Anda di halaman 1dari 43

Akuntansi Multinasional:

Translasi Laporan
Keuangan Entitas Asing

Dosen Pengampu : Rahmad Efendi,S.Ak,.M.Ak

Kelompok 3
NAMA KELOMPOK

Rossita Nur Cahya Nur Hasanah

20404005 20404041
Multinational
Accounting
Pada saat perusahaan Multinasional Indonesia menyusun
Laporan Keuangan untuk pelaporan kepada pemegang
sahamnya, perusahaan harus memasukkan operasi yang
berbasis di luar negeri yang dinyatakan dalam mata uang
Rupiah dan dilaporkan dengan menggunakan prinsip
akuntansi yang berlaku umum di Indonesia.
Operasi di luar negeri tersebut termasuk anak
perusahaan, cabang atau investasi dari perusahaan
Indonesia.
Bab ini membahas tentang translasi (penjabaran) laporan
keuangan entitas luar negeri ke Rupiah. Penyajian kembali ini
diperlukan sebelum laporan keuangan induk perusahaan
Indonesia, yang sudah dinyatakan dalam Rupiah.

Akuntan harus mempertimbangkan perbedaan dalam prinsip-


prinsip akuntansi dan perbedaan dalam mata uang yang
digunakan untuk mengukur operasi entitas luar negeri.
Contoh, anak perusahaan Indonesia di Inggris memberikan
laporan keuangan ke induk perusahaan yang dinyatakan dalam
poundsterling, menggunakan sistem akuntansi Inggris yang
berbeda dengan metode akuntansi dan pengukuran di
Indonesia.
Induk Perusahaan di Indonesia secara umum
harus melakukan langkah-langkah berikut dalam
proses translasi dan konsolidasi anak perusahaan
di Inggris tersebut.

1. Menerima laporan keuangan anak perusahaan


Inggris yang dilaporkan dalam poundsterling.
2. Menyajikan kembali laporan keuangan tersebut
agar sesuai dengan prinsip akuntansi yang
berlaku umum di Indonesia.
3. Mentranslasikan laporan keuangan yang diukur
dalam poundsterling menjadi nilai setara dalam
Rupiah.
4. Mengkonsolidasi akun-akun anak perusahaan
yang telah ditranslasikan yang sudah diukur
dalam Rupiah, dengan akun-akun induk
perusahaan.
Perbedaan dalam Prinsip Akuntansi

• Beberapa negara mengembangkan prinsip akuntansinya


berdasarkan kebutuhan informasi dari otoritas pajak.
• Negara lain mempunyai prinsip akuntansi yang dirancang untuk
memenuhi kebutuhan dari pemerintah pusat sebagai perencana
ekonomi.
• Model di Indonesia berfokus pada kebutuhan informasi pemegang
saham biasa atau pihak pemberi kredit melalui penerapan prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
• Standar pelaporan keuangan yang utama saat ini sedang dalam
proses penyusunan oleh International Accounting Standards Board
(IASB), adalah sebuah badan yang memperoleh mandat untuk
menyusun seperangkat standar laporan keuangan internasional dan
mendorong seluruh pihak untuk mengadopsi standar yang berlaku
secara Internasional tersebut.
• IASB mengumumkan sebuah standar pelaporan yang disebut sebagai
Standar Pelaporan Keuangan Internasional (International Financial
Reporting Standards-IFRSs). Sebelum terbentuknya IASB,
International Accounting Standards Comittee telah menerbitkan
International Accounting Standards (IASs). IASs diterbitkan dari tahun
1973 hingga tahun 2001. IASB mengadopsi IASs secara keseluruhan
dan sekaligus mengembangkannya yang disebut IFRSs.
• IFRS sekarang relatif banyak digunakan di banyak negara,
termasuk telah diadopsi oleh negara Uni Eropa dan lainnya.
Banyak pihak yang berpendapat bahwa jika hanya ada satu
set standar akuntansi yang berlaku secara internasional akan
meningkatkan kepercayaan diri investor di pasar dan
meningkatkan efisiensi pasar karena memudahkan investor
untuk membandingkan berbagai pilihan investasi di berbagai
negara.
• Bentuk pelaporan keuangan yang juga berpengaruh
adalah GAAP Amerika Serikat.
• Keberadaan berbagai bentuk standar akuntansi ini
memiliki pengaruh yang signifikan terhadap
perusahaan Indonesia dan juga perusahaan
multinasional yang beroperasi di Indonesia. Hal ini
disebabkan karena penyusunan laporan keuangan
harus menggunakan standar akuntansi dimana
mereka berlokasi, kemudian mentranslasikan agar
sesuai dengan prinsip Akuntansi Berterima Umum
Indonesia untuk memudahkan penyusunan laporan
konsolidasi.
• Hal yang sama terjadi jika perusahaan Indonesia
memilih untuk mendaftarkan sahamnya di bursa
efek di luar Indonesia atau dual listing (di Indonesia
dan di luar negeri), maka perusahaannya itu harus
menyesuaikan dengan standar negara di mana
mereka mendaftarkan sahamnya.
• Oleh karena itulah, maka meminimalkan perbedaan
di antar berbagai standar di dunia ini khususnya
GAAP AS dan IFRS, menjadi perhatian utama.
Penentuan Mata Uang Fungsional
• PSAK No.11 tentang “Translasi Mata Uang Asing “
memberikan panduan khusus untuk
mentranslasikan laporan keuangan dari mata uang
asing menjadi mata uang rupiah .
• Tujuan PSAK 11 adalah menyajikan hasil yang
secara langsung memperlihatkan pengaruh
perubahan ekonomi dari pergerakan nilai tukar.
• PSAK 11 juga menjelaskan tentang pencapaian
keuangan dan hubungannya dalam laporan
keuangan dengan mata uang asing melalui proses
translasi
• PSAK mengadopsi konsep mata uang fungsional
(Fungtional currency) yang didefinisikan sebagai
“mata uang dari lingkungan ekonomi primer di
mana entitas tersebut beroperasi, umumnya, mata
uang tersebut adalah mata uang dari lingkungan
dimana entitas tersebut terutama menghasilkan
dan menerima kas”
• PSAK menyajikan tiga indikator yang harus dinilai
untuk menentukan mata uang fungsional suatu
entitas, yaitu :
• arus kas
• harga jual
• beban
• Pendekatan mata uang fungsional mengharuskan
entitas asing untuk mentranslasikan seluruh
transaksinya ke dalam mata uang fungsional

• Jika suatu entitas mempunyai transaksi yang


dinyatakan dalam mata uang selain uang
fungsional, maka transaksi asing harus disesuaikan
menjadi nilai setara mata uang fungsional sebelum
perusahaan menyusun laporan keuangan
konsolidasi.
Contoh Kasus

Contoh : Asumsikan bahwa anak perusahaan di luar negeri membangun gedung


dengan biaya 1.000.000 peso pada saat nilai tukar adalah Rp.500 = 1 peso.
Kemudian diasumsikan bahwa karena adanya hiperinflasi di negara anak
perusahaan luar negeri tersebut, maka nilai tukar menjadi Rp.0,05 = 1 peso. Nilai
gedung hasil translasi pada saat dibangun dan setelah hiperinflasi adalah
sebagai berikut :
Tanggal Pembangunan Setelah Hiperinflasi
Jumlah
( peso )
Nilai Tukar Jumlah Hasil Translasi Nilai Tukar Jumlah Hasil Translasi

1.000.000 Rp. 500 Rp. 500.000.000 Rp. 0.05 Rp. 50.000


• Setelah penentuan mata uang asing dari afiliasi asing,
mata uang tersebut harus digunakan secara konsisten.
• Akan tetapi, jika perubahan dalam kondisi perekonomian
mengharuskan perubahan dalam penentuan mata uang
fungsional afiliasi asing, maka perubahan akuntansi
tersebut harus diperlakukan sebagai perubahan dalam
estimasi hanya perlakuan saat itu dan perspektif saja,
tidak diperlukan penyajian kembali laporan dari periode
sebelumnya
• Pengecualian atas kriteria
pemilihan mata uang asing
dikhususkan jika entitas asing
berlokasi di negara seperti,
Argentina dan Peru yang
mengalami inflasi yang sangat
tinggi. Inflasi yang sangat tinggi
didefinisikan sebagai inflasi yang
melebihi 100% selama periode 3
tahun.
Translasi VS Pengukuran Kembali Laporan Keuangan Asing

Terdapat dua metode yang berbeda untuk menyajikan kembali


laporan keuangan entitas asing ke dalam rupiah
1. Translasi laporan keuangan entitas asing ke Rupiah
2. Pengukuran kembali laporan keuangan entitas asing ke mata
uang fungsional entitas tersebut
Translasi adalah metode yang umum digunakan dan diterapkan
jika mata uang lokal adalah mata uang fungsional entitas asing. Ini
merupakan kasus normal dimana, sebagai contoh, anak perusahaan
Indonesia di Perancis menggunakan euro untuk pencatatan dan mata
uang fungsional. Laporan keuangan anak perusahaan harus
ditranslasikan dari euro ke Rupiah. Setiap selisih translasi yang
terjadi akan dimasukkan sebagai komponen laba komprehensif.
Metode translasi seringkali disebut sebagai metode nilai tukar
sekarang.
Translasi VS Pengukuran Kembali Laporan Keuangan Asing

Pengukuran kembali adalah pengukuran kembali laporan


keuangan entitas asing dari mata uang lokal yang digunakan
entitas ke mata uang fungsional asing Pengukuran kembali hanya
diharuskan jika mata uang fungsional berbeda dengan mata uang
yang digunakan untuk pembukuan dan pencatatan entitas asing.
Setelah pengukuran kembali, laporan keuangan harus di
translasi jika mata uang fungsional tidak dalam rupiah. Jika
entitas asing menggunakan Rupiah untuk mata uang pencatatan
dan pelaporan maka translasi atau pengukuran kembali tidak
diperlukan; laporan keuangannya sudah dinyatakan dalam Rupiah
dan siap untuk digabungkan dengan laporan keuangan kantor
pusat Indonesia.
Translasi VS Pengukuran Kembali Laporan Keuangan Asing

Sebagai contoh, anak perusahaan di Argentina dari


induk perusahaan Indonesia mencatat dan melaporkan laporan
keuangan dalam mata uang lokal yaitu peso Argentina. Akan
tetapi, karena perekonomian Argentina mengalami inflasi yang
lebih tinggi dari 100% selama periode tiga tahun, rupiah
ditetapkan sebagai mata uang fungsional untuk tujuan
pelaporan sehingga laporan keuangan anak perusahaan harus
diukur kembali dari peso Argentina ke rupiah.
Translasi Laporan Keuangan Mata Uang Fungsional
Menjadi Mata Uang Pelaporan Perusahaab Indonesia
Sebagian besar entitas bisnis transaksi dan
mencatat aktivitas bisnisnya dalam mata uang
lokal. Oleh karena itu, mata uang lokal dari entitas
asing adalah mata uang fungsional. Translasi
laporan keuangan entitas asing kedalam rupiah
merupakan proses yang relatif sederhana
ACCOUNTS EXCHANGE RATES
Pendapatan & Beban Umumnya nilai tukar
rata-rata tertimbang
untuk periode laporan

Aset & Kewajiban Nilai tukar sekarang pada


tanggal neraca

Ekuitas Pemegang Nilai tukar historis


Saham
Translasi Laporan Keuangan Mata Uang Fungsional
Menjadi Mata Uang Pelaporan Perusahaab Indonesia

Oleh karena untuk translasi masing-masing akun


entitas asing digunakan kurs yang berbeda-beda, maka
umumnya debit dan kredit dalam neraca percobaan
setelah translasi tidak sama. Pos penyeimbang debit
neraca percobaan translasi dengan kreditnya disebut
Selisih Translasi.
Selisih translasi dari proses translasi adalah bagian
dari pendapatan komprehensif untuk periode tersebut.
Contoh Translasi Dan Konsolidasi Anak Perusahaan Luar Negeri

1. Pada tanggal 1 Januari 20X1 PT Induk perusahaan Indonesia membeli 100% saham German Company,
sebuah perusahaan yang berlokasi di Berlin, seharga Rp 660.000.000. Harga tersebut lebih tinggi Rp
60.000.000 dari nilai buku. (Penghitungan diferensial akan ditunjukkan pada akhir bagian). Selisih
lebih harga perolehan di atas nilai buku dialokasikan ke paten yang diamortisasi selama 10 tahun.
Akun neraca yang di format neraca percobaan untuk kedua perusahaan sesaat sebelum akuisisi
disajikan di figur 12-2.
2. Mata uang lokal German Company adalah euro (€) merupakan mata uang fungsional.
3. Pada tanggal 1 Oktober 20X1 anak perusahaan umumkan dan membayar dividen €6.250.
4. Anak perusahaan menerima Rp.72.000.000 dari transaksi dengan perusahaan Indonesia pada saat
kurs adalah €1 = Rp.16.000. Anak perusahaan masih memiliki mata uang asing tersebut pada tanggal
31 Desember 20X1.
5. Kurs tunai yang terkait (Rp/€1) adalah :

Tanggal Kurs (Rp)


1 Januari 20X1 16.000
1 Oktober 20X1 17.600
31 Desember 20X1 18.000
Rata-rata 20X1 17.000
Contoh Translasi Dan Konsolidasi Anak Perusahaan Luar Negeri
FIGUR 12-2
Akun-akun Neraca untuk Kedua Perusahaan pada 1 Januari 20X1 (Sesaat Sebelum Akuisisi 80% Saham
German Company oleh Pt. Induk, Perusahaan Indonesia)

PT Induk German Company


Kas Rp 350.000.000 € 2.500
Piutang 75.000.000 10.000
Persediaan 100.000.000 7.500
Tanah 175.000.000 0
Aset Tetap 800.000.000 50.000
Total Debit Rp 1.500.000.000 € 70.000

Akumulasi Depresiasi Rp 400.000.000 € 5.000


Utang Usaha 100.000.000 2.500
Utang Obligasi 200.000.000 12.500
Saham Biasa 500.000.000 40.000
Saldo Laba, 31/12/X0 300.000.000 10.000
Total Kredit Rp 1.500.000.000 € 70.000
Contoh Translasi Dan Konsolidasi Anak Perusahaan Luar Negeri
FIGUR 12-3
Kertas Kerja untuk Mentranslasikan Anak Perusahaan Luar Negeri pada 1 Januari 20X1 (Tangal Akuisisi)
Mata Uang Fungsional Adalah Euro Eropa

Neraca Kurs Neraca


Percobaan Rp/€ Percobaan
€ Rp
Kas 2.500 16.000 40.000.000
Piutang 10.000 16.000 160.000.000
Persediaan 7.500 16.000 120.000.000
Aset Tetap 50.000 16.000 800.000.000
Total Debit 70.000 16.000 1.120.000.000

Akumulasi Depresiasi 5.000 16.000 80.000.000


Utang Usaha 2.500 16.000 40.000.000
Utang Obligasi 12.500 16.000 200.000.000
Saham Biasa 40.000 16.000 640.000.000
Saldo Laba 10.000 16.000 160.000.000
Total Kredit 70.000 16.000 1.120.000.000
Neraca Konsolidasi pada Tanggal Akuisisis

E (2) Saham Biasa−German Company 640.000.000


k Saldo Laba 160.000.000
Diferensial 60.000.000
Investasi pada Saham German Company 860.000.000
(Mengeliminasi saldo invetasi)

E (3) Paten 60.000.000


Diferensial 60.000.000
(Mengalokasikan diferensial)
FIGUR 12-4
1 Januari 20X1, Kertas Kerja untuk Neraca Konsolidasi, Tanggal Akuisisi, 100% Pembelian pada Harga di
Atas Nilai Buku

Eliminasi
PT Induk German Company Debit Kredit Konsolidasi
Kas Rp 2,840,000 Rp 40,000,000 Rp 2,880,000,000
Piutang Usaha 750,000,000 160,000,000 910,000,000
Persediaan 1,000,000,000 120,000,000 1,120,000,000
Tanah 1,550,000,000 1,550,000,000
Aset Tetap 8,000,000,000 800,000,000 8,800,000,000
Investasi pada Saham
German Co. 880,000,000 (2) 660,000,000
Diferensial (2) 60,000,000 (3) 60,000,000
Paten (3) 60,000,000 60,000,000
Total Debit Rp 15,000,000,000 Rp 1,120,000,000 Rp 15,320,000

Akumulasi Depresiasi 4,000,000,000 80,000,000 4,080,000,000


Utang Usaha 1,000,000,000 40,000,000 1,040,000,000
Utang Obligasi 2,000,000,000 200,000,000 2,200,000,000
Saham Biasa 5,000,000,000 640,000,000 (2) 480,000,000 5,000,000,000
Saldo Laba 3,000,000,000 160,000,000 (2) 120,000,000 3,000,000,000
Total Kredit Rp 15,000,000,000 Rp 1,120,000,000 Rp 720,000,000 Rp 720,000,000 Rp 15,320,000,000
Anak perusahaan membuat ayat jurnal berikut dalam pembukuannya pada saat ia menerima rupiah .

(4) Unit Mata Uang Asing (Rp) €4.500


Penjualan €4.500

Mencatat penjualan dan penerimaan Rp 72.000.000 pada kurs


tunai pada tanggal penerimaan :
€4.500 = Rp 72.000.000 kurs Rp 16.000

Pada akhir periode, anak perusahaan menyesuaikan unit mata uang asing (rupiah) ke kurs sekarang
(Rp 18.000 = €1) dengan membuat ayat jurnal berikut.

(5) Kerugian Transaksi Mata Uang Asing €500


Unit Mata Uang Asing (Rp) €500

Menyesuaikan akun yang didenominasi unit mata uang


asing menjadi kurs sekarang:
Rp 72.000.000/18.000 €4.000
Dikurangi: Saldo sebelum disesuaikan (4.500)
Kerugian mata uang asing € 500

Kerugian transaksi mata uang asing diklasifikasikan sebagai aset lancar di neraca anak perusahaan.
FIGUR 12-5
31 Desember 20X1, Translasi Neraca Percobaan Anak Perusahaan Luar Negeri Euro Eropa Adalah Mata Uang
Fungsional
€Saldo Kurs Saldo
€ Rp
Kas 10.750 18.000 193.500.000
Unit Mata Uang Asing 3.000 18.000 54.000.000
Piutang 10.500 18.000 189.000.000
Persediaan 5.000 18.000 90.000.000
Aset Tetap 50.000 18.000 900.000.000
Harga Pokok Penjualan 22.500 17.000 282.500.000
Beban Operasi 14.500 17.000 246.500.000
Kerugian Transaksi Mata Uang Asing 500 17.000 8.500.000
Dividen Dibayarkan 6.250 17.000 110.000.000
Total Debit 70.000 16.000 1.120.000.000

Akumulasi Depresiasi 7.500 18.000 135.000.000


Utang Usaha 3.000 18.000 54.000.000
Utang Obligasi 12.500 18.000 225.000.000
Saham Biasa 40.000 16.000 640.000.000
Saldo Laba 10.000 (a) 160.000.000
Penjualan 50.000 17.000 850.000.000
Total 123.000 2.064.000.000
Akumulasi Pendapatan Komprehensif Lainnya 110.000.000
Total Kredit 2.174.000.000
Aset dan kewajiban ditranslasikan menggunakan kurs sekarang pada tanggal neraca (Rp18.000),
akun laporan laba rugi ditranslasikan menggunakan kurs rata-rata selama periode berjalan (Rp17.000),
dan akun ekuitas pemegang saham ditranslasikan menggunakan kurs historis yang sesuai (Rp16.000
dan Rp17.600). Dividen ditranslasikan menggunakan kurs tanggal 1 Oktober (Rp17.600), yang merupakan
kurs pada tanggal pengumuman dividen. Contoh ini mengasumsikan dividen dibayarkan pada tanggal 1
Oktober, hari yang sama dengan tanggal pengumuman. Jika dividen belum dibayarkan sampai akhir
tahun, maka pembayaran kewajiban dividen akan ditranslasikan menggunakan kurs sekarang Rp18.000
= €1.
Selisih translasi dalam Figur 12-5 timbul karena aset dan kewajiban investee ditranslasikan
menggunakan kurs sekarang, sedangkan untuk mentranslasikan ekuitas pemegang saham dan saldo
akun laporan laba rugi digunakan kurs yang berbeda. Walaupun selisih translasi digunakan sebagai pos
penyeimbang untuk membuat debit neraca percobaan sama dengan kreditnya, pengaruh perubahan
kurs selama periode berjalan harus dihitung untuk membuktikan akurasi proses translasi. Pembuktian
untuk tahun 20X1, tahun akusisi, disajikan di Figur 12-6.
FIGUR 12-6
Pembuktian Selisih Translasi per 31 Desember 20X1 Euro Eropa adalah
Mata Uang Fungsional
Avat jurnal yang dibuat oleh PT Induk untuk mencatat investasinya di German Company adalah sebagai berikut. PT iridok
menerima dividen pada tanggal 1 Oktober 20X1 dan langsung mengonversiava ke rupiah sebagai berikut.

1 Oktober 20X1 :
(6) Kas 110.000.000
Investasi Pada Saham German Company 110.000.000
Dividen yang diterima dari anak perusahaan di luar negeri:
€6.250 x Rp 17.600 nilai tukar

31 Desember 20X1 :
(7) Investasi Pada Saham German Company 212.500.000
Pendapatan dari Anak Perusahaan 212.500.000
Bagian dalam laba bersih anak perusahaan luar negeri:
€12.500 x Rp 17.000 kurs rata-rata

(8) Investasi Pada Saham German Company 110.000.000


Pendapatan Komprehensif Lainnya−Selisih Translasi 110.000.000
Bagian induk perusahaan atas perubahan dalam
selisih transaksi dari transaksi akun-akun anak
perusahaan: Rp 110.000.000 x 1,00
Jika ada tenggang antara tanggal pengumuman dan tanggal
pembayaran dividen, induk Perusahaan akan mencatat piutang
dividen dari anak Perusahaan luar negeri pada tanggal
pengumuman. Akun ini didominasi dalam mata uang asing dan
akan disesuaikan dengan kurs sekarang pada tanggal neraca dan
tanggal pembayaran, sebagaimana akun lain yang didenominal
dalam mata uang asing. Setiap keuntungan atau kerugian transaksi
mata uang asing dari prosedur penyesuaian akan dimasukkan
dalam laba induk Perusahaan tahun berjalan.
PT Induk mengarmotisasi paten selama periode 10 tahun.
Amortisasi paten adalah sebagai berikut .
Cara lain untuk melihat penyesuaian paten deferensial sebesar
Rp.7.125.000 adalah selisih tersebut menyesuaikan deferensial
induk Perusahaan, yang merupakan bagian dari akun investasi
menjadi jumlah yang seharusnya akan disajikan dalam neraca
konsolidasi.
,,
Berikut adalah ayat jurnal kertas kerja dalam bentuk ayat jurnal.
Ayat jurnal tidak dibuat dalam pembukuan kedua Perusahaan, ayat
jurnal hanya dibuat dikolom eliminasi kertas kerja.
,,
Kepemilikan Minoritas Pada Anak Perusahaan Luar Negeri
Pengukuran Kembali Pembukuan Ke Dalam Mata Uang
Fungsional

Pengukuran Kembali sama seperti translasi Dimana


tujuannya untuk mendapatkan nilai setara rupiah dari akun-
akun afiliasi asing sehingga dapat digabungkan dengan
laporan keuangan Perusahaan Indonesia.
Penyajian Laporan Keuangan Dari Keuntungan atau
kerugian Pengukuran Kembali

Pos “keuntungan (kerugian) pengukuran Kembali


digunakan disini karena nama ini yang paling
menggambarkan sumber pos tersebut. keuntungan
(kerugian) pengukuran Kembali dimasukkan dalam laporan
laba rugi periode berjalan karena jika transaksi sejak awal
dicatat dalam rupiah, maka keuntungan atau kerugian nilai
tukar akan diakui dalam periode berjalan sebagai bagian
dari penyesuaian yang diharuskan untuk penilaian transaksi
luar negeri yang didenominasi dalam mata uang asing.
Ilustrasi Pengukuran Kembali Anak Perusahaan Luar
Negeri
Efek berharga :
Efek ekuitas
Efek utang yang tidak diniatkan untuk dipegang sampai jatuh tempo
Persediaan
Biaya dibayar di muka seperti asuransi, iklan, dan sewa
Aset tetap
Akumulasi depresiasi atas asset tetap
Paten : merek dagang, lisensi, dan formula
Goodwill
Aset tak berwujud lainnya
Beban dan kredit ditangguhkan. Kecuali pajak ditangguhkan dan biaya perolehan polis untuk Perusahaan asuransi jiwa
Pendapatan ditangguhakn
Saham biasa
Saham preferen yang dicatat pada harga dikeluarkan

Pendapatan dan beban terkait dengan pos nonmeter, sebagai contoh :


Harga pokok penjualan
Depresiasi asset tetap
Amortisasi asset tidak berwujud seperti paten, lisensi dan lain-lain
Amortisasi beban dan kredit ditangguhkan kecuali ditangguhkan dan biaya perolehan polis untuk Perusahaan asuransi jiwa
Pengukuran Kembali Neraca Percobaan Anak
Perusahaan Luar Negeri
TERIMA KASIH
Dari Kelompok 3

Anda mungkin juga menyukai