Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

AKUNTANSI KEUANGAN DAERAH

”SISTEM AKUNTANSI DAN PELAPORAN KEUANGAN PEMERINTAH DAERAH”

Dosen Pengampuh: Prof. Dr. La Ode Anto, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA. CTT., CRP., CRPM.,
QGIA., CIISA., ASEAN CPA.

OLEH:

KELOMPOK 2
ICE B1C121032

ICHA AMELIA B1C121033

IRAWATI DAPA B1C121034

IRMAYANTI AMIR B1C121035

JUNAIDIN AHMAD B1C121038

KARDILLA HALIMIN B1C121040

KOMANG CINDY DIAH PRAMESTI B1C121041

KOMANG MARTINI B1C121042

LA ODE MUHAMMAD ILHAM B1C121043

JURUSAN AKUNTANSI

FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS

UNIVERSITAS HALU OLEO

KENDARI

2023
KATA PENGENTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah menganugrahkan rahmat,
karunia, dan ridha-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan tugas pembuatan makalah ini yang
berjudul “Sistem Akuntansi Dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah”. Adapun tujuan
pembuatan makalah ini adalah sebagai salah satu tugas kelompok pada mata kuliah “ Akuntasi
Keuangan Daerah ”.

Dalam kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terimakasih kepada Dosen
Pengampuh yaitu Prof. Dr. La Ode Anto, S.E., M.Si., Ak., QIA., CA. CTT., CRP., CRPM.,
QGIA., CIISA., ADEAN CPA. Serta semua teman kelompok yang telah membantu dalam
penyusunan makalah ini, sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.

Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini jauh dari kata sempurna, untuk itu
kami sangat mengarapkan kritik dan saran dari semua pihak terkait. Sehingga kekurangan yang
ada dalam makalah ini dapat diperbaiki dan di sempurnakan.

Dalam penyususnan makalah ini, kami berharap semoga makalah ini dapat berguna dan
bermanfaat sebagaimana baiknya, khususnya bagi teman-teman mahasiswa sekalian.

Kendari, 17 November 2023

Kelompok 2

i
DAFTAR ISI

KATA PENGENTAR.................................................................................................................................. i
DAFTAR ISI .............................................................................................................................................. ii
BAB I PENDAHULUAN ........................................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ............................................................................................................................ 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................................... 1
1.3 Tujuan ......................................................................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN ............................................................................................................................ 3
2.1 Pentingnya Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah ...................................................................... 3
2.2 Lingkup Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah ........................................................................... 4
2.3 Persamaan Dasar dan Pencatatan Akuntansi ............................................................................... 6
2.4 Siklus Akuntansi Keuangan Daerah .......................................................................................... 10
2.5 Peran dan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah...................................................... 11
2.6 Asumsi Dasar Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah ........................................................... 13
2.7 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah .............................................. 13
2.8 Kendala Informasi yang Rekevan dan Andal ............................................................................ 15
2.9 Elemen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah ........................................................................ 16
BAB III PENUTUP .................................................................................................................................. 19
3.1 Kesimpulan ............................................................................................................................... 19
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bagian penting dari
pengelolaan keuangan daerah yang mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan,
pelaksanaan, penatausahaan, akuntansi, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan
Keuangan daerah. Untuk menyelenggarakan akuntansi pemerintah daerah, kepala daerah
menetapkan sistem akuntansi pemerintahan daerah dengan mengacu pada peraturan
daerah tentang pokok-pokok pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi
pemerintahan daerah disusun dengan berpedoman pada prinsip pengendalian intern
entitas pelaporan dan entitas akuntansi yang menyelenggarakan sistem akuntansi
pemerintahan daerah.
Pihak-pihak eksternal entitas pemda yang memerlukan informasi yang dihasilkan
oleh akuntansi keuangan daerah tersebut antara lain adalah Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD), badan pengawas keuangan, investor, kreditur, dan donatur, analisis
ekonomi dan pemerhati pemda, rakyat, pemda lain, dan pemerintah pusat yang
seluruhnya berada dalam lingkungan akuntansi keuangan daerah.
Akuntansi keuangan daerah menggunakan sistem pencatatan dan dasar akuntansi
tertentu pada era pra dan pasca reformasi. Selain itu, dasar atau basis akuntansi
merupakan salah satu asumsi dasar yang penting dalam akuntansi. Hal ini disebabkan
karena asumsi ini menentukan kapan pencatatan suatu transaksi dilakukan, yang dikenal
dalam tata buku keuangan daerah selama era pra reformasi keuangan daerah.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pentingnya Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
2. Bagaimana Lingkup Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
3. Bagaimana Persamaan Dasar dan Pencatatan Akuntansi
4. Bagaimana Siklus Akuntansi Keuangan Daerah
5. Apa saja Peran dan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
6. Apa saja Asumsi Dasar Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah

1
7. Bagaimana Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
8. Apa Kendala Informasi yang Rekevan dan Andal
9. Apa Elemen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui Pentingnya Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
2. Untuk mengetahui Lingkup Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
3. Untuk mengetahui Persamaan Dasar dan Pencatatan Akuntansi
4. Untuk mengetahui Siklus Akuntansi Keuangan Daerah
5. Untuk mengetahui Peran dan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
6. Untuk mengetahui Asumsi Dasar Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah
7. Untuk mengetahui Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah
8. Untuk mengetahui Kendala Informasi yang Rekevan dan Andal
9. Untuk mengetahui Elemen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pentingnya Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah


Sistem Akuntansi Pemerintah daerah adalah serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran
sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pemerintah Daerah
(Mahmudi, 2011). Lingkungan operasional organisasi pemerintah berpengaruh terhadap
karakteristik tujuan akuntansi dan pelaporannya (Tanjung, 2012). Kegiatan operasional
pemerintahan daerah yang dinamis semakin dituntut untuk lebih transparan dan
akuntabel, sehingga perlu didukung oleh sistem pengelolaan dan pelaporan yang dapat
diandalkan. Kebutuhan akan adanya sistem akuntansi bagi Pemda tidak terlepas dari
perkembangan peraturan perundang-undangan yang terkait dengan pengelolaan keuangan
daerah antara lain:
1. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara.
2. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
3. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara.
4. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.
5. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan
Daerah.
6. Peraturan Pemerintah Nomor 71 Tahun 2010 tentang Standar Akuntansi
Pemerintahan Berbasis Akrual.
7. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
8. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 59 Tahun 2007 tentang Perubahan atas
Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman
Pengelolaan Keuangan Daerah.
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 64 Tahun 2013 tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah.

3
2.2 Lingkup Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah
Berdasarkan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013, Sistem Akuntansi Pemerintah
Daerah (SAPD) terdiri atas: (1) Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah
(PPKD), dan (2) Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD). PPKD
adalah kepala Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) yang mempunyai
tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak sebagai bendahara umum daerah.
SKPD adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah selaku pengguna
anggaran/pengguna barang.
Konsep sistem akuntansi Pemda dapat dijelaskan bahwa hubungan antara SKPD
dengan PPKD dapat diibaratkan seperti hubungan antara “Kantor Pusat” dengan “Kantor
Cabang”, di mana PPKD sebagai "Kantor Pusat” dan SKPD-SKPD sebagai “Kantor
Cabang”. Hal tersebut akan menyebabkan masing-masing pihak menyelenggarakan
rekening timbal balik (reciprocal accounts) yaitu PPKD menyelenggarakan Rekening
Koran SKPD (R/K-SKPD) dan SKPD menyelenggarakan Rekening Koran PPKD (R/K-
PPKD).
RK-SKPD akan diselenggarakan oleh PPKD. Saldo rekening ini menunjukkan
“investasi” PPKD di SKPD atau hak PPKD terhadap SKPD. Rekening ini akan didebit
apabila hak PPKD bertambah dan dikredit apabila hak PPKD berkurang. Rekening ini
merupakan kelompok aset sehingga selalu bersaldo debit. Sedangkan R/K PPKD
diselenggarakan oleh SKPD-SKPD. R/K PPKD termasuk kelompok rekening ekuitas.
Rekening ini akan dikredit apabila kewajiban SKPD kepada PPKD bertambah dan akan
didebit apabila kewajiban SKPD kepada PPKD berkurang.
Pada praktiknya, sistem akuntansi SKPD dilaksanakan oleh seluruh SKPD di
lingkungan Pemda seperti Dinas, Badan, dan Kantor. Misalnya Dinas Pendidikan, Dinas
Kesehatan, Dinas Pertanian, Badan Perencanaan Pembangunan Daerah, Kantor Satpol
PP, dan sebagainya. Sementara sistem akuntansi PPKD dilaksanakan oleh Satuan Kerja
Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD) yang biasanya dikenal dengan nama Dinas/Badan
Pengelola Keuangan dan Aset Daerah. Sistem akuntansi yang diselenggarakan oleh
SKPKD karenanya terdiri atas:
1. Sistem akuntansi SKPKD selaku SKPD

4
Sistem akuntansi SKPKD selaku SKPD sama dengan sistem akuntansi yang
diselenggarakan oleh SKPD lainnya. SKPKD seperti SKPD pada umumnya,
merupakan entitas akuntansi yang bertugas menyusun 5 (lima) jenis laporan
keuangan yaitu Laporan Realisasi Anggaran (LRA), Neraca, Laporan Operasional
(LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Catatan atas Laporan Keuangan
(CALK).
2. Sistem akuntansi PPKD
Sebagai PPKD, sistem akuntansi SKPKD dibagi lagi menjadi 2 (dua):
a. Sistem akuntansi PPKD sebagai Bendahara Umum Daerah (BUD) yang
menghasilkan laporan keuangan PPKD berupa LRA, Neraca, LO, LPE,
dan CALK.
b. Sistem akuntansi konsolidator Pemda yang bertugas menggabungkan/
mengkonsolidasikan seluruh laporan keuangan SKPD dan PPKD sehingga
tersusun 7 (tujuh) jenis laporan keuangan pemerintah daerah sebagai
entitas pelaporan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran (LRA),
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL), Neraca, Laporan
Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Laporan Arus Kas
(LAK), dan Catatan atas Laporan Keuangan (CALK).
Kepala SKPD selaku pengguna anggaran menyusun laporan keuangan gabungan
dari unit kerja yang berada di lingkup SKPD dan menyampaikannya kepada
gubernur/bupati/walikota melalui Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) selaku
entitas pelaporan untuk dilakukan proses konsolidasian. PPKD selaku BUD menyusun
laporan keuangan SKPKD sebagai pertanggungjawaban pengelolaan perbendaharaan
daerah yang selanjutnya akan digabungkan dengan laporan keuangan yang berasal dari
SKPD. PPKD selanjutnya melakukan proses konsolidasian dan menyusun laporan
keuangan Pemda berdasarkan laporan keuangan SKPD serta laporan pertanggungjawaban
pengelolaan perbendaharaan daerah dan disampaikan kepada Kepala Daerah untuk
selanjutnya disampaikan ke Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) dan Dewan Perwakilan
Rakyat Daerah (DPRD).
Proses konsolidasi dapat dilaksanakan dengan mengeliminasi akunakun yang
timbal balik (reciprocal accounts). Jika pemda memiliki Badan Layanan Umum (BLU)

5
maka laporan keuangan BLU harus digabungkan dalam laporan keuangan konsolidasian
Pemda yang membawahi BLU dimaksud. Selain BLU, Pemda juga memiliki Badan
Usaha Milik Daerah (BUMD) di mana laporan keuangannya tidak dikonsolidasikan
dalam laporan keuangan Pemda. Laporan Keuangan BUMD hanya dilampirkan dalam
Laporan Keuangan Konsolidasian Pemerintah Daerah

2.3 Persamaan Dasar dan Pencatatan Akuntansi


1. Persamaan Dasar Akuntansi
Sistem pencatatan akuntansi Pemda berbeda dengan sistem pencatatan akuntansi
komersial karena Pemda mempunyai laporan keuangan berupa Laporan Realisasi
Anggaran dengan karakteristik yang berbeda dengan Laporan Laba Rugi pada
akuntansi komersial. Konsep dasar yang digunakan dalam prinsip akuntansi adalah
persamaan dasar akuntansi yaitu:

Berdasarkan persamaan diatas terlihat bahwa aset adalah jumlah kekayaan,


sedangkan kewajiban dan ekuitas menunjukkan sumber dana atas kepemilikan aset
atau kekayaan tersebut. Aturan debit dan kredit akan membantu dalam mencatat
informasi ke dalam buku besar. Dalam akun-akun dari persamaan akuntansi, aturan
debit dan kredit untuk aset berlawanan arah dengan kewajiban dan ekuitas. Apabila
suatu akun aset bertambah, maka akun tersebut didebit dan jika berkurang, maka akun
yang bersangkutan dikredit, sebaliknya, untuk akun kewajiban dan ekuitas dikredit
untuk penambahan dan didebit untuk pengurangan. Saldo normal (normal balance)
dari suatu akun adalah posisi yang bertambah menurut aturan debit dan kredit.
Berikut ini digambarkan ringkasan kaidah debit-kredit dan saldo normalnya dari
masing-masing akun yang digunakan dalam pencatatan transaksi keuangan
pemerintah daerah.

6
Dari persamaan di atas dapat disimpulkan bahwa:
a. Saldo normal Aset adalah debit, jika bertambah maka didebit, jika
berkurang maka dikredit.
b. Saldo normal Kewajiban adalah kredit, jika bertambah maka dikredit, jika
berkurang maka didebit.
c. Saldo normal Ekuitas adalah kredit, jika bertambah maka dikredit, jika
berkurang maka didebit.
d. Saldo normal Pendapatan (LRA dan/atau LO) adalah kredit, jika
bertambah maka dikredit, jika berkurang maka didebit.
e. Saldo normal Belanja dan Beban adalah debit, jika bertambah maka
didebit, jika berkurang maka dikredit.
f. Saldo normal Pembiayaan-Penerimaan adalah kredit, jika bertambah maka
dikredit, jika berkurang maka didebit.
g. Saldo normal Pembiayaan-Pengeluaran adalah debit, jika bertambah maka
didebit, jika berkurang maka dikredit.
2. Pencatatan akuntansi
Media atau formulir utama yang dipakai untuk tujuan pengikhtisaran transaksi
adalah akun (account). Media ini berguna untuk mencatat secara lengkap perubahan
yang terjadi dalam aset, kewajiban atau ekuitas selama periode. Kelompok akun-akun
yang digunakan dalam suatu organisasi disebut buku besar (ledger). Daftar dari akun-
akun dalam entitas disebut daftar akun (chart of account). Akun-akun ini disajikan
dalam daftar tersebut lengkap dengan nama dan nomor kode akun. Dengan
menggunakan akun, maka informasi dapat diperoleh saat dibutuhkan dan laporan
keuangan dapat disusun tepat waktu. Bentuk Akun, Bentuk akun yang paling
sederhana dan paling banyak digunakan adalah bentuk huruf "T"(Taccount). Bentuk
akun ini terdiri atas tiga bagian yaitu: (1) Nama akun dari masing- masing unsur aset,

7
kewajiban dan ekuitas, diletakkan diatas garis horizontal pada huruf T, (2) Sisi kiri,
(3) Sisi kanan dari huruf T. Sebagai contoh, akun kas dari suatu entitas dengan bentuk
T:

Buku besar (Ledger) merupakan kumpulan dari akun-akun suatu organisasi yang
sating sehubungan, berdasarkan Permendagri Nomor 64 Tahun 2013 tentang
Penerapan Standar Akuntansi Pemerintahan berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah,
akun dikelompok kedalam tiga kelompok sebagai berikut:
1. Akun Neraca
a. Aset, yakni sumber daya ekonomi yang dikuasai dan/atau dimiliki oleh
pemerintah daerah sebagai akibat dari peristiwa masa lalu dan dari
mana manfaat ekonomi dan/atau sosial di masa depan diharapkan
dapat diperoleh, baik oleh pemerintah daerah maupun masyarakat,
serta dapat diukur dalam satuan uang, termasuk sumber daya
nonkeuangan yang diperlukan untuk penyediaan jasa bagi masyarakat
umum dan sumber sumber daya yang dipelihara karena alasan sejarah
dan budaya (PP Nomor 71 Tahun 2010).
b. Kewajiban, yakni adalah kewajiban yang timbul dari peristiwa masa
lalu yang penyelesaiannya mengakibatkan aliran keluarsumberdaya
ekonomi pemerintah daerah.
c. Ekuitas, yakni merupakan kekayaan bersih Pemerintah Daerah yang
merupakan selisih antara aset dan kewajiban Pemerintah Daerah pada
tanggal laporan.
2. Akun Realisasi Anggaran
a. Akun Pendapatan-LRA, yakni semua penerimaan Rekening Kas
Umum Daerah yang menambah Saldo Anggaran Lebih dalam periode

8
tahun anggaran yang bersangkutan yang menjadi hak pemerintah
daerah, dan tidak perlu dibayar kembali oieh pemerintah daerah.
b. Akun Belanja, yakni semua pengeluaran dari Rekening Kas Umum
Daerah yang mengurangi Saldo Anggaran Lebih dalam periode tahun
anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh pemerintah daerah.
c. Transfe, merujuk pada transaksi keuangan yang melibatkan
pemindahan dana antar unit atau program dalam pemerintahan daerah
d. Pembiayaan, yakni semua penerimaan yang perlu dibayar kembali
dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran
berikutnya.
3. Akun Laporan Operasional
a. Akun Pendapatan LO, yakni hak pemerintah daerah yang diakui
sebagai penambah ekuitas dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan dan tidak perlu dibayar kembali.
b. Akun Beban, yakni penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
dalam periode pelaporan yang menurunkan ekuitas, yang dapat berupa
pengeluaran atau konsumsi aset atau timbulnya kewajiban
c. Akun Beban Transfer-LO, yakni beban pengeluaran uang atau
kewajiban untuk mengeluarkan uang dari entitas pelaporan kepada
suatu entitas pelaporan lain yang diwajibkan oleh peraturan
perundang-undangan.
d. Akun Beban Non Operasional, merupakan beban yang sifatnya tidak
rutin.
e. Akun Beban Luar Biasa, yakni beban yang terjadi dari kejadian luar
biasa
Daftar dari akun-akun yang dipergunakan oteh pemerintahan daerah dengan
mencantumkan seluruh nama akun dan nomor kodenya disebut dengan bagan akun
(chart of account).

9
Bagan Akun Standar (BAS) untuk pemerintah pemerintah daerah sesuai Lampiran
III Pemendagri Nomor 64 Tahun 2013 terdiri dari 5 level yang terdiri dari kode akun,
kelompok, jenis, obyek, dan rincian obyek.

2.4 Siklus Akuntansi Keuangan Daerah


Sistem akuntansi pemerintah daerah dilaksanakan oleh PPK SKPD dalam satu
rangkaian proses yang disebut siklus akuntansi pemerintah daerah. Sebagaimana
dinyatakan dalam pasal 6 Permendagri Nomor 64 Tahun 2013, Sistem Akuntansi
Pemerintah Daerah dibedakan menjadi 2 yaitu:
1. Sistem Akuntansi PPKD.
2. Sistem Akuntansi SKPD.
Siklus akuntansi merupakan tahapan/langkah-langkah yang harus dilalui dalam
penyusunan laporan keuangan. Langkah-langkah tersebut meliputi 8 Langkah, yaitu:
1) Pencatatan Jurnal LRA dan Saldo Awal di Buku Jurnal.
2) Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal.
Penjurnalan dibedakan menjadi 2 yakni:
a. Jurnal Financial (LO dan Neraca). Secara default seluruh transaksi
dicatat/dibuat jurnal finansialnya (LO dan Neraca) dalam buku jurnal
dengan melibatkan akun dengan kode awal 1-Aset, 2- Kewajiban, 3-
Ekuitas serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.

10
b. Jurnal Anggaran (LRA). Jika transaksi melibatkan akun dengan kode awal
4-Pendapatan LRA, 5-Belanja, 6-Transfer dan 7-Pembiayaan dan
dilakukan secara tunai/melibatkan kas, maka selain mencatat jurnal
finansial juga mencatat jurnal anggaran.
3) Posting ke Buku Besar.
4) Penyusunan Neraca Saldo Sebelum Penyesuaian.
5) Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal.
Pencatatan penyesuaian dilakukan dengan membuat jurnal finansial (LO dan
Neraca) saja yaitu melibatkan akun dengan kode awal 1-Aset, 2-Kewajiban, 3-
Ekuitas, serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
6) Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
7) Penyusunan Laporan Keuangan yang terdiri dari: Laporan Realisasi Anggaran,
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih, Laporan Operasional, Laporan
Perubahan Ekuitas, Neraca, Laporan Arus Kas, Catatan atas Laporan Keuangan
8) Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
9) Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan.

2.5 Peran dan Tujuan Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah


Laporan Keuangan Pemerintah Daerah (LKPD) disusun untuk menyediakan
informasi relevan mengenai posisi keuangan dan seluruh transaksi Pemerintah Daerah
selama satu periode pelaporan. LKPD terutama digunakan untuk membandingkan
realisasi pendapatan dan belanja dengan anggaran yang telah ditetapkan, menilai kondisi
keuangan, menilai efektivitas dan efisiensi, dan membantu menentukan ketaatan terhadap
peraturan perundang-undangan. Pemerintah Daerah mempunyai kewajiban untuk
melaporkan upaya-upaya yang telah dilakukan serta hasil yang dicapai dalam
pelaksanaan kegiatan secara sistematis dan terstruktur pada suatu periode pelaporan
untuk kepentingan:
1. Akuntabilitas
Mempertanggungjawabkan pengelolaan sumber daya serta pelaksanaan kebijakan
yang dipercayakan kepada Pemerintah Daerah dalam mencapai tujuan yang telah
ditetapkan secara periodik.

11
2. Manajemen
Membantu pengguna laporan keuangan untuk mengevaluasi pelaksanaan kegiatan
dalam periode pelaporan sehingga memudahkan fungsi perencanaan, pengelolaan
dan pengendalian atas seluruh aset dan ekuitas dana Pemerintah Daerah untuk
kepentingan masyarakat.
3. Transparansi
Memberikan informasi keuangan yang terbuka dan jujur kepada masyarakat
berdasarkan pertimbangan bahwa masyarakat memiliki hak untuk mengetahui
secara terbuka dan menyeluruh atas pertanggungjawaban Pemerintah Daerah
dalam pengelolaan sumber daya yang dipercayakan kepadanya dan ketaatannya
pada peraturan perundang-undangan.
4. Keseimbangan Antargenerasi (Intergenerationalequity).
Membantu para pengguna laporan untuk mengetahui apakah penerimaan
Pemerintah Daerah pada periode laporan cukup untuk membiayai seluruh
pengeluaran yang dialokasikan dan apakah generasi yang akan datang
diasumsikan akan ikut menanggung beban pengeluaran tersebut.
5. Evaluasi Kinerja
Mengevaluasi kinerja entitas pelaporan, terutama dalam penggunaan sumber daya
ekonomi yang dikelola pemerintah untuk mencapai kinerja yang direncanakan.
Selanjutnya, Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan menyatakan bahwa
Pelaporan keuangan pemerintah seharusnya menyajikan informasi yang bermanfaat bagi
para pengguna dalam menilai akuntabilitas dan membuat keputusan baik keputusan
ekonomi, sosial, maupun politik dengan:
1. Menyediakan informasi tentang sumber, alokasi dan penggunaan sumber daya
keuangan.
2. Menyediakan informasi mengenai kecukupan penerimaan periode berjalan untuk
membiayai seluruh pengeluaran.
3. Menyediakan informasi mengenai jumlah sumber daya ekonomi yang digunakan
dalam kegiatan entitas pelaporan serta hasil-hasil yang telah dicapai.
4. Menyediakan informasi mengenai bagaimana entitas pelaporan mendanai seluruh
kegiatannya dan mencukupi kebutuhan kasnya.

12
5. Menyediakan informasi mengenai posisi keuangan dan kondisi entitas pelaporan
berkaitan dengan sumber-sumber penerimaannya, baik jangka pendek maupun
jangka panjang, termasuk yang berasal dari pungutan pajak dan pinjaman.
6. Menyediakan informasi mengenai perubahan posisi keuangan entitas pelaporan,
apakah mengalami kenaikan atau penurunan, sebagai akibat kegiatan yang
dilakukan selama periode pelaporan.

2.6 Asumsi Dasar Pelaporan Keuangan Pemerintah Daerah


Asumsi dasar dalam pelaporan keuangan di lingkungan pemerintah adalah
anggapan yang diterima sebagai suatu kebenaran tanpa perlu dibuktikan agar standar
akuntansi dapat diterapkan (PP Nomor 71 Tahun 2010). Asumsi dasar pelaporan
keuangan pemerintah terdiri dari:
1. Asumsi kemandirian entitas.
Asumsi kemandirian entitas berarti bahwa setiap unit organisasi dianggap sebagai
unit yang mandiri dan mempunyai kewajiban untuk menyajikan laporan keuangan
sehingga tidak terjadi kekacauan antar unit instansi pemerintah dalam pelaporan
keuangan.
2. Asumsi kesinambungan entitas.
Laporan keuangan disusun dengan asumsi bahwa entitas pelaporan akan berlanjut
keberadaannya.
3. Asumsi keterukuran dalam satuan uang (monetary measurement).
Laporan keuangan entitas pelaporan harus menyajikan setiap kegiatan yang
diasumsikan dapat dinilai dengan satuan uang.

2.7 Karakteristik Kualitatif Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


Karakteristik kualitatif laporan keuangan adalah ukuran-ukuran normatif yang
perlu diwujudkan dalam informasi akuntansi sehingga dapat memenuhi tujuannya.
Keempat karakteristik berikut ini merupakan prasyarat normatif yang diperlukan agar
laporan keuangan pemerintah dapat memenuhi kualitas yang dikehendaki:
1. Relevan (Relevance).

13
Laporan keuangan bisa dikatakan relevan apabila informasi yang termuat di
dalamnya dapat mempengaruhi keputusan pengguna dengan membantu mereka
mengevaluasi peristiwa masa lalu atau masa kini, dan memprediksi masa depan,
serta menegaskan atau mengoreksi hasil evaluasi mereka di masa lalu. Dengan
demikian, informasi laporan keuangan yang relevan dapat dihubungkan dengan
maksud penggunaannya. Informasi yang relevan apabila:
a. Memiliki manfaat umpan balik (feedback value). Informasi
memungkinkan pengguna untuk menegaskan atau mengoreksi ekspektasi
mereka di masa lalu.
b. Memiliki manfaat prediktif (predictive value). Informasi dapat membantu
pengguna untuk memprediksi masa yang akan datang berdasarkan hasil
masa lalu dan kejadian masa kini.
c. Tepat waktu (timeline). Informasi disajikan tepat waktu sehingga dapat
berpengaruh dan berguna dalam pengambilan keputusan.
d. Lengkap (complete). Informasi akuntansi keuangan pemerintah disajikan
secara lengkap mungkin, mencakup semua informasi akuntansi yang dapat
mempengaruhi pengambilan keputusan dengan memperhatikan kendala
yang ada.
2. Andal (Reliable).
Informasi dalam laporan keuangan bebas dari pengertian yang menyesatkan dan
kesalahan material, menyajikan setiap fakta secara jujur, serta dapat diverifikasi.
Informasi yang andal memenuhi karakteristik:
a. Penyajian Jujur (representational faithfulness).
b. Dapat Diverifikasi (verifiability).
c. Netralitas (neutral).
3. Dapat Dibandingkan (Comparable).
Informasi yang termuat dalam laporan keuangan akan lebih berguna jika dapat
dibandingkan dengan laporan keuangan periode sebelumnya atau laporan
keuangan entitas pelaporan lain pada umumnya.
4. Dapat Dipahami (Understandable).

14
Informasi yang disajikan dalam laporan keuangan dapat dipahami oleh pengguna
dan dinyatakan dalam bentuk serta istilah yang disesuaikan dengan batas
pemahaman para pengguna.

2.8 Kendala Informasi yang Rekevan dan Andal


Kendala informasi akuntansi dan laporan keuangan adalah setiap keadaan yang
tidak memungkinkan terwujudnya kondisi yang ideal dalam mewujudkan informasi
akuntansi dan laporan keuangan yang relevan dan andal akibat keterbatasan (limitations)
atau karena alasan-alasan kepraktisan. Tiga hal yang menimbulkan kendala dalam
informasi akuntansi dan laporan keuangan pemerintah, yaitu:
1. Materialitas
Walaupun idealnya memuat segala informasi, laporan keuangan pemerintah
hanya diharuskan memuat informasi yang memenuhi kriteria materialitas.
Informasi dipandang material apabila kelalaian untuk mencantumkan atau
kesalahan dalam mencatat informasi tersebut dapat mempengaruhi keputusan
ekonomi pengguna yang diambil atas dasar laporan keuangan.
2. Pertimbangan biaya dan manfaat
Manfaat yang dihasilkan informasi seharusnya melebihi biaya penyusunannya.
Oleh karena itu, laporan keuangan pemerintah tidak semestinya menyajikan
segala informasi yang manfaatnya lebih kecil dari biaya penyusunannya. Namun
demikian, evaluasi biaya dan manfaat merupakan proses pertimbangan yang
substansial. Biaya itu juga tidak harus dipikul oleh pengguna informasi yang
menikmati manfaat. Manfaat mungkin juga dinikmati oleh pengguna lain di
samping mereka yang menjadi tujuan informasi, misalnya penyediaan informasi
lanjutan kepada kreditor mungkin akan mengurangi biaya yang dipikul oleh suatu
entitas pelaporan.
3. Keseimbangan antar karakteristik kualitatif
Keseimbangan antar karakteristik kualitatif diperlukan untuk mencapai suatu
keseimbangan yang tepat di antara berbagai tujuan normatif yang diharapkan
dipenuhi oleh laporan keuangan pemerintah. Kepentingan relatif antar
karakteristik dalam berbagai kasus berbeda, terutama antara relevansi dan

15
keandalan. Penentuan tingkat kepentingan antara dua karakteristik kualitatif
tersebut merupakan masalah pertimbangan profesional.

2.9 Elemen Laporan Keuangan Pemerintah Daerah


Kerangka Konseptual Akuntansi Pemerintahan menyatakan bahwa laporan
keuangan (financial statement) pemerintah terdiri dari:
1. Laporan pelaksanaan anggaran (budgetary reports) yang terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA).
Laporan Realisasi Anggaran menyajikan ikhtisar sumber, alokasi, dan
pemakaian sumber daya keuangan yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah, yang menggambarkan perbandingan antara anggaran dan
realisasinya dalam satu periode pelaporan.
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL).
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih menyajikan informasi kenaikan
atau penurunan Saldo Anggaran Lebih tahun pelaporan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
2. Laporan finansial (financial reports) yang terdiri dari:
a. Neraca
Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas pelaporan
(pemerintah pusat/daerah) mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada
tanggal tertentu.
b. Laporan Operasional (LO)
Laporan Operasional menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh pemerintah
pusat/daerah untuk kegiatan penyelenggaraan pemerintahan dalam satu
periode pelaporan.
c. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE)
Laporan Perubahan Ekuitas menyajikan informasi kenaikan atau
penurunan ekuitas suati entitas tahun pelaporan dibandingkan dengan
tahun sebelumnya.
d. Laporan Arus Kas (LAK)

16
Laporan Arus Kas menyajikan informasi kas sehubungan dengan aktivitas
operasi, investasi, pendanaan, dan transitoris yang menggambarkan saldo
awal, penerimaan, pengeluaran, dan saldo akhir kas pemerintah
pusat/daerah selama periode tertentu.
3. Catatan atas Laporan Keuangan (CALK)
Catatan atas Laporan Keuangan (CALK) merupakan laporan yang merinci atau
menjelaskan lebih lanjut atas pos-pos laporan pelaksanaan anggaran maupun
laporan finansial dan merupakan laporan yang tidak terpisahkan dari laporan
pelaksanaan anggaran maupun laporan finansial.
Terdapat hubungan antarjenis laporan keuangan Pemda. Pada laporan
pelaksanaan anggaran, terdapat keterkaitan antara Laporan Realisasi Anggaran (LRA)
dan Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (LPSAL) seperti pada gambar berikut ini:

Ilustrasi hubungan LRA dan LPSAL tersebut di atas dapat dijelaskan bahwa
misalnya diperoleh saldo total pendapatan LRA sebesar Rp. 12.500.000.000 dan belanja
Rp. 10.250.000.000, maka dapat dihitung surplus LRA sebesar Rp. 2.250.000.000. Jika
pembiayaan neto merupakan penerimaan pembiayaan dikurangi pengeluaran pembiayaan
sebesar minus Rp. 1.250.000.000, maka diperoleh Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran
Tahun Berjalan (SILPA) sebesar Rp. 1.000.000.000. SILPA tahun berjalan ini akan
masuk ke dalam LPSAL sebagai penambah saldo awal SAL sebesar Rp. 500.000.000
sehingga diperoleh SAL akhir sebesar Rp. 1.500.000.000.
Selanjutnya, pada laporan pelaksanaan finansial, terdapat keterkaitan antara
Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan Neraca seperti pada
gambar berikut ini:

17
Ilustrasi hubungan LO dan LPE dan Neraca tersebut di atas dapat dijelaskan
bahwa misalnya dalam Laporan Operasional diketahui total Pendapatan LO sebesar Rp.
12.750.000.000 dan beban Rp. 10.350.000.000 maka dapat diperoleh Surplus LO sebesar
Rp. 2.400.000.000. Surplus LO ini akan masuk ke dalam Laporan Perubahan Ekuitas
sebagai penambah Ekuitas Awal sebesar Rp. 21.500.000.000 sehingga diperoleh Ekuitas
Akhir sebesar Rp. 23.900.000.000. Ekuitas Akhir ini akan menjadi bagian dari Neraca.
Laporan arus kas (LAK) juga mempunyai keterkaitan dengan LRA dan Neraca. Saldo
kas dalam LAK harus sama dengan saldo SILPA dalam LRA dan saldo kas yang ada di
akun aset dalam Neraca.

18
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Sistem Akuntansi Pemerintah daerah adalah serangkaian prosedur manual
maupun yang terkomputerisasi mulai dari pengumpulan data, pencatatan, pengikhtisaran
sampai dengan pelaporan posisi keuangan dan operasi keuangan Pemerintah Daerah.
Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) terdiri atas: (1) Sistem Akuntansi Pejabat
Pengelola Keuangan Daerah (PPKD), dan (2) Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat
Daerah (SKPD).
SKPKD seperti SKPD pada umumnya, merupakan entitas akuntansi yang
bertugas menyusun 5 (lima) jenis laporan keuangan yaitu Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Neraca, Laporan Operasional (LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), dan
Catatan atas Laporan Keuangan (CALK). Sedangkan PPKD merupakan Sistem akuntansi
konsolidator Pemda yang bertugas menggabungkan/ mengkonsolidasikan seluruh laporan
keuangan SKPD dan PPKD sehingga tersusun 7 (tujuh) jenis laporan keuangan
pemerintah daerah sebagai entitas pelaporan yang meliputi Laporan Realisasi Anggaran
(LRA), Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (SAL), Neraca, Laporan Operasional
(LO), Laporan Perubahan Ekuitas (LPE), Laporan Arus Kas (LAK), dan Catatan atas
Laporan Keuangan (CALK).

19
DAFTAR PUSTAKA
Anto, L. 2019. Akuntansi Keuangan Daerah: Konsep, Teori dan Aplikasi. Cetakan Pertama.
Kendari: AA-DZ Grafika.

Mahmudi. 2011. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: UII press

Mardiasmo. 2002. Otonomi dan Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta: Andi

20

Anda mungkin juga menyukai