Anda di halaman 1dari 25

MAKALAH

AKUNTASI KEUANGAN LANJUTAN 2


PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN ENTITAS ASING
DOSEN PENGAMPU :
NURUL FUADA,S.ST.,M.Si

KELOMPOK

1. ENDANG SULISTIANI (105731109821)


2. ARIDA SUPIATI (105731118621)
3. RILA ALFIANA ALWI (105731123221)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI & BISNIS
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MAKASSAR

Jl. Sultan Alauddin no.259, Gn Sari, Kec. Rappocini, Kota Makassar, Sulawesi
Selatan, Indonesia
KATA PENGANTAR

Bismillahirohmanirohim, Assalamu’AlaikumWarohmatullohiWabarakatuh

Puji dan syukur atas kehadirat Allah SWT. Karena berkat taufik,
hidayah, dan karunia-Nya, kami sebagai penulis dapat merampungkan
penyusunan makalah mata kuliah AKUNTANSI KEUANGAN
LANJUTAN 2 dengan judul “PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN
ENTITAS ASING” yang diharapkan dapat memahami serta mampu
melakukan refleksi kritis terhadap praksis terhadap pembelajaran ini.
Shalawat serta salam disampaikan kepada nabi Muhammad SAW beserta
keluarga dan sahabatnya yang telah merintis pertumbuhan dan
perkembangan tradisi mencintai, memahami, menghayati, dan
mengamalkan berbagai macam ilmu sesuai dengan tuntutan Al-Quran dan
Al-Hadist.

Pada penyusunan tugas makalah ini kami sebagai penulis mengucapkan


terimakasih kepada Ibu Nurul Fuada S.ST.,M.Si.Selaku dosen yang
memberikan masukan, bimbingan, dan mengajarkan sehingga kami
sebagai penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Kami sebagai penulis
memohon maaf jika ada kesalahan atau kekurangan dan makalah ini.

Makassar, 16 April 2024

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................2
DAFTAR ISI.....................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG............................................................4
B. RUMUSAN MASALAH........................................................5
C. TUJUAN.................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN
A. PERBEDAAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI................6
B. PENENTUAN MATA UANG FUNGSIONAL....................7
C. PENJABARAN VERSUS PENGUKURAN KEMBALI......8
D. PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN...........................15
E. PENGUKURAN KEMBALI PEMBUKAAN.......................
F. INVESTASI ASING..............................................................
G. LINDUNGI NILAI.................................................................
H. PERSYARATAN PENGUNGKAPAN.................................
I. PERTIMBANGAN TAMBAHAN........................................
BAB III PENUTUP
A. KESIMPULAN.......................................................................21
B. SARAN...................................................................................21
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................22

3
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Pada saat perusahaan multinasional Indonesia menyusun
laporan keuangan untuk pelaporan kepada pemegang sahamnya,
perusahaan harus memasukan operasi yang berbasis diluar
negeri yang diukur dalam mata uang rupiah dan dilaporkan
dengan menggunakan PABU di Indonesia. Operasi diluar negeri
tersebut termasuk entitas anak,cabang, atau investasi dari dari
perusahaan Indonesia. Bab ini membahas tentang translasi
(penjabaran) laporan keuangan entitas bisnis asing ke rupiah.
Penyajian kembali ini diperlukan sebelum laporan keuangan
tersebut dikombinasikan atau dikonsolidasikan dengan laporan
keuangan perusahaan di Indonesia yang sudah di laporkan
dalam rupiah.
Pada saat penyusunan laporan keuangan, akuntansi harus
mempertimbangkan perbedaan dalam prinsip-prinsip akuntansi
dan perbedaandalam mata uang yang digunakan untuk
mengukur operasi entitas luar negeri.

B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa saja perbedaan dalam prinsip akuntansi?
2. Bagaimana penentuan mata uang fungsional?
3. Bagaimana penjabaran versus pengukuran kembali
lapoan keuangan asing?
4. Bagaimana penjabaran laporan keuangan mata uang
fungsional menjadi mata uang pelaporan perusahaan
Indonesia?
5. Bagaimana pengukuran kembali pembukuan kedalam
mata uang fungsional?

4
6. Bagaimana investasi asing dan entitas anak tidak di
konsolidasikan?
7. Bagaimana lindung nilai atas investasi neto pada entitas
anak di luar negeri?
8. Bagaimana persyaratan pengungkapan?
9. Bagaimana pertimbangan tambahan dalam akuntansi
untuk kegiatan usaha luar negeri dan entitas?

C. TUJUAN
1. Untuk mengetahui perbedaan dalam prinsip akuntansi.
2. Untuk mengetahui penentuan mata uang fungsional.
3. Untuk mengetahui penjabaran versus pengukuran
kembali laporan keuangan asing.
4. Untuk mengetahu penjabaran laporan keuangan mata
uang fungsionl menjadi mata uang pelaporan perusahaan
Indonesia.
5. Untuk mengetahui pengukuran kembali pembukuan ke
dalam mata uang fungsional.
6. Untuk mengetahui investasi asing dan entitas anak yang
tidak dikonsolidasikan.
7. Untuk mengetahui lindung nilai atas investasi neto pada
entitas anak diluar negeri.
8. Untuk mengetahui persyaratan pengungkapan.
9. Untuk mengetahui pertimbangan tambahan dalam
akunatansi untuk kegiatan uasaha luar negeri dan entitas.

5
BAB II
PEMBAHASAN
A. PERBEDAAN DALAM PRINSIP AKUNTANSI
Metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas ekonomi
berbeda-beda diseluruh dunia. Kondisi perekonomian suatu
negara, masalah hukum, pendidikan dan sistem politik,
perkembangan teknologi, budaya dan tradisi, serta berbagai
faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, merupakan faktor yang
mempengaruhi perkembangan standar akuntansi dan profesi
akuntan di suatu negara. Perbedaan ini akan menyebabkan
adanya perbedaan yang signifikan antara standar-standar
akuntansi di berbagai negara. Ketidakseragaman standar
akuntansi di berbagai negara akan menimbulkan berbagai
masalah bagi perusahaan, pihak penyusun dan pengguna laporan
keuangan. Standar akuntansi di Indonesia berfokus pada
kebutuhan informasi pemegang saham biasa atau pihak pemberi
kredit (kreditor) melalui penerapan prinsip akuntansi yang
berlaku umum.
Model pelaporan keuangan yang utama saat ini yang
sedang dalam proses penyusunan oleh International Accounting
Standards Board (IASB). IASB mempunyai mandat untuk
menyusun seperangkat standar laporan keuangan internasional
dan mendorong seluruh pihak untuk mengadopsi standar yang
berlaku secara internasional tersebut.
IASB mengumumkan standar pelaporan yang disebut
dengan Standar Pelaporan Keuangan Internasional
(International Financial Reporting Standards -IFRS). Sebelum
terbentknya IASB, International Accounting Standards
Committe telah menerbitkan International Accounting
Standards (IAS). IASs diterbitkan antara tahun 1973 hingga
2001. IASB mengadopsi IAS secara keseluruhan dan sekaligus

6
mengembangkannya yang disebut standar baru IFRS. Walaupun
tidak lagi diterbitkan, IAS masih berpengaruh kecuali yang telah
diganti oleh IFRS, IFRS digunakan dibanyak negara di dunia,
termasuk Singapura, Hongkong, Rusia, Australia, dan Afrika
Selatan. Model pelaporan keuangan utama lainnya adalah US
GAAP Amerika Serikat Jika diukur berdasarkan kapitalisasi
pasar, US GAAP telah digunakan lebih dari separuh perusahaan
di dunia ini.
Keberadaaan beberapa model akuntansi ini memiliki
pengaruh yang signifikan terhadap perusahaan Indonesia dan
juga perusahaan multinasional yang beroperasi di Indonesia.
Untuk perusahaan multinasional dengan entitas anak dan kantor
cabang diluar Indonesia, perlu untuk mempersiapkan laporan
keuangan menggunakan standar akuntansi dimana setiap unit
bisnis tersebut berlokasi, dan kemudian menjabarkannnya agar
sesuai dengan PSAK Indonesia untuk memudahkan penyusunan
laporan keuangan konsolidasian. Selain itu, jika perusahaan
Indonesia memilih mendaftarkan sahamnya dibursa efek diluar
Indonesia, juga sebagai tambahan listing di bursa Indonesia atau
sebagai pengganti listing tersebut.

B. PENENTUAN MATA UANG ASING


Ada dua permasalahan utama yang harus diatasi ketika
laporan keuangan yangd ijabarkan dari mata uang asing
ke rupiah Indonesia, yaitu:
1. Nilai tukar/kurs manakah yang harus digunakan untuk m
enjabarkan nilaimata uang asing menjadi mata uang
lokal?
2. Bagaimanakah seharusnya perlakuan atas keuntungan
atau kerugian tersebut? Apakah keuntungan atau
kerugian tersebut harus dimasukkan dalam laba rugi?

7
Ada tiga kemungkinan nilai tukar/kurs yang digunakan
dalam mengkonversi nilai mata uang asing menjadi rupiah.
Nilai tukar sekarang/kurs kini (current rate)merupakan nilai
tukar/kurs kini pada akhir hari perdagangan tanggal laporan
posisi keuangan. Nilai tukar/kurs historis (historical rate)
merupakan nilai tukar/kurs yang sudah ada pada saat transaksi
awal berlangsung, seperti nilai tukar/kurs pada saat aset
diperoleh atau liabilitas yang timbul. Nilai tukar rata-rata
(average rate) untuk periode berjalan biasanya rata-rata
sederhana untuk jangka waktu dan biasanya kurs yang
digunakan untuk menghitung penghasilan beban.
Metode penjabaran dapat menggunakan kurs tunggal atau multi
kurs.Penyesuaian penjabaran yang terjadi karena penerapan nilai
tukar/kurs ini juga harus tercermin pada laporan keuangan, naik
dalam komponen laba bersih maupun dalam laba rugi
komprehensif.
PSAK 10 tentang “Penjabaran Mata Uang Asing”
memberikan pedoman khusus untuk menjabarkan mata uang
asing ke dalam rupiah untuk memungkinkan penyusunan
laporan keuangan konsolidasian yang diukur,
ataudidenominasilkan ke dalam rupiah. Tujuan dari PSAK 10
adalah menjelaskancara memasukkan trasanksi dalam mata uang
asing dan kegiatan usaha luar negeri ke dalam laporan keuangan
entitas. PSAK 10 juga menjelaskan tentang penjabaran laporan
keuangan kedalam mata uang penyajian. PSAK 10 mengadopsi
mata uang fungsional (functional currency) yang di definisikan
sebagai "mata uang dari lingkunganekonomi utama di
mana entitas tersebut beroperasi” biasanya mata
uang tersebutadalah mata uang dari lingkungan entitas tersebut
utamanya menghasilkan dan menerima kas. Berikut ini terhadap

8
hierarki indicator dalam menentukan mata uang fungsional,
yaitu:
a. Pertama, (1) mata uang yang paling mempengaruhi
harga jual barang dan jasa; dan mata uang dari negara
yang mempunyai kekuatan persaingan dan peraturannya
yang sebagian besar menentukan harga jual barang dan
jasa entitas; (2) mata uang yang paling mmepengaruhi
biaya tenaga kerja, bahan baku, dan biaya lain dari
pengadaan barang atau jasa.
b. Kedua, (1) mata uang yang dananya dihasilkan dari
aktivitas pendanaan(antara lain penerbitan instrument
utang dan instrument ekuitas; (2) matauang yang
diterima dari aktivitas operasi yang pada umumnya
ditahan.
c. Jika indikator-indikator dan penentuan mata
uang bercampur dan mata uang fungsional tidak jelas,
maka manajemen dapat menggunakan pertimbangan
profesionalnya untuk menentukan mata uang fungsional.
Tiga indikator yang harus dinilai untuk menentukan mata
uang fungsional suatu entitas, yaitu: arus kas, harga jual, dan
beban. Jika afiliasi asing menggunakan mata uang lokal sebagai
mata uang fungsional untuk sebagian besar transaksinya
dan jika kas yang dihasilkan tidak secara rutin disetorkan pada
induk perusahaan di Indonesia, maka mata uang negara tempat
entitas tersebut beroperasi umumnya digunakan. Juga, afiliasi
asing umumnya mempunyai pasar penjualan aktif di negaranya
sendiri dan memperoleh pendanaan dari sumber lokal.
Akan tetapi, beberapa entitas asing menggunakan mata
uang fungsional yang berbeda dengan mata uang lokalnya.
Sebagai contoh, sebuah anak perusahaan dariInduk perusahaan
di Indonesia yang berlokasi di Venezuela dapat melakukan

9
hampir semua bisnisnya di Brazil atau sebuah cabang atau anak
perusahaan dariInduk Perusahaan Indonesia yang beroperasi
di Inggris dapat menggunakan dolar AS sebagai mata uang
utama walaupun ia menyelenggarakan catatan akuntansinya
dalam poundsterling. Faktor-faktor yang berikut
mengindikasikanapakah mata uang rupiah sebagai mata uang
fungsional untuk entitas anak di Inggris: Sebagian besar
transaksi kas dalam rupiah, pasar penjualan utamanya
diIndonesia, komponen produksi umumnya di peroleh dari
Indonesia dan Induk perusahaan di Indonesia paling
bertanggungjawab dalam pendanaan anak perusahaan di Inggris
tersebut.
DSAK telah mengadopsi pendekatan mata uang fungsional
setelahmempertimbangkan tujuan dari penjabaran tersebut:
a. Memberikan informasi yang secara umum sesuai dengan
pengaruh ekonomiyang diharapkan dari perubahan nilai
tukar/kurs terhadap arus kas dan ekuitas perusahaan.
b. Mencerminkan dalam laporan keuangan konsolidasi
hasil keuangan dan hubungan antara masing-masing
entitas konsolidasi dalam mata uang fungsional yang
sesuai dengan Prinsip Akuntansi Berterima Umum di
Indonesia.
Pendekatan mata uang fungsional mengharuskan entitas asi
ng untuk menjabarkan seluruh transaksinya ke dalam mata uang
fungsional. JIka suatuentitas mempunyai transaksi yang
dinyatakan dalam mata uang selain mata uangfungsional maka
transaksi asing harus disesuaikan menjadi nilai setara mata
uangfungsional sebelum perusahaan menyusun laporan
keuangan.

10
C. PENJABARAN VERSUS PENGUKURAN KEMBALI
LAPORAN KEUANGAN ASING
Terdapat dua metode yang berbeda untuk menyajikan
kembali laporan keuangan entitas asing ke dalam rupiah:
(1) penjabaran laporan mata uang fungsional entitas asing ke
rupiah, dan (2) pengukuran kembali laporan keuangan entitas
asing ke mata uang fungsional entitas tersebut. Setelah
pengukuran kembali/ laporan keuangan tersebut
harus dijabarkan jika mata uang fungsionalnya bukan rupiah.
Penjabaran adalah metode yang paling umum digunakan
dan diterapkan jika mata uang lokal adalah mata uang
fungsional entitas asing. Sebgai contoh, anak perusahaan
Indonesia di perancis menggunakan euro untuk catatan mata
uang fungsionalnya. Laporan keuangan anak perusahaan harus
dijabarkan dari uero kerupiah. Metode penjabaran menggunakan
metode nilai tukar sekarang/kurs kini(current rate methods).
Pengukuran kembali adalah pengukuran kembali laporan
keuangan entitas asing dari mata uang lokal yang digunakan
entitas ke mata uang fungsional entitas asing. Pengukuran
kembali hanya diharuskan jika mata uang fungsional
berbedadengan mata uang yang digunakan untuk pembukuan
dan pencatatan entitas asing. Sebagai contoh perusahaan
Indonesia mempunyai cabang penjualan di Singapura yang
relatif independen dapat menggunakan mata uang rupiah
sebagai mata uangfungsionalnya tetapi memilih menggunakan
dolar Singapura sebagai mata uang pencatatan dan pelaporan.
Salah satu penerapan pengukuran kembali adalah untuk
afiliasi yang berlokasi di negara yang mengalami hiperinflasi.
Sebagai contoh, entitas anak perusahaan di Argentina dari Induk
perusahaan Indonesia mencatat dan melaporkan laporan
keuangan dalam mata uang lokal, yaitu peso Argentina. Akan

11
tetapi, karena perekonomian Argentina mengalami inflasi yang
lebih tinggi dari 100% selama periode tiga tahun, rupiah
ditetapkan sebagai mata uang fungsionaluntuk tujuan pelaporan
sehingga laporan keuangan anak perusahaan harus di ukur
kembali dari Peso Argentina ke Rupiah.

D. PENJABARAN LAPORAN KEUANGAN MATA UANG


FUNGSIONAL MENJADI MATA UANG PELAPORAN
PERUSAHAAN INDONESIA
Penjabaran dilakukan dengan menggunakan nilai tukar
sekarang /kurs kini untuk semua asset dan kewajiban. niali tukar
ini merupakan spot rate pada tanggal laporan posisi keuangan.
Pos dalam laporan laba rugi, pendapatan, beban, keuntungan
dan kerugian harus dijabarkan menggunakan nilai tukar pada
tanggal terjadinya transaksi yang mendasari, walaupun untuk
tujuan praktis dapat menggunakan nilai tukar rata-rata
tertimbang untuk periode yang mungkin di gunakan untuk pos-
pos dengan asumsi bahwa pendapatan dan beban terjadi merata
selama periode tersebut. Akan tetapi jika timbul keuntungan
atau kerugian material dari kejadian tertentu, maka nilai tukar
pada tanggal kejadian tersebut bukan nilai tukar rata-rata, yang
digunakan untuk menjabarkan hasil transaksi.
Akun ekuitas pemegang saham, selain saldo laba, akan
dijabarkan dengan kurs historis. Kurs historis yang sesuai
adalah kurs yang terakhir dari tanggal akuisisi investasi entitas
induk pada entitas asing atau tanggal transaksi ekuitas
pemegang saham pada entitas anak. Hal ini diperlukan untuk
menyelesaikan eliminasi akun investasi enttitas induk terhadap
akun modal entitas anak lar negeri dalam proses konsolidasi.
Saldo laba entitas anak yang di jabarkan akan dicatat ke depan
(carried forward) dari periode sebelumnya dengan tambahan

12
laba periode berjalan an dividen yang di umukan selama periode
berjalan. Dividen di jabarkan dengan kurs pada tanggal
pengumuman.
Oleh karena nilai tukar yang digunakan untuk menjabarkan
masing-masingakun entitas asing digunakan kurs yang berbeda-
beda, debit dan kredit dalamneraca saldo setelah penjabaran
biasanya tidak sama. Pos yang mnyeimbangkansisi debit sama
dengan sisi kredit pada neraca saldo yang dijabarkan
disebut penyesuain penjabaran (translation adjustment).

Penyajian Laporan Keuangan dari Penyesuaian Penjabaran


Penyesuaian penjabaran dari proses penjabaran adalah
bagian dari pendapatan komprehensif untuk periode yang
bersangkutan. Labar rugi komprehensif termasuk semua periode
yang bersangkutan kecuali perubahan yang di akibatkan dari
investasi oleh pemiliknya dan distribusi ke
pemiliknya. Laba komprehensif termasuk laba neto dan item
“penghasilan komprehensif lain” yang merupakan bagian dari
perubahan aset neto paa perusahaan bisnis dari sumber selain
non pemilik (misalkan bukan investansi moda tambahan dan
dividen) selama periode bersangkutan. PSAK
mengharuskan pelaporan laba komprehensif sebgai bagian dari
laporan keuangan utama entitas. Pos utama terdiri dari baian
item penghasilan lain adalah perubahan selama periode berjalan
pada penyesuaian penjabaran mata uang asing, keuntungan
atau kerugian belum direalisasi dari efek tersedia untuk dijual,
penilaian kembali lindung nilai arus kas, dan penyesuaian dalam
item kewajiban pensiun minimum.
Terdapat beberapa alternatif format penyajian untuk laba ko
mprehensif.Laporan bentuk tunggal, pendekatan laba rugi
bangunan pertama menyajikan item-item yang menyusun laba

13
neto dan kemudian mempunyai bagian yang menyajikan item
penghasilan komprehensif lain. Sebuah alternatif, penyajian dua
laporan yang pertama menyajikan perhitungan laba neto dan
merekonsiliasi menjadi laba rugi komprehensif dengan
melaporkan item penghasilan komprehensif lain secara terpisah.
Alternatif ketiga, digunakan oleh banyak perusahaan adalah
hanaya menyajikan item-item yang merupakan bagian dari
penghasilan komprehensif lain dalam skedul akumulasi
penghasilan komprehensif lain di dalam laporan keuangan
konsolidasian ekuitas pemegang saham.suatu entits dapat
menyajkan komponen dari item penghasilan komprehensif lain
setelah dikurangi pajak atau dapat menunjukkan pengaruh
agregat pajak terkait dengan total penghasilan komprehensif lain
dalam satu jumlah.
Setiap periode penghasilan komprehensif lain (other
comprehensive income - OCI)di tutup ke akumulasi penghasilan
komprehensif lain (accumulated othen comprehensive income –
AOCI), yang mana di tampilkan secara terpisah dari item
ekuitas pemegang saham lainnya (misalnya modal saham, share
premium biasa, dan saldo laba). Akun seperti akumulasi
penghasilan komprehensif lain di gunakan utuk menggambarkan
item akuitas pemegang saham tersebut. Laporan ekuitas
pemegang saham di buka dengan akumulasi saldo penghasilan
komprehensif lain pada awal periode, kemudian ditambah
dengan perubahan penyesuaian penjabaran dan tambahan item
penghasilan komptehensif lain selama periode bersangkutan
yang di masukkan ddalam laba rugi komprehensif lainselama
peride bersangkutan yang di masukkan dalam laba
komprehensif pada periode tersebut, dan diperoleh akun saldo
akhir akumulasi penghasilan komprehensif lain pada akhir
periode. Saldo akhir dari item akumulasipenghasilan

14
komprehensif lain kemudian di laporkan dalam laporan posisi
keuangan sebagai bagian dari ekuitas pemegang saham, biasany
setelah saldo laba.

E. PENGUKURAN KEMBALI PEMBUKUAN KE DALAM


MATA UANG FUNGSIONAL
Metode kedua untuk menyajikan kembali laporan keuangan
afiliasi luar negeri kerupiah adalah pengukuran kembali.
Walaupun pengukuran kembali tidak umum sebagaimana
translasi, terdapat beberapa situasi dimana mata uang fungsional
dari afiliasi asing bukan mata uang lokal. Pengukuran kembali
sama seperti translasi dimana tujuannya adalah untuk
mendapatkan nilai serta rupiah dari akun-akun afiliasi sehingga
dapat digabungkan atau dikonsolidasikan dengan laporan
keuangan perusahaan Indonesia. Akan tetapi, kurs yang
digunakan untuk pengukuran kembali berbeda dengan kurs yang
digunakan dalam translasi, yang menghasilkan nilai rupiah yang
berbeda untuk akun-akun afiliasi asing.
Dalam sebagian besar kasus, afiliasi asing dapat dianggap
sebagai alat produksi atau penjualan langsung dari perusahaan
Indonesia, tetapi menggunakan mata uang lokal untuk mencatat
dan melaporkan hasil operasinya. Selain itu, entitas luar negeri
yang berlokasi dinegara dengan tingkat inflasi yang sangat
tinggi, yang didefinisikan sebagai negara deengan tingkat inflasi
kumulatif lebih dari 100% harus menggunakan rupiah sebagai
mata uang fungsional dan laporan keuangannya diukur kembali
menjadi rupiah.
akun-akun yang diukur kembali menggunakan kurs
historis
1) Akun Laporan Posisi Keuangan:

15
 Efek yang dicatat ebesar biaya perolehan
nya
 Persediaan yang dicatat sebesar biaya
perolehan nya
 Biaya dibayar dimuka seperti asuransi,
iklan, dan sewa
 Aset tetap
 Paten, merek dagang, lisensi, dan formula
 Good will
 Aset tak berwujut lain nya
 Biaya dan kredit tanggungan, kecuali biaya
perolehan kebijkan untuk perusahaan
asuransi jiwa
 Penghasilan tanggungan
 Modal saham biasa
 Saham preferen yang dicatat sebesar harga
penerbitan
2) Akun Laporan Laba Rugi:
 Penghasilan dan beban yang berkaitan
dengan aset dan liabilitas non moneter
 Beban pokok penjualan
 Penyusutan aset tetap
 Amortisasai aset tak berwujud
 Amortisasi biaya tangguhan
Proses pengukuran kembali harus memberikah hasil akhir
yang sama seakan-akan entitas luar negeri sejak awal dicatat
dalam rupiah. Oleh karena itu, beberapa transaksi dan saldo
akun disajikan kembali menjadi nilai setara rupiah
menggunakan kurs historis, yaitu kurs tunai pada saat awal
transaksi terjadi. Proses pengukuran kembali membagi neraca

16
menjadi akun moneter dan non moneter. Aset dan kewajiban
moneter, seperti kas, piutang jangka pendek dan jangka panjang,
dan utang jangka pendek dan jangka panjang, mempunyai
jumlah yang tetap dalam unit mata uang. Akun-akun ini dapat
mengalami keuntungan dan kerugian dari perubahan kurs aset
non moneter adalah akun-akun seperti persediaan dan aset tetap,
yang nilaninya tidak tetap dalam unit moneter.
Akun moneter akan diukur kembali dengan menggunakan
kurs kini. Kurs historis yang akan disesuaikan digunakan untuk
mengukur kembali saldo akun laporan posisi keuangan
nonmoneterdan akun saldo yang terkait dengan penghasilan,
bebean, keuntungan dan kerugian.

F. INVESTASI ASING DAN ANAK PERUSAHAAN TIDAK


DI KONSOLIDASIKAN
Sebagian besar perusahaan mengkonsolidasikan anak
perusahaan luar negeri sesuai dengan PSAK 65, “Laporan
Keuangan Konsolidasi”. Dalam beberapa kasus, anak
perusahaan tersebut tidak dikonsolidasi, karena kriteria yang
diterapkan untuk anak perusahaan luar negeri. Umumnya induk
perusahaan mengkonsolidasikan anak perusahaan luar negeri,
kecuali jika salah satu kondisi berikut sangat ketat sehingga
perusahaan Indonesia yang memiliki perusahaan luar negeri
tidak dapat melaksanakan tingkat pengendalian ekonomis atas
sumber daya dan operasi keuangan anak perusahaan luar negeri
yang merupakan syarat konsolidasi, seperti berikut ini:
1. Pembatasan pertukaran mata uang asing di negara asing
2. Pembatasan transfer properti di negara asing
3. Ketidakpastian lain yang diterapkan oleh pemerintah
Anak perusahaan luar negeri yang tidak dikonsolidasi
dilaporkan sebagai investasi dalam neraca perusahaan

17
Indonesia. Perusahaan investor Indonesia harus menggunakan
metode ekuitas jika mempunyai kemampuan untuk
melaksanakan “pengaruh signifikan” atas kebijakan keuangan
dan operasional investee. Jika metode ekuitas tidak dapat
diterapkan, maka digunakan metode biaya untuk mencatat
investasi luar negeri, mengakui pendapatan hanya dari deviden
yang diterima.

Likuidasi Investasi Luar Negeri


Akun selisih translasi terkait langsung dengan investasi
perusahaan dientitas luar negeri. Jika investor menjual sebagian
besar investasi sahamnya, PSAK 10 mengharuskan porsi pro
rata dari akun akumulasi selisih translasi yang dialokasikan ke
investasi, dimasukkan dalam perhitungan keuntungan atau
kerugian pelepasan investasi. Sebagai contoh jika induk
perusahaan menjual 30% dari investasi pada anak perusahaan,
30% dari selisih translasi kumulatif harus dikeluarkan dari akun
selisih translasi dan dimasukkan dalam perhitungan keuntungan
atau kerugian dari pelepasan investasi asing tersebut.

G. LINDUNG NILAI INVESTASI BERSIH


PSAK 55 memperbolehkan lindung nilai investasi bersih
dianak perusahaan luar negeri. Sebagai contoh PT Induk
mempunyai investasi bersih sebesar $50.000 dianak perusahaan
German, yang dibayar seharga Rp 66.000. PT Induk dapat
memutuskan untuk melindung nilai investasi aset bersih dengan
melakukan kontrak kurs dimuka untuk menjual euro, atau
perusahaan dapat mengeluarkan kewajiban berbasis euro. PSAK
55 menetapkan bahawa keuntungan atau kerugian dari bagian
efektif lindung nilai investasi bersih dimasukkan dalam
pendapatan komprehensif lainnya sebagai bagian dari selisih

18
translasi. Akan tetapi, jumlah penggantian kerugian untuk
pendapatan komprehensif dibatasi sebesar selisih translasi untuk
investasi bersih. Sebagai contoh, jika digunakan nilai tukar
dimuka untuk mengukur efektivitas, jumlah penggantian
kerugian dibatasi sebesar perubahan kurs tunai periode tersebut.
Selisih lebih atas bagian tidak efektif dari lindung nilai harus
diakui dalam laba periode berjalan.

H. PERSYARATAN PENGUNGKAPAN
PSAK 10 mengharuskan agregat keuntungan atau kerugian
transaksi mata uang asing yang dimasukkan dalam laba untuk
diungkapkan terpisah dalam laporan laba rugi atau dalam
catatan ataas laporan keuangan.
Dalam metode penjabaran, perubahan berkala dalam selisih
translasi dilaporkan sebagai elemen pendapatan komprehensif
lainnya, sebagaimana diharuskan oleh PSAK 10. Laporan lab
rugi komperhensif konsolidasi menyajikan perincian
penghasilan komperhensif lain entitas induk sebesar
Rp119.500.000. Laporan posisi keuangan akan menampilkan
model saham, saldo laba, dan akumulasi penghasilan
komprehensif lain dalam bagian ekuitas pemegang saham.
Selain iru, PSAK 10 mensyaratkan pengungkapan catatan kaki
dari perubahan kurs yang terjadi setelah tanggal laporan posisi
keuangan dan pengaruhnya terhadap transaksi mata uang asing
yang belum diselesaikan, jika signifikan.

I. PERTIMBANGAN TAMBAHAN DALAM AKUNTANSI


UNTUK OPERASI ENTITAS LUAR NEGERI
 Laporan Arus Kas
Laporan arus kas adalah penghubung antara dua neraca.
Perusahaan mempunyai kebebasan dan fleksibilitas dalam

19
penyusunan laporan arus kas. Aturan umum adalah bahwa akun-
akun yang dilaporkan dalam laporan arus kas harus disajikan
kembali dalam rupiah menggunakan kurs yang sama dengan
yang digunakan untuk tujuan neraca dan laporan laba rugi. Oleh
karena kurs rata-rata digunakan dalam laporan laba rugi dan
kurs tunai akhir (kurs sekarang) digunakan dalam neraca, maka
muncul pos penyeimbang untuk selisih kurs dalam laporan arus
kas. Pos penyeimbang ini dapat dianalisis dan ditelusuri ke akun
spesifik yang menghasilkan perbedaan tersebut, tetapi tidak
memengaruhi perubahan dalam arus kas periode tersebut.

 Penilaian Persediaan Nilai Terendah antara Biaya


Perolehan dan Nilai Pasar dalam Pengukuran
Kembali
Penerapan aturan nilai antara biaya perolehan dan nilai
pasar untuk persediaan memerlukan perlakuan khusus pada saat
mata uang pencatatan bukan mata uang fungsional. Oleh karena
itu, laporan keuangan entitas asing harus diukur kembali
kedalam mata uang fungsional. Biaya inventaris historis harus
diukur kembali terlebih dahulu menggunakan kurs historis
untuk menentukan nilai biaya perolehan historis dalam mata
uang fungsional. Kemudian biaya perolehan hasil pengukuran
kembali ini dibandingkan dengan nilai pasar dari persediaan
yang ditranslasikan menggunakan kurs sekarang. Langkah
terakhir adalah membandingkan biaya perolehan dan nilai pasar,
yang keduanya sudah dalam mata uang fungsional dan untuk
mengakui apakah diperlukan penurunan nilai kenilai pasar.
Perbandingan dilakukan dalam mata uang fungsional, bukan
mata uang lokal atau pelaporan, sehingga memungkinkan
adanya penurunan nilai dalam laporan keuangan mata uang
fungsional, tetapi tidak ada dalam pembukuan anak perusahaan

20
atau ada dalam pembukuan anak perusahaan tetapi tidak dalam
laporan konsolidasi.

 Transaksi Antarperusahaan
Sebuah induk perusahaan atau kantor pusat Indonesia dapat
mempunyai transaksi penjualan atau pembelian antar
perusahaan dengan afiliasi luar negeri yang menimbulkan
piutang atau utang antar perusahaan. Sebagai contoh asumsikan
bahwa perusahaan Indonesia mempunyai piutang yang
didominasi dalam mata uang asing dari anak perusahaan luar
negeri. Perusahaan Indonesia akan pertama-tama menilai
kembali piutang yang didominasi dalam mata uang asing
menjadi nilai setara rupiah pada tanggal laporan keuangan.
Setelah laporan keuangan afiliasi luar negeri ditranslasikan atau
diukur kembali, tergantung mata uang fungsional afiliasi luar
negeri, maka piutang atau utang anatarperusahaan akan
mempunyai nilai rupiah yang sama dan dapat dieliminasi.
Jika transaksi mata uang asing antarperusahaan tidak akan
diselesaikan di masa mendatang, maka transaksi
antarperusahaan tersebut dapat dianggap bagian dari investasi
neto pada entitas asing. Penyesuain penjabaran dari piutang atau
utang jangka Panjang ditangguhkan dan diakumulasikan sebagai
bagian dari akun "penjabaran kumulatif. Sebagai contoh, entitas
induk di Indonesia dapat meminjamkan ke entitas anak di
Jerman sebesar Rp100.000.000 dimana entitas induk tidak
mengharapkan pelunasan utang tersebut dimasa mendatang.
Dalam metode penjabaran, akun uang pinjaman yang
didominasi dalam rupiah dari entitas anak trelebih dahulu akan
disesuiakan untuk pengaruh setiap perubahan kurs salaam
periode berjalan. Setiap penyesuiam keuntungan atau kerugian
seliish kurs yang berkaitan dengan transaksi antarperusahaan

21
harus diklasifikasikan sebagai bagian dari akun penyeusuain
penjabaran kumulatif dalam eukitas pemegang saham, bukan
dalam laba neto entitas anak untuk periode tersebut. Hasil yang
sama akan terjadi apakah pendanaan jangka Panjang
antarperusahaan telah didominasikan dalam rupiah atau dalam
mata uang local, dalam contoh adalah euro.oleh karena itu, jika
pendanaan dipandang sebagai bagian dari investasi jangka
Panjang pada entitas asing, maka setiap penyesuain keuntungan
atau kerugian selisih kurs pada pendaan tersebut akan
diakumulasikan dalam penyesuain penjabaran kumulatif pada
eukitas pemegang saham.
Salah satu masalah menarik yang timbul adalah pada saat
terjadi keutnungan yang belum direlisasikan dari transaksi
antara entitas induk dan entitas anak diluar negeri. Masalahnya
adalah bagaimana mengelimiansi laba lintas mata uang yang
nilainya realtif berubah dengan mata uang lainnya.
Eliminasi/penghapusan laba antarperusahaan yang dapat
dialokasikan ke penjualan atau transfer lain antara entitas yang
dikosolidasikan, dikombinasikan, atau dihitung dengan metode
ekuitas dalam laporan keuangan perushaaan harus berdasarkan
kurs pada tanggal penualan atau transfer. Penggunaan
pendekatan yang wajar atau rata-rata yang diperbolehkan.

 Pajak Penghasilan
Diharuskan alokasi pajak antarperiode pada saat ada
perbedaan temporer dalam pengakuan pendapatan dan beban
untuk tujuan laporan laba rugi dan untuk tujuan pajak.
Keuntungan dan kerugian selisih kurs dari transaksi mata uang
asing mengharuskan adanya pengakuan pajak tangguhan jika
dimasukkan dalam laba tetapi diakui untuk tujuan pajak dalam
periode yang sama.

22
 Penjabaran Ketika Mata Uang Ketiga adalah Mata
Uang Fungsional
Jika pembukuan dan pencatatan entitas tidak dinyatakan
dalam mata uang fungsional, maka harus digunakan proses dua
langkah berikut:
1. Mengukur kembali laporan keuangan anak perusahaan
ke dalam mata uang fungsional. Sebagai contoh laporan
keuangan yang dinyatakan dakan euro akan diukur
kembali kedalam franc swiss. Proses pengukuran
kembali akan sama dengan yang di ilustrasikan
sebelumnya. Laporan keuangan tersebut sekarang sudah
dinyatakan dalam mata uang fungsional entitas yaitu
franc swiss.
2. Laporan keuangan yang dinyatakan dalam euro
kemudian ditranslasikan kedalam rupiah menggunakan
proses translasi yang di ilustrasikan dalam bab ini.
Sebagaimana yang telah dijelaskan. Hal ini jarang terjadi
dalam praktik tetapi merupakan hal yang perlu dipertimbangkan
bagi anak perusahaan yang mempunyai aktivitas usaha
signifikan dalam mata uang selain mata uang negara tempat
berlokasi. Pembahasan ini mengidikasikan bahwa penting untuk
pertama- tama mengidentifikasi mata uang fungsional entitas
sebelum memulai proses translasi.

23
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Metode-metode yang digunakan untuk mengukur aktivitas
ekonomi berbeda-beda diseluruh dunia. Kondisi perekonomian
suatu negara, masalah hukum, pendidikan dan sistem politik,
perkembangan teknologi, budaya dan tradisi, serta berbagai
faktor-faktor sosial ekonomi lainnya, merupakan faktor yang
mempengaruhi perkembangan standar akuntansi dan profesi
akuntan di suatu negara. Perbedaan ini akan menyebabkan
adanya perbedaan yang signifikan antara standar-standar
akuntansi di berbagai negara. Ketidakseragaman standar
akuntansi di berbagai negara akan menimbulkan berbagai
masalah bagi perusahaan, pihak penyusun dan pengguna laporan
keuangan. Beberapa negara mengembangkan prinsip
akuntansinya berdasarkan kebutuhan informasi dan otoritas
pajak. Negara lain mempunyai prinsip akuntansi yang dirancang
untuk memenuhi kebutuhan dari pemerintahan pusat sebagai
perancang ekonomi. Standar akuntansi di Indonesia berfokus
pada kebutuhan informasi pemegang saham biasa atau pihak
pemberi kredit (kreditor) melalui penerapan prinsip akuntansi
yang berlaku umum.

B. SARAN
Dalam makalah ini tentunya ada banyak sekali koreksi dari
para pembaca, karena kami menyadari makalah ini jauh dari
sempurna. Maka dari itu kami mengharapkan kritik dan
masukan dari pembaca yang dengan hal itu kami berharap
mkalah ini jauh lebih baik lagi.

24
DAFTAR PUSTAKA

Baker, Ricard E dkk. 2017. Akuntansi Keuangan Lanjutan II. Salemba


Empat: Jakarta.
Ani Susanti, E. A. (2019). Akuntansi Multinasional: Penjabaran
Laporan Keuangan Entitas Asing. Semarang: SCRIBD.

25

Anda mungkin juga menyukai