Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas individu pada Akuntansi
Keuangan Menengah 1 program studi Manajemen semester 3 stie yapi bone oleh
dosen pengampu bapak Muhammad Idrus S.E.,M.M.
Oleh :
NUR MAHARANI
2211082020
TAHUN AJARAN
2022 / 2023
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................1
Kesimpulan ....................................................................................................16
Saran .............................................................................................................16
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat
serta karunia-Nya kepada kami sehingga dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini
dalam bentuk maupun isinya yang sangat sederhana. Semoga makalah ini dapat
dipergunakan sebagai salah satu acuan, petunjuk maupun pedoman bagi pembaca
dalam penulisan selanjutnya.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun kami harapkan demi
kesempurnaan makalah ini.
Akhir kata, kami sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah
berperan dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir. Semoga Allah SWT
senantiasa meridhai segala usaha kita. Amin.
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pihak-pihak eksternal entitas pemda yang memerlukan informasi yang dihasilkan oleh
akuntansi keuangan daerah tersebut antara lain adalah Dewan Perwakilan Rakyat
Daerah (DPRD); badan pengawas keuangan; investor, kreditur, dan donatur; analisis
ekonomi dan pemerhati pemda; rakyat; pemda lain; dan pemerintah pusat yang
seluruhnya berada dalam lingkungan akuntansi keuangan daerah.
5. Tujuan
BAB II
1. SISTEM PENCATATAN
Pada organisasi pemda, laporan keuangan yang dikehendaki diatur oleh Peraturan
Pemerintah (PP) Nomor 105 Tahun 2000 serta Keputusan Menteri Dalam Negeri
(Kepmendagri) Nomor 29 Tahun 2002 Pasal 81 ayat (1) dan lampiran XXIX butir (11).
Peraturan tersebut diperbarui dengan PP Nomor 24 Tahun 2005 mengenai Standar
Akuntansi Pemerintah, PP Nomor 58 Tahun 2005 mengenai Pengelolaan Keuangan
Daerah, dan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2006.
Laporan keuangan tersebut adalah:
Terdapat beberapa macam sistem pencatatan yang dapat digunakan, yaitu sistem
pencatatan single entry, double entry, dan triple entry. Pembukuan hanya
menggunakan sistem pencataan single entry, sedangkan akuntansi dapat
menggunakan ketiga sistem pencatatan tersebut. Dengan begitu dapat dikatakan
bahwa pembukuan merupakan bagian dari akuntansi.
Single Entry
Sering juga disebut dengan sistem tata buku tunggal atau tata buku. Dalam sistem ini,
pencatatan transaksi ekonomi dilakukan dengan mencatatnya satu kali. Transaksi yang
berakibat bertambahnya kas akan dicatat pada sisi Penerimaan dan transaksi yang
berakibat berkurangnya kas akan dicatat pada sisi Pengeluaran.
Adapun kelebihan dari pencatatan single entry adalah sederhana dan mudah dipahami.
Namun, sistem ini memiliki kelemahan, antara lain dalam menemukan kesalahan
pembukuan yang terjadi, dan sulit dikontrol.
Double Entry
Sering juga disebut sebagai sistem tata buku berpasangan. Menurut sistem ini, pada
dasarnya suatu transaksi ekonomi akan dicatat dua kali. Pencatatan dengan sistem ini
disebut dengan istilah menjurnal. Dalam pencatatan tersebut, sisi Debit berada di
sebelah kiri sedangkan sisi Kredit berada di sebelah kanan. Setiap pencatatan harus
menjaga keseimbangan persamaan dasar akuntansi. Persamaan dasar akuntansi
merupakan alat bantu untuk memahami sistem pencatatan ini. Persamaan dasar
akuntansi tersebut berbentuk sebagai berikut:
Hal yang sebaliknya dilakukan untuk utang, ekuitas dana, dan pendapatan. Apabila
suatu transaksi mengakibatkan bertambahnya utang, maka pencatatan akan dilakukan
pada sisi kredit, sedangkan jika mengakibatkan berkurangnya utang, maka pencatatan
dilakukan pada sisi debit. Hal serupa ini dilakukan untuk ekuitas dana dan pendapatan.
Triple Entry
1. DASAR AKUNTANSI
Setelah memahami sistem pencatatan masih terdapat satu hal lagi yang penting dalam
proses pencatatan. Hal tersebut adalah masalah pengakuan ( recognition ). Oleh
karena Standar Akuntansi Pemerintah (SAP) telah ditetapkan dalam PP Nomor 24
Tahun 2005, maka Standar Akuntansi Keuangan Daerah pun mengikuti aturan
tersebut.
Dari kedua definisi diatas dapat disimpulkan bahwa secara sederhana pengakuan
adalah penetapan kapan suatu transaksi dicatat. Untuk menentukan kapan suatu
transaksi dicatat digunakan berbagai basis / dasar akuntansi atau sistem pencatatan.
Basis/dasar akuntansi atau suatu sistem pecatatan adalah himpunan dari standar
standar akuntansi yang menetapkan kapan dampak keuangan dari transaksi dan
peristiwa lainnya harus diakui untuk tujuan pelaporan ( Partono, 2001:16 ). Basis-basis
tersebut berkaitan dengan penetaapaan waktu ( timing ) atas pengukuran yang
dilakukan, terlepas dari sifat pengukuran tersebut. Berbagai basis atau dasar akuntansi
atau sistem pencatatan tersebut antara lain adalah :
1. Basis kas
Basis kas ( cash basis ) menetapkan pengukuran atau pencatatan transaksi ekonomi
hanya dilakukan apabila transaksi tersebut menimbulkan perubahan pada kas. Apabila
transaksi tersebut belum menimbulkan perubahan pada kas maka transaksi tersebut
tidak dicatat. Contohnya adalah SP2D biaya perjalan dinas yang diterbitkan pada
tanggal 1 Januari 2006 dan diterima oleh bendahara pngeluaran pada tanggal 5
Februari 2006, maka oleh bendahara pengeluaran, transaksi tersebut baru dicatat pad
tanggal 5 Februari 2006, yaitu pada saat pertanggungjawaban. Secara akuntansi,
pengeluaran tersebut seharusnya diakui ( dicatat ) pada tanggal 1 Januari 2006 bukan
pada saat pertanggungjawaban.
2. Basis akrual
Basis akrual ( acrual basis ) adalah dasar akuntansi yang mengakui transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat transaksi dan peristiwa tersebut terjadi ( dan bukan hanya
pada saat kas atau setara kas diterima atau dibayar ). Oleh karena itu, transaksi-
transaksi dan peristiwa-peristiwa dicatat dalam catatan akuntansi dan diakui dalam
laporan keuangan periode terjadinya. Untuk contoh di atas, transaksi tersebut akan
dicatat pada tanggal 1 Januari 2006 dengan mendebit biaya perjalan dinas dan
mengkredit kas sebesar yang tercantum dalam SP2D tersebut. Basis akrual telah
ditetapkan dalam SAP dan dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006 untuk Pemda.
Sehingga seluruh Pemda di Indonesia sudah harus menerapkan mulai tahun 2007.
Basis atau dasar kas modifikasian merupakan kombinasi dasar kas dengan
dasar akrual
Transaksi penerimaan atau pengeluaran kas dibukukan ( dicatat atau dijurnal )
pada saat uang diterima atau dibayar ( dasar kas ). Pada akhir periode dilakukan
penyesuaian untuk mengakui transaksi dan kejadian dalam periode berjalan
meskipun pengeluaran atau penerimaan kas dari transaksi dan kejadian
dimaksud belum terealisasi.
Jadi penerapan basis akuntansi ini menuntut bendahara pengeluaran mencatat
transaksi dengan basis kas selama tahun anggaran dan melakukan penyesuaian pada
akhir tahun anggaran berdasarkan basis akrual.
Untuk contoh di atas jika SP2D tersebut berjumlah Rp 500.000,00 dan pada tanggal 5
Februari 2006 ternyata dapat dipertanggungjawabkan sejumlah Rp 475.000,00
( terdapat sisa Rp 25.000,00 ), maka PPK SKPD akan menjurnal transaksi tersebut
sebagai berikut:
JURNAL UMUM
b) Bila dicatat pada Jurnal Penerimaan Kas dan Jurnal Pengeluaran Kas.
Bila digunakan jurnal penerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas, maka pada akhir
tahun anggaran dilakukan penyesuaian pada jurnal umum sebagai mana pada butir (a)
di atas yaitu dengan mendebit rekening kas dan mengkredit rekening biaya perjalanan
dinas sebesar Rp.25.000,00
Pada contoh diatas ,tiga bulan setelah penerbitan SKPD,piutang pajak tersebut dihapus
karena belum dilunasi.
1. SIKLUS AKUNTANSI
Akuntansi adalah suatu system, yaitu suatu kesatuan yang terdiri atas subsistem-
subsistem atau kesatuan lebih kecil yang saling berhubungan dan mempunyai tujuan
tertentu. Suatu system mengolah input menjadi output. Input system akuntansi adalah
bukti-bukti transaksi dalam bentuk dokumen atau formulir. Outputnya adalah laporan
keuangan. Dalam proses akuntansi, terdapat beberapa catatan yang dibuat, yaitu
jurnal, buku besar, dan buku pembantu. Apabila digambarkan, system akuntansi
tersebut akan tampak seperti yang ditunjukkan pada tampilan berikut.
System akuntansi keuangan daerah memiliki contoh input berupa bukti memorial, surat
tanda setoran, dan surat perintah pencairan dana. Proses system akuntansi keuangan
daerah dilakukan dilakukan dengan menggunakan catatan seperti buku jurnal umum,
buku jurnal penerimaan kas, buku jurnal pengeluaran kas, buku besar, dan buku besar
pembantu. Output system akuntansi keuangan daerah berupa laporan keuangan yang
meliputi laporan realisasi anggaran, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan
keuangan (Permendagri Nomor 13 tahun 2006 pasal 232)
System akuntansi diatas dapat dijelaskan secara rinci melalui siklus akuntansi, yaitu
tahap-tahap yang terdapat dalam system akuntansi, seperti (Sugiri, 2001: 13) :
Analisis Transaksi
Untuk dapat memahami yang dimaksud dengan analisis transaksi, terlebih dahulu akan
diulang kembali penjelasan tentang “system (tata buku) berpasangan” dan “persamaan
dasar akuntansi”. Akuntansi menggunakan system pencatatan berpasangan (double
entry system). Sebagai contoh, pemda mengeluarkan kas untuk membayar sewa
garasi. Terhadap transaksi ini, akuntansi mencatat tidak hanya “pengeluaran kas,”
tetapi juga “tujuan dikeluarkannya” kas tersebut. Analisis transaksi juga tunduk pada
system berpasangan tersebut. Untuk memahami analisis transaksi demikian, kita akan
menggunakan alat bantu “persamaan dasar akuntansi”.
Pada saat pembentukan suatu entitas, para pemilik menyetorkan sejumlah uang atau
barang pada entitas tersebut. Kontribusi para pemilik menyebabkan entitas tersebut
memiliki harta atau aktiva. Kesepakatan akuntansi menghendaki kontribusi para pemilik
(dalam hal ini rakyat) secara nyata menjadi aktiva pemda yang dipisahkan dari
kekayaan pemiliknya, yaitu rakyat. Kesepakatan akuntansi menghendaki pula
pencatatan yang jelas di mana aktiva pemda diperoleh. Sumber diperolehnya aktiva
dicatat pada sisi yang bersebrangan dengan sisi pencatatan aktiva pemda, sehingga
selalu terpelihara keseimbangan antara aktiva dan sumbernya.
AKTIVA = PASIVA
Dalam perjalanan hidup selanjutnya, bisa jadi pemda menerima aktiva dari para pihak
kreditur. Jadi, terdapat dua pihak yang menjadi sumber diperolehnya aktiva, yaitu
pemilik (rakyat) dan kreditur. Agar dapat dibedakan dengan jelas antara hak pemilik dan
hak kreditur, maka hak para kreditur disebut utang atau kewajiban sedangkan hak para
pemilik (rakyat) disebut ekuitas dana. Dengan demikian, persamaan akuntansinya
menjadi:
Jadi, aktiva adalah sumber-sumber ekonomi yang dikuasai oleh suatu entitas dan
masih memberikan kemanfaatan di masa yang akan datang. Utang merupakan
pengorbanan-pengorbanan ekonomi untuk menyerahkan aktiva atau jasa kepada
entitas lain di masa yang akan datang. Ekuitas dana adalah hak residu atas aktiva
setelah dikurangi utang.
Jika entitas berupa perusahaan, maka dalam rangka mencari laba perusahaan menjual
produknya (barang atau jasa). Aktivitas penjualan barang atau penyerahan jasa akan
diikuti dengan penerimaan aktiva, baik berupa uang maupun piutang. Dalam konteks
keuangan daerah, pemda juga menerima aktiva. Contoh pendapatan pemda adalah
pendapatan asli daerah (PAD) dan dana perimbangan. Jadi, pendapatan adalah semua
penerimaan daerah dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang mempengaruhi
kekayaan daerah.
Disamping itu, jika entitas berupa perusahaan, dalam rangka mencari laba, perusahaan
perlu mengeluarkan harta/aktivanya untuk membiayai berbagai pengeluaran, yang
disebut dengan biaya. Jadi, biaya adalah semua pengorbanaan ekonomi yang
dikeluarkan untuk memperoleh pendapatan. Pemda, sebagai suatu entitas, juga
melakukan pengorbanan ekonomi, baik untuk melaksanakan pelayanan public maupun
melaksanakan kegiatan-kegiatan lainya. Pengorbanan ekonomi tersebut disebut
dengan belanja. Jadi, belanja adalah semua pengeluaran pemda pada suatu periode
anggaran. Contohnya biaya atau belanja tersebut adalah belanja pegawai, belanja
bunga, belanja bagi hasil dan bantuan keuangan, dan belanja tak terduga.
Baik pendapatan maupun biaya atau belanja akan menyebabkan perubahan pada
ekuitas dana. Pendapatan pemda akan menyebabkan naiknya ekuitas dana,
sedangkan biaya atau belanja akan menurunkan ekuitas dana. Dengan adanya
pendapatan dan biaya atau belanja tersebut, maka persamaan dasar akuntansi di asta
menjadi:
Atau, jika rekening biaya dipindah ke ruas kiri sebelum tanda sama dengan, maka
persamaan akuntansi dasar di atas akan menjadi
Jurnal Transaksi
Penjurnalan adalah prosedur pencatatan transaksi keuangan pada buku jurnal. Jurnal
dibedakan menjadi dua yaitu jurnal umum dan jurnal khusus. Jurnal umum adalah jurnal
yang digunakan untuk mencatat semua jenis transaksi, sedangkan jurnal khusus adalah
jurnal yang digunakan untuk mencatat hanya satu jenis transaksi.
Berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, buku jurnal yang digunakan dalam
akuntansi keuangan daerah meliputi buku jurnal penerimaan kas, buku jurnal
pengeluaran kas, dan buku jurnal umum.
Transaksi keuangan pertama kali dicatat dalam buku jurnal, kemudian diringkas dalam
“Buku Besar”. Buku besar adalah sebuah buku yang berisi kumpulan rekening
perkiraan/akun. Rekening-rekening digunakan untuk mencatat secara terpisah
pendapatan, belanja, pembiayaan, aset, kewajiban, dan ekuitas dana.
Proses memasukkan rekening-rekening dari jurnal ke dalam buku besar inilah yang
disebut dengan posting. Dalam Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, pemerintah telah
menetapkan format-format jurnal umum, jurnal penerimaan kas, jurnal pengeluaran kas,
buku besar, buku besar pembantu, dan neraca. Oleh karena itu, semua pemda wajib
mengikuti format tersebut.
Neraca Saldo
Prosedur penjurnalan dan posting dilakukan selama satu periode akuntansi. Prosedur
berikutnya adalah penyusunan neraca saldo pada akhir periode akuntansi. Neraca
saldo adalah daftar rekening-rekening beserta saldo yang menyertainya. Neraca saldo
yang benar menuntut kesamaan keseluruhan jumlah pendebitan dengan keseluruhan
jumlah pengkreditan. Neraca saldo akan benar jika proses pemindahan transaksi dari
jurnal ke rekening juga benar.
Jurnal Penyesuaian
3. Melaporkan dengan akurat nilai aktiva pada tanggal neraca. Sebagian nilai aktiva
pada awal periode telah terpakai selama satu periode akuntansi yang dilaporkan.
4. Melaporkan secara akurat kewajiban (utang) pada tanggal neraca. Dalam hal ini
pembiayaan sebenarnya sudah terjadi, tetapi belum dibayar.
Laporan Keuangan
Berdasarkan PasaL 232 dari Permendagri Nomor 13 Tahun 2006, laporan keuangan
pemda terdiri atas:
Jurnal Penutup
Proses penutupan rekening temporer terdiri atas tiga tahap; tahap pertama menutup
rekening pendapatan ke rekening ikhtisar surplus defisit atau surplus/defisit, tahap
kedua menutup rekening belanja ke rekening ikhtisar surplus defisit atau surplus/defisit,
dan tahap ketiga menutup rekening ikhtisar surplus defisit ke rekening ekuitas dana
atau R/K Pemda.
Tahap terakhir dari siklus akuntansi adalah penyusunan neraca saldo setelah
penutupan. Seperti halnya neraca saldo yang lain, neraca saldo setelah tutup buku juga
berisi ringkasan saldo rekening-rekening, hanya saja saldo tersebut adalah setelah
pembuatan jurnal penutup. Karena proses penutupan rekening temporer mentransfer
saldo rekening-rekening pendapatan dan biaya ke rekening ekuitas dana, maka dalam
neraca saldo setelah tutup buku tidak akan dijumpai rekening-rekening temporer
tersebut. Kalaupun ada, saldonya akan bernilai nol.
Dengan disusunnya neraca saldo setelah tutup buku ini, akan tampak bahwa rekening-
rekening pemda atau satuan kerja sudah siap untuk digunakan kembali pada periode
akuntansi berikutnya. Rekening-rekening nominal sudah kembali nol, sedangkan
rekening-rekening riil menyajikan jumlah yang benar-benar menjadi aset/aktiva, utang,
dan ekuitas dana atau rekening koran pemda.
Pada dasarnya siklus akuntansi keuangan daerah mengikuti siklus akuntansi yang telah
dijelaskan diatas. Perbedaan yang ada adalah pada proses penyusunan laporan
keuangan pemda. Setelah menyusun neraca saldo setelah penyesuaian, dapat disusun
laporan perhitungan APBD. Namun demikian, untuk lebih mempermudah penyusunan
laporan keuangan yang lain, yaitu Laporan Perubahan Ekuitas Dana atau R/K Pemda,
laporan Aliran Kas dan Neraca, biasanya terlebih dahulu dilakukan proses tutup buku
dengan membuat jurnal penutup. Kemudian, setelah jurnal penutup itu diposting,
barulah disusun ketiga laporan dimaksud. Selain itu, perlu diketahui bahwa siklus
tersebut didasari pula dengan konsep artikulasi. Sebenarnya, sangat mungkin dalam
lingkup sektor public ini diterapkan konsep nonartikulasi, mulai dari proses dan siklus
akuntansi hingga tersusunnya laporan keuangan.
Prosedur akuntansi penerimaan kas meliputi serangkaian proses, baik manual maupun
terkomputerisasi, mulai dari pencatatan, penggolongan, dan peringkasan transaksi
dan/atau kejadian keuangan, hingga pelaporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang berkaitan dengan penerimaan kas pada
SKPD dan/atau SKPKD.
1. Fungsi terkait
Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi penerimaan kas pada SKPD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
7. Bukti Transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer penerimaan daerah.
8. Nota kredit bank, dokumen atau bukti dari bank yang menunjukkkan adanya
transfer uang masuk ke rekening kas.
10. Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk memosting semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal
penerimaan kas ke buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban ekuitas
dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
11. Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun
buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.
2.) Neraca
2.) Neraca
1. Fungsi terkait
Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi pengeluaran kas pada SKPD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada PPK-SKPD, sedangkan pada SKPKD
dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
6. SP2D, merupakan dokumen yang diterbitkan oleh BUD atau Kuasa BUD untuk
mencairkan uang pada bank yang telah ditunjuk.
7. Bukti transfer, merupakan dokumen atau bukti atas transfer pengeluaran daerah.
8. Nota debit bank, merupakan dokumen atas bukti dari bank yang menunjukkan
adanya transfer uang keluar dari rekening kas umum daerah.
10. Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
untuk memosting semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal
pengeluaran kas ke buku besar untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas
dana, pendapatan, belanja, dan pembiayaan.
11. Buku besar pembantu, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang berisi rincian akun
buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.
2.) Neraca
2.) Neraca
Prosedur akuntansi selain kas meliputi transaksi dan/atau kejadian yang berupa:
3. Penerimaan hibah selain kas yang merupakan penerimaan sumber ekonomi non
kas yang bukan merupakan pelaksanaan APBD, tetapi mengandung
konsekuensi ekonomi bagi pemda.
4. Pembelian secara kredit yang merupakan transaksi pembelian aset tetap yang
pembayarannya dilakukan di masa yang akan datang.
Fungsi yang terkait dalam prosedur akuntansi selain kas pada SKPD dilaksanakan oleh
fungsi akuntansi pada PPK-SKPD. Sedangkan, pada SKPKD dilaksanakan oleh fungsi
akuntansi pada SKPKD.
11. Buku jurnal umum, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi
akuntansi pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD untuk
mencatat dan menggolongkan semua transaksi dan/atau kejadian yang tidak
dicatat dalam jurnal enerimaan kas dan jurnal pengeluaran kas.
12. Buku besar, merupakan catatan yang diselenggarakan oleh fungsi akuntansi
pada PPK-SKPD dan/atau fungsi akuntansi pada SKPKD untuk memposting
semua transaksi atau kejadian selain kas dari jurnal umum ke dalam buku besar
untuk setiap rekening aset, kewajiban, ekuitas dana, pendapatan, belanja, dan
pembiayaan.
13. Buku besar pembantu, untuk mencatat semua transaksi atau kejadian yang
berisi rincian akun buku besar untuk setiap rekening yang dianggap perlu.
2.) Neraca
2.) Neraca
1. Prosedur akuntansi aset pada SKPD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada
PPK-SKPD serta pejabat, pengurus, dan penyimpan barang. Sedangkan pada
SKPKD dilaksanakan oleh fungsi akuntansi pada SKPKD.
2. Bukti transaksi dan/atau kejadian akuntansi aset terdiri atas:
6. Setiap akhir periode, semua buku besar ditutup sebagai dasar penyusunan
laporan keuangan SKPD dan/atau SKPKD.
BAB III
PENUTUP
Dalam akuntansi, dikenal suatu istilah proses pengakuan, yaitu penentuan saat
dicatatnya suatu transaksi. Terdapat dua dasar pengakuan yang pokok, yaitu dasar kas
dan dasar akrual. Antara dua dasar tersebut terdapat dasar pengakuan yang
merupakan transisi, yaitu dasar kas modofikasian dan dasar akrual modofikasian. Basis
akrual menuntut dilakukannya pencatatan saat transaksi dilakukan. Basis inilah yang
digariskan oleh Pasal 70 UU Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Namun demikian, basis yang paling tepat diterapkan dalam akuntansi keuangan daerah
saat ini adalah basis kas modifikasian, di mana menurut basis ini, selama tahun
anggaran berjalan, pencatatan dilakukan dengan dasar kas, sedang pada akhir tahun
anggaran dilakukan penyesuaian sesuai dengan dasar akrual. Basis ini paling teat
digunakan pada kondisi negara saat ini mengingat pemda telah terbiasa menggunakan
basis kas dalam tata bukunya sehingga perlu proses pembelajaran dan pentahapan
dalam usaha penerapan basis akrual melalui penggunaan basis kas modifikasian.
Akuntansi adalah suatu sistem, yang tujuannya adalah menghasilkan informasi dalam
bentuk laporan keuangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Laporan keuangan
yang dihasilkan oleh akuntansi keuangan daerah terdiri atas laporan perhitungan
APBD, nota perhitungan APBD, laporan aliran kas, dan neraca. Akuntansi, di samping
merupakan sistem, juga merupakan siklus. Artinya, akuntansi terdiri atas tahap-tahap
tertentu dan setelah selesainya tahap-tahap tersebut, kegiatan berulang kembali seduai
dengan urutan tersebut. Tahap-tahap yang terdapat dalam siklus akuntansi adalah
analisis transaksi, jurnal, posting, neraca saldo, penyesuaian, neraca saldo setelah
penyesuaian, laporan keuangan, penutupan, dan neraca saldo setelah penutupan.
Siklus akuntansi keuangan daerah mengikuti tahap-tahap yang ada dalam siklus
akuntansi tersebut. Perbedaan yang ada adalah pada pembuatan jurnal penutup
sebelum penyusunan laporan perubahan ekuitas dana (R/K Pemda), laporan aliran kas,
dan neraca dengan tujuan mempermudah penyusunan ketiga laporan tersebut.
Sistem Akuntansi Keuangan Pemda berdasarkan Permendagri Nomor 13 Tahun 2006
merupakan suatu sistem yang secara komprehensif mengatur prosedur-prosedur
akuntansi penerimaan dan pengeluaran kas, prosedur akuntansi selain kas, dan
prosedur akuntansi aset. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam setiap prosedur
tersebut adalah fungsi yang terkait, dokumen yang digunakan, laporan yang dihasilkan,
dan uraian teknis prosedur.
DAFTAR PUSTAKA :