Anda di halaman 1dari 16

(laporan keuangan dalam mata uang asing)

Tugas makalah disampaikan dalam mata kuliah keuangan akuntansi lanjutan 2

Disusun oleh ;
Ninda Inatha (1962201053)

PROGRAM STUDI AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS WIDYA GAMA MAHAKAM SAMARINDA 2021

1
KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka saya bisa
menyelesaikan penulisan Makalah ini yang disususn guna memenuhi sebagian
persyaratan untuk memperoleh Nilai dari Dosen Mata Kuliah Akuntansi Keuangan
II dengan judul makalah “AKUNTANSI KEUANGAN KANJUTAN 2” dengan baik
dan tepat waktu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Perpustakaan UWGM Samarinda
karena telah meminjamkan Buku untuk kami jadikan sebagai Referensi dalam
peyusunan Makalah ini. Terimakasih juga kepada Bpk. Firmansyah sebagai dosen
mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II.
Harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat bagi teman-teman
semua, dan jika ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini kami mohan maaf.

Samarinda 01 juni 2022

Ninda Inatha

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Dalam beberapa waktu ini perdagangan dunia telah mengalami kemajuan
yang sangat pesat. Terlebih lagi dengan munculnya arus globalisasi yang ditandai
dengan perdagangan bebas yang telah direstui oleh suatu badan dunia yaitu WTO
(World Trade Organization). Perkembangan dalam dunia usaha ini juga diiringi
dengan peranan peningkatan laporan keuangan yang didalamnya merupakan
catatan semua aktivitas dan kondisi perusahaan, sekaligus menjadi bahan
pertimbangan untuk membuat suatu keputusan. Laporan keuangan berguna untuk
pihak eksternal perusahaan terutama bagi para investor dan juga kreditor. Agar
dapat dijadikan sebagai salah satu alat pengambil keputusan yang bermanfaat,
sebuah laporan keuangan harus memiliki kandungan informasi yang bernilai bagi
investor. Suatu laporan keuangan dikatakan memiliki kandungan informasi apabila
publikasi laporan keuangan tersebut menyebabkan reaksi pasar. Reaksi pasar ini
direfleksikan dengan adanya transaksi jual beli saham, yang berarti juga akan
mempengaruhi volume perdagangan saham dan harga saham perusahaan. Salah
satu informasi akuntansi yang terkandung dalam laporan keuangan adalah rugi
laba selisih nilai mata uang atau kurs. Selisih kurs masih mempunyai pengaruh
terhadap nilai perusahaan. Namun adanya selisih kurs dipandang oleh investor
sebagai sebuah konsekuensi atas strategi perusahaan dalam mengelola
keuangannya dan mengatur transaksi- 2 transaksinya, sekaligus menunjukkan
pemahaman perusahaan terhadap kecenderungan-kecenderungan kondisi ekonomi
internasional. Oleh karena itulah rugi laba selisih kurs tetap dipandang penting
sebagai bagian dari informasi akuntansi yang diungkapkan oleh laporan keuangan
perusahaan. Dalam pembukuan transaksi, mata uang fungsional berperan sebagai
original currency atau mata uang dasar dalam menentukan nilai tukar suatu
transaksi atau dalam perhitungan selisih kurs. Jika terjadi suatu transaksi dalam
mata uang non-fungsional, maka transaksi tersebut harus diukur ulang ke dalam
3
mata uang fungsional yang dianut perusahaan. Pengukuran ulang transaksi yang
terjadi dalam mata uang non-fungsional akan mengakibatkan selisih pengukuran
ulang yang disebabkan oleh perbedaan nilai mata uang fungsional dengan mata
uang non-fungsional. Apabila terjadi perbedaan kurs antara tanggal transaksi
dengan tanggal neraca maka selisih tersebut harus dicatat pada akun laba atau rugi
akibat selisih kurs. Tekhnik pengelolaan laba bisa juga disebut dengan istilah
manajemen laba, hal semacam itu bukanlah lagi hal yang asing lagi bagi para
pembuat laporan keuangan. Manajer perusahaan melakukannya guna menjaga nilai
perusahaan dimata investor dan pihak eksternal lainnya. Sejak dibuktikannya
bonus plan hypothesis dari teori akuntansi positif oleh Healy (1985), studi tentang
manajemen laba menarik banyak peneliti. Scott (2012) mengidentifikasi dua
bentuk manajemen laba yaitu manajemen laba dengan memanfaatkan pilihan
kebijakan akuntansi dan manajemen laba dengan aktivitas riil. Manajemen laba
dengan memanfaatkan pilihan kebijakan 3 akuntansi dideteksi dengan proxy
abnormal accrual atau discretionary accrual (L. E. DeAngelo, 1986; Dechow,
Sloan dan Sweeney, 1995; Healy, 1985; Jones, 1991). Penelitian sebelumnya telah
membuktikan bahwa hampir semua pos dalam laporan laba rugi bisa menjadi
obyek dilakukannya manajemen laba. Pos-pos tersebut, antara lain: discretionary
revenue (Stubben, 2010), abnormal non-operating expenses pada rumah sakit
(Eldenburg, Gunny, Hee dan Soderstrom, 2011), abnormal cash flow from
operating, abnormal production cost dan discretionary expenses (Roychowdhury,
2006), cadangan piutang tidak tertagih (L. DeAngelo, 1988; McNichols dan
Wilson, 1988), penjualan aset (Herrmann, et al., 2003) serta saat pengakuan
pendapatan dari disposal aset tetap dan investasi, terutama untuk aset dengan biaya
perolehan yang rendah (Bartov, 1993). Manajer juga terbukti menurunkan
pengeluaran advertising untuk menghindari kerugian atau penurunan laba (Cohen
et al., 2009). Berdasarkan deskripsi penelitian empiris tentang manajemen laba
dengan aktivitas riil tersebut di atas, terlihat adanya peluang untuk meneliti pos
lain dalam laporan laba rugi. Pos tersebut adalah pos laba rugi selisih kurs.
Sehingga penelitian ini bertujuan meneliti fenomena apakah manajemen
melakukan manajemen laba melalui pos “laba rugi selisih kurs” untuk mencapai
angka penghasilan (laba) bersih yang diharapkan. Bagi perusahaan di Indonesia,
fenomena laba rugi selisih kurs menarik untuk dikaji. Hal ini disebabkan karena
laba rugi selisih kurs memberikan tekanan bagi perusahaan 4 yang memiliki
4
kewajiban moneter yang lebih besar dibanding aset moneter dalam mata uang
asing di saat kurs rupiah melemah dibanding mata uang asing. Depresiasi mata
uang Rupiah menyebabkan perusahaan yang memiliki kewajiban dalam mata uang
asing, khususnya USD, harus mengakui rugi selisih kurs dalam laporan laba rugi
sesuai yang diatur dalam Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 10.
PSAK No. 10 mengatur bahwa transaksi dalam mata uang asing harus dibukukan
dengan menggunakan kurs pada saat terjadinya transaksi, dan pada setiap tanggal
neraca, pos aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing dilaporkan ke
dalam mata uang rupiah dengan menggunakan kurs tanggal neraca. Selanjutnya
selisih penjabaran pos aset dan kewajiban moneter dalam mata uang asing pada
tanggal neraca dan laba rugi kurs yang timbul dari transaksi dalam mata uang asing
dikreditkan atau dibebankan pada laporan laba rugi periode berjalan (IAI, 2007).
Manajemen laba melalui aktivitas riil bisa dilakukan oleh manajemen dengan
memanfaatkan PSAK No. 10 ini. Pada kondisi rupiah yang melemah terhadap
mata uang asing, dan manajemen tetap ingin mencapai target laba tertentu,
manajemen dapat menaikkan laba selisih kurs dengan cara memperbesar pos aset
moneter, misalnya memperbesar kas dan setara kas dalam mata uang asing,
meningkatkan penjualan dalam mata uang asing. Manajemen dapat juga
menurunkan rugi selisih kurs dengan cara melunasi kewajiban moneter, seperti:
utang usaha, utang bank baik jangka pendek atau 5 jangka panjang. Manajemen
laba dengan rugi selisih kurs dapat juga dilakukan dengan memanfaatkan
kebijakan akuntansi yang diatur dalam PSAK No. 26 Biaya Pinjaman yang
menyatakan bahwa biaya pinjaman yang secara langsung dapat diatribusikan
dengan perolehan, konstruksi atau produksi suatu Aset Tertentu harus
dikapitalisasi sebagai bagian dari biaya perolehan Aset Tertentu tersebut (IAI,
2007). PSAK No. 55 (Revisi 2006) menekankan pada objektivitas dalam
penentuan CKPN, dimana kredit atau pencadangan kredit bermasalah yang akan
diberikan harus berdasarkan data historis minimal 3 tahun ke belakang. Selain
menentukan CKPN, PSAK No. 55 (Revisi 2006) juga mengatur tentang ketentuan
reklasifikasi instrument keuangan dimana dalam PSAK sebelumnya ketentuan
tersebut belum diatur. Dengan demikian, kesempatan manajemen untuk
memanfaatkan keuntungan atau kerugian yang muncul akibat reklasifikasi
instrumen keuangan untuk melakukan manajemen laba akan berkurang. Selain itu,
di dalam PSAK 50 (Revisi 2006) juga mensyaratkan pengungkapan yang lebih
5
rinci terutama tentang manajemen risiko, sehingga laporan keuangan menjadi lebih
akurat dan transparan. Translasi mata uang adalah proses pernyataan kembali
informasi laporan keuangan dari satu mata uang ke mata uang lain. Translasi mata
uang asing adalah proses pelaporan informasi keuangan dari satu mata uang ke
mata uang lainnya. Translasi mata uang asing dilakukan untuk mempersiapkan
laporan keuangan gabungan yang memberikan laporan pada pembaca informasi
mengenai operasional perusahaan secara global, dengan 6 memperhitungkan
laporan keuangan mata uang asing dari anak perusahaan terhadap mata uang asing
induk perusahaan. Tiga alasan tambahan dilakukannya translasi mata uang asing,
yaitu: 1) mencatat transaksi mata uang asing, 2) memperhitungkan efeknya
perusahaan terhadap translasi mata uang, 3) berkomunikasi dengan peminat saham
asing. Pedoman Akuntansi Perbankan Indonesia (2008) menyatakan transaksi
dalam mata uang asing dijabarkan ke dalam rupiah dengan menggunakan kurs
laporan (penutupan) yang ditetapkan oleh bank indonesia, yaitu kurs tengah yang
merupakan rata-rata kurs beli dan kurs jual berdasarkan reuters pada pukul 16.00
WIB setiap hari. Dalam melakukan pencatatan transaksi mata uang asing terdapat
dua metode yang dapat digunakan yaitu Single currency (satu jenis mata uang) dan
Multi currency (lebih dari satu jenis mata uang)

1.2 Tujuan Pembelajaran :

Pada bab ini mahasiswa mampu menyusun laporan keuangan konsolidasi yang
antara perusahaan induk dan perusahaan anak yang berbeda mata uang
pelaporannya.

6
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Transaksi Mata Uang Asing
Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam
mata uang fungsional dari suatu entitas. Di Indonesia, akuntansi untuk transaksi
dalam mata uang asing diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan tahun 2007 yaitu
PSAK No.10 tentang transaksi dalam mata uang asing dan PSAK No.11 tentang
penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs.
Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta
asing ( foreign activities) dalam dua cara; melalui transaksi dalam mata uang asing
atau memiliki kegiatan usaha luar negeri ( foreign operations). Untuk transaksi dalam
mata uang asing pada laporan keuangan suatu perusahaan, transaksi harus dinyatakan
dalam mata uang pelaporan perusahaan.
Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Beberapa kurs yang digunakan :
a. Kurs Spot (spot rate) : Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi.
b. Kurs Sekarang (current rate) : Kurs dimana 1 unit mata uang dapat dipertukarkan
dengan mata uang lain pada tanggal neraca atau tanggal transaksi.
c. Kurs Historis (historical rate) : Kurs yang berlaku pada tanggal tertentu
terjadinya transaksi.
d. Forward Rate : Kurs tertentu yang disepakati dan digunakan dalam transaksi
kontrak berjangka.

7
1.2 Mata uang fungsional

Lingkungan ekonomi utama dimana entitas beroperasi adalah lingkungan


entitas tersebut utamanya menghasilkan dan mengeluarkan kas. Entitas
mempertimbangkan faktor berikut dalam menentukan mata uang fungsionalnya :

 Mata uang :

1. Yang paling mempengaruhi harga jual barang dan jasa ( mata uangi ini
seringkali menjadi mata uang yang harga jual barang dan jasa
didenominasikan dan diselesaikan

2. Dari negara yang kekuatan persaingan dan peraturannya sebagian besar


menentukan harga jual barang dan jasa entitas
Faktor faktor berikut juga dapat memberikan bukti mengenai mata uang
fungsional :
1. Mata uang yang mana dana dari aktivitas pendanaan dihasilkan yaitu
penerbitan instrumen utang dan instrumen ekuitas.
2. Mata uang yang mana penerimaan dari aktivitas operasi pada umumnya
ditahahan.
Mata uang fungsional entitas mencerminkan transaksi, peristiwa, dan
kondisi mendasari yang relavan. Sejalan dengan hal tersebut, sekali ditemukan, mata
uang fungsional tidak berubah kecuali ada perubahan pada transaksi, peristiwa, dan
kondisi mendasari tersebut. Jika mata uang fungsional adalah mata uang dari ekonomi
hiperinflasi, maka laporan keuangan entitas disajikan kembali sesuai dengan PSAK

8
1.3 Pos Moneter

Fitur utama pos moneter adalah hak untuk menerima ( atau kewajiban untuk
menyerahkan ) sejumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan. Sebagai
contoh mancakup pensiun dan imbalan kerja lainnya harus dibayar dalam kas,
kewajiban diestimasi yang harus diselesaikan secara kas, dan dividen kas yang
diakui sebagai kewajiban. Serupa dengan hal tersebut, Kontrak untuk menerima
(atau menyerahkan) jumlah variabel instrumen ekuitas/ jumlah variabel dari aset
yang nilai wajarnya harus diterima (atau diserahkan) setara dengan suatu jumlah unit
mata uang yang tetap atau dapat ditentukan merupakan pos moneter.

1.4 Pelaporan transaksi valuta asing ke dalam mata uang fungsional


 Pengakuan Awal
Ketentuan PSAK No.10 tentang Transaksi Mata Uang Asing, transaksi dalam
mata uang asing adalah transaksi yang didenominasi atau membutuhkan
penyelesaian dalam suatu mata uang asing, termasuk transaksi yang timbul
ketika suatu perusahaan :
 Membeli atau menjual barang atau jasa yang harganya didenominasi dalam
suatu mata uang asing;
 Meminjam (utang) atau meminjamkan (piutang) dana yang didenominasi
dalam suatu mata uang asing;
 Menjadi pihak untuk suatu perjanjian dalam valuta asing yang belum
terlaksana

 Memperoleh atau melepaskan asset, dan menimbulkan atau melunasi


kewajiban yang didenominasi dalam suatu mata uang asing
Pada pengakuan awal, transaksi valuta asing dicatat dalam mata uang
fungsional. Jumlah valuta asing dihitung ke dalam mata uang fungsional dengan
kurs spot antara mata uang fungsional dan valuta asing pada tanggal transaksi.
Tanggal transaksi adalah tangga pada saat pertama kali transaksi memenuhi
kriteria pengakuan sesuai dengan SAK.

9
Transkasi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs
pada saat
terjadi transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut
kurs spot ( spotrate ) Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs
tanggal transaksi sering digunakan untuk seluruh transaksi dalam setiap mata
uang asing yang terjadi selama periode tertentu, contohnya kurs rata-rata dan
tengah rataan selama satu minggu atau sebulan.
1. Pelaporan pada akhir periode pelaporan berikutnya
Menurut Standar Akuntansi Keuangan pada PSAK No.10 “Transaksi Dalam
Mata Uang Asing” (2015:10.3) pada setiap tanggal neraca:
a. Pos moneter valuta asing dilaporkan kedalam mata uang Rupiah dengan
menggunakan kurs tanggal neraca atau kurs penutup. Apabila terdapat
kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan
kurs tengah Bank Indonesia sebagai indikator yang objektif.
b. Pos non moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs
tanggal neraca, tetapi harus dilaporkan dengan menggunakan kurs
tanggal transaksi
c. Pos non moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing
harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai
tersebut ditentukan.
2. Pengakuan Selisih Kurs
Menurut Standar Akuntansi Keuangan pada PSAK No.10 “Transaksi
Dalam Mata Uang Asing” menjelaskan perlakukan akuntansi yang diharuskan.
Pernyataan ini sehubungan dengan selisih kurs atas transaksi dalam mata uang
asing. Pernyataan itu mencakup perlakuan wajib ( benchmark treatment )
untuk selisih kurs sebagai akibat devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata
uang yang tidak memungkinkan dilakukannya hedging dan menimbulkan
kewajiban tak terselesaikan sehubungan dengan perolehan aktiva dalam mata
uang asing.
Pernyataan ini mengatur akuntansi hedge, sebatas selisih kurs dalam
transaksi hedge. Aspek lain dari akuntansi hedge diatur dalam standar
akuntansi keuangan terkait. Selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban
moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang
timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada
10
laporan laba rugi bulan berjalan.
Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal
transaksi dan tanggal penyelesaian ( settlement date ) pos moneter yang timbul
dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dari penyelesaian suatu
transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh
selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan
diselesaikan suatu transaksi dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih
kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan
perubahan kurs masing-masing periode.
3. Perubahan dalam mata uang fungsional
Ketika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional, entitas
merupakan prosedur penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara
prospektif sejak tanggal perubahan itu. Dampak perubahan mata uang
fungsional diperlakukan secara prospektif. Dengan kata lain, entitas
menjabarkan seluruh pos ke dalam mata uang fungsional yang baru
menggunakan kurs pada tanggal perubahan itu. Hasil dari jumlah yang
dijabarkan untuk pos moneter dianggap sebagai biaya historisnya. Selisih kurs
yang timbul dari penjabaran kegiatan usaha luar negeri yang diakui sebelumnya
dalam penghasilan komprehensif lain.
4. Penjabaran dalam mata uang penyajian

Pada umumnya mata uang penyajian di Indonesia adalah Rupiah. Entitas


dapat menyajikan laporan keuangan dalam mata uang ( atau beberapa mata
uang ) selain mata uang fungsionalnya. Jika mata uang penyajian berbeda
dengan mata uang fungsional entitas, maka entitas menjabarkan hasil dan
posisi keuangannya ke dalam mata uang penyajian. Sebagai contoh, jika
suatu kelompok usaha berisi entitas individual dengan mata uang
fungsional yang berbeda, maka hasil dan posisi keungan setiap entitas
dinyatakan dalam suatu mata uang bersama sehingga laporan keuangan
konsolidasian disajikan.
Hasil dan posisi keuangan entitas yang mana uang fungsionalnya
bukan mata uang dari suatu ekonomi hiperinlfasi dijabarkan ke dalaam mata
yang penyajian yang berbeda, dengan menggunakan prosedur sebagai
berikut :

11
a. Aset dan liabilitis untuk setiap laporan posisi keuangan yang disajikan
yaitu termasuk komparatif dijabarkan menggunakan kurs penutup pada
tanggal laporan posisi keuangan tersebut.
b. Penghasilan dan beban untuk setiap laporan rugi dan penghasilan
komprehenssif lain ( yaitu termasuk komparatif ) dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal transaksi
c. Seluruh selisih kurs yang dihasilkan diakui dalam penghasilan
komprehensif lain
 Penjabaran kegiatan usaha luar negeri

Penggabungan hasil dan posisi keuangan kegiatan usaha luar negeri


dengan entitas pelapor mengikuti prosedur konsolidasi normal, seperti
eliminasi saldo dan transaksi intra kelompok usaha dari entitas anak ( lihat
PSAK 65 : laporan keuangan konsolidasian ). Akan tetapi, aset ( liabilitas )
moneter intrakelompok usaha, baik jangka pendek atau jangka panjang,
tidak dapat dieliminasi dengan liabilitas ( atau aset ) intrakelompok usaha
tanpa menunjukkan hasil fluktasi mata uang dalam laporan keuangan

konsolidasian. Hal ini karena pos moneter menggambarkan komitmen untuk


mengkonversi suatu mata uang ke dalam mata uang lain dan mengakibatkan
entitas pelapor memiliki risiko atas keuntungan atau kerugian melalui
fluktasi mata uang. Sejalan dengan hal tersebut, dalam laporan keuangan
konsolidasian entitas pelapor, selisih kurs dilalui dalam laba rugi atau, jika
selisih kurs tersebut timbul dari kondisi yang dideskripsikan, maka selisih
kurs diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan diakumulasikan dalam
komponen ekuitas terpisah sampai pelepasan kegiatan usaha luar negeri.
Jika laporan keuangan kegiatan usaha luar negeri memiliki tanggal
berbeda dari entitas pelapor, maka kegiatan usaha luar negeri sering
menyusun laporan keuangan tambahan dengan tanggal yang sama dengan
laporan keuangan entitas pelapor. Ketika hal ini tidak dilakukan, psak 65 :
laporan keuangan konsolidasian memperkenankan untuk menggunakan
tangga yang berbeda yang mena perbedaan tersebut tidak lebih dari tiga
bulan dan penyesuaian dilakukan atas dampak setiap transaksi atau
peristiwa signifikan lain yang terjadi antara tanggal yang berbeda tersebut.

12
Dalam kasus demikian, aset dan liabilitas kegiatan usaha luar negeri
dijabarkan pada kurs akhir periode pelaporan kegiatan usaha luar negeri
tersebut.

Setiap goodwill yang timbul dari akuisisi kegiatan usaha luar negeri dan
setiap penyesuaian nilai wajar jumlah tercatat aset dan liabilitas yang timbul
dari akuisis kegiatan usaha luar negeri diperlakukan sebagai aset dan
liabilitas kegiatan usaha luar negeri tersebut. Dengan demikian aset dan
liabilitas tersebut dinyatakan dalam mata uang fungsional kegiatan usaha
luar negeri dan dijabarkan dengan menggunakan kurs penutup.
Dalam pelepasan kegiatan usaha luar negeri, jumlah kumulatif selisih
kurs yang terkait dengan kegiatan usaha luar negeri tersebut, yang diakui
dalam penghasilan komprehensif lain dan diakumulasi dalam komponen
ekuitas yang terpisah, direklasifikasi dari ekuitas ke laba rugi ( sebagai
penyesuaian reklasifikasi ) ketika keuntungan atau kerugian dari pelepasan
kegiatan usaha luar negeri diakui.
1.5 Pengaruh pajak dari selisih kurs
Keuntungan atau kerugian transaksi valuta asing dan selisih kurs yang timbul
dalam penjabaran hasil dan posisi keuangan entitas( termasuk kegiatan usaha luar
negeri ) ke dalam mata uang yang berbeda mungkin memiliki pengaruh pajak.
PSAK 46 : pajak penghasilan diterapkan atas pengaruh pajak tersebut.
1.6 Pengakuan Alternatif yang diizinkan
Standar Akuntansi Keuangan pada PSAK No.10 “Transaksi Dalam Mata
Uang Asing” (2015:10.5) menjelaskan bahwa selisih kurs dapat disebabkan karena
suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang dalam keadaan tidak
tersedia hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak terselesaikan akibat
perolehan aktiva yang baru saja dilakukan dan harus dilunasi dalam mata uang
asing, selisih kurs tersebut dapat dimasukan sebagai nilai tercatat (carrying amount)
aktiva tersebut sepanjang nilai tercatat aktiva yang telah disesuaikan tidak melebihi
jumlah terendah antara biaya penggantian ( replacement cost ) dan jumlah yang
dapat diperoleh kembali (amount recoverable) dari penjualan atau penggunaan
aktiva tersebut. Alternatif yang dipilih diungkapkan secukupnya.
Selisih kurs tidak termasuk dalam nilai tercatat aktiva jika tersedia fasilitas
hedging hutang valuta asing yang timbul dari perolehan aktiva tetapi kerugian akibat

13
perubahan kurs adalah bagian yang secara langsung dapat didistribusikan pada biaya
perolehan aktiva jika kewajiban tidak dapat diselesaikan dan tidak terdapat alat
praktis untuk hedging, contohnya jika sebagai hasil dari pengendalian valuta asing
terdapat penundaan dalam memperoleh mata uang asing, maka dalam keadaan
demikian biaya perolehan aktiva termasuk selisih kurs.

14
1.7 Pengungkapan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan pada PSAK No.10 “Transaksi
Dalam Mata Uang Asing” (2015:10.6) perusahaan harus mengungkapkan:
a. Jumlah selisih kurs yang diakui dalam laba rugi, kecuali untuk selisih
kurs yang timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi sesuai dengan PSAK 55 : instrumen keuangan :
pengakuan dan pengukuran
b. Selisih kurs netto yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan
diakumulasikan dalm komponen ekuitas yang terpisah, serta rekonsiliasi
selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode.
Jika mata uang penyajian berbeda dari mata uang fungsional, maka fakta
tersebut dinyatakan bersama dengan pengungkapan tentang mata uang fungsional
dan alasan untuk menggunakan mata uang penyajian yang berbeda.

Jika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional entitas pelapor


maupun kegiatan usaha luar negeri yang signifikan, maka akta dan perubahan
dalam mata uang fungsional tersebut diungkupkan.

Jikaa entitas menyajikan laporan keuangan dalam mata uang berbeda dari
mata uang fungsionalnya, maka entitas mendeskripsikan bahwa laporan keuangan
telah patuh pada SAK hanya jika entitas mematuhi seluruh persyaratan SAK yang
berlaku termasuk metode penjabaran sebagaimana yang telah dijelaskan diat

15
16

Anda mungkin juga menyukai