan
mengatasinya secara efektif. Berikut ini diidentifikasikan sebagai isu yang perlu diperhatikan: 1. Kerja
sama dengan pembuat standar akuntansi

1. Kerja sama dengan pembuat standar akuntansi nasional. IASC harus bekerja sama dengan
pembuat standar nasional sehingga IASC dapat bersinergi dengan badan tersebut untuk
mempercepat konvergensi antara standar akuntansi nasional dan internasional yang solusinya
membutuhkan informasi yang berkualitas tinggi, transparan, dan dapat diperbandingkan
sehingga dapat membantu partisipan di pasar modal dan pihak-pihak lain dalam membuat
keputusan ekonomi.
2. Partisipasi yang lebih luas dalam IASC Kelompok Negara dan organisasi yang lebih besar harus
mengambil peran dalam IASC Board tanpa mendilusi kualitas kerja IASC.
3. Penunjukan (appointment). Proses penunjukan IASC Board dan pedoman IASC Committee harus
menjadi tanggung jawab anggota yang beragam, sementara memastikan penunjukan itu
kompeten, independen, dan objektif.
Untuk memenuhi isu-isu tersebut, perubahan-perubahan berikut diajukan:

1. Steering Committee seharusnya digantikan oleh Standards Development Committee, di mana


pembuat standar nasional akan memainkan peranan besar dalam pengembangan standar
akuntansi internasional untuk disetujui IASC Komite ini juga bertanggung jawab untuk
menyetujui penerbitan Interpretasi SIC final yang dibuat oleh Standing Interpretations
Committee.
2. Standards Development Committee seharusnya didukung oleh Standards Development Advisory
Committee, yang bertindak sebagai saluran komunikasi dengan pembuat standar nasional
tersebut yang dapat berpartisipasi langsung dalam Standards Development Committee karena
keterbatasan lingkupnya.
3. IASC Board seharusnya diperluas dari 16 menjadi 25 negara dan organisasi, tanpa menurunkan
kualitas kerjanya.
4. Advisory Council yang sekarang seharusnya digantikan oleh 12 trustees (tiga ditunjuk oleh
International Federation of Accountant, tiga oleh organisasi internasional lain, dan enam oleh
trustees untuk merepresentasikan dunia secara luas). Trustees akan menunjuk anggota
Standards Development Committee, Board, dan Standing Interpretations Committee, serta
bertanggung jawab untuk memantau efektifitas IASC dan membiayai kegiatan IASC.

i. FASB Reaction

The Financial Accounting Foundation (FAF) dan The Financial Accounting Standard Board
(FASB) dikelilingi oleh organisasi yang menerima undangan IASC untuk berkomentar pada
Discussion Paper. Posisi mereka agak kritis dan termasuk dalam poinpoin berikut ini.
Karena posisi IASC sekarang adalah sebagai organisasi pengatur standar international,
kebutuhan restrukturisasi proses dan struktur pengaturan standar akuntansi international
memberikan peluang kepada IASC untuk mendirikan pengatur standar akuntansi
international yang berkualitas yang akan sukses dalam jangka panjang. FAF dan FASB
percaya proses restrukturisasi semestinya menghasilkan proses dan struktur pengaturan
standar yang mewujudkan delapan (8) fungsi dan lima (5) karakter. Delapan fungsi inti

dari standar international yang berkualitas yaitu leadership, innovation, relevance, responsiveness,
objectivity, acceptability and credibility, undertandability, dan accountability. Dan lima karakter inti
pengatur standar akuntansi internasional adalah badan pengambil keputusan yang independen, proses
yang memadai, memadai, staf yang qualified secara teknis, pendanaan yang independen, pengawasan
yang independen.

Struktur IASC yang ada belum memadai dalam mewujudkan hal tersebut diatas dalam mencapai
tujuan, terdapat beberapa are yang menjadi perhatian di dalam Discussion Paper yang seharusnya
diperkuat dan di modifikasi yaitu:
1. The Standards Development Committee (SDC) haruslah menjadi badan otonom yang dan
mengambil keputusan secara independen.
2. Dewan IASC seharusnya menerapkan strong avisory role dalam proses penyusunan standar.
3. Dewan trustees harus bertanggung jawab atas (1) penunjukan (appointing) SDC dan anggota dewan
IASC, meriviu dan mengesahkan penunjukan dan memperbarui perwakilan dalam IASC. (2) melatih,
mengawasi dan mengevaluasi SDC dan dewan IASC (3) meningkatkan pendanaan.
4. Staf IASC seharusnya dilengkapi dengan staf dari organisasi level nasional.

Sebagai tambahan, are yang harus di perbaiki dan diperkuat adalah:

1. Proses persetujuan standar


2. Aturan dan tanggung jawab dari dewan trustees
3. Pendanaan dan sumber daya yang lain
4. Issu lainnya seperti, komposisi dan area dari keanggotaan SDC dan IASC, rotasi anggota dan kursi
permanen dari SDC, IASC Board, dan dewan trustee dan koordinasi antar anggota dari negara-
negara dalam proses kerja IASC

Dalam menangani area ini, FASB mengindikasikan IASC harus mengemukaan dengan jelas rencana
jangka panjang dalam pencapaian struktur dan proses penyusunan standar akuntansi internasional yang
ideal. IASC harus mengakui bahwa proposalnya merupakan langkah awal dalam evolusi akuntansi
internasional. Isu ini disampaikan lebih lanjut oleh FASB dalam Position papernya “International
Accounting Standards: a vision for the future”.

2.1.1. Pengaruh Standar Akuntansi Internasional versus PABU AS

Pada Februari 2000, SEC meminta perusahaan AS untuk berkomentar tentang apakah perusahaan
asing dapat diperbolehkan untuk mendaftarkan sahamnya di pasar modal AS dengan menggunakan
standar akuntansi internasional. Sekarang, perusahaan asing yang ingin mendaftar di pasar modal AS
harus merubah pernyataan keuangannya sehinggamerefleksikan PABU yang berlaku. Rekonsiliasi ini
dilakukan dengan mengisi Formulir 20-F dari SEC dalam jangka waktu enam bulan sejak akhir tahun
fiskal perusahaan. Pada saat ini, hanya sekitar 1000 perusahaan asing yang terdaftar di pasar modal AS
karena dibutuhkan biaya yang tinggi untuk merubah pernyataan keuangannya ke dalam PABU AS. Saat
ini, SEC secara konsisten mengambil posisi bahwa memperbolehkan perusahaan asing untuk mendaftar
menggunakan standar selain PABU AS menyebabkan hilangnya perlindungan investor dan terjadinya
sistem pengungkapan ganda, satu untuk pendaftar domestik, satu lagi untuk pendaftar asing. Sejauh ini,
hanya terdapat sedikit bukti empiris untuk mengevaluasi posisi SEC. Suatu penelitian menemukan bukti
campuran bahwa rekonsiliasi Formulir 20-F ditemukan mempunya nilai relevansi dan jumlah laba
dibawah IAS dan PABU AS dinilai secara berbeda oleh pasar. Bagaimanapun juga, penelitian ini tidak
menemukan perbedaan penilaian pasar terhadap laba per lembar saham.
Halaman Web buku ini untuk bab 3 berisi bagian dari rekonsiliasi Formulir 20-F untuk Cadbury
Schweppes. Perusahaan tersebut merupakan perusahaan domestik di pasar Inggris yang memasarkan
dan memproduksi permen, minuman ringan, dan produk lainnya untuk dijual diseluruh dunia.
Produknya antara lain Dr Pepper, Schweppes, Canada Dry, A&W, dan Squirt Internationally, dan Seven
Up, dan minuman ringan Mott’s yang hanya dijual di pasar Amerika Serikat. Cadbury Schweppes ingin
menjual sekuritasnya di pasar Modal AS; konsekuensinya, Cadbury Schweppes harus menyiapkan
rekonsiliasi Formulir 20-F yang menyesuaikan pernyataan keuangannya agar sesuai dengan PABU AS.

Catatan kaki 40 dari pernyataan keuangan Cadbury Schweppes tahun fiskal 2006, mengungkapkan
Formulir 20-F perusahaan, berisi penjelasan mengenai efek terhadap laba dari perbedaan PABU Inggris
dan PABU AS. Penjelasan ini mengemukakan bahwa laba tahun 2006 yang dilaporkan menggunakan
PABU AS sebesar £1,034 juta atau £131 juta lebih kecil dari yang dilaporkan dengan menggunakan PABU
Inggris; laba tahun fiskal 2005 2006 yang dilaporkan menggunakan PABU AS sebesar £585 juta atau £191
juta lebih kecil dari yang dilaporkan dengan menggunakan PABU Inggris.

SEC berada dibawah tekanan yang meningkat untuk menerima peraturan akuntansi internasional
karena investor diseluruh dunia membutuhkan bantuan dalam mengartikan pernyataan keuangan dari
berbagai perusahaan yang menggunakan aturan akuntansi yang berbeda. Rekonsiliasi Formulir 20-F
untuk Cadbury Schweppes mengilustrasikan masalah ini. Juga telah dilaporkan bahwa perusahaan
Jerman, Daimler-Benz AG.

2.1.2 Kerangka Kerja untuk Persiapan dan Penyajian Laporan Keuangan

Pada tahun 1989, IASC menerbitkan kerangka kerja konseptual berjudul “Framework for the
Preparation and Presentation of Financial Statements.” IASC mengindikasikan bahwa penerbitan
kerangka kerja ini adalah untuk menetapkan konsep-konsep yang mendasari penyusunan dan penyajian
laporan keuangan untuk pengguna eksternal dengan:

1. Membantu IASC dalam mengembangkan standar di masa depan.


2. Mempromosikan harmonisasi standar akuntansi.
3. Membantu pembentuk standar nasional.
4. Membantu pembuat dalam menerapkan standar internasional.
5. Membantu auditor dalam mengeluarkan opini tentang apakah laporan keuangan sesuai dengan
standar internasional.
6. Membantu pengguna dalam mengintepretasikan laporan keuangan yang disiapkan sesuai dengan
standar internasional.
7. Menyediakan informasi mengenai pendekatan IASCuntuk pembentukan standar akuntansi
internasional kepada pihak yang berkepentingan.
Kerangka kerja ini menentukan:

1. Tujuan dari laporan keuangan.


2. Karakteristik kualitatif yang menentukan manfaat informasi dalam laporan keuangan.
3. Definisi, pengakuan, dan pengukuran unsur-unsur dari yang laporan keuangan yang dibangun.
4. Konsep modal dan pemeliharaan modal.

Kerangka kerja ini menunjukkan bahwa perusahaan-perusahaan mempersiapkan tujuan umum


laporan keuangan yang diarahkan terhadap kebutuhan informasi dari berbagai pengguna termasuk
investor, karyawan, pemberi pinjaman, pemasok dan perdagangan lainnya, kreditur, pelanggan,
pemerintah dan badan mereka, serta masyarakat umum.Kerangka kerja ini juga menunjukkan bahwa,
meskipun kebutuhan informasi dari pengguna tidak dapat dipenuhi hanya oleh penyajian laporan
keuangan, ada suatu kebutuhan yang umum dibutuhkan semua pengguna. Selain itu, karena investor
adalah penanggung risiko modal bagi perusahaan, penyusunan laporan keuangan yang memenuhi
kebutuhan investor juga akan memenuhi sebagian besar kebutuhan pengguna lainnya.

2.1.3. Tujuan Laporan Keuangan

Kerangka kerja IASC menunjukkan bahwa tujuan laporan keuangan adalah untuk memberikan
informasi tentang posisi keuangan, kinerja, dan perubahan posisi keuangan suatu perusahaan yang
berguna untuk berbagai pengguna untuk membuat keputusan ekonomi. Hal ini juga menunjukkan
bahwa laporan keuangan yang disusun untuk tujuan ini akan memenuhi sebagian besar kebutuhan
pengguna, tetapi kerangka kerja tersebut tidak menyediakan semua informasi yang mungkin diperlukan
untuk membuat keputusan ekonomi karena laporan keuangan sebagian besar menggambarkan
informasi masa lalu dan tidak memberikan informasi non finansial.

Dalam diskusi mengenai tujuan umum laporan keuangan, kerangka kerja tersebut mengindikasikan
hal berikut:

1. Pengguna memerlukan suatu evaluasi dari kemampuan perusahaan menghasilkan kas serta saat
dan kepastian dari kas yang dihasilkan.
2. Posisi keuangan perusahaan dipengaruhi oleh sumber daya ekonomi yang dikendalikan, struktur
keuangan, likuiditas dan solvabilitas, dan kapasitasnya untuk beradaptasi dengan perubahan
lingkungannya.
3. Informasi tentang profitabilitas diperlukan untuk menilai perubahan dalam sumber daya
ekonomi yang dikendalikan perusahaan dimasa depan.
4. Informasi mengenai posisi keuangan ddari suatu perusahaan berguna untuk mengetahui nilai
investasi perusahaan, pembiayaan, dan aktivitas operasi
5. Informasi mengenai posisi keuangan yang terkandung dalam neraca, dan informasi mengenai
kinerja yang terkandung dalam laporan laba rugi.
PENUTUP

Kesimpulan

Indonesia, sebagai suatu negara berkembang pun tidak ketinggalan dalam mengadopsiIFRS.
Adopsi PSAK ke IFRS pun semakin menggaung ketika IAI mencanangkan konvergensi penuhIFRS ke PSAK
pada tahun 2012. Diharapkan, dengan adanya konvergensi ini dapat memudahanpemahaman terhadap
laporan keuangan yang dikenal secara internasional serta dapat meningkatkanarus investasi.

Proses konvergensi IFRS di Indonesia terbagi atas tiga tahap, yaitu:

1. Tahap adopsi (Tahun 2008-2010)


2. Tahap persiapan (Tahun 2011)
3. Tahap implementasi (2012)

Dalam tahap konvergensi ini terdapat beberapa kendala yang dihadapi seperti perlunya
penyesuaianstandar internasional terhadap aspek hukum di Indonesia, penyesuaian terhadap aturan
perpajakan,kesiapan sumber daya manusia yang belum matang, serta masalah keberadaan lembaga
standarakuntansi Indonesia yang belum independen.
Daftar Pustaka

SEC Comment Letters on Foreign Private Issuers Using IFRSs, December 2009. International Accounting
Standard Setting: A Vision for the Future,1998, FASB https://aeyogy.wordpress.com/tag/isu-akuntansi-
internasional-terbaru/

Anda mungkin juga menyukai