Disusun oleh ;
Ninda Inatha (1962201053)
1
KATA PENGANTAR
Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT, maka saya bisa
menyelesaikan penulisan Makalah ini yang disususn guna memenuhi sebagian
persyaratan untuk memperoleh Nilai dari Dosen Mata Kuliah Akuntansi Keuangan
II dengan judul makalah “AKUNTANSI KEUANGAN KANJUTAN 2” dengan baik
dan tepat waktu.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Perpustakaan UWGM Samarinda
karena telah meminjamkan Buku untuk kami jadikan sebagai Referensi dalam
peyusunan Makalah ini. Terimakasih juga kepada Bpk. Firmansyah sebagai dosen
mata kuliah Akuntansi Keuangan Lanjutan II.
Harapan kami makalah ini dapat memberikan manfaat bagi teman-teman
semua, dan jika ada kesalahan dalam penyusunan makalah ini kami mohan maaf.
Ninda Inatha
2
BAB I
PENDAHULUAN
Pada bab ini mahasiswa mampu menyusun laporan keuangan konsolidasi yang
antara perusahaan induk dan perusahaan anak yang berbeda mata uang
pelaporannya.
6
BAB II
PEMBAHASAN
1.1 Transaksi Mata Uang Asing
Transaksi mata uang asing adalah dimana nilai tukarnya dinyatakan dalam
mata uang fungsional dari suatu entitas. Di Indonesia, akuntansi untuk transaksi
dalam mata uang asing diatur dalam Standar Akuntansi Keuangan tahun 2007 yaitu
PSAK No.10 tentang transaksi dalam mata uang asing dan PSAK No.11 tentang
penjabaran laporan keuangan dalam mata uang asing yang meliputi penentuan kurs.
Suatu perusahaan dapat melakukan aktivitas yang menyangkut valuta
asing ( foreign activities) dalam dua cara; melalui transaksi dalam mata uang asing
atau memiliki kegiatan usaha luar negeri ( foreign operations). Untuk transaksi dalam
mata uang asing pada laporan keuangan suatu perusahaan, transaksi harus dinyatakan
dalam mata uang pelaporan perusahaan.
Kurs adalah rasio pertukaran dua mata uang. Beberapa kurs yang digunakan :
a. Kurs Spot (spot rate) : Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi.
b. Kurs Sekarang (current rate) : Kurs dimana 1 unit mata uang dapat dipertukarkan
dengan mata uang lain pada tanggal neraca atau tanggal transaksi.
c. Kurs Historis (historical rate) : Kurs yang berlaku pada tanggal tertentu
terjadinya transaksi.
d. Forward Rate : Kurs tertentu yang disepakati dan digunakan dalam transaksi
kontrak berjangka.
7
1.2 Mata uang fungsional
Mata uang :
1. Yang paling mempengaruhi harga jual barang dan jasa ( mata uangi ini
seringkali menjadi mata uang yang harga jual barang dan jasa
didenominasikan dan diselesaikan
8
1.3 Pos Moneter
Fitur utama pos moneter adalah hak untuk menerima ( atau kewajiban untuk
menyerahkan ) sejumlah unit mata uang yang tetap atau dapat ditentukan. Sebagai
contoh mancakup pensiun dan imbalan kerja lainnya harus dibayar dalam kas,
kewajiban diestimasi yang harus diselesaikan secara kas, dan dividen kas yang
diakui sebagai kewajiban. Serupa dengan hal tersebut, Kontrak untuk menerima
(atau menyerahkan) jumlah variabel instrumen ekuitas/ jumlah variabel dari aset
yang nilai wajarnya harus diterima (atau diserahkan) setara dengan suatu jumlah unit
mata uang yang tetap atau dapat ditentukan merupakan pos moneter.
9
Transkasi dalam mata uang asing dibukukan dengan menggunakan kurs
pada saat
terjadi transaksi. Kurs tunai yang berlaku pada tanggal transaksi sering disebut
kurs spot ( spotrate ) Untuk alasan praktis, suatu kurs yang mendekati kurs
tanggal transaksi sering digunakan untuk seluruh transaksi dalam setiap mata
uang asing yang terjadi selama periode tertentu, contohnya kurs rata-rata dan
tengah rataan selama satu minggu atau sebulan.
1. Pelaporan pada akhir periode pelaporan berikutnya
Menurut Standar Akuntansi Keuangan pada PSAK No.10 “Transaksi Dalam
Mata Uang Asing” (2015:10.3) pada setiap tanggal neraca:
a. Pos moneter valuta asing dilaporkan kedalam mata uang Rupiah dengan
menggunakan kurs tanggal neraca atau kurs penutup. Apabila terdapat
kesulitan dalam menentukan kurs tanggal neraca, maka dapat digunakan
kurs tengah Bank Indonesia sebagai indikator yang objektif.
b. Pos non moneter tidak boleh dilaporkan dengan menggunakan kurs
tanggal neraca, tetapi harus dilaporkan dengan menggunakan kurs
tanggal transaksi
c. Pos non moneter yang dinilai dengan nilai wajar dalam mata uang asing
harus dilaporkan dengan menggunakan kurs yang berlaku pada saat nilai
tersebut ditentukan.
2. Pengakuan Selisih Kurs
Menurut Standar Akuntansi Keuangan pada PSAK No.10 “Transaksi
Dalam Mata Uang Asing” menjelaskan perlakukan akuntansi yang diharuskan.
Pernyataan ini sehubungan dengan selisih kurs atas transaksi dalam mata uang
asing. Pernyataan itu mencakup perlakuan wajib ( benchmark treatment )
untuk selisih kurs sebagai akibat devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata
uang yang tidak memungkinkan dilakukannya hedging dan menimbulkan
kewajiban tak terselesaikan sehubungan dengan perolehan aktiva dalam mata
uang asing.
Pernyataan ini mengatur akuntansi hedge, sebatas selisih kurs dalam
transaksi hedge. Aspek lain dari akuntansi hedge diatur dalam standar
akuntansi keuangan terkait. Selisih penjabaran pos aktiva dan kewajiban
moneter dalam mata uang asing pada tanggal neraca dan laba rugi kurs yang
timbul dari transaksi dalam mata uang asing dikreditkan atau dibebankan pada
10
laporan laba rugi bulan berjalan.
Selisih kurs timbul apabila terdapat perubahan kurs antara tanggal
transaksi dan tanggal penyelesaian ( settlement date ) pos moneter yang timbul
dari transaksi dalam mata uang asing. Bila timbulnya dari penyelesaian suatu
transaksi berada dalam suatu periode akuntansi yang sama, maka seluruh
selisih kurs diakui dalam periode tersebut. Namun jika timbulnya dan
diselesaikan suatu transaksi dalam beberapa periode akuntansi, maka selisih
kurs harus diakui untuk setiap periode akuntansi dengan memperhitungkan
perubahan kurs masing-masing periode.
3. Perubahan dalam mata uang fungsional
Ketika terdapat perubahan dalam mata uang fungsional, entitas
merupakan prosedur penjabaran untuk mata uang fungsional yang baru secara
prospektif sejak tanggal perubahan itu. Dampak perubahan mata uang
fungsional diperlakukan secara prospektif. Dengan kata lain, entitas
menjabarkan seluruh pos ke dalam mata uang fungsional yang baru
menggunakan kurs pada tanggal perubahan itu. Hasil dari jumlah yang
dijabarkan untuk pos moneter dianggap sebagai biaya historisnya. Selisih kurs
yang timbul dari penjabaran kegiatan usaha luar negeri yang diakui sebelumnya
dalam penghasilan komprehensif lain.
4. Penjabaran dalam mata uang penyajian
11
a. Aset dan liabilitis untuk setiap laporan posisi keuangan yang disajikan
yaitu termasuk komparatif dijabarkan menggunakan kurs penutup pada
tanggal laporan posisi keuangan tersebut.
b. Penghasilan dan beban untuk setiap laporan rugi dan penghasilan
komprehenssif lain ( yaitu termasuk komparatif ) dijabarkan
menggunakan kurs pada tanggal transaksi
c. Seluruh selisih kurs yang dihasilkan diakui dalam penghasilan
komprehensif lain
Penjabaran kegiatan usaha luar negeri
12
Dalam kasus demikian, aset dan liabilitas kegiatan usaha luar negeri
dijabarkan pada kurs akhir periode pelaporan kegiatan usaha luar negeri
tersebut.
Setiap goodwill yang timbul dari akuisisi kegiatan usaha luar negeri dan
setiap penyesuaian nilai wajar jumlah tercatat aset dan liabilitas yang timbul
dari akuisis kegiatan usaha luar negeri diperlakukan sebagai aset dan
liabilitas kegiatan usaha luar negeri tersebut. Dengan demikian aset dan
liabilitas tersebut dinyatakan dalam mata uang fungsional kegiatan usaha
luar negeri dan dijabarkan dengan menggunakan kurs penutup.
Dalam pelepasan kegiatan usaha luar negeri, jumlah kumulatif selisih
kurs yang terkait dengan kegiatan usaha luar negeri tersebut, yang diakui
dalam penghasilan komprehensif lain dan diakumulasi dalam komponen
ekuitas yang terpisah, direklasifikasi dari ekuitas ke laba rugi ( sebagai
penyesuaian reklasifikasi ) ketika keuntungan atau kerugian dari pelepasan
kegiatan usaha luar negeri diakui.
1.5 Pengaruh pajak dari selisih kurs
Keuntungan atau kerugian transaksi valuta asing dan selisih kurs yang timbul
dalam penjabaran hasil dan posisi keuangan entitas( termasuk kegiatan usaha luar
negeri ) ke dalam mata uang yang berbeda mungkin memiliki pengaruh pajak.
PSAK 46 : pajak penghasilan diterapkan atas pengaruh pajak tersebut.
1.6 Pengakuan Alternatif yang diizinkan
Standar Akuntansi Keuangan pada PSAK No.10 “Transaksi Dalam Mata
Uang Asing” (2015:10.5) menjelaskan bahwa selisih kurs dapat disebabkan karena
suatu devaluasi atau depresiasi luar biasa suatu mata uang dalam keadaan tidak
tersedia hedging dan menimbulkan kewajiban yang tak terselesaikan akibat
perolehan aktiva yang baru saja dilakukan dan harus dilunasi dalam mata uang
asing, selisih kurs tersebut dapat dimasukan sebagai nilai tercatat (carrying amount)
aktiva tersebut sepanjang nilai tercatat aktiva yang telah disesuaikan tidak melebihi
jumlah terendah antara biaya penggantian ( replacement cost ) dan jumlah yang
dapat diperoleh kembali (amount recoverable) dari penjualan atau penggunaan
aktiva tersebut. Alternatif yang dipilih diungkapkan secukupnya.
Selisih kurs tidak termasuk dalam nilai tercatat aktiva jika tersedia fasilitas
hedging hutang valuta asing yang timbul dari perolehan aktiva tetapi kerugian akibat
13
perubahan kurs adalah bagian yang secara langsung dapat didistribusikan pada biaya
perolehan aktiva jika kewajiban tidak dapat diselesaikan dan tidak terdapat alat
praktis untuk hedging, contohnya jika sebagai hasil dari pengendalian valuta asing
terdapat penundaan dalam memperoleh mata uang asing, maka dalam keadaan
demikian biaya perolehan aktiva termasuk selisih kurs.
14
1.7 Pengungkapan
Menurut Standar Akuntansi Keuangan pada PSAK No.10 “Transaksi
Dalam Mata Uang Asing” (2015:10.6) perusahaan harus mengungkapkan:
a. Jumlah selisih kurs yang diakui dalam laba rugi, kecuali untuk selisih
kurs yang timbul pada instrumen keuangan yang diukur pada nilai wajar
melalui laba rugi sesuai dengan PSAK 55 : instrumen keuangan :
pengakuan dan pengukuran
b. Selisih kurs netto yang diakui dalam penghasilan komprehensif lain dan
diakumulasikan dalm komponen ekuitas yang terpisah, serta rekonsiliasi
selisih kurs tersebut pada awal dan akhir periode.
Jika mata uang penyajian berbeda dari mata uang fungsional, maka fakta
tersebut dinyatakan bersama dengan pengungkapan tentang mata uang fungsional
dan alasan untuk menggunakan mata uang penyajian yang berbeda.
Jikaa entitas menyajikan laporan keuangan dalam mata uang berbeda dari
mata uang fungsionalnya, maka entitas mendeskripsikan bahwa laporan keuangan
telah patuh pada SAK hanya jika entitas mematuhi seluruh persyaratan SAK yang
berlaku termasuk metode penjabaran sebagaimana yang telah dijelaskan diat
15
16