.
Ada tiga kemungkinan kurs yang dapat digunakan untuk
mengonversikan nilai mata uang asing menjadi rupiah.
Kurs kini (current rate) merupakan kurs pada akhir hari
perdagangan tanggal laporan posisi keuangan.
Kurs historis (historical rate) merupakan kurs yang
sudah ada pada saat transaksi awal berlangsung, seperti
kurs pada tanggal aset diperoleh atau liabilitas yang
timbul.
Kurs rata-rata (average rate) untuk periode berjalan
biasanya rata-rata sederhana untuk jangka waktu dan
biasanya kurs yang digunakan untuk mengukur
penghasilan dan beban.
PSAK telah mengadopsi pendekatan mata uang fungsional setelah
mempertimbangkan tujuan dari proses penjabaran sebagai berikut.
a. Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan
pengaruh ekonomi yang diharapkan dari perubahan kurs terhadap
arus kas dan ekuitas perusahaan.
b. Mencerminkan dalam laporan keuangan konsolidasian hasil dan
hubungan antara masing- masing entitas konsolidasian seperti yang
diukur dalam mata uang fungsional mereka yang sesuai dengan
Prinsip Akuntansi Berterima Umum di Indonesia.
Pendekatan mata uang fungsional mengharuskan entitas asing
untuk menjabarkan seluruh transaksinya ke dalam mata uang
fungsional. Jika suatu entitas mempunyai transaksi yang
didenominasikan dalam mata uang selain mata uang fungsional,
maka transaksi asing harus disesuaikan dengan nilai setara mata
uang fungsional sebelum perusahaan menyusun laporan keuangan.
Penentuan Mata Uang Fungsional
dalam Ekonomi Hiperinflasi
Inflasi yang sangat Parah didefenisikan sebagai inflasi
melebihi 100% selama periode tiga tahun, contoh
Argentina dan Peru. PSAK memutuskan bahwa volatilitas
dalam mata uang asing dengan hiperinflasi mendistorsi
laporan keuangan jika mata uang lokal dipergunakan
sebagai mata uang fungsional entitas asing. Untuk
kondisi seperti ini maka mata uang pelaporan dari Induk
Indonesia- rupiah- harus digunakan sebagai mata uang
fungsional entitas asing. Pengecualian ini mencegah
nilai aset dan perubahan laporan laba rugi yang tidak
realistis jika keadaan hiperinflasi tersebut diabaikan dan
prosedur translasi yang normal digunakan.
. Contoh: Anak perusahaan di lar negeri membangun gedung
dengan biaya 1.000.000 peso (kurs saat itu Rp 500/satu peso,
karena adanya hiperinflasi di negara anak perusahaan tersebut
maka nilai tukar menjadi Rp 0,05 per 1 peso. Nilai gedung
pada saat dibangun dan setelah hiperinflasi sebagai berikut :
Paten Rp60.000.000
Diferensial Rp60.000.000
(mencatat alokasi diferensial ke
Paten)
1 Januari 20x1, Kertas Kerja Untuk Laporan Posisi Keuangan
Konsolidasi, Tanggal Akuisisi 100% Pembelian pada Harga Diatas Nilai
Buku.
bahwa akun unit mata uang asing dalam neraca saldo dari entitas anak
di Jerman. Akun ini mencerminkan rupiah sebesar Rp42.000.000 yang
dimiliki oleh entitas anak.
Entitas anak membuat ayat jurnal berikut dalam pembukuannya pada saat
ia menerima rupiah.
Pada akhir periode, entitas anak menyesuaikan unit mata uang asing
(rupiah) ke kurs kini (Rpl4.000 = €1) dengan membuat ayat jurnal berikut.
31 Desember 20X1, Penjabaran Neraca Saldo Entitas
Anak di Luar Negeri Euro Eropa adalah Mata Uang
Fungsional
Aset dan liabilitas dijabarkan menggunakan kurs kini
pada tanggal laporan posisi keuangan (Rp14.000), akun
laporan laba rugi dijabarkan menggunakan kurs rata-
rata selama periode berjalan (Rp 13.000), dan akun
ekuitas pemegang saham dijabarkan menggunakan kurs
historis yang sesuai (Rp 12.000 dan Rpl3.600). Dividen
dijabarkan pada kurs tanggal 1 Oktober (Rpl3.600), yang
merupakan kurs pada tanggal pengumuman dividen.
Contoh ini mengasumsikan dividen dibayarkan pada
tanggal 1 Oktober, hari yang sama dengan tanggal
pengumuman. Jika dividen belum dibayarkan sampai
akhir tahun, maka utang liabilitas dividen akan
dijabarkan dengan kurs kini sebesar Rp 14.000 = €1.
pembuktian Penyesuaian Penjabaran per 31 Desember 20X1 Euro
Eropa adalah Mata Uang Fungsional.
Tabel berikut mengilustrasikan hubungan
relatif dalam laporan keuangan menggunakan
data di Figur 12-5.
Diuku Diukur