Anda di halaman 1dari 17

SISTEM AKUNTANSI PEMERINTAH DAERAH

Disusun Oleh :

Kelompok 4

1. Jomerco (2162201035)
2. Natalia (2162201032)
3. Sherly Anatasia (2162201034)
4. Tetyanka (2162201036)
5. Venny Piuty  (2162201037)
Dosen : Helly Aroza Siregar, S.E., M.AK.

FAKULTAS BISNIS
INSTITUT BISNIS DAN TEKNOLOGI PELITA INDONESIA
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmat dan
nikmatnya sehingga kami dapat menyusun makalah “SISTEM AKUNTANSI
PEMERINTAH DAERAH” dengan sebaik-baiknya dan tepat pada waktunya. Makalah ini
disusun dalam rangka memenuhi tugas Akuntasi Sektor Publik yang diberikan oleh dosen
pembimbing. Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dari
berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini.
Dalam kesempatan ini kami tidak lupa mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya
kepada Ibu Helly Aroza Siregar S.E.,M.Ak. yang memberikan kesempatan untuk menyusun
makalah ini. Tidak lupa pula ucapan terima kasih kepada teman yang telah memberikan saran
perbaikan sehingga makalah ini dapat tersusun dengan baik.
Semoga makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para pembaca. Karena
keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, kami yakin masih banyak kekurangan
dalam makalah ini. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dari pembaca demi kesempurnaan karya tulis ini.

Pekanbaru, 01 Oktober 2022

Kelompok 1

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR...........................................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................................iii
BAB I....................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.......................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..................................................................................................................2
1.3 Manfaat Pembahasan.............................................................................................................2
BAB II...................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN...................................................................................................................................3
2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah....................................................................3
2.2 Tujuan dan Fungsi Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah.......................................................3
2.3 Subsistem Akuntansi Pemerintah Daerah................................................................................4
2.4 Metode Pencatatan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah.......................................................4
2.5 Tahapan Penyusunan SAPD....................................................................................................5
2.6 Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah.......................................................................................5
BAB III................................................................................................................................................14
KESIMPULAN...................................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan............................................................................................................................14

3
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang

Akuntansi keuangan daerah merupakan salah satu bagian penting dari pengelolaan keuangan
daerah yang mencakup keseluruhan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan,
Akuntansi, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan Keuangan daerah. Pengelolaan
keuangan daerah khususnya yang berkenaan dengan akuntansi, pelaporan dan
pertanggungjawaban mengacu pada peraturan perundang-undangan yaitu antara lain :
a. UU Nomor 15 tahun 2004 tentang Pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab
keuangan Negara
b. UU Nomor 32 tahun 2004 tentang pemerintahan daerah.
c. Peraturan Pemerintahan Nomor 24 tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan.
d. Peraturan Pemerintah Nomor 58 tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah.
e. Peraturan Pemerintan Nomor 8 tahun 2006 tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja
Instansi Pemerintah.
f. Peraturan Mentri Dalam Negeri Nomor 13 tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan
Keuangan Daerah.
Untuk menyelenggarakan akuntansi pemerintah daerah, kepala daerah menetapkan Sistem
Akuntansi Pemerintahan Daearh dengan mengacu pada peraturan daerah tentang pokok-pokok
pengelolaan keuangan daerah. Sistem akuntansi pemerintahan daerah disusun dengan berpedoman
pada prinsip pengendalian internentitas pelaporan dan entitas akuntansi yang menyelenggarakan
sistem akuntansi pemerintahan daerah.
SAPD memuat pilihan prosedur dan teknik akuntansi dalam melakukan identifikasi transaksi,
pencatatan pada jurnal, posting kedalam bukubesar, penyusunan neraca saldo serta penyajian
laporan keuangan. Sebagai sebuah pedoman, SAPD menjelaskan siapa yang melakukan sekaligus
menegaskan transaksi apa yang dicatat.
Di samping itu, Sebagai sebuah pedoman, SAPD menjelaskan siapa melakukan apa
sekaligusmenegaskan transaksi apa dicatat bagaimana. Oleh karena itu, langkah-langkah yang
harusdiperhatikan dalam penyusunan SAPD antara lain: mengidentifikasi prosedur,
menentukanpihak-pihak terkait, menentukan dokumen terkait, menentukan jurnal standar, dan
menuangkannya dalam langkah teknis.
Untuk mewujudkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan keuangan pemerintah daerah
(pemda), salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan melalui penyampaian laporan
pertanggungjawaban APBD berupa laporan keuangan yang memenuhi prinsip tepat waktu dan
tepat saji serta disusun sesuai standar akuntansi pemerintahan yang berterima secara umum.
Terdapat beberapa peraturan perundang undangan yang menjadi acuan pengelolaan dan laporan
pertanggungjawaban keuangan daerah. Undang-undang dimaksud adalah Undang-undang Nomor
17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara, Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang
Perbendaharaan Negara, Undang-undang Nomor 15 tahun 2004 tentang
Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggung Jawab Keuangan Negara.

4
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah?
2. Apa Fungsi dan Tujuan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah?
3. Bagaimana Pembagian Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah?
4. Apa saja Metode Pencatatan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah?
5. Bagaimana Penyusunan dan Siklus Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah?
1.3 Manfaat Pembahasan
1. Untuk mengetahui definisi dari Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah.
2. Untuk mengetahui Peran dan Tujuan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah.
3. Untuk mengetahui Pembagian Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah.
4. Untuk mengetahui Apa saja metode Pencatatan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah yang
diterapkan.
5. Mengetahui Bagaimana proses Penyusunan dan Siklus Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD) adalah rangkaian sistematik dari prosedur,
penyelenggara, peralatan, dan elemen lain untuk mewujudkan fungsi akuntansi sejak analisis
transaksi sampai dengan pelaporan keuangan di lingkungan organisasi pemerintahan daerah.
Menurut Abdul Halim dalam bukunya Akuntansi Keuangan Daerah yang diterbitkan pada
tahun 2004 oleh Salemba Empat mendefinisikan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah (SAPD)
adalah sistem akuntansi yang meliputi proses pencatatan, penggolongan, penafsiran, peringkasan
transaksi atau kejadian keuangan serta laporan keuangannya dalam rangka pelaksanaan APBD,
dilaksanakan dalam prinsip-prinsip akuntansi yang berterima umum.
2.2 Tujuan dan Fungsi Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Sistem akuntansi keuangan daerah dibentuk dengan beberapa tujuan. Berikut ini adalah penjelasan
masing-masing dari tujuan tersebut.

 Akuntabilitas

Akuntabilitas merupakan sistem akuntansi pemerintah yang bisa memberikan berbagai informasi
terkait keuangan secara cermat, dalam waktu dan format yang tepat, dan berguna untuk berbagai
pihak yang bertanggung jawab dan memang berkaitan langsung dengan operasi unit pemerintah.

Selain itu, tujuan akuntabilitas ini akan mewajibkan pada tiap pegawai ataupun badan pengelola
keuangan negara untuk harus mampu memberikan tanggung jawab dan perhitungan terhadap laporan
keuangan yang telah dibuatnya.

 Manajerial

Akuntansi daerah akan mampu memberikan beragam informasi keuangan yang dibutuhkan untuk
perencanaan penganggaran, pelaksanaan, pemantauan, pengendalian anggaran, perumusan kebijakan
dan pengambilan keputusan, serta penilaian performa pemerintah.

 Pengawasan

Akuntansi daerah harus mampu menyelenggarakan pemeriksaan oleh para aparat pengawasan
fungsional secara efisien dan juga efektif.

 Menjaga Aset

Sistem akuntansi ini dapat digunakan untuk menjaga aset K/L/PD melalui metode pencatatan,
pemrosesan dan pelaporan keuangan yang dilakukan secara konsisten sesuai dengan standar serta
praktek akuntansi yang mampu diterima secara umum.

 Penyedia Informasi Anggaran dan Keuangan

Sistem akuntansi ini juga berfungsi untuk menyediakan berbagai informasi yang akurat dan juga tepat
waktu terkait anggaran dan kegiatan keuangan K/L/PD, yang selanjutnya akan berguna sebagai dasar

6
pengukuran performa guna menentukan tingkat ketaatan pada pihak otorisasi anggaran dan demi
tujuan akuntabilitas.
Selain itu, sistem akuntansi ini dapat dijadikan sebagai media untuk menyediakan informasi yang
valid tentang kondisi keuangan K/L/PD secara keseluruhan, serta untuk perencanaan pengelolaan dan
pengendalian kegiatan dan keuangan K/L/PD secara efisien.

2.3 Subsistem Akuntansi Pemerintah Daerah

Berdasarkan Permendagri 64 tahun 2013 SAPD terdiri atas :


1. Sistem Akuntansi Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (SA-PPKD)
Pejabat Pengelola Keuangan Daerah (PPKD) adalah Kepala Satuan Kerja Pengelola
Keuangan Daerah yang mempunyai tugas melaksanakan pengelolaan APBD dan bertindak
sebagai bendahara umum daerah.
SA-PPKD terbagi kedalam dua subsistem yang terintegrasi, yaitu:
a. SA-PPKD sebagai pengguna anggaran (entitas akuntansi) yang akan menghasilkan
laporan keuangan PPKD yang terdiri dari LRA, Neraca, dan CaLK.
b. SA-Konsolidator sebagai wakil pemda (entitas pelaporan) yang akan mencatat
transaksi resiprokal antara SKPD dan PPKD (selaku BUD) dan melakukan proses
konsolidasi lapkeu (lapkeu dari seluruh SKPD dan PPKD menjadi lapkeu pemda
yang terdiri dari Laporan Realisai APBD (LRA), Neraca, Lap Arus Kas dan CaLK
Pemda).

2. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat Daerah


Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) adalah perangkat daerah pada pemerintah daerah
selaku pengguna anggaran/pengguna barang. Sistem Akuntansi Satuan Kerja Perangkat
Daerah akan menjadi tanggung jawab para Pejabat Penatausahaan Keuangan SKPD. Seluruh
transaksi-transaksi yang ada di dalam lingkungan satuan kerja harus dicatat dan dilaporkan
pada Bendahara Umum Daerah (BUD).
2.4 Metode Pencatatan Sistem Akuntansi Pemerintah Daerah

a. Single Entry
Pencatatan transaksi ekonomi yang dilakukan dalam sistem ini hanya dilakukan sebanyak satu
kali saja. Transaksi tersebut akan mengakibatkan adanya pemasukan kas yang akan diinput
dalam kolom penerimaan, sedangkan pengurangan kas akan diinput dalam kolom
pengeluaran.
Beberapa kelebihan yang ada pada sistem single entry ini adalah lebih mudah dipahami dan
juga lebih sederhana. Namun, sistem ini masih kurang bagus untuk disajikan dalam bentuk
laporan karena Anda akan kesulitan dalam mencari kesalah pembukuan dan mengontrol
keuangan.
b. Double Entry
Pada prinsipnya, metode pencatatan double entry masih sama dengan metode pencatatan
debit-kredit pada prinsip dasar akuntansi umum. Namun, yang membedakannya adalah rumus
persamaan dasar akuntansi di ruang lingkup akuntansi keuangan daerah. Rumus persamaan
dasar tersebut adalah “belanja + aset = kewajiban + ekuitas + pendapatan”.

Selain itu, pencatatan yang dilakukan dengan metode double entry juga akan memanfaatkan
basis kas modifikasi. Artinya, pencatatan akuntansi hanya dilakukan pada pencatatan yang

7
hanya berkaitan dengan penerimaan dan pengeluaran kas, sedangkan pencatatan yang berasal
dari luar penerimaan dan pengeluaran kas akan diinput pada basis akrual.
c. Triple Entry
Metode pencatatan Triple entry adalah metode yang dikembangkan dari Double entry.
Prinsipnya pun hampir sama dengan double entry yaitu adanya tambahan pencatatan pada
buku anggaran. Sederhananya, ketika pencatatan double entry sedang dilakukan, maka
metode triple entry akan melakukan pencatatan yang dilakukan oleh para PPK SKPD dan
SKPKD.
2.5 Tahapan Penyusunan SAPD

1. Identifikasi prosedur
Tahapan penyusunan sistem akuntansi pemerintah daerah dimulai dari memahami proses
bisnis pada pemerintah daerah khususnya terkait siklus pengelolaan keuangan daerah.
Berdasarkan siklus itulah tim penyusun SAPD mengidentifikasi prosedur-prosedur apa saja
yang harus dibuat.
2. Menentukan pihak-pihak terkait
Setelah prosedur-prosedur teridentifikasi,ditentukan pihak-pihak yang terkaitpada masing-
masing prosedur. Masing-masing pihak memiliki peran tersendiriagar prosedur dapat
menghasilkan output yang diinginkan.
3. Menentukan dokumen terkait
Setelah prosedur dan pihak terkait ditentukan, langkah selanjutnya adalah
mengidentifikasi dokumen-dokumen yang mengalir pada prosedur sekaligus
menentukan pihak-pihak pengguna dokumen tersebut. Dari semua dokumen tersebut
diidentifikasi dokumen mana yang validuntuk dijadikan sebagai dokumen sumber
pencatatan jurnal.
4. Menentukan jurnal standar
Pada setiap prosedur yang telah ditetapkan tim penyusun menelaah SAP dan kebijakan
akuntansi terkait. Berdasarkan penelaahan tersebut tim penyusun menentukan jurnal
debet dan kredit yang akan digunakan untuk mencatat.
5. Menuangkannya dalam langkah teknis
Langkah terakhir dalam penyusunan SAPD ialah menyusun langkah teknis. Langkah teknis
merupakan alur pelaksanaan sistem akuntansi yang menjelaskan pihak-pihak yang
melaksanakan sistem akuntansi, dokumen apa saja yang diperlukan,dan bagaimana
pihak-pihak tersebut memperlakukan dokumen-dokumen yang terkait.Selain itu, diberikan
ilustrasi atau format pencatatan dalam bentuk penjurnalan akuntansi padasetiap baganalur
atau transaksi yang membutuhkan pencatatan.

2.6 Siklus Akuntansi Pemerintah Daerah

Siklus akuntansi merupakan tahapan/langkah-langkah yang harus dilalui dalam penyusunan laporan
keuangan. Langkah-langkah tersebut meliputi 8 Langkah, yaitu:
1. Pencatatan Jurnal LRA dan Saldo Awal di Buku Jurnal
2. Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal
a. Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual, maka digunakan daftar akun
sesuai yang diaturdi Permendagri 64 tahun 2014 yaitu di pasal 7 dan lampiran III mengenai
Bagan Akun Standar (BAS), yaitu dituliskan kode dan nama akun detil sampai level 5 yaitu
rincian objek.
b. Penjurnalan dibedakan menjadi 2:

8
 Jurnal Financial (LO & Neraca): Secara default seluruh transaksi dicatat/ dibuat jurnal
finansialnya (LO & Neraca) dalam buku jurnal dengan melibatkan akun dengan kode awal
1-Aset ,2-Kewajiban,3- Ekuitas serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
 Jurnal Anggaran (LRA): Jika transaksi melibatkan akun dengan kode awal 4-pendapatan
LRA, 5-Belanja, 6-Transfer dan 7-Pembiayaan dan dilakukan secara tunai/melibatkan kas,
maka selain mencatat jurnal finansial juga mencatat jurnal anggaran.
3. Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal Pencatatan penyesuaian dilakukan dengan
membuat jurnal finansial(LO & Neraca) saja yaitu melibatkan akun dengan kode awal 1-
Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas serta 8-Pendapatan LO dan 9-Beban.
4. Posting ke Buku Besar
5. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penyesuaian
6. Penyusunan Laporan Keuangan:

 Laporan Operasional
 Laporan Perubah ekuitas
 Neraca
 Laporan Realisasi Anggaran
7. Pencatatan Jurnal Penutup di Buku Jurnal
8. Penyusunan Neraca Saldo Setelah Penutupan

Adapun urutan langkah-langkah penyusunan laporan keuangan dapat dilihat pada gambar berikut:
Penjelasan :
1. Mencatatat Jurnal Anggaran (LRA) di Buku Jurnal
Pencatatan yang pertama kali dilakukan adalah melakukan pencatatan jurnal anggaran di
Buku Jurnal berdasarkan dokumen DPA SKPD/PPKD.

9
a. Jurnal anggaran (LRA) PPKD

b. Jurnal Anggaran (LRA) SKPD

2. Analisis Transaksi dan Pencatatan Transaksi di Buku Jurnal


a. Menganalisis transaksi adalah proses untuk menentukan suatu transaksi sebagai transaksi keuangan
dan transaksi non keuangan, dan menentukan suatu transaksi berpengaruh terhadap akun apa
berdasarkan bukti pembukuan.
b. Pada saat ini telah ada peraturan teknis yaitu Permendagri No.64 Tahun 2013 tentang Penerapan
Standar Akuntansi Pemerintahan Berbasis Akrual pada Pemerintah Daerah, dengan sistem pencatatan
Double Entry.
c. Guna memudahkan penyusunan laporan keuangan secara manual, maka digunakan daftar akun
sesuai yang diatur di Permendagri 64 tahun 2014 yaitu di pasal 7 dan lampiran III mengenai Bagan
Akun Standar (BAS), yaitu dituliskan kode dan nama akun detil sampai level 5 yaitu rincian objek.
d. Penjurnalan dibedakan menjadi 2:
1). Jurnal Finansial (LO & Neraca):
Secara default seluruh transaksi dicatat/ dibuat jurnal finansialnya dalam buku jurnal dengan
melibatkan akun dengan kode awal 1-Aset ,2-Kewajiban,3-Ekuitas serta 8-Pendapatan LO dan 9-
Beban.
Contoh jurnal finansial (LO & Neraca) SKPD:
a) Contoh jurnal untuk mencatat penerimaan pendapatan.

10
b) Contoh jurnal untuk mencatat beban

c) Contoh jurnal untuk mencatat pembelian aset secara LS

2). Jurnal Anggaran (LRA) :


Jika transaksi melibatkan akun dengan kode awal 4-pendapatan LRA, 5-Belanja, 6-Transfer dan 7-
Pembiayaan dan dilakukan secara tunai/melibatkan kas, maka selain mencatat jurnal finansial juga
mencatat jurnal anggaran. Contoh jurnal anggaran (LRA) SKPD:
a) Contoh jurnal untuk mencatat penerimaan pendapatan.

b) Contoh jurnal untuk mencatat beban

c) Contoh jurnal untuk mencatat pembelian aset secara LS.

11
3. Pencatatan Jurnal Penyesuaian di Buku Jurnal
Tahap selanjutnya dari siklus akuntansi di atas adalah membuat jurnal penyesuaian. Jurnal
penyesuaian ini dibuat dengan tujuan melakukan penyesuaian atas saldo pada akunakun tertentu dan
pengakuan atas transaksi-transaksi yang bersifat akrual. Hal ini untuk memastikan bahwa pendapatan
diakui pada periode diperolehnya pendapatan itu dan beban diakui pada periode terjadinya.
Penyesuaian memungkinkan untuk melaporkan posisi aset, kewajiban, dan ekuitas di neraca pada
tanggal neraca dan untuk melaporkan jumlah surplus atau defisit yang wajar di laporan operasional.
Neraca saldo di atas mungkin belum memuat data laporan keuangan yang upto-date, karena alasan-
alasan berikut.
a. Kejadian-kejadian tertentu, seperti pemakaian bahan pakai habis, tidak dijurnal setiap hari karena
alasan kepraktisan.
b. Beban yang terjadi karena berlalunya waktu, seperti berkurangnya manfaat gedung, persekot sewa
dan asuransi, tidak dijurnal selama periode akuntansi.
c. Beberapa akun, seperti beban listrik, mungkin belum dicatat karena tagihan dari PLN belum
diterima.
Dengan demikian, jurnal penyesuaian disusun untuk tujuan-tujuan berikut:
a. Melaporkan semua pendapatan (¬revenues) yang diperoleh (earned) selama periode akuntansi.
b. Melaporkan semua belanja atau beban yang terjadi selama periode akuntansi.
c. Melaporkan dengan akurat nilai aset pada tanggal neraca.
d. Melaporkan secara akurat kewajiban pada tanggal neraca.
Jurnal penyesuaian hanya dilakukan dengan membuat jurnal finansial saja sebagai implementasi basis
akrual.
Contoh jurnal penyesuaian:

4. Posting ke Buku Besar

12
Buku besar (ledger) atau yang merupakan kumpulan akun-akun digunakan untuk mencatat secara
terpisah aset, kewajiban, ekuitas, pendapatan-LO, beban, pendapatan-LRA, belanja, dan pembiayaan.
Proses posting akun-akun dari jurnal ke buku besar disebut dengan posting. Posting ke buku besar
sekaligus merupakan penggolongan dan peringkasan transaksi sebab tiap-tiap data transaksi dibawa
ke masing-masing akun yang sesuai. Posting dapat dilakukan secara kronologis sebagaimana halnya
penjurnalan, tetapi dapat juga secara periodik (mingguan atau bulanan).
Posting merupakan proses pemindahan informasi, minimal berupa tanggal transaksi dan jumlah
rupiah dalam buku jurnal ke buku besar yang berkaitan untuk masing-masing ayat jurnal. Jumlah
rupiah dalam akun yang dijurnal atau dicatat di buku jurnal di posisi Debit, maka ketika dipindahkan
ke buku besar jumlah rupiah tersebut diletakkan di kolom Debit juga sebesar angka yang sama.
Ada kalanya satu nama akun di jurnal berkali-kali, baik di posisi debit ataupun kredit. Meskipun
dijurnal lebih dari satu kali, buku besar yang akan menampung akun tersebut tetap hanya satu buku
besar. Dengan demikian, dalam buku besar Akun X misalnya, akan terlihat banyak transaksi untuk
Akun X jika di dalam jurnal akun X dijurnal/dicatat berkali-kali.
Ilustrasi proses posting sebagai berikut:

5. Penyusunan Necara Saldo setelah Penyesuaian


Neraca saldo adalah daftar/kumpulan akun beserta saldonya.
Penyusunan Neraca saldo ini dilakukan dengan menuliskan kode dan nama akun beserta saldonya
dalam dalam Neraca saldo dengan saldo debit atau kredit yang sesuai dengan saldo buku besar.
Selanjutnya total kolom debit dan kolom kredit dihitung dan dituliskan di baris paling bawah untuk
menunjukkan kesamaan saldo kolom debit/kredit.
6. Menyusun Laporan Keuangan
Setelah neraca saldo setelah penyesuaian selesai dibuat, selanjutnya disusun laporan keuangan.
Laporan keuangan pokok terdiri dari:
a. Laporan Realisasi Anggaran (LRA);
b. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih (Laporan Perubahan SAL);
c. Laporan Operasional (LO);
d. Laporan Perubahan Ekuitas (LPE);
e. Neraca;
f. Laporan Arus Kas (LAK);

13
g. Catatan atas Laporan Keuangan (CaLK).
Contoh proses penyusunan laporan keuangan:
- Saldo Akun di neraca saldo setelah penyesuaian yang mempunyai kode akun 3 digit depan yang
sama dengan kode akun 3 digit di laporan keuangan, dipindahkan ke laporan keuangan (dalam contoh:
neraca).
- Apabila terdapat lebih dari satu akun yang mempunyai kode akun dengan 3 digit depan sama, maka
yang dipindahkan ke laporan keuangan adalah total penjumlahan saldo-saldonya.
7. Membuat Jurnal Penutup

a
.

Jurnal penutup dilakukan setelah Laporan Keuangan disusun. Jurnal penutup dibuat untuk menihilkan
semua akun nominal atau akun sementara yang dilaporkan dalam LRA dan LO. Hakikatnya jurnal ini
dibuat agar akun-akun sementara tersebut tidak muncul sebagai saldo awal pada tahun berikutnya di
buku besar, karena akun akun tersebut memang hanya untuk mengakumulasi transaksi selama satu
periode.
b. Jurnal penutup meliputi:
1) Jurnal penutup LRA: Yaitu untuk menutup saldo akun-akun LRA.
2) Jurnal penutup LO: untuk menutup saldo akun-akun LO.

14
Contoh Jurnal Penutup di SKPD

Jurnal Penutup LRA

Jurnal Penutup LO

15
8. Menyusun Neraca Saldo Setelah Jurnal Penutupan

Jurnal penutup kemudian diposting ke buku besar. Setelah diposting, saldo di buku besar tersebut
akan bernilai nol atau nihil. Dengan demikian, pada awal tahun berikutnya tidak akan muncul saldo
buku besar bersangkutan. Sehingga dengan demikian, saldo yang ada hanya saldo akun-akun riil yaitu
akun-akun neraca atau persis seperti yang ditunjukkan di laporan keuangan berupa neraca. Format
Neraca Saldo setelah Penutupan sama persis dengan format Neraca Saldo setelah Penyesuaian, hanya
judulnya diganti Neraca Saldo setelah Penutupan dan angka di neraca saldo setelah penutupan
merupakan saldo terakhir setelah posting jurnal penutup.

BAB III

KESIMPULAN
3.1 Kesimpulan

Pada umumnya, siklus akuntansi keuangan daerah masih sama dengan siklus akuntansi pada
umumnya, yang membedakan hanya pada tahapan atau alurnya saja. Pada sistem akuntansi keuangan
daerah, laporan perhitungan APBD dibuat jika penyusunan neraca saldo setelah pengesuaian (NSSP)
telah dilakukan.

Namun, agar bisa lebih memudahkan pembuatan laporan, maka setelah NSSP berhasil dibuat, maka
akan ditutup dengan jurnal penutup agar selanjutnya bisa langsung dibuatkan laporan arus kas,
Perubahan Modal (R/K Pemda) dan Neraca.

16
Berbagai catatan transaksi yang terjadi di dalamnya tentu harus disertakan dengan berbagai dokumen
dan bukti transaksi yang sah agar nantinya bisa diinput ke dalam junal dan buku besar pembantu.

Selanjutnya, bukti transaksi tersebut akan dikategorikan menjadi tiga, yaitu Bukti Pengeluaran, Bukti
Penerimaan Kas, dan Bukti Memorial yang kemudian akan diinput ke jurnal umum.

Tentunya setiap pencatatan transaksi harus disertakan dengan berbagai dokumen dan bukti transaksi
yang valid untuk kemudian bisa diinput ke dalam jurnal dan buku besar pembantu. Bukti transaksi
dibagin menjadi tiga bagian, yaitu Bukti Penerimaan Kas, Bukti Pengeluaran Kas dan Bukti Memorial
yang kemudian dimasukkan ke Jurnal Umum.

Berdasarkan Permendagri No. 12 tahun 2006, ada empat proses yang tersedia dalam sistem akuntansi
pemerintah daerah, yaitu akuntansi pengeluraran kas, selain kas, penerimaan kas, dan aset.

17

Anda mungkin juga menyukai