Anda di halaman 1dari 14

Dosen Pengampuh:

Muhammad Yusran, S.Pd., M.Ak

PENGAMBILAN KEPUTUSAN BERETIKA

OLEH:
KELOMPOK III (TIGA)
ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORAT 2019

IKA JUSNIAR
IRA WULANDARI
ICA CAHYANI
JASLIA
LISNAWATI
JAYANTI
JUMRIANI
KHETI MEIDHELIN PATENDAN
LARA SAGITA
KURNIAWAN

FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SULAWESI BARAT
2022
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur hanyalah milik Allah SWT. Kepada-Nya kita memuji dan
bersyukur, memohon pertolongan dan ampunan. Kepada-Nya pula kita memohon
perlindungan dari keburukan diri dan syaitan yang selalu menghembuskan kebatilan pada
diri kita.

Alhamdulillah dengan rahmat dan pertolongan-Nya, makalah yang berjudul


“Pengambilan Keputusan Beretika” ini dapat di selesaikan dengan baik. Makalah ini kami
susun dengan tujuan sebagai salah satu sumber referensi.

Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang
telah membantu kami dalam pembuatan makalah ini. Terlebih kami ucapkan terima kasih
kepada:

1. Bapak Muhammad Yusran, S.Pd., M.Ak selaku dosen pengampuh mata kuliah Etika
Profesi Dan Tata Kelola Korporat.
2. Teman-teman yang selalu memberikan masukan dalam menyelesaikan makalah ini.
Selama Pembuatan makalah ini kami sudah berusaha dengan maksimal, namun
kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Kami mengharapkan
kritik dan saran dari semua pihak demi terciptanya makalah yang lebih baik lagi untuk
kedepannya.

Majene, 15 Maret
2022

Penyusun

i
DAFTAR ISI
Kata Pengantar.......................................................................................................i
Daftar Isi ...............................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah.....................................................................................1
C. Tujuan........................................................................................................1
D. Manfaat......................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika.........................................................................................3
B. Etika Pengambilan Keputusan...................................................................3
C. Pengaruh Etika Dalam Pengambilan Keputusan.......................................5
D. Kriteria Pengambilan Keputusan Yang Etis..............................................5
E. Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan Yang Etis.............................6
F. Ketika Pengambilan Keputusan Yang Etis Tidak Berjalan Baik Mengapa
Orang “Baik” Melakukan Tindakan “Buruk”...........................................7
G. Pengambilan Keputusan Yang Etis Dalam Peran Managerial..................8
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan................................................................................................10
B. Saran..........................................................................................................10
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................11

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang

Keputusan adalah pilihan yang dibuat dari dua atau lebih pilihan. Pengambilan
keputusan biasanya terjadi atas adanya masalah atau pun suatu pilahan tentang
kesempatan. Dalam suatu organisasi diperlukan suatu kebijakan dalam pengambilan
keputusan yang baik dalam menentukan strategi, sehingga menimbulkan pemikiran
tentang cara-cara baru untuk melanjutkannya.

Proses pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi


manusia sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi.
Tidak ada pembahasan kontemporer pengambilan keputusan akan lengkap tanpa
dimasukkannya etika. Mengapa? Karena pertimbangan etis seharusnya merupakan
suatu kriteria yang penting dalam pengambilan keputusan.

Keputusan etis merupakan suatu keputusan yang harus dibuat oleh setiap
profesional yang mengabdi pada suatu bidang pekerjaan tertentu. Sebagai contoh,
para manajer puncak menetukan tujuan organisasi mereka, produk atau jasa apa yang
akan di produksi, bagaimana sebaiknya mengorganisasikan dan mengkoordinasikan
unit kegiatan dan sebagainya, termasuk manajer tingkat menengah atau bawah
tergantung pada kewenangan nya masing-masing.

Kualitas keputusan manjerial merupakan ukuran dari effektivitas manejer. Proses


pengambilan keputusan adalah bagaimana perilaku dan pola komunikasi manusia
sebagai individu dan sebagai anggota kelompok dalam struktur organisasi. Salah satu
pentingnya adalah pengambilan keputusan.

B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Etika?
2. Bagaimana Etika Pengambilan Keputusan ?
3. Bagaimana Pengaruh Etika Dalam Pengambilan Keputusan ?
4. Bagaimana Kriteria Pengambilan Keputusan Yang Etis ?
5. Apa Saja Langkah-Langkah Pengambilan Keputusan Yang Etis ?
6. Bagaimana Ketika Pengambilan Keputusan Yang Etis Tidak Berjalan Baik :
Mengapa Orang “Baik” Melakukan Tindakan “Buruk” ?
7. Bagaimana Pengambilan Keputusan Yang Etis Dalam Peran Managerial ?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui dan memahami pengertian etika

1
2. Untuk mengetahui dan memahami etika pengambilan keputusan
3. Untuk mengetahui dan memahami pengaruh etika dalam pengambilan keputusan
4. Untuk mengetahui dan memahami kriteria pengambilan keputusan yang etis
5. Untuk mengetahui dan memahami langkah-langkah pengambilan keputusan yang
etis
6. Untuk mengetahui dan memahami ketika pengambilan keputusan yang etis tidak
berjalan baik : mengapa orang “baik” melakukan tindakan “buruk”
7. Untuk mengetahui dan memahami pengambilan keputusan yang etis dalam peran
managerial

D. Manfaat
Adapun manfaat dari penyusunan makalah ini adalah agar dapat menambah
pengetahuan dan wawasan yang lebih tentang Pengambilan Keputusan Beretika.

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Etika
Etika (Yunani Kuno: “ethikos”, berarti “timbul dari kebiasaan”) adalah cabang
utama filsafat yang mempelajari nilai atau kualitas yang menjadi studi mengenai
standar dan penilaian moral. Kata etika berasal dari bahasa Yunani, ethos atau taetha
yang berarti tempat tinggal, padang rumput, kebiasaan atau adat istiadat. Oleh filsuf
Yunani, Aristoteles, etika digunakan untuk menunjukkan filsafat moral yang
menjelaskan fakta moral tentang nilai dan norma moral, perintah, tindakan kebajikan
dan suara hati. Etika mencakup analisis dan penerapan konsep seperti benar, salah, baik,
buruk, dan tanggung jawab. Pada pengertian yang paling dasar, etika adalah sistem nilai
pribadi yang digunakan memutuskan apa yang benar, atau apa yang paling tepat, dalam
suatu situasi tertentu; memutuskan apa yang konsisten dengan sistem nilai yang ada
dalam organisasi dan diri pribadi. Etika juga diartikan pula sebagai filsafat moral yang
berkaitan dengan studi tentang tindakan-tindakan baik ataupun buruk manusia di dalam
mencapai kebahagiaannya. Apa yang dibicarakan di dalam etika adalah tindakan
manusia, yaitu tentang kualitas baik (yang seyogyanya dilakukan) atau buruk (yang
seyogyanya dihindari) atau nilai-nilai tindakan manusia untuk mencapai kebahagiaan
serta tentang kearifannya dalam bertindak.

Etika dimulai bila manusia merefleksikan unsur-unsur etis dalam pendapat-


pendapat spontan kita Kebutuhan akan refleksi itu akan kita rasakan, antara lain karena
pendapat etis kita tidak jarang berbeda dengan pendapat orang lain. Untuk itulah
diperlukan etika, yaitu untuk mencari tahu apa yang seharusnya dilakukan oleh
manusia. Secara metodologis, tidak setiap hal menilai perbuatan dapat dikatakan
sebagai etika Etika memerlukan sikap kritis, metodis, dan sistematis dalam melakukan
refleksi Karena itulah etika merupakan suatu ilmu. Sebagai suatu ilmu, objek dari etika
adalah tingkah laku manusia Akan tetapi berbeda dengan ilmu-ilmu lain yang meneliti
juga tingkah laku manusia, etika memiliki sudut pandang normatif. Maksudnya etika
melihat dari sudut baik dan buruk terhadap perbuatan manusia.

B. Etika Pengambilan Keputusan

Seorang pemimpin dalam mengambil keputusan dihadapkan pada dilema etika


dan moral. Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak
bagi orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung
tinggi nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu
tidak hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak

3
termasuk lingkungannya. Maka, ada baiknya sebelum Anda mengambil keputusa
mengacu pada prinsip-prinsip berikut ini:

1. Autonomy
Isu ini berkaitan dengan apakah keputusan anda melakukan eksploitasi
terhadap orang lain dan mempengaruhi kebebasan mereka? Setiap keputusan yang
anda ambil tentunya akan mempengaruhi banyak orang. Oleh karena itu, anda perlu
mempertimbangkan faktor ini ke dalam setiap proses pengambilan keputusan anda.
Misalnya keputusan untuk merekrut pekerja dengan biaya murah. Seringkali
perusahaan mengeksploitasi buruh dengan biaya semurah mungkin padahal
sesungguhnya upah tersebut tidak layak untuk hidup.

2. Non-malfeasance
Apakah keputusan Anda akan mencederai pihak lain? Di kepemerintahan,
nyaris setiap peraturan tentunya akan menguntungkan bagi satu pihak sementara itu
mencederai bagi pihak lain. Begitu pula halnya dengan keputusan bisnis pada
umumnya, dimana tentunya menguntungkan bagi beberapa pihak namun tidak bagi
pihak lain. Misalnya kasus yang belakangan menghangat yaitu pemerintah dengan
UU ITE (Undang-Undang Informasi dan Transaksi Elektronik) yang baru disahkan
dan ditentang oleh banyak pihak. Salah satunya implikasi dari UU tersebut adalah
pemblokiran situs porno. Meskipun usaha pemerintah baik, namun banyak pihak
yang menentangnya.

3. Beneficence
Apakah keputusan yang Anda ambil benar-benar membawa manfaat? Manfaat
yang Anda ambil melalui keputusan harus dapat menjadi solusi bagi masalah dan
merupakan solusi terbaik yang bisa diambil.

4. Justice
Proses pengambilan keputusan mempertimbangkan faktor keadilan, dan
termasuk implementasinya. Di dunia ini memang sulit untuk menciptakan keadilan
yang sempurnam namun tentunya kita selalu berusaha untuk menciptakan keadilan
yang ideal dimana memperlakukan tiap orang dengan sejajar. Misalnya dalam
keputusan reward, Astra Internasional mempunyai 2 filosofi dasar. Pertama adalah
fair secara internal, dimana setiap orang dengan dengan golongan yang sama dan
prestasi yang sama maka pendapatannya juga sama. Keputusan ini mencerminkan
keadilan di dalam perusahaan itu sendiri. Sementara itu, filosofi lainnya adalah
kompetitif secara eksternal, atau gaji yang bersaing dalam industri.

4
C. Pengaruh Etika dalam Pengambilan Keputusan

Etika merupakan pertimbangan etis yang seharusnya suatu kriteria yang penting
dalam pengambilan keputusan organisasional. Ada lima kriteria dalam mengambil
keputusan yang etis, yaitu:

1. Utilitarian, Keputusan-keputusan yang diamabil semata-mata atas dasar hasil atau


konsekuensi mereka. Tujuannya adalah memberikan kebaikan yang terbesar untuk
jumlah yang terbesar. Pandangan ini cenderung mendominasi pengambilan
keputusan bisnis, seperti efisiensi, prokduktifitas dan laba yang tinggi.
2. Universalisme (duty), Ini menekankan pada baik buruk nya perilaku tergantung
pada niat (intention) dari keputusan atau perilaku. Paham ini adalah kebalikan
(contrast) dari utilitarianisme. Berdasarkan prinsip Immanuel Kant (categorical
imperative), paham ini mempunyai dua prinsip. Pertama, seseorang seharusnya
memilih suatu perbuatan. Kedua, orang - orang lain harus diperlakukan sebagai
akhir (tujuan), bukan sekedar alat untuk mencapai tujuan.
3. Penekanan pada hak, Kriteria ini memberikan kesempatan kepada individu untuk
mengambil keputusan yang konsisten dengan kebebasandan keistimewaan mendasr
seperti dikemukakan dalam dokumen - dokumen (contoh Piagam Hak Asasi). Suatu
tekanan pada hak dalam pengambilan keputusan berarti menghormati dan
melindungi hak dasar dari individu.
4. Penekanan pada keadilan, Ini mensyaratkan individu untuk menegakan dan
memperkuat aturan - aturan yang adil dan tidak berat sebelah sehingga ada
pembagian manfaat dan biaya yang pantas. Keadilan distributif, perilaku didasarkan
pada satu nilai: keadilan.
5. Relativisme (self-interest), Ini menekankan bahwa baik buruknya perilaku manusia
didasarkan pada kepentingan atau kebutuhan pribadi (self-interest and needs).
Dengan demikian, setiap individu akan mempunyai kriteria moral yang berbeda
dengan individu lainnya, atau akan terjadi perbedaan kriteria moral dari satu kultur
ke kultur lainnya.
D. Kriteria Pengambilan Keputusan Yang Etis
Pengambilan keputusan semata-mata bukan karena kepentingan pribadi dari
seorang si pengambil keputusannnya. Beberapa hal kriteria dalam pengambilan
keputusan yang etis diantaranya adalah:

1. Pendekatan bermanfaat (utilitarian approach), yang dudukung oleh filsafat abad


kesembilan belas ,pendekatan bermanfaat itu sendiri adalah konsep tentang etika
bahwa prilaku moral menghasilkan kebaikan terbesar bagi jumlah terbesar.

5
2. Pendekatan individualisme adalah konsep tentang etika bahwa suatu tindakan
dianggap pantas ketika tindakan tersebut mengusung kepentingan terbaik jangka
panjang seorang indivudu.
3. Konsep tentang etika bahwa keputusan yang dengan sangat baik menjaga hak-hak
yang harus dipertimbangkan dalam pengambilan keputusan.
a. hak persetujuan bebas. Individu akan diperlakukan hanya jika individu tersebut
secara sadar dan tidak terpaksa setuju untuk diperlakukan
b. hak atas privasi. Individu dapat memilih untuk melakukan apa yang ia inginkan
di luar pekerjaanya.
c. hak kebebasan hati nurani. Individu dapat menahan diri dari memberikan
perintah yang melanggar moral dan norma agamanya.
d. hak untuk bebas berpendapat. Individu dapat secara benar mengkritik etika atau
legalitas tindakan yang dilakukan orang lain.
e. hak atas proses hak. Individu berhak untuk berbicara tanpa berat sebelah dan
berhak atas perlakuan yang adil.
f. hak atas hidup dan keamanan. Individu berhak untuk hidup tanpa bahaya dan
ancaman terhadap kesehatan dan keamananya.
E. Langkah-langkah pengambilan keputusan yang Etis
Dalam pengambilan keputusan yang etis terkait hubungan personal dan
professional dapat melalui langkah-langkah dibawah ini:

1. Menentukan fakta-fakta
2. Mengidentifikasi para pemegang kepentingan dan mempertimbangkan situasi-
situasi dari sudut pandang mereka
3. Mempertimbangkan alternatif-alternatif yang tersedia juga disebut dengan
“imajinasi moral”
4. Mempertimbangkan bagaimana sebuah keputusan dapat memengaruhi para
pemegang kepentingan, membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-
alternatif berdasarkan:
a. Konsekuensi-konsekuensi
b. Kewajiban-kewajiban, hak-hak, prinsip-prinsip
c. Dampak bagi integritas dan karakter pribadi
5. Membuat sebuah keputusan
6. Memantau hasil
Langkah pertama dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab secara
etis adalah menentukan fakta-fakta dalam situasi tersebut, membedakan fakta-fakta dari
opini belaka, adalah hal yang sangat penting. Perbedaan persepsi dalam bagaimana

6
seseorang mengalami dan memahami situasi dapat menyebabkan banyak perbedaan
etis. Sebuah penilaian etis yang dibuat berdasarkan penentuan yang cermat atas fakta-
fakta yang ada merupakan sebuah penilaian etis yang lebih masuk akal daripada
penilaian yang dibuat tanpa fakta. Seseorang yang bertindak sesuai dengan
pertimbangan yang cermat akan fakta telah bertindak dalam cara yang lebih
bertanggung jawab secara etis daripada orang yang bertindak tanpa pertimbangan yang
mendalam.

Langkah kedua dalam pengambilan keputusan yang etis yang bertanggung jawab
mensyaratkan kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permasalahn
sebagai sebuah keputusan etis atau permasalahan etis.

Langkah ketiga melibatkan satu dari elemen vitalnya. Kita diminta untuk
mengidentifikasi dan mempertimbangkan semua pihak yang dipengaruhi oleh sebuah
keputusan, orang-orang ini biasa disebut dengan para pemangku kepentingan
(stakeholder).

Langkah selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah


membandingkan dan mempertimbangkan alternatif-alternatif, membuat suatu
spreadsheet mental yang mengevaluasi setiap dampak tiap alternatif yang telah
dipikirkan terhadap masing-masing pemegang kepentingan yang telah identifikasi.
Salah satu cara yang paling mudah adalah menempatkan diri terhadap posisi orang lain.
Sebuah elemen penting dalam evaluasi ini adalah pertimbangan cara untuk mengurangi,
meminimalisasi atau mengganti kensekuensi kerugian yang mungkin terjadi atau
meningkatkan dan memajukan konsekuensi-konsekuensi yang mendatangkan manfaat.
Selain itu juga perlu mempertimbangkan kewajiban, hak-hak dan prinsip-prinsip, serta
dampak bagi integritas dan karakter pribadi.

Langkah kelima adalah pengambilan keputusan yang diakhiri dengan evaluasi


yang merupakan langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan sebagai sarana
untuk menilai apakah keputusan kita sudah berdampaka baik atau malah tidak sesuai
dengan apa yang kita harapkan.

F. Ketika Pengambilan Keputusan Yang Etis tidak Berjalan Baik : Mengapa


orang “baik” melakukan tindakan “Buruk”?

Seseorang melakukan hal yang tidak etis karena rasa ketidaktahuan, namun
terkadang ketidaktahuan telah ditetapkan dan disengaja. Rintangan kognitif terkadang
mempertimbangkan alternatif-alternatif yang terbatas. Ketika berhadapan dengan
sebuah situasi yang memiliki dua alternatif pemecahan yang jelas, terkadang kita hanya
mempertimbangkan dua jalan keluar yang jelas, melupakan kenyataan kemungkinan

7
adanya alternatif lain. Pengambilan keputusan yang bertanggung jawab mengharuskan
kita untuk mendisiplinkan diri dalam menyelidiki metode tambahan dari pemecahan
masalah.

Pada umumnya, kita juga lebih nyaman dengan aturan keputusan yang
disederhanakan. Sebuah aturan keputusan yang sederhana memberikan ketenangan bagi
banyak pengambil keputusan. Kita terkadang memilih alternatif yang memenuhi kriteria
keputusan yang minimal, dikenal juga dengan istilah “satisficing” (memuaskan). Kita
memilih pilihan yang mencukupi, pilihan yang dapat diterima manusia, walaupun itu
bukan yang terbaik.

Baru sandungan lainnya tidak bersifat kognitif atau intelektual akan tetapi
berkaitan dengan motivasi dan keinginan yang kuat. Terkadang orang-orang juga
megambil keputusa yang belakangan mereka sesali karena mereka kurang memiliki
keberanian untuk melakukan sebaliknya, tidak mudah untuk melakukan sesuatu yang
benar.

Membuat keputusan yang dapat dipertanggungjawabkan secafra etis sepanjang


hidup seseorang mungkin merupakan tantangan paling serius yang dihadapi semua
orang. Hal yang paling mudah adalah bersikap pasif dan hanya menyesuaikan diri
dengan ekspektasi sosial dan budaya, “mengikuti arus”.

G. Pengambilan Keputusan yang Etis Dalam Peran Managerial

Keadaan sosial dapat mempermudah ataupun mempersulit kita untuk bertindak


sesuai dengan penilaian kita. Dalam dunia bisnis, terkadanga konteks organisasi
mempersulit kita untuk bertindak secara etis bahkan bagi orang yang berniat paling baik
sekalipun, atau mempersulit orang yang tidak jujur untuk bertindak tidak etis.
Tanggung jawab atas keadaan yang dapat mendorong perilaku etis dan menekan
perilaku tidak etis jatuh kepada manajemen bisnis dan tim eksekutif.

Dalam situasi bisnis, para individu harus mempertimbangkan implikasi etis dan
pengambilan keputusan pribadi dan profesional (personal and prosfessionanl decision
making). Beberapa dari peran yang kita emban bersifat sosial : teman, anak, pasangan,
warga negara, tetangga. Beberapa bersifat institusional : manajer, pengajar, pengacara,
akuntan, auditor, analis keuangan, dan sejenisnya. Pengambilan keputusan dalam
konteks ini menimbulkan pertanyaan yang lebih luas berkaitan dengan tanggung jawab
sosial dan keadilan sosial.

Dalam konteks bisnis, para individu mengisi peran sebagai karyawan, manajer,
eksekutif senior, dan anggota dewan. Para manajer, eksekutif, dan anggota dewan

8
memiliki kemampuan untuk menciptakan dan membentuk konteks organisasi di mana
semua karyawan mengmbil keputusan. Oleh karena itu, mereka memiliki sebuah
tanggung jawab untuk meningkatkan pengaturan organisasi yang mendorong perilaku
etis dan menekan perilaku tidak etis.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan

Keputusan yang diambil pemimpin tentunya akan menghasilkan dampak bagi


orang lain. Idealnya, seorang pemimpin mempunyai integritas yang menjunjung tinggi
nilai moral dan etika. Sehingga, keputusan yang diambilnya adalah mengacu tidak
hanya pada kepentingannya sendiri, melainkan juga kepentingan orang banyak
termasuk lingkungannya. Ada lima kriteria dalam mengambil keputusan yang etis, yaitu
utilitarian, universalisme (duty), penekanan pada hak, penekanan pada keadilan, dan
relativisme (self-interest). Langkah-langkah pengambilan keputusan yang Etis

1. Langkah pertama dalam pengambilan keputusan yang bertanggung jawab secara


etis adalah menentukan fakta-fakta dalam situasi tersebut

9
2. Langkah kedua dalam pengambilan keputusan yang etis yang bertanggung jawab
mensyaratkan kemampuan untuk mengenali sebuah keputusan atau permasalahn
sebagai sebuah keputusan etis atau permasalahan etis.
3. Langkah ketiga melibatkan satu dari elemen vitalnya. Kita diminta untuk
mengidentifikasi dan mempertimbangkan semua pihak yang dipengaruhi oleh
sebuah keputusan, orang-orang ini biasa disebut dengan para pemangku
kepentingan (stakeholder).
4. Langkah selanjutnya dalam proses pengambilan keputusan adalah membandingkan
dan mempertimbangkan alternatif-alternatif, membuat suatu spreadsheet mental
yang mengevaluasi setiap dampak tiap alternatif yang telah dipikirkan terhadap
masing-masing pemegang kepentingan yang telah identifikasi
5. Langkah kelima adalah pengambilan keputusan yang diakhiri dengan evaluasi yang
merupakan langkah terakhir dalam proses pengambilan keputusan sebagai sarana
untuk menilai apakah keputusan kita sudah berdampaka baik atau malah tidak
sesuai dengan apa yang kita harapkan.
B. Saran
Dalam pengambilan keputusan, seorang pemimpin dihadapkan pada dilema
etika dan moral. Agar keputusan yang diambil mengacu tidak hanya pada
kepentingannya sendri, melainkan juga kepentingan orang banyak termasuk
lingkungannya, maka diperlukan pemimpin yang mempunyai integritas yang
menjunjung tinggi moral dan etika.

DAFTAR PUSTAKA

Hartman, (2008), Business Ethics: Decision−Making for Personal Integrity and Social
Responsibility, The McGraw−Hill Companies, USA.

Stephen Robbins, P (2008), Organizational Behavior, Concept,


andApplication,12th Edition, Prentice Hall, USA.

http://januarsutrisnoyayan.wordpress.com/2008/10/27/apa-itu-etika/diakses pada tanggal


19September 2014pukul 19.00

http://id.wikipedia.org/wiki/Etikadiakses pada tanggal 19September 2014pukul 19.00

http://ronawajah.wordpress.com/2010/12/04/kebutuhan-akan-etika-kerja/diakses pada
tanggal 19September 2014pukul 19.00

10
http://www.managementfile.com/journal.php?
sub=journal&awal=70&page=strategic&id=91diakses pada tanggal 19September
2014pukul 19.00

http://jameswidodo-heart.blogspot.com/2009/11/pengambilan-keputusan-etis-dan-
faktor.htmldiakses pada tanggal 19September 2014pukul 19.00

http://henryfoyalcommunity.blog.perbanas.ac.id/diakses pada tanggal 19September


2014pukul 19.

11

Anda mungkin juga menyukai