Anda di halaman 1dari 50

BUPATI BANGGAI KEPULAUAN

PROVINSI SULAWASI TENGAH

RANCANGAN

PERATURAN BUPATI BANGGAI KEPULAUAN


NOMOR … TAHUN …

TENTANG

SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN KEUANGAN


BADAN LAYANAN UMUM DAERAH DI FASILITAS KESEHATAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI BANGGAI KEPULAUAN,

Menimbang : bahwa untuk melaksanakan ketentuan Pasal 64 ayat (3),


Pasal 73, dan Pasal 96 Peraturan Menteri Dalam Negeri
Nomor 79 Tahun 2018 tentang Badan Layanan Umum
Daerah, perlu menetapkan Peraturan Bupati tentang Sitem
dan Prosedur Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
Daerah di Fasilitas Kesehatan Kabupaten Banggai Kepulauan;

Mengingat : 1. Pasal 18 ayat (6) Undang-Undang Dasar Negara Republik


Indonesia Tahun 1945;
2. Undang-Undang Nomor 51 Tahun 1999 tentang
Pembentukan Kabupaten Buol, Kabupaten Morowali dan
Kabupaten Banggai Kepulauan (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 1999 Nomor 179, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 3900),
sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor
11 Tahun 2000 tentang Perubahan atas Undang-Undang
Nomor 51 Tahun 1999 tentang Pembentukan Kabupaten
Boul, Kabupaten Morowali dan Kabupaten Banggai
Kepulauan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2000 Nomor 78, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 3966);
3. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang
Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2014 Nomor 244, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 5587), sebagaimana
telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 6
Tahun 2023 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah
Pengganti Undang-Undang Nomor 2 Tahun 2022 tentang
Cipta Kerja menjadi Undang-Undang (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2022 Nomor 238, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 6841);

1
4. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018
tentang Badan Layanan Umum Daerah (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2018 Nomor 1213);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN BUPATI TENTANG SISTEM DAN PROSEDUR


PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH
DI FASILITAS KESEHATAN.

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksud dengan:
1. Fasilitas Pelayanan Kesehatan adalah tempat yang
digunakan untuk menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan
kepada perseorangan ataupun masyarakat yaitu Rumah
Sakit Umum Daerah, Rumah Sakit Pratama, dan Pusat
Kesehatan Masyarakat milik Pemerintah Daerah.
2. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disingkat
BLUD, adalah BLUD Rumah Sakit Umum Daerah Trikora
Salakan, BLUD Rumah Sakit Pratama Bilabanggai, dan
BLUD Pusat Kesehatan Masyarakat.
3. Pejabat Pengelola BLUD yang selanjutnya disebut Pejabat
Pengelola, adalah Pejabat BLUD yang bertanggung jawab
terhadap kinerja operasional BLUD terdiri atas Pernimpin,
Pejabat Keuangan, dan Pejabat Teknis yang sebutannya
disesuaikan dengan nomenklatur yang berlaku pada
BLUD.
4. Pejabat Keuangan BLUD, yang selanjutnya disebut Pejabat
Keuangan, adalah pengelola BLUD yang mempunyai
fungsi sebagai penanggungjawab keuangan.
5. Pejabat Teknis BLUD, yang selanjutnya disebut Pejabat
Teknis, adalah pengelola BLUD yang mempunyai fungsi
sebagai penanggungjawab kegiatan teknis operasional dan
pelayanan di bidangnya.
6. Kuasa Pengguna Anggaran, yang selanjutnya disingkat
KPA, adalah pejabat yang diberi kuasa untuk
melaksanakan sebagian kewenangan Pengguna Anggaran
dalam melaksanakan sebagian tugas dan fungsi BLUD.
7. Pejabat Penatausahaan Keuangan BLUD, yang selanjutnya
disingkat PPK-BLUD, adalah pejabat yang melaksanakan
fungsi tata usaha keuangan pada BLUD.
8. Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan, yang selanjutnya
disingkat PPTK, adalah pejabat pada BLUD yang
melaksanakan satu atau beberapa kegiatan dari suatu
program sesuai bidang tugasnya.
9. Pejabat Pengelola Keuangan Daerah, yang selanjutnya
disingkat PPKD, adalah Kepala Satuan Kerja Pengelolaan
Keuangan Daerah yang mempunyai tugas melaksanakan
2
pengelolaan APBD dan bertindak sebagai Bendahara
Umum Daerah.
10. Bendahara Penerimaan adalah pejabat yang ditunjuk
untuk menerima, menyimpan, menyetorkan,
menatausahakan, dan mempertanggungjawabkan
pendapatan BLUD yang diterimanya.
11. Bendahara Pengeluaran adalah pejabat fungsional yang
ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan dan mempertanggungjawabkan
anggaran belanja dan/atau pengeluaran pernbiayaan pada
BLUD.
12. Bendahara Pengeluaran Pembantu adalah pejabat yang
ditunjuk untuk menerima, menyimpan, membayarkan,
menatausahakan dan mempertanggungjawabkan uang
keperluan belanja BLUD dalam rangka pelaksanaan
anggaran BLUD.
13. Penatausahaan Keuangan adalah sistem yang digunakan
untuk melakukan pencatatan seluruh transaksi keuangan
baik penerimaan maupun pengeluaran uang dalam 1
(satu) tahun anggaran.
14. Pendapatan BLUD adalah semua penerimaan dalam
bentuk kas dan tagihan BLUD yang menambah ekuitas
dana lancar dalam periode anggaran bersangkutan yang
tidak perlu dibayar kembali.
15. Belanja BLUD adalah semua pengeluaran dari rekening
kas BLUD yang mengurangi ekuitas dana lancar dalam
periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan
diperoleh pernbayarannya kembali oleh BLUD.
16. Pembiayaan BLUD adalah setiap penerimaan yang perlu
dibayar kernbali dan/atau pengeluaran yang akan
diterima kembali, baik pada tahun anggaran berkenaan
maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya.
17. Investasi adalah penggunaan aset untuk memperoleh
manfaat ekonomis yang dapat meningkatkan kemampuan
BLUD dalam rangka pelayanan kepada masyarakat.
18. Rekening Kas BLUD adalah tempat penyimpanan uang
BLUD pada bank yang ditunjuk oleh Bupati.
19. Rencana Bisnis dan Anggaran BLUD, yang selanjutnya
disingkat RBA, adalah dokumen rencana anggaran
tahunan BLUD, yang disusun dan disajikan sebagai
bahan penyusunan rencana kerja dan anggaran BLUD.
20. Rencana Kerja dan Anggaran SKPD, yang selanjutnya
disingkat RKA, adalah dokumen perencanaan dan
penganggaran yang berisi rencana pendapatan, rencana
belanja program dan kegiatan SKPD serta rencana
pembiayaan sebagai dasar penyusunan APBD.
21. Dokumen Bisnis dan Anggaran BLUD, yang selanjutnya
disingkat DBA, adalah dokumen yang sudah ditanda
tangani oleh Pemimpin BLUD setelah menyesuaikan RBA
berdasarkan hasil evaluasi Tim Anggaran Pernerintah

3
Daerah dan menjadi dasar pelaksanaan anggaran yang
bersumber dari dana BLUD.
22. Dokumen Pelaksanaan Anggaran, yang selanjutnya
disingkat DPA, adalah dokumen yang memuat
pendapatan, belanja dan pembiayaan yang digunakan
sebagai dasar pelaksanaan anggaran.
23. Rencana Strategis, yang selanjutnya disebut Renstra,
adalah dokumen perencanaan BLUD untuk periode 5
(lima) tahunan.
24. Standar Pelayanan Minimal adalah spesifikasi teknis
tentang tolok ukur layanan minimal yang diberikan oleh
BLUD kepada masyarakat.
25. Praktek bisnis yang sehat adalah penyelenggaraan fungsi
organisasi berdasarkan kaida-kaidah manajemen yang
baik dalam rangka pemberian layanan yang bermutu dan
berkesinambungan.
26. Satuan Pengawas Internal, yang selanjutnya disingkat SPI,
adalah perangkat BLUD yang bertugas melakukan
pengawasan dan pengendalian internal dalam rangka
membantu pimpinan BLUD untuk meningkatkan kinerja
pelayanan, keuangan dan pengaruh lingkungan sosial
sekitarnya (social responsibüity) dalam menyelenggarakan
bisnis sehat.
27. Pembina BLUD adalah Pembina Teknis dan Pembina
Keuangan.
28. Dewan Pengawas BLUD, yang selanjutnya disebut Dewan
Pengawas adalah organ yang bertugas melakukan
pengawasan terhadap pengelolaan BLUD.
29. Nilai aset adalah jumlah aktiva yang tercantum dalam
nerasa BLUD pada akhir suatu tahun buku tertentu dan
merupakan bagian dari aset Pemerintah Daerah yang
tidak terpisah.
30. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, yang
selanjutnya disingkat APBD, adalah rencana keuangan
tahunan Daerah yang ditetapkan dengan Peraturan
Daerah.
31. Kasir adalah pejabat yang ditunjuk untuk menerima,
menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan penerimaan kas pada BLUD.
32. Surat Penyediaan Dana adalah dokumen yang
menyatakan tersedianya dana untuk melaksanakan
kegiatan sebagai dasar penerbitan SPPD.
33. Surat Permintaan Pencairan Dana, yang selanjutnya
disingkat SPPD, adalah surat yang dibuat untuk
mengajukan permintaan pembayaran dana BLUD.
34. Uang Persediaan, yang selanjutnya disingkat UP, adalah
uang muka kerja dalam jumlah tertentu yang diberikan
kepada Bendahara Pengeluaran untuk membayai kegiatan
operasional BLUD dan/atau pengeluaran yang menurut
sifat dan tujuannya tidak mungkin dilakukan melalui
mekanisme pembayaran langsung.

4
35. Ganti Uang Persediaan, yang selanjutnya disingkat GU,
adalah ganti uang muka yang kepada Bendahara
Pengeluaran/Bendahara Pengeluaran Pembantu untuk
mengganti uang persediaan yang tidak dapat dilakukan
dengan pembayaran langsung.
36. Pembayaran Langsung, yang selanjutnya disingkat LS,
adalah pembayaran langsung kepada Bendahara
Pengeluaran/penerima hak lainnya atas dasar perjanjian
kerja, surat tugas atau surat perintah kerja lainnya
melalui penerbitan Surat Permintaan Pencairan Dana
Langsung.
37. Surat Permintaan Pencairan Dana yang selanjutnya
disingkat S-PPD adalah surat yang dibuat untuk
mengajukan permintaan pembayaran dana BLUD.
38. Surat Permintaan Pencairan Dana Uang Persediaan, yang
selanjutnya disingkat S-PPD UP, adalah surat yang dibuat
Bendahara Pengeluaran untuk mencairkan dana BLUD
dalam rangka mengisi uang persediaan BLUD.
39. Surat Permintaan Pencairan Dana Ganti Uang, yang
selanjutnya disingkat S-PPD GU, adalah surat yang dibuat
Bendahara Pengeluaran untuk mengganti uang persediaan
yang sudah terpakai.
40. Surat Permintaan Pencairan Dana Langsung, yang
selanjutnya disingkat S-PPD LS, adalah surat yang dibuat
Bendahara Pengeluaran untuk pembayaran langsung
kepada pihak ketiga dengan jumlah yang telah ditetapkan.
41. Surat Otoritasasi Pencairan Dana, yang selanjutnya
disingkat S-OPD, adalah surat yang dibuat untuk
penerbitan surat pencairan dana BLUD.
42. Surat Pencairan Dana, yang selanjutnya disingkat S-PD,
adalah surat yang dibuat sebagai dasar pencairan dana
BLUD dan/atau untuk memerintahkan bank mencairkan
dana.
43. Surat Permintaan Pengesahan Pendapatan, Belanja dan
Pembiayaan, yang selanjutnya disingkat SP3BP, adalah
surat permohonan Direktur kepada PPKD untuk
mengesahkan dan membukukan pendapatan, belanja dan
pembiayaan.
44. Surat Pengesahan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan,
yang selanjutnya disingkat SP2BP, adalah surat yang
menyatakan bahwa PPKD melakukan pengesahan atas
SP3BP.
45. Surat Setoran Pajak, yang selanjutnya disingkat SSP,
adalah bukti pembayaran atau penyetoran pajak yang
telah dilakukan oleh wajib pajak dengan menggunakan
formulir atau telah dilakukan dengan cara lain ke kas
Negara melalui tempat pembayaran yang ditunjuk oleh
Menteri Keuangan.
46. Surat Tanda Setoran, yang selanjutnya disingkat STS,
adalah surat yang digunakan untuk menyetorkan

5
penerimaan Daerah yang diselenggarakan oleh Bendahara
Penerimaan.
47. S-PPD GU Nihil adalah dokumen yang diajukan oleh
Bendahara Pengeluaran untuk pengesahan
pertanggungjawaban GU yang terakhir.
48. Piutang adalah hak Pemerintah untuk menerima
pembayaran dari entitas lain termasuk wajib pajak/ bayar
atas kegiatan yang dilaksankan.
49. Utang adalah pinjaman yang timbul dari aktifitas
pembiayaan, yang sampai dengan tanggal pelaporan
belum dilakukan pembayaran atau penyelesaian.
50. Persediaan adalah aset dalam bentuk bahan atau
perlengkapan yang diperoleh dengan maksud untuk
digunakan dalam proses pemberian jasa pelayanan BLUD
yang habis dipakai atau dijual dalam satu periode
akuntansi.
51. Aset adalah semua sumber ekonomi atas nilai suatu
kekayaan oleh suatu entitas tertentu dengan harapan
memberikan manfaat ekonomi dan sosial yang dapat
diukur dalam satuan uang.Investasi adalah aset yang
dimaksudkan untuk memperoleh manfaat ekonomi seperti
bunga, deviden atau royalti, atau manfaat sosial, sehingga
dapat meningkatkan kemampuan BLUD dalam rangka
pelayanan kepada masyarakat.
52. Ekuitas adalah kekayaan bersih BLUD yang merupakan
selisih antara aset dan kewajiban BLUD pada tanggal
laporan.
53. Sisa Lebih Perhitungan Anggaran yang selanjutnya
disebut SiLPA adalah selisih lebih antara realisasi
penerimaan dan pengeluaran BLUD dalam 1 (satu) tahun
anggaran.
54. Defisit anggaran adalah selisih kurang antara pendapatan
dengan belanja BLUD.
55. Fleksibilitas adalah keleluasaan dalam pola pengelolaan
keuangan dengan menerapkan praktek bisnis yang sehat
untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat tanpa
mencari keuntungan dalam rangka memajukan
kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan
bangsa.
56. Laporan Realisasi Anggaran selanjutnya yang disingkat
LRA adalah laporan yang menyajikan perbandingan antara
realisasi pendapatan dan belanja dengan estimasi
pendapatan dan pagu anggarannya yang telah ditetapkan
pada awal tahun.
57. Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih yang
selanjutnya disingkat LPSAL adalah laporan yang
menyajikan informasi kenaikan dan penurunan SAL tahun
pelaporan yang terdiri dari SAL awal, SiLPA/SiKPA,
koreksi, dan SAL akhir.
58. Neraca adalah bagian dari laporan keuangan perusahaan
yang berisi mengenai posisi aset/harga kekayaan yang

6
dimiliki oleh perusahaan, posisi utang, dan modal
pemegang saham pada periode waktu tertentu.
59. Laporan Operasional yang selanjutnya disingkat LO
adalah laporan yang menyajikan informasi mengenai
seluruh kegiatan operasional keuangan entitas pelaporan
yang tercermin dalam pendapatan-LO, beban dan
surplus/defisit operasional dari suatu entitas pelaporan
yang penyajiannya disandingkan dengan periode
sebelumnya.
60. Laporan Arus Kas yang selanjutnya disingkat LAK adalah
laporan yang berisikan pendapatan dan pengeluaran yang
terjadi.
61. Laporan Perubahan Ekuitas yang selanjutnya disingkat
LPE adalah laporan keuangan yang harus dibuat oleh
permerintah pusat/daerah yang menggambarkan
peningkatan atau penurunan aktiva bersih selama periode
yang bersangkutan berdasarkan prinsip pengukuran
tertentu yang dianut.
62. Catatan atas Laporan Keuangan selanjutnya disingkat
CaLK adalah laporan keuangan yang memuat informasi
tambahan atas hal yang disajikan dalam laporan
keuangan, laporan pendapatan komprehensif, laporan
laba rugi, laporan perubahan ekuitas, dan laporan arus
kas.
63. Daerah adalah Kabupaten Banggai Kepulauan.
64. Pemerintah Daerah adalah Bupati sebagai unsur
penyelenggara pemerintahan daerah yang memimpin
pelaksanaan urusan pemerintahan yang menjadi
kewenangan daerah otonom.
65. Bupati adalah Bupati Banggai Kepulauan.
66. Perangkat Daerah adalah unsur pembantu kepala Daerah
dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dalam
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi
kewenangan Daerah.

Pasal 2
Ruang lingkup dalam Peraturan Bupati ini adalah:
a. penganggaran BLUD;
b. pelaksanaan anggaran dan pengelolaan kas BLUD;
c. penatausahaan keuangan BLUD;
d. akutansi dan pelaporan BLUD;

BAB II
PENGANGGARAN BLUD

Bagian Kesatu
Struktur Anggaran BLUD

Pasal 3
Struktur anggaran BLUD, terdiri atas :

7
a. pendapatan BLUD;
b. belanja BLUD; dan
c. pembiayaan BLUD.

Paragraf 1
Pendapatan

Pasal 4
Pendapatan BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf a bersumber dari:
a. jasa layanan;
b. hibah;
c. hasil kerja sama dengan pihak Iain;
d. APBD; dan
e. lain-lain pendapatan BLUD yang sah.

Pasal 5
(1) Pendapatan BLUD yang bersumber dari jasa layanan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf a berupa
imbalan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan
kepada masyarakat, meliputi:
a. pendapatan pelayanan rawat jalan;
b. pendapatan pelayanan rawat inap; dan
c. pendapatan pelayanan penunjang.
(2) Pendapatan BLUD yang bersumber dari hibah
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf b dapat
berupa hibah terikat dan hibah tidak terikat yang
diperoleh dari masyarakat atau badan lain.
(3) Pendapatan BLUD yang bersumber dari hibah terikat
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), digunakan sesuai
dengan tujuan pernberian hibah, sesuai dengan
peruntukannya yang selaras dengan tujuan BLUD
sebagaimana tercantum dalam naskah perjanjian hibah.
(4) Hasil kerja sama dengan pihak lain sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf c dapat berupa hasil yang
diperoleh dari kerja sama BLUD.
(5) Pendapatan BLUD yang bersumber dari APBD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 huruf d berupa
pendapatan yang berasal dari DPA APBD.
(6) Lain-lain pendapatan BLUD yang sah sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf e, meliputi:
a. jasa giro;
b. pendapatan bunga;
c. keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhadap mata
uang asing;
d. komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat
dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau
jasa oleh BLUD;
e. investasi;
f. pengembangan usaha; dan
g. lain-lain pendapatan BLUD yang sah lainnya.
8
Pasal 6
(1) Pengembangan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal
5 ayat (6) huruf f dilakukan melalui pembentukan unit
usaha untuk meningkatkan layanan kepada masyarakat.
(2) Unit usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan bagian dari BLUD yang bertugas melakukan
pengembangan layanan dan mengoptimalkan sumber
pendanaan untuk mendukung kegiatan BLUD.

Pasal 7
(1) Pendapatan BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5
huruf a sampai dengan huruf e dikelola langsung untuk
membiayai pengeluaran BLUD sesuai DBA, kecuali yang
berasal dari hibah terikat.
(2) Seluruh pendapatan, kecuali yang berasal dari APBD,
dilaksanakan melalui Rekening Kas BLUD.
(3) Pendapatan BLUD diintegrasikan/dikonsolidasikan ke
dalam RKA SKPD pada akun pendapatan daerah pada
kode rekening kelompok pendapatan asli daerah pada
jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah dengan
objek pendapatan BLUD dan dilaporkan kepada Perangkat
Daerah yang menyelenggarakan urusan dibidang
pengelolaan keuangan setiap triwulan.

Paragraf 2
Belanja

Pasal 8
(1) Belanja BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3
huruf b terdiri atas:
a. belanja operasi; dan
b. belanja modal.
(2) Belanja operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a mencakup seluruh belanja BLUD untuk
menjalankan tugas dan fungsi.
(3) Belanja operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
meliputi :
a. belanja pegawai;
b. belanja barang dan jasa;
c. belanja bunga; dan
d. belanja lain.
(4) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf
b mencakup seluruh belanja untuk perolehan aset tetap
dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih dari 12 (dua
belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan BLUD.
(5) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
meliputi :
a. belanja tanah;
b. belanja peralatan dan meşin;
c. belanja gedung dan bangunan;

9
d. belanja jaringan; dan
e. belanja aset tetap lainnya serta aset lainnya.
(6) Belanja BLUD berpedoman pada standar harga satuan
daerah, analisis standar belanja, dan/atau standar teknis
sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(7) Belanja BLUD yang sumber dananya berasal dari
Pendapatan BLUD dan Silpa BLUD diintegrasikan/
dikonsolidasikan ke dalam RKA SKPD pada akun belanja
daerah yang selanjutnya dirinci dalam 1 (satu) program, 1
(satu) kegiatan, 1 (satu) output dan jenis belanja.
(8) Belanja BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat 1(satu)
huruf a dan b, dialokasikan untuk membiayai program
peningkatan pelayanan serta kegiatan pelayanan dan
pendukung pelayanan dalam rangka pemenuhan standa
pelayanan minimal.

Pasal 9
(1) Belanja pegawai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (3) huruf a paling sedikit berupa gaji/uang
representasi dan tunjangan, honorarium, insentif jasa
pelayanan.
(2) Belanja barang dan jasa sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (3) huruf b, diuraikan dalam objek belanja
barang, belanja jasa, belanja pemeliharaan, belanja
perjalanan dinas, dan belanja uang dan/atau jasa untuk
diberikan kepada pihak ketiga/pihak lain/masyarakat.
(3) Belanja barang sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
digunakan untuk menganggarkan pengadaan barang
berupa barang pakai habis, barang tak habis pakai, dan
barang bekas dipakai.
(4) Belanja jasa sebagaimana dimaksud pada ayat (2),
digunakan untuk menganggarkan pengadaan jasa yang
nilai manfaatnya kurang dari 12 (dua belas) bulan antara
lain berupa :
a. jasa kantor;
b. asuransi;
c. sewa rumah/gedung/gudang/parker;
d. sewa sarana mobilitas;
e. sewa alat berat;
f. sewa perlengkapan dan perlatan kantor;
g. konsultasi;
h. ketersediaan layanan;
i. beasiswa pendidikan;
j. kursus pelatihan;
k. sosialisasi dan bimbingan teknis; dan
l. insentif jasa pelayanan kesehatan.
(5) Belanja pemeliharaan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2), digunakan untuk menganggarkan belanja
pemeliharaan tanah; belanja pemeliharaan peralatan dan

10
mesin; belanja pemeliharaan, jaringan, dan irigasi; belanja
pemeliharaan aset tetap lainnya.
(6) Belanja perjalanan dinas sebagaimana dimaksud pada
ayat (2), digunakan untuk menganggarkan belanja
perjalanan dinas dalam negeri dan belanja perjalanan
dinas luar negeri.
(7) Belanja barang dan jasa berupa pemberian uang yang
diberikan kepada masyarakat/pihka ketiga/pihak lain
diberikan dalam bentuk :
a. Pemberian hadiah yang bersifat perlombaan;
b. Penghargaan atas suatu prestasi;
c. Pemberian beasiswa kepada masyarakat.
(8) Belanja bunga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(3) huruf c, digunakan untuk menganggarkan pembayaran
bunga utang yang tidak berasal dari pembayaran atas
kewajiban pokok utang yang dianggarkan pembayarannya
dalam anggaran BLUD tahun anggaran berkenaan.

Pasal 10
(1) Belanja tanah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8 ayat
(5) huruf a, digunakan untuk menganggarkan tanah yang
diperoleh dengan maksud untuk dipakai dalam kegiatan
operasional BLUD dan dalam kondisi siap pakai.
(2) Belanja peralatan dan mesin sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (5) huruf b, digunakan untuk
menganggarkan perlatan dan mesin mencakup mesin dan
kendaraan bermotor, alat elektronik, inventaris kantor,
dan peralatan lainnya yang nilainya memenuhi batas
kapitalisasi aset dan masa manfaatnya lebih dari 12 (dua
belas) bulan dan dalam kondisi siap pakai.
(3) Belanja gedung dan bangunan sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 8 ayat (5) huruf c, digunakan untuk
menganggarkan gedung dan bangunan mencakup seluruh
gedung dan bangunan yang diperoleh dengan maksud
untuk dipakai dalam kegiatan operasional BLUD dan
dalam kondisi siap pakai.
(4) Belanja jaringan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 8
ayat (5) huruf d, digunakan untuk menganggarkan
jaringan yang dibangun oleh BLUD serta dimiliki dan/atau
dikuasai oleh BLUD dan dalam kondisi siap pakai.
(5) Belanja aset tetap lainnya sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 8 ayat (5) huruf e, digunakan untuk menganggarkan
aset tetap lainnya mencakup aset tetap yang diperoleh dan
dimanfaatkan untuk kegiatan operasional BLUD dan
dalam kondisi siap pakai.
(6) Belanja aset lainnya sebagaimana dimaksud dalam Pasal
8 ayat (5) huruf e, digunakan untuk menganggarkan aset
tetap yang tidak digunakan untuk keperluan operasional
BLUD, tidak memenuhi definisi aset tetap, dan harus
disajikan di pos aset lainnya sesuai dengan nilai tercatat.

11
Paragraf 3
Pembiayaan

Pasal 11
(1) Pembiayaan BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4
huruf c terdiri ataş:
a. penerimaan pembiayaan; dan
b. pengeluaran pembiayaan.
(2) Pembiayaan BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
merupakan semua penerimaan yang perlu dibayar
kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima
kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan
maupun pada tahun anggaran berikutnya.
(3) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a meliputi:
a. SILPA tahun anggaran sebelumnya;
b. divestasi; dan
c. penerimaan utang/pinjaman.
(4) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi:
a. investasi; dan
b. pembayaran pokok utang/pinjaman.
(5) Pembiayaan BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
huruf a dan b, diintegrasikan/dikonsolidasikan ke dalam
RKA SKPD selanjutnya diintegrasikan/dikonsolidasikan
pada akun pembiayaan pada SKPKD selaku Bendahara
Umum Daerah.

Bagian Kedua
Penyusunan RBA

Pasal 12
(1) BLUD menyusun RBA mengacu pada Renstra Bisnis
rumah sakit dan rencana kerja pemerintah daerah.
(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun
berdasarkan:
a. anggaran berbasis kinerja;
b. standar satuan harga; dan
c. kebutuhan belanja dan kemampuan Pendapatan yang
diperkirakan akan diperoleh dari layanan yang
diberikan kepada masyarakat, hibah, hasil kerja sama
dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya,
APBD, dan sumber pendapatan BLUD lainnya.
(3) Anggaran berbasis kinerja sebagaimana dimaksud pada
ayat (2) huruf a merupakan analisis kegiatan yang
berorientasi pada pencapaian keluaran dengan
penggunaan surnber daya secara efisien.
(4) Standar satuan harga sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf b merupakan harga satuan setiap unit
barang/jasa yang berlaku di Daerah.

12
(5) Dalam hal BLUD belum menyusun standar satuan harga
sebagaimana dimaksud pada ayat (2), BLUD
menggunakan standar satuan harga yang ditetapkan
Bupati.
(6) Kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c merupakan
pagu belanja yang dirinci menurut belanja operasi dan
belanja modal.

Pasal 13
(1) Dalam hal standar satuan harga barang dan jasa
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (5) tidak
tersedia, maka yang digunakan adalah harga pasar yang
berlaku pada saat penyusunan RBA dengan
memperhitungkan tingkat kenaikan harga/inflasi sebagai
penyesuaian harga pada tahun pelaksanaan.
(2) Harga satuan dan penyesuaian harga sebagaimana
dimaksud pada ayat (1), dituangkan dalam keputusan
pemimpin BLUD.
(3) Harga satuan sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dikecualikan terhadap pengadaan barang/jasa yang
menggunakan tarif resmi pemerintah, billing rate dari
asosiasi profesi, tarif toko daring/toko online atau tarie e-
katalog.

Pasal 14
(1) RBA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1),
meliputi:
a. ringkasan pendapatan, belanja, dan pembiayaan;
b. rincian anggaran pendapatan, belanja, dan
pembiayaan;
c. perkiraan harga;
d. besaran persentase ambang batas; dan
e. perkiraan maju.
(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) menganut pola
anggaran fleksibel dengan suatu persentase ambang batas
tertentu disertai dengan standar pelayanan minimal.
(3) Pola anggaran fleksibel sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) hanya berlaku untuk belanja yang bersumber dari
dana BLUD yang berasal dari pendapatan jasa layanan,
hibah, hasil kerja sama dengan pihak lain, dan lain-lain
pendapatan BLUD yang sah.

Pasal 15
(1) Ringkasan pendapatan, belanja dan pembiayaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf a
merupakan ringkasan pendapatan, belanja dan
pembiayaan.
(2) Rincian anggaran pendapatan, belanja dan pernbiayaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14 ayat (1) huruf b,
13
merupakan rencana anggaran untuk seluruh kegiatan
tahunan yang dinyatakan dalam satuan uang yang
tercermin dari rencana pendapatan dan belanja dan
pembiayaan.
(3) Perkiraan harga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (1) huruf c, merupakan estimasi harga jual produk
barang dan/atau jasa setelah memperhitungkan biaya per
satuan dan tingkat margin yang ditentukan seperti
tercermin dari tarif layanan.
(4) Besaran persentase ambang batas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf d, adalah besaran
persentase realisasi belanja yang diperkenankan
melampaui anggaran dalam RBA dan DBA/DPA BLUD.
(5) Perkiraan maju sebagaimana dimaksud dalam Pasal 14
ayat (1) huruf e, merupakan perhitungan kebutuhan dana
untuk tahun anggaran berikutnya dari tahun yang
direncanakan guna memastikan kesinambungan program
dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar
penyusunan anggaran tahun berikutnya.

Bagian Ketiga
Pengajuan RBA

Pasal 16
(1) RBA sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 ayat (1) oleh
Pemimpin BLUD disampaikan kepada kepala Perangkat
Daerah yang membidangi kesehatan selaku pembina
teknis untuk dibahas sebagai bagian dari RKA-SKPD.
(2) RBA yang telah dibahas oleh kepala Perangkat Daerah
yang membidangi kesehatan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) diintegrasikan/dikonsolidasikan dan merupakan
kesatuan dari RKA-SKPD.
(3) RKA beserta RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
disampaikan kepada PPKD sebagai bahan penyusunan
rancangan Peraturan Daerah tentang APBD.

Pasal 17
(1) PPKD menyampaikan RKA beserta RBA sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 16 ayat (3) kepada tim anggaran
pemerintah daerah untuk dilakukan penelaahan.
(2) Tim anggaran pemerintah daerah melakukan penelahaan
kesesuaian antara RKA beserta RBA dengan :
a. KUA dan PPAS;
b. perkiraan maju yang telah disetujui tahun anggaran
sebelumnya;
c. dokumen perencanaan lainnya;
d. capaian kinerja;
e. indikator kinerja;
f. analisis standar belanja;
g. standar harga satuan;

14
h. standar pelayanan minimal; dan
i. besaran persentase ambang batas.
(3) Hasil penelaahan RKA-SKPD beserta RBA sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) antara lain digunakan sebagai
dasar pertimbangan alokasi dana APBD untuk BLUD.
(4) Dalam hal hasil penelahan RKA-SKPD beserta RBA
terdapat ketidaksesuaian yang memerlukan perbaikan,
pimimpin BLUD melakukan penyempurnaan RKA-SKPD
beserta RBA.
(5) RKA-SKPD beserta RBA yang telah disempurnakan oleh
pemimpin BLUD disampaikan kembali kepada tim
anggaran pemerintah daerah melalui PPKD.
(6) Tim anggaran pemerintah daerah menyampaikan kembali
RKA beserta RBA yang telah dilakukan penelaahan kepada
PPKD untuk dicantumkan dalam rancangan Peraturan
Daerah tentang APBD yang selanjutnya ditetapkan
menjadi Peraturan Daerah tentang APBD.

Bagian Keempat
Penetapan RBA

Pasal 18
(1) Setelah rancangan Peraturan Daerah tentang APBD
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 17 ayat (6) ditetapkan
menjadi peraturan daerah, pemimpin BLUD melakukan
penyesuaian terhadap RBA untuk ditetapkan.
(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1), digunakan
sebagai dasar penyusunan DPA dan DBA untuk diajukan
kepada PPKD.

Pasal 19
Tahapan dan jadwal proses penyusunan, pengajuan dan
penetapan RBA mengikuti tahapan dan jadwal proses
penyusunan dan penetapan APBD.

Bagian Kelima
Perubahan RBA

Paragraf 1
Umum

Pasal 20
(1) Pemimpin BLUD dapat melakukan perubahan RBA dalam
tahun berjalan dan dilaporkan kepada PPKD.
(2) Perubahan RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dapat dilakukan karena :
a. pergeseran anggaran belanja BLUD;
b. penggunaan ambang batas;
c. penggunaan SiLPA BLUD tahun sebelumnya; dan
d. penyesuaian SiLPA BLUD tahun sebelumnya.

15
(3) Frekuensi perubahan RBA sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dapat dilakukan lebih dari 1 (satu) kali dalam 1
(satu) tahun.

Paragraf 2
Pergeseran Anggaran

Pasal 21
(1) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud dalam Pasal
20 ayat 2 huruf a dapat dilakukan dalam hal
meningkatnya pendapatan dan/atau terdapat kebutuhan
mendesak atas suatu barang tertentu.
(2) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan antar program, antar kegiatan, antar sub
kegiatan, dan antar kelompok, antar jenis, antar objek,
antar rincian objek dan/atau sub rincian objek.
(3) Pergeseran anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
terdiri dari :
a. pergeseran anggaran yang menyebabkan perubahan
APBD; dan
b. pergeseran anggaran yang tidak menyebabkan
perubahan APBD.
(4) Pergeseran anggaran yang menyebabkan perubahan APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) huruf a, wajib
mengikuti ketentuan perubahan yang berlaku pada
tahapan perubahan APBD.
(5) Pergeseran anggaran yang tidak menyebabkan perubahan
APBD dapat dilakukan oleh pemimpin BLUD

Paragraf 3
Penggunaan ambang batas

Pasal 22
(1) Besaran persentase ambang batas sebagaimana dimaksud
dalam Pasal 14 ayat (1) huruf d, dihitung tanpa
memperhitungkan saldo awal kas.
(2) Besaran persentase ambang batas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) memperhitungkan fluktuasi kegiatan
operasional yang meliputi :
a. kecenderungan/tren selisih anggaran pendapatan
BLUD selain APBD tahun berjalan dengan realisasi 2
(dua) tahun anggaran sebelumnya; dan
b. kecenderungan/tren selisih pendapatan BLUD selain
APBD dengan prognosis tahun anggaran berjalan.
(3) Besaran persentase ambang batas sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dicantumkan dalam RBA/Perubahan RBA
dan DPA/Perubahan DPA.
(4) Pencantuman ambang batas sebagaimana dimaksud pada
ayat (3) berupa catatan yang memberikan informasi
besaran persentase ambang batas.

16
(5) Presentase ambang batas sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) merupakan kebutuhan yang dapat diprediksi,
dicapai, terukur, rasional dan dipertanggungjawabkan.
(6) Ambang batas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
digunakan apabila pendapatan BLUD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 4 huruf a, huruf b, huruf c dan
huruf e diprediksi melebihi target pendapatan yang telah
ditetapkan dalam RBA dan DPA tahun yang dianggarkan.

Pasal 23
(1) Apabila BLUD menggunakan ambang batas dalam
realisasi belanja, maka BLUD harus melakukan
perubahan RBA tanpa melakukan perubahan DPA terlebih
dahulu.
(1) Perubahan RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dapat dilakukan antar program, antar kegiatan, antar sub
kegiatan, dan antar kelompok, antar jenis, antar objek,
antar rincian objek dan/atau sub rincian objek, yang
dapat melampaui pagu jenis belanja yang terdapat pada
ringkasan RBA/DBA dan DPA.
(2) Perubahan RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dilaporkan kepada PPKD.

Pasal 24
(1) Dalam hal perubahan RBA karena penggunaan ambang
batas dilakukan sebelum perubahan APBD, maka
perubahan RBA tersebut ditampung dalam peraturan
Daerah tentang Perubahan APBD.
(2) Perubahan RBA dan realisasi belanjanya karena
penggunaan ambang batas yang dilakukan setelah
perubahan APBD dilaporkan dalam laporan realisasi
anggaran.
(3) Perubahan RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
mengikuti ketetentuan mekanisme perubahan APBD.

Pasal 25
Perubahan RBA karena penggunaan ambang batas yang
ditampung dalam perubahan ABPD diikuti dengan pergeseran
anggaran kas dan selanjutnya disampaikan kepada kepala
Perangkat Daerah yang membidangi BLUD dan PPKD.

Paragraf 4
Penggunaan SilPA BLUD tahun Sebelumnya

Pasal 26
(1) SiLPA BLUD dapat digunakan dalam tahun anggaran
berikutnya, kecuali atas perintah Bupati disetorkan
sebagian atau seluruhnya ke kas daerah dengan

17
mempertimbangkan posisi likuiditas dan rencana
pengeluaran BLUD.
(2) Pemanfataan sisa lebih perhitungan anggaran BLUD
dalam tahun anggaran berikutnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) dapat digunakan untuk memenuhi
kebutuhan likuiditas.
(3) Pemanfataan sisa lebih perhitungan anggaran BLUD
dalam tahun anggaran berikutnya sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) yang digunakan untuk membiayai program
dan kegiatan harus melalui mekanisme APBD.

Pasal 27
(1) Pemanfaatan SiLPA BLUD tahun sebelumnya dalam tahun
anggaran berikutnya, apabila belum dianggarkan dan
dalam kondisi mendesak dapat dilaksanakan mendahului
perubahan APBD.
(2) Penggunaan SiLPA tahun sebelumnya sebagaimana
dimasuk pada ayat (1) diakukan dengan perubahan RBA
tanpa melakukan perubahan DPA.
(3) Perubahan RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dapat dilakukan antar program, antar kegiatan, antar sub
kegiatan, dan antar kelompok, antar jenis, antar objek,
antar rincian objek dan/atau sub rincian objek, yang
dapat melampaui pagu jenis belanja yang terdapat pada
ringkasan RBA/DBA dan DPA.
(4) Perubahan RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dilakukan atas persetujuan pemimpin BLUD dan
selanjutnya disampaikan kepada kepala Perangkat Daerah
yang membidangi BLUD dan PPKD.
(5) Jika perubahan RBA karena penggunaan SiLPA tahun
sebelumnya dilakukan sebelum perubahan APBD, maka
perubahan RBA tersebut ditampung dalam peraturan
daerah tentang perubahan APBD.

Pasal 28
(1) Kriteria kondisi mendesak sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 28 ayat (1) mencakup :
a. program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat
yang anggarannya belum tersedia dan/atau belum
cukup anggarannya pada tahun anggaran berjalan;
dan
b. keperluan mendesak lainnya yang apabila ditunda
akan menimbulkan kerugian yang lebih besar bagi
pemerintah daerah dan masyarakat.
(2) Perubahan RBA karena penggunaan SiLPA tahun
sebelumnya yang ditampung dalam perubahan ABPD
diikuti dengan pergeseran anggaran kas dan selanjutnya
disampaikan kepada kepala Perangkat Daerah yang
membidangi BLUD dan PPKD.

18
Paragraf 5
Penyesuaian SilPA BLUD tahun Sebelumnya

Pasal 29
(1) Apabila BLUD telah menganggarkan SiLPA tahun
sebelumnya, harus dilakukan penyesuaian anggaran
dengan melakukan koreksi berdasarkan saldo kas BLUD
31 Desember yang telah diaudit.
(2) Koreksi sebagaimana yang dimasud pada ayat (1)
dilakukan melalui mekanisme perubahan RBA yang
ditampung dalam perubahan APBD.
(3) Perubahan RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
mengikuti ketetentuan mekanisme perubahan APBD.

Pasal 30
Perubahan RBA karena penyesuaian SiLPA tahun sebelumnya
yang ditampung dalam perubahan ABPD diikuti dengan
pergeseran anggaran kas dan selanjutnya disampaikan
kepada kepala Perangkat Daerah yang membidangi BLUD dan
PPKD.

Paragraf 6
Defisit Anggaran

Pasal 31
(1) Defisit anggaran BLUD merupakan selisih kurang antara
pendapatan dengan belanja BLUD.
(2) Dalam hal anggaran BLUD diperkirakan defisit, ditetapkan
pembiayaan untuk menutupi defisit tersebut antara Iain
dapat bersumber dari SiLPA tahun anggaran sebelumnya
dan penerimaan pinjaman

BAB III
PELAKSANAAN ANGGARAN DAN PENGELOLAAN KAS BLUD

Bagian Kesatu
Penyusunan DPA BLUD

Pasal 32
(1) Berdasarkan peraturan daerah tentang APBD, pemimpin
BLUD menyusun DPA dan DBA untuk diajukan kepada
PPKD.
(2) DPA dan DBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
memuat pendapatan, belanja dan pembiayaan.
(3) PPKD mengesahkan DPA sebagai dasar pelaksanaan
anggaran BLUD dasar penarikan dana untuk kegiatan
BLUD yang bersumber dari APBD.
(4) DPA yang telah disahkan dan RBA menjadi lampiran
perjanjian kinerja yang ditandatangani oleh Bupati dan
pemimpin BLUD.

19
(5) Perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
antara lain memuat kesanggupan untuk meningkatkan :
a. kinerja pelayanan bagi masyarakat;
b. kinerja keuangan; dan
c. manfaat bagi masyarakat.
(6) Pemimpin BLUD mengesahkan DBA sebagai dasar
pelaksanaan anggaran BLUD/dasar penarikan dana
untuk kegiatan BLUD yang bersumber dari dana BLUD.

Pasal 33
(1) Dalam hal rancangan peraturan daerah tentang APBD
belum di tetapkan menjadi Perturan Daerah tentang
APBD, maka RBA yang telah disetujui oleh tim anggaran
pemerintah daerah dan telah disahkan oleh PPKD menjadi
dasar penyusunan DBA oleh pimpinan BLUD.
(2) Pemimpin BLUD menyusun dan mengesahkan DBA
sebagai dasar pelaksanaan anggaran yang bersumber dari
dana BLUD yang berasal dari jasa layanan kesehatan,
hibah, hasil kerja sama dengan pihak lain, dan lain-lain
pendapatan BLUD yang sah.
(3) Setelah rancangan peraturan daerah tentang APBD di
tetapkan menjadi Perturan Daerah tentang APBD dan DPA
telah disahkan oleh PPKD, maka pemimpin BLUD
melakukan penyesuaian DBA dengan DPA.

Bagian Kedua
Penyusunan Anggaran Kas BLUD

Pasal 34
(1) Pelaksanaan anggaran BLUD digunakan untuk belanja
pegawai, belanja modal dan belanja barang dan/atau jasa
yang mekanismenya dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(2) Pelaksanaan anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan secara berkala sesuai dengan kebutuhan
yang telah ditetapkan, dengan memperhatikan anggaran
kas dalam DPA, DBA dan memperhitungkan :
a. jumlah kas yang tersedia;
b. proyeksi pendapatan; dan
c. proyeksi pengeluaran.
(3) Sesuai dengan jenis DBA, anggaran kas dapat disusun
mengikuti jenis DBA yaitu anggaran kas pendapatan;
anggaran kas belanja, dan anggaran kas pembiayaan.

20
Bagian Ketiga
Pejabat Pelaksana Anggaran BLUD

Paragraf 1
Umum

Pasal 35
(1) Pejabat pelaksana anggaran BLUD-RSUD, meliputi:
a. KPA;
b. PPK BLUD;
c. PPTK;
d. Bendahara Penerimaan; dan
e. Bendahara Pengeluaran.
(2) KPA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dijabat
oleh pemimpin BLUD dan bertindak juga selaku kuasa
pengguna barang.
(3) PPK-BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b
dijabat oleh Pejabat Keuangan.
(4) PPTK sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c,
merupakan pegawai aparatur sipil negara yang
menduduki jabatan struktural atau fungsional sesuai
dengan tugas dan fungsinya.
(5) Bendahara Penerimaan dan Bendahara Pengeluaran harus
dijabat oleh pegawai negeri sipil.
(6) Pejabat pelaksana anggaran sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c, dan e diangkat dan diberhentikan oleh
pimimpin BLUD.

Paragraf 2
Kuasa Pengguna Anggaran

Pasal 36
(1) Pimimpin selaku KPA/kuasa pengguna barang
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (2),
mempunyai tugas :
a. menyusun RKA/RBA;
b. menyusun DBA;
c. melakukan tindakan yang mengakibatkan pengeluaran
atas beban anggaran belanja dan/atau pengeluaran
pembiayaan;
d. melaksanakan anggaran pada BLUD;
e. melakukan pengujian atas tagihan dan
memerintahkan pembayaran;
f. melaksanakan pemungutan retribusi daerah;
g. mengadakan ikatan/perjanjian kerja sama dengan
pihak lain dalam batas anggaran yang telah
ditetapkan;
h. menandatangani S-OPD dan SP3BP;
i. mengelola utang dan piutang;
j. menyusun dan menyampaikan laporan keuangan;

21
k. mengendalikan dan mengawasi pelaksanaan anggaran;
dan
l. menetapkan PPK-BLUD, PPTK dan pejabat lainnya
dalam rangka pengelolaan keuangan BLUD.
(2) Pemimpin selaku KPA/kuasa pengguna barang
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dalam
melaksanakan tugas bertanggungjawab kepada Bupati.

Paragraf 3
PPK-BLUD

Pasal 37
(1) PPK-BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3)
huruf b, mempunyai kewenangan dan tanggung jawab :
a. melakukan verifikasi S-PPD UP, S-PPD GU, dan S-PPD
LS beserta bukti kelengkapannya yang diajukan oleh
Bendahara Pengeluaran dan Bendahara Pengeluaran
Pembantu;
b. menyiapkan S-OPD untuk disahkan oleh pemimpin
BLUD;
c. menerbitkan S-PD UP, GU, dan LS
d. melakukan verifikasi SP3BP;
e. melakukan verifikasi laporan pertanggungjawaban
Bendahara Penerimaan, Bendahara Pengeluaran dan
Bendahara Pengeluaran Pembantu;
f. melaksanakan fungsi akuntansi BLUD;
g. menyusun laporan keuangan BLUD; dan
(2) PPK-BLUD bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya
kepada KPA.

Paragraf 4
PPTK

Pasal 38

(1) PPTK sebagaimana dimaksud dalam Pasal 35 ayat (3)


huruf c, mempunyai tugas:
a. mengendalikan dan melaporkan perkembangan
pelaksanaan teknis kegiatan/sub kegiatan BLUD;
b. menyiapkan dokumen dalam rangka pelaksanaan
anggaran atas beban pengeluaran pelaksanaan
kegiatan/sub kegiatan; dan
c. menyiapkan dokumen pengadaan barang/jasa pada
kegiatan/sub kegiatan BLUD sesuai ketentuan
peraturan perundang-undangan yang mengatur
mengenai pengadaan barang/jasa.
(2) Tugas mengendalikan dan melaporkan pelaksanaan teknis
kegiatan/sub kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf a meliputi :
a. menyusun jadwal pelaksanaan kegiatan/sub kegiatan;

22
b. memonitoring dan evaluasi pelaksanaan kegiatan/sub
kegiatan; dan
c. melaporkan perkembangan pelaksanaan kegiatan/sub
kegiatan kepada KPA.
(3) Tugas menyiapkan dokumen sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf b meliputi :
a. menyiapkan laporan kinerja pelaksanaan
kegiatan/sub kegiatan;
b. menyiapkan dokumen administrasi pembayaran sesuai
dengan persyaratan yang ditetapkan dalam ketentuan
perundang-undangan; dan
c. menyimpan dan menjaga keutuhan seluruh dokumen
pelaksanaan kegiatan.
(4) KPA dapat menetapkan lebih dari 1 (satu) PPTK BLUD.
(5) PPTK bertanggung jawab atas pelaksanaan tugasnya
kepada KPA.

Paragraf 5
Bendahara Penerimaan

Pasal 39
(1) Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (1) huruf d mempunyai tugas dan wewenang
:
a. menerima, menyimpan, menyetorkan ke rekening kas
BLUD, menatausahakan dan mempertanggung
jawabkan pendapatan BLUD yang diterimanya;
b. meminta bukti transaksi atas pendapatan yang
diterima;
c. melakukan verifikasi dan rekonsiliasi dengan Bank
yang ditetapkan oleh Pimimpin;
d. meneliti kesesuaian antara jumlah uang yang diterima
dengan jumlah yang telah ditetapkan; dan
e. menyiapkan dokumen pembayaran atas pengembalian
kelebihan pendapatan BLUD.
(2) Dalam pelaksanaan tugas dan fungsi sehari-hari,
Bendahara Penerimaan dapat dibantu oleh pembantu
bendahara penerimaan dan Kasir yang diangkat oleh
pimpinan BLUD.
(3) Penatausahaan atas penerimaan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) huruf a, paling sedikit terdiri atas :
a. buku kas umum penerimaan dan penyetoran BLUD;
b. register STS; dan
c. laporan pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan.
(4) Dalam hal Bendahara Penerimaan berhalangan :
a. lebih dari 1 (satu) hari sampai paling lama 1 (satu)
bulan, Bendahara Penerimaan yang bersangkutan
wajib memberikan surat kuasa kepada staf yang
ditunjuk untuk melakukan penyetoran/ pembayaran
dan tugas Bendahara Penerimaan atas tanggung jawab

23
Bendahara Penerimaan yang bersangkutan dengan
diketahui pimpinan BLUD;
b. lebih dari 1 (satu) bulan sampai paling lama 3 (tiga)
bulan, harus ditunjuk Bendahara Penerimaan
pengganti dan diadakan berita acara serah terima; dan
c. lebih dari 3 (tiga) bulan, Bendahara Penerimaan yang
bersangkutan dianggap telah mengundurkan diri dan
segera diusulkan penggantinya.

Paragraf 6
Bendahara Pengeluaran

Pasal 40
(1) Bendahara Pengeluaran sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 35 ayat (1) huruf e, mempunyai tugas dan wewenang
:
a. mengajukan permintaan pembayaran menggunakan
SPP-UP, SPP-GU, SPP-TU, dan SPP-LS;
b. menerima dan menyimpan UP, GU, dan TU;
c. melaksanakan pembayaran dari UP, GU, dan TU yang
dikelolanya;
d. menolak perintah bayar dari KPA yang tidak sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan;
e. meneliti kelengkapan dokumen pembayaran;
f. membuat laporan pertanggungjawaban secara
administrativ kepada KPA dan laporan
pertanggungjawaban secara fungsional kepada
bendahara umum daerah secara periodik; dan
g. memungut dan menyetor pajak sesui dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
(2) Selain tugas dan wewenang sebagaimana dimaksud pada
ayat (1), Bendahara Pengeluaran juga mempunyai tugas :
a. melakukan rekonsiliasi dengan pihak Bank yang
ditetapkan pemimpin BLUD;
b. memeriksa kas secara periodik;
c. menerima dokumen bukti transaksi secara elektronik
atau dokumen fisik dari Bank; dan
(3) Menerima dan menyetor serta menyiapkan dokumen surat
tanda setoran atas pengembalian belanja atas koreksi atau
hasil pemeriksaan internal dan esternal;

Pasal 41
(1) Bendahara Pengeluaran wajib menyelenggarakan
penatausahaan terhadap seluruh pengeluaran beserta
pertanggungjawaban bukti-bukti transaksinya.
(2) Penatausahaan atas pengeluaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) menggunakan:
a. buku kas umum;
b. buku pembantu kas tunai;
c. buku pembantu simpanan bank;

24
d. buku pembantu panjar;
e. buku pembantu pajak; dan
f. buku pembantu sub perincian objek belanja.
(3) Buku kas umum sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
huruf a, ditutup setiap bulan dengan persetujuan KPA.
(4) Pengisian dokumen penatausahaan Bendahara
Pengeluaran dapat menggunakan aplikasi komputer
dan/atau alat elektronik lainnya.
(5) Dalam rangka melaksanakan tugasnya, Bendahara
Pengeluaran dapat dibantu oleh Bendahara Pengeluaran
Pembantu dan pembantu bendahara pengeluaran.
(6) Pembantu bendahara pengeluaran sebagaimana dimaksud
pada ayat (6) ditetapkan oleh pemimpin BLUD.
(7) Dalam hal Bendahara Pengeluaran berhalangan;
a. lebih dari 1 (satu) hari sampai paling lama 1 (satu)
bulan, Bendahara Pengeluaran yang bersangkutan
wajib memberikan surat kuasa kepada staf yang
ditunjuk untuk melakukan penyetoran/pembayaran
dan tugas Bendahara Pengeluaran atas tanggung
jawab Bendahara Pengeluaran yang bersangkutan
dengan diketahui pemimpin BLUD;
b. lebih dari 1 (satu) bulan sampai paling lama 3 (tiga)
bulan, harus ditunjuk Bendahara Pengeluaran
pengganti dan diadakan berita acara serah terima; dan
c. lebih dari 3 (tiga) bulan, Bendahara Pengeluaran yang
bersangkutan dianggap telah mengundurkan diri dan
segera diusulkan penggantinya.

BAB IV
PENATAUSAHAAN KEUANGAN BLUD

Bagian Satu
Umum

Pasal 42
(1) Untuk pengelolaan kas BLUD, pemimpin BLUD membuka
rekening kas BLUD pada bank umum yang sehat milik
pemerintah dan/atau Pemerintah Daerah yang ditunjuk
oleh Bupati.
(2) Rekening kas BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
digunakan untuk menampung penerimaan dan
pengeluaran kas yang dananya bersumber dari
pendapatan BLUD dari pendapatan jasa layanan, hibah,
hasil kerja sama dengan pihak lain, dan lain-lain
pendapatan BLUD yang sah.
(3) Rekening kas BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat (2)
dipegang oleh Pejabat Keuangan dan pengelolaannya
dilaporkan kepada pemimpin BLUD dalam bentuk buku
kas umum Pejabat Keuangan beserta buku pembantunya.
(4) Selain rekening kas BLUD sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) pemimpin BLUD juga membuka rekening untuk
25
bendahara pendapatan BLUD dan rekening untuk
Bendahara Pengeluaran BLUD.

Pasal 43
Dalam pelaksanaan anggaran, BLUD melakukan
penatausahaan keuangan paling sedikit memuat :
a. pendapatan dan belanja;
b. penerimaan dan pengeluaran;
c. utang dan piutang;
d. persediaan, aset tetap dan investasi; dan
e. ekuitas.

Pasal 44
Prinsip penatausahaan keuangan BLUD, meliputi:
a. rencana pendapatan dan belanja BLUD merupakan
rencana keuangan tahunan BLUD yang dikonsolidasikan
dengan APBD;
b. pendapatan yang direncanakan merupakan perkiraan
yang terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk
setiap sumber pendapatan, sedangkan belanja yang
dianggarkan merupakan batas tertinggi pengeluaran
belanja kecuali untuk belanja operasi BLUD yang sesuai
dengan ketentuan dapat diberlakukan fleksibilitas sampai
ambang batas tertentu yang disepakati;
c. penganggaran pengeluaran harus didukung dengan
tersedianya penerimaan dalam jumlah yang cukup dan
tidak dibenarkan melaksanakan kegiatan yang belum
tersedia atau tidak mencukupi anggarannya dalam
anggaran BLUD, kecuali untuk belanja operasi BLUD yang
sesuai dengan ketentuan dapat diberlakukan fleksibilitas
sampai ambang batas tertentu yang disepakati;
d. semua penerimaan dan pengeluaran kas BLUD dalam
tahun anggaran bersangkutan dilaksanakan melalui
Rekening Kas BLUD;
e. pemimpin BLUD, Bendahara Penerimaan, Bendahara
Pengeluaran dan orang atau badan yang menerima atau
menguasai uang/ barang/ kekayaan BLUD wajib
menyelenggarakan penatausahaan keuangan sesuai
ketentuan peraturan perundang-undangan;
f. pejabat yang menandatangani dan/atau mengesahkan
dokumen yang berkaitan dengan surat bukti yang menjadi
dasar penerimaan dan/atau pengeluaran atas
pelaksanaan anggaran BLUD bertanggung jawab terhadap
kebenaran material dan akibat yang timbul dari
penggunaan surat bukti dimaksud;
g. pemimpin BLUD melaporkan hasil pendapatan dan
belanja secara periodik kepada Bupati;
h. uang milik BLUD yang menurut perhitungan dalam kurun
waktu tertentu belum digunakan, dapat didepositokan,
sepanjang tidak mengganggu likuiditas BLUD;

26
i. bunga deposito, bunga tabungan, dan jasa giro atas
penempatan uang BLUD di bank merupakan pendapatan
BLUD, dan harus disetor dan dicatat dalam pendapatan
lain-lain di luar pendapatan operasional BLUD;
j. Bendahara Penerimaan baik secara langsung maupun
tidak langsung, dilarang melakukan kegiatan
perdagangan, pekerjaan pemborongan dan/atau penjual
jasa atau bertindak sebagai penjamin atas
kegiatan/pekerjaan/ penjualan tersebut; dan
k. Bendahara Penerimaan tidak diperbolehkan menyimpan
uang, cek atau surat berharga yang diterima lebih dari 1
(satu) hari kerja.

Bagian Kedua
Penatausahaan Pendapatan

Paragraf 1
Penerimaan Kas

Pasal 45
(1) Bendahara Penerimaan menerima pembayaran sejumlah
uang yang tertera pada tanda bukti pembayaran atau
dokumen lain yang dipersamakan dari pemberi
pendapatan.
(2) Bendahara Penerimaan wajib melakukan pemeriksaan
kesesuaian arıtara jurnlah uang dengan jumlah yang
tertera pada dokumen penerimaan uang.
(3) Bendahara Penerimaan membuat tanda bukti pembayaran
atau dokumen lain yang dipersamakan yang sah paling
sedikit 3 (tiga) rangkap, dengan ketentuan:
a. lembar asli untuk diberikan kepada pemberi
pendapatan;
b. salinan 1 untuk arsip Bendahara Penerimaan; dan
c. salinan 2 untuk arsip unit layanan BLUD.
(4) Setiap penerimaan kas yang diterima oleh Bendahara
Penerimaan harus disetor ke Rekening Kas BLUD paling
lambat 1 (satu) hari kerja berikutnya.
(5) Bendahara Penerimaan menyampaikan laporan
penerimaan kas kepada Pejabat Keuangan paling sedikit
sebulan sekali dengan dilampiri STS, tanda bukti
pembayaran atau dokumen lain yang dipersamakan dan
rekapitulasi penerimaan pembayaran.

Pasal 46
(1) Penerimaan pembayaran Bendahara Penerimaan dapat
dibantu oleh Kasir.
(2) Kasir menerima pembayaran sejumlah uang yang tertera
pada tanda bukti pembayaran atau dokumen lain yang
dipersamakan dari pemberi pendapatan berdasarkan
bukti tagihan.

27
(3) Kasir wajib melakukan perneriksaan kesesuaian antara
jumlah uang dengan jumlah yang tertera pada dokumen
penerimaan uang.
(4) Kasir membuat tanda bukti pembayaran atau dokumen
lain yang dipersamakan yang sah paling sedikit 3 (tiga)
rangkap, dengan ketentuan:
a. lembar asli untuk diberikan kepada pemberi
pendapatan;
b. salinan 1 untuk arsip Kasir; dan
c. salinan 2 untuk arsip unit layanan BLUD.
(5) Kasir menyusun laporan pendapatan harian berdasarkan
tanda bukti pembayaran atau bukti penerimaan lainnya
dan selanjutnya menyetorkan uang penerimaan ke bank
dengan menggunakan STS paling sedikit rangkap 3 (tiga),
dengan ketentuan:
a. asli untuk Bendahara Penerimaan;
b. lembar 1 (satu) untuk bank; dan
c. lembar 2 (dua) untuk Kasir.
(6) Kasir menyampaikan STS, laporan pendapatan harian dan
tanda bukti pembayaran atau bukti penerimaan lainnya
kepada Bendahara Penerimaan.
(7) Bendaharan Penerimaan memeriksa dan mencocokkan
antara laporan pendapatan harian dengan tanda bukti
pembayaran atau bukti penerimaan lainnya.
(8) Seluruh penerimaan kas yang diterima Kasir harus disetor
ke Rekening Kas BLUD paling lambat 1 (satu) hari kerja
terhitung sejak penerimaan kas diterima.

Paragraf 2
Pembukuan atas Pendapatan

Pasai 47
Transaksi penerimaan pendapatan BLUD yang menggunakan
tanda bukti pembayaran atau bukti penerimaan lainnya dan
STS dilakukan pembukuan atau pencatatan berdasarkan cara
penerimaan pendapatan antara lain:
a. pembukuan atas pendapatan BLUD secara tunai;
b. pembukuan atas pendapatan BLUD melalui rekening bank
Bendahara Penerimaan; dan
c. pembukuan atas pendapatan BLUD melalui Rekening Kas
BLUD.

Pasal 48
(1) Pembukuan atas pendapatan BLUD secara tunai
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 47 huruf a dilakukan
mulai saat Bendahara Penerimaan menerima pembayaran
tunai dari pemberi pendapatan.
(2) Dalam hal pembayaran menggunakan cek, maka
pencatatan dilakukan ketika cek tersebut diuangkan
bukan pada saat cek tersebut diterima.

28
(3) Pencatatan dilakukan pada saat Bendahara Penerimaan
menyetorkan pendapatan BLUD yang diterimanya ke
Rekening Kas BLUD.
(4) Pencatatan sebagaimana dimaksud pada ayat (3)
dilakukan pada buku penerimaan dan penyetoran.

Pasal 49
(1) Pembukuan atas pendapatan BLUD melalui rekening bank
Bendahara Penerimaan sebagaimana dimaksud Pasal 48
huruf b dilakukan saat Bendahara Penerimaan menerima
informasi dari bank mengenai adanya penerimaan
pendapatan BLUD pada rekening Bendahara Penerimaan
hingga penyetorannya.
(2) Pencatatan dilakukan pada buku penerimaan dan
penyetoran pada saat penerimaan dan pada saat
penyetoran.

Pasal 50
(1) Pembukuan atas pendapatan BLUD melalui Rekening Kas
BLUD sebagaimana dimaksud Pasal 47 huruf c dilakukan
saat Bendahara Penerimaan menerima informasi
mengenai adanya penerimaan pendapatan pada Rekening
Kas BLUD.
(2) Pencatatan dilakukan pada buku penerimaan dan
penyetoran.

Paragraf 3
Pertanggungjawaban Pendapatan

Pasal 51
(1) Bendahara Penerimaan wajib mempertanggungjawabkan
pengelolaan uang yang menjadi tanggungjawabnya kepada
pemimpin BLUD melalui Pejabat Keuangan paling lambat
tanggal 5 bulan berikutnya.
(2) Laporan pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan
memuat informasi tentang rekapitulasi penerimaan,
penyetoran dan saldo kas yang ada di Bendahara
Penerimaan.
(3) Laporan pertanggungjawaban sebagaimana dimaksud
pada ayat (2) dilampiri dengan:
a. buku kas umum penerimaan yang telah ditutup pada
akhir bulan berkenaan;
b. register STS; dan
c. bukti penerimaan yang sah dan lengkap.

Pasal 52
(1) Bendahara Penerimaan wajib menyampaikan laporan
pertanggungjawaban secara fungsional kepada PPKD

29
untuk mendapatkan pengesahan paling lambat tanggal 10
(sepuluh) bulan berikutnya.
(2) Penyampaian laporan pertanggungjawaban sebagaimana
pada ayat (1) dilampiri dengan:
a. buku penerimaan dan penyetoran yang telah ditutup
pada akhir bulan berkenaan;
b. register STS; dan
c. laporan pertanggungjawaban Bendahara Penerimaan
yang telah diverifikasi.

Bagian Ketiga
Penatausahaan Belanja

Paragraf 1
Umum

Pasal 53
(1) Pengelolaan belanja BLUD diberikan Fleksibilitas dengan
mempertimbangkan volume kegiatan pelayanan.
(2) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
merupakan belanja yang disesuaikan dengan perubahan
pendapatan dalam ambang batas RBA dan DPA yang telah
ditetapkan secara definitif.
(3) Fleksibilitas sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dapat
dilaksanakan terhadap belanja BLUD yang bersumber dari
pendapatan BLUD dari pendapatan jasa layanan, hibah,
hasil kerja sama dengan pihak lain, dan lain-lain
pendapatan BLUD yang sah.

Paragraf 2
Permintaan Pembayaran

Pasal 54
(1) Pemimpin BLUD menetapkan besar UP dengan surat
keputusan.
(2) Besar UP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
berdasarkan pagu anggaran yang dimiliki BLUD pada DPA
Perangkat Daerah yang menampung dana BLUD.
(3) Besar UP berdasarkan pagu anggaran sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) adalah batas maksimal nilai UP
ditentukan sebagai berikut :
a. besar UP maksimal Rp. 50.000.000,- untuk pagu DPA
Perangkat Daerah sampai dengan Rp. 500.000.000;
b. besar UP maksimal Rp. 75.000.000,- untuk pagu DPA
Perangkat Daerah diatas Rp. 500.000.000,- sampai
dengan Rp.1.000.000.000,-
c. besar UP maksimal Rp. 100.000.000,- untuk pagu DPA
Perangkat Daerah diatas Rp. 1.000.000.000,-
(4) Dalam rangka pelaksanaan belanja, Bendahara
Pengeluaran mengajukan S-PPD yang terdiri dari :
a. S-PPD UP;
30
b. S-PPD GU; dan
c. S-PPD LS.

Pasal 55
(1) Bendahara Pengeluaran mengajukan S-PPD UP
berdasarkan surat keputusan pemimpin BLUD tentang
besaran UP kepada KPA melalui PPK-BLUD.
(2) S-PPD UP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dipergunakan untuk mengisi uang persesiaan BLUD.
(3) Pengajuan UP hanya dilakukan sekali dalam setahun
tanpa pembebanan pada kode rekening tertentu.
(4) Pengajuan S-PPD UP sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disertai dengan lampiran dokumen yang terdiri dari:
a. salinan surat keputusan pemimpin BLUD tentang
penetapan UP untuk BLUD;
b. S-PPD UP; dan
c. lampiran lain yang diperlukan.
(5) Bendahara Pengeluaran hanya diperkenankan menyimpan
uang tunai paling banyak sebesar Rp10.000.OOO,00
(sepuluh juta rupiah).

Pasal 56
(1) Pada saat UP telah terpakai, Bendahara Pengeluaran
BLUD dapat mengajukan S-PPD GU dengan besaran
sejumlah laporan pertanggungjawaban penggunaan UP
yang telah di sahkan oleh KPA melalui PPK-BLUD.
(2) Pengajuan S-PPD GU sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dilakukan dalam rangka mengganti UP.
(3) Besaran SPP-GU sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
adalah sebesar UP yang dipertanggungjawabkan oleh
Bendahara Pengeluaran.
(4) Pengajuan S-PPD GU sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat diajukan apabila dana UP telah digunakan paling
sedikit 50% (lima puluh persen) dari dana UP yang
diterima.
(5) Pengajuan S-PPD GU sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dapat disampaikan untuk satu kegiatan tertentu atau
beberapa kegiatan sesuai dengan kebutuhan yang ada.
(6) Pengajuan S-PPD GU sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) disertai dengan lampiran dokumen yang terdiri dari :
a. salinan anggaran kas BLUD;
b. S-PPD GU;
c. laporan pertanggungjawaban UP;
d. bukti belanja yang lengkap dan sah; dan
e. lampiran lain yang diperlukan.

Pasal 57
(1) Untuk pengesahan belanja GU yang terakhir oleh fungsi
perbendaharaan BLUD, Bendahara Pengeluaran
mengajukan S-PPD GU nihil.
31
(2) Pengajuan S-PPD GU nihil sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan ketentuan :
a. besarnya S-PPD GU nihil sebesar laporan
pertanggungjawaban yang disahkan;
b. rincian penggunaan dana untuk S-PPD GU nihil
diuraikan sampai dengan kode rekening rincian objek
belanja; dan
c. pengajuan S-PPD GU nihil tidak dilakukan
penggantian UP.
(3) Saldo UP pada Bendahara Pengeluaran setelah
pengesahan pertanggungjawaban GU terakhir, wajib
disetorkan ke Rekening Kas BLUD paling lambat pada hari
kerja terakhir tahun anggaran berkenaan.

Pasal 58
(1) Penerbitan dan pengajuan dokumen S-PPD LS
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 54 ayat (4) huruf c
dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran guna memperoleh
persetujuan KPA melalui PPK-BLUD untuk pembayaran:
a. gaji pegawai BLUD, honor, dan tunjangan; dan
b. belanja barang dan jas serta belanja modal.
(2) Pengajuan S-PPD LS gaji pegawai BLUD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf a disertai dengan lampiran
dokumen yang terdiri dari :
a. salinan anggaran kas BLUD;
b. S-PPD LS gaji; dan
c. dokumen-dokumen pelengkap daftar gaji yang terdiri
atas :
1. pembayaran Gaji induk;
2. gaji susulan;
3. kekurangan gaji;
4. gaji terusan;
5. uang duka wafat/tewas yang dilengkapi dengan
daftar gaji induk/susulan/kekurangan gaji/uang
wafat/tewas;
6. SK CPNS;
7. SK PNS;
8. SK kenaikan pangkat;
9. SK jabatan;
10. kenaikan gaji berkala;
11. surat pernyataan pelantikan;
12. surat pernyataan masih menduduki jabatan;
13. surat pernyataan melaksanakan tugas;
14. daftar keluarga;
15. fotocopy surat nikah;
16. fotocopy akte kelahiran;
17. surat keterangan pemberhentian pembayaran gaji;
18. daftar potongan sewa rumah dinas;
19. surat keterangan masih sekolah/kuliah;
20. surat pindah;

32
21. surat kematian;
22. e-billing pajak penghasilan pasal 21; dan
23. peraturan perundang-undangan mengenai
penghasilan Pejabat Pengelola BLUD, Pegawai
BLUD, satuan pengawas internal BLUD dan dewan
pengawas BLUD; dan
24. lampiran lain yang diperlukan.
(3) Pengajuan S-PPD LS belanja barang dan jasa serta modal
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b disertai
dengan lampiran dokumen yang terdiri dari :
a. salinan anggaran kas BLUD;
b. S-PPD LS belanja barang dan Jasa serta modal
c. dokumen-dokumen terkait kegiatan yang disiapkan
oleh PTK yang terdiri atas :
1. surat setoran pajak disertai faktur pajak yang telah
ditanda tangani wajib pajak dan wajib pungut;
2. surat perjanjian kerja sama/kontrak antara
Pimimpin BLUD dengan pihak ketiga serta
mencantumkan nomor rekening bank pihak ketiga;
3. berita acara penyelesaian pekerjaan;
4. berita acara serah terima barang dan jasa;
5. berita acara pembayaran;
6. kuitansi bermeterai, nota/faktur yang
ditandatangani pihak ketiga dan PTK serta
disetujui oleh Pimimpin BLUD;
7. surat jaminan bank atau yang dipersamakan yang
dikeluarkan oleh bank atau lembaga keuangan
bukan bank jika diperlukan;
8. dokumen lain yang dipersyaratkanuntuk kontrak-
kontrak yang dananya sebagaian atau seluruhnya
bersumber dari penerusan pinjaman/hibah luar
negeri;
9. berita acara pemeriksaan yang ditandatangani
pihak ketiga/rekanan serta unsur panitia
pemeriksaan barang berikut lampiran daftar
barang yang diperiksa;
10. surat angkutan atau konosemen apabila
pengadaan barang dilaksanakan di luar wilayah
kerja;
11. surat pemberitahuan potongan denda
keterlambatan pekerjaan dari PTK apabila
pekerjaan mengalami keterlambatan;
12. foto/buku/dokumentasi tingkat kemajuan/
penyelesaian pekerjaan;
13. potongan iuran premi jaminan kecelakaan kerja
dan iuran jaminan kematian (potongan iuran
sesuai dengan ketentuan yang berlaku/ surat
pemberitahuan dari Badan Penyelenggara Jaminan
Sosial Ketenagakerjaan);
14. khusus untuk pekerjaan konsultansi yang
perhitungan harganya menggunakan biaya

33
personil, berita acara prestasi kemajuan pekerjaan
dilampiri dengan bukti kehadiran dari tenaga
konsultan sesuai pentahapan waktu pekerjaan dan
bukti penyewaaan/pembelian alat penunjang serta
bukti pengeluaran lainnya berdasarkan rincian
dalam surat penawaran; dan
15. lampiran lain yang diperlukan.

Pasal 59
(1) PPK-BLUD meneliti kelengkapan dokumen S-PPD UP, S-
PPD GU, dan/atau S-PPD -LS yang diajukan oleh
Bendahara Pengeluaran.
(2) Dalam hal dokumen S-PPD UP/GU/LS belum lengkap,
Pejabat Keuangan akan menerbitkan surat penolakan S-
PPD dan dikembalikan kepada Bendahara Pengeluaran
BLUD untuk dilengkapi dan kepada pemimpin BLUD
untuk diotorisasi.
(3) Surat penolakan S-PPD sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) diterbitkan paling lambat 1 (satu) hari kerja sejak SP2D
-UP/GU/LS diterima.
(4) Format S-PPD UP/GU/LS sebagaimana sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 55 ayat (4) huruf a, b, dan c
tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Paragraf 3
Perintah Membayar

Pasal 60
(1) Dalam hal dokumen S-PPD UP/GU/LS berdasarkan
penelitian yang dilakukan oleh PPK-BLUD sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 63 ayat (1) dinyatakan lengkap dan
sah, pemimpin BLUD menerbitkan S-OPD.
(2) Penerbitan S-OPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari :
a. S-OPD UP;
b. S-OPD GU; dan
c. S-OPD LS.
(3) S-OPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diterbitkan jika :
a. pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu
anggaran yang tersedia dan batas anggaran kas pada
periode permintaan pengeluaran kas, dengan selalu
memperhatikan jumlah ambang batas total belanja
yang telah ditetapkan; dan
b. didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai
peraturan perundang-undangan.
(4) Waktu pelaksanaan penerbitan S-OPD paling lambat 2
(dua) hari sejak SPPD UP/GU/LS diterima, dan apabila

34
ditolak, dikembalikan paling lambat 1 (satu) hari sejak
diterima S-PPD UP/GU/LS.
(5) Format S-OPD UP/GU/LS sebagaimana sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, b, dan c tercantum pada
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

Paragraf 4
Pencairan Dana

Pasal 61
(1) Setelah S-OPD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 60
ayat (2) huruf a, b, dan c ditandatangani oleh pemimpin
BLUD kemudian dikembalikan lagi kepada PPK-BLUD
untuk melakukan pembayaran dengan cara mengeluarkan
SPD yang nantinya digunakan untuk pembayaran atau
diberikan kepada pihak ketiga.
(2) Penerbitan SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
terdiri dari :
a. SPD UP;
b. SPD GU; dan
c. SPD LS.
(3) SPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat
diterbitkan jika :
a. pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu
anggaran yang tersedia dan batas anggaran kas pada
periode permintaan pengeluaran kas, dengan selalu
memperhatikan jumlah ambang batas total belanja
yang telah ditetapkan; dan
b. didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai
peraturan perundang-undangan.
(4) Waktu pelaksanaan penerbitan SPD paling lambat 2 (dua)
hari sejak S-OPD UP/GU/LS diterima.
(5) Format SPD UP/GU/LS sebagaimana sebagaimana
dimaksud pada ayat (2) huruf a, b, dan c tercantum pada
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

Paragraf 5
Pembukuan Belanja BLUD

Pasal 62
(1) Pembukuan belanja BLUD yang berasal dari pendapatan
BLUD dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran BLUD.
(2) Pembukuan belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan :
a. buku kas umum pengeluaran BLUD, dan
b. buku pembantu buku kas umum pengeluaran BLUD.
(3) Buku pembantu buku kas umum pengeluaran BLUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b digunakan
sesuai kebutuhan seperti :

35
a. buku pembantu kas tunai;
b. buku pembantu simpanan/bank;
c. buku pembantu panjar;
d. buku pembantu pajak; dan
e. buku pembantu sub rincian objek belanja.

Pasal 63
(1) Pembukuan belanja BLUD yang berasal dari dana APBD
dilakukan oleh Bendahara Pengeluaran Pembantu
Perangkat Daerah yang membidangi BLUD.
(2) Pembukuan belanja sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
menggunakan :
a. buku kas umum pengeluaran APBD, dan
b. buku pembantu buku kas umum pengeluaran APBD.
(3) Buku pembantu buku kas umum pengeluaran APBD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b digunakan
sesuai kebutuhan seperti :
a. buku pembantu kas tunai;
b. buku pembantu simpanan/bank;
c. buku pembantu panjar;
d. buku pembantu pajak; dan
e. buku pembantu sub rincian objek belanja.

Pasal 64
(1) Dokumen yang digunakan sebagai dasar dalam
melakukan pembukuan adalah :
a. S-OPD UP/GU/LS;
b. bukti transaksi yang sah dan lengkap; dan
c. dokumen pendukung lainnya sebagaimana yang diatur
dalam peraturan perundang-undangan.
(2) Format buku kas umum dan buku pembantu
sebagaimana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 63 ayat
(2) dan (3) serta Pasal 64 ayat (2) dan (3) tercantum dalam
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

Bagian Keempat
Pertanggungjawaban Belanja BLUD

Paragraf 1
Pertanggungjawaban Penggunaan UP/GU

Pasal 65
(1) Bendahara pengeluaran BLUD melakukan pertanggung
jawaban penggunaan UP setiap akan mengajukan GU.
(2) Langkah-langkah dalam membuat pertanggungjawaban
UP adalah sebagai berikut :
a. mengumpulkan bukti-bukti yang sah atas belanja
yang menggunakan UP termasuk bukti-bukti
pendukung lain yangsah dan lengkap;

36
b. berdasarkan bukti-bukti yang sah tersebut bendahara
pengeluaran BLUD merekapitulasi belanja kedalam
laporan pertanggungjawaban UP sesuai dengan
program dan kegiatannya masing-masing; dan
c. laporan pertanggungjawaban UP tersebut dijadikan
lampiran pengajuan S-PPD GU.
(3) Format laporan pertanggungjawaban UP sebagaimana
tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian tidak
terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Bagian Kedua
Pertanggungjawaban Bulanan

Pasal 66
(1) Pertanggungjawaban bulanan dibuat oleh Bendahara
Pengeluaran BLUD dan disampaikan kepada pemimpin
BLUD paling lambat tanggal 5 (lima) bulan berikutnya.
(2) Pertanggungjawaban bulanan sebagaimana dimaksud
pada ayat (1) berupa surat pertanggungjawaban yang
menggambarkan jumlah anggaran, realisasi, dan sisa
pagu anggaran baik secara kumulatif maupun perkegiatan
untuk semua dana yang digunakan oleh BLUD.
(3) Untuk kepentingan analisa manajemen keuangan dana
BLUD, laporan pertanggungjawaban yang disusun BLUD
dapat dibuat berdasarkan sumber dana APBD, BLUD dan
SiLPA BLUD sebelumnya.
(4) Pertanggungjawaban bulanan berupa surat
pertanggungjawaban dilampiri :
a. buku kas umum pengeluaran; dan
b. laporan penutupan kas.
(5) Pertanggungjawaban bulanan pada bulan terakhir tahun
anggaran disampaikan paling lambat hari kerja terakhir
bulan tersebut.
(6) Pertanggungjawaban bulanan pada bulan terakhir tahun
anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (5) harus
dilampiri bukti setoran sisa uang persediaan.

Pasal 67
(1) Langkah-langkah dalam membuat dan menyampaikan
surat pertanggungjawaban Bendaharan Pengeluaran
BLUD adalah sebagai berikut :
a. Bendahara Pengeluaran BLUD menyiapkan laporan
penutupan kas;
b. Bendahara Pengeluaran BLUD melakukan rekapitulasi
jumlah-jumlah belanja dan item terkait lainnya
berdasarkan buku kas umum dan buku pembantu
lainnya serta khususnya buku pembantu sub rincian
objek untuk mendapatkan nilai belanja per sub rincian
objek;

37
c. berdasarkan rekapitulasi, Bendahara Pengeluaran
BLUD membuat surat pertanggungjawaban atas
pengelolaan uang yang menjadi tanggung jawabnya;
d. dokumen surat pertanggungjawaban beserta buku kas
umum pengeluaran dan laporan penutupan kas
kemudian diberikan ke Pejabat Keuangan BLUD untuk
dilakukan verifikasi; dan
e. setelah mendapatkan verifikasi, pemimpin BLUD
menandatangani sebagai bentuk pengesahan.
(2) Format laporan penutupan kas bulanan dan laporan
pertanggungjawaban bendahara pengeluaran BLUD
sebagaimana tercantum pada Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Pasal 68
Ketentuan lebih lanjut mengenai laporan pertanggungjawaban
penggunaan UP/GU dan laporan pertanggungjawaban
bulanan diatur dengan peraturan pimimpin BLUD.

Paragraf 3
Pengesahan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan

Pasal 69
(1) Dalam pelaksanaan anggaran BLUD, pemimpin BLUD
menyusun laporan pendapatan BLUD, laporan belanja
BLUD dan laporan pembiayaan BLUD secara berkala
kepada PPKD.
(2) Penyampaian laporan sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) dengan melampirkan surat pernyataan tanggungjawab
yang ditandatangani oleh Pemimpin BLUD.
(3) Berdasarkan laporan yang melampirkan surat
tanggungjawab yang ditandatangani oleh pemimpin BLUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (2) kepala Perangkat
Daerah yang membidangi Kesehatan menerbitkan SP3BP.
(4) Berdasarkan SP3BP yang diterbitkan oleh kepala
Perangkat Daerah yang membidangi Kesehatan
sebagaimana dimaksud pada ayat (3) PPKD melakukan
pengesahan dengan menerbitkan SP2BP.
(5) Format surat pernyataan tanggungjawab, SP3BP dan
SP2BP sebagaimana tercantum pada Lampiran yang
merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.

38
Bagian Kelima
Proses Keuangan di Pejabat Keuangan BLUD

Paragraf 1
Umum

Pasal 70
(1) Proses penatausahaan keuangan yang dilakukan Pejabat
Keuangan BLUD meliputi :
a. penerimaan pendapatan BLUD;
b. penerimaan pembiayaan BLUD;
c. pengeluaran belanja untuk mekanisme UP/GU dan LS;
d. pengeluaran pembiayaan; dan
e. pengeluaran setara kas dan non anggaran.
(2) Proses penatausahaan penerimaan pendapatan BLUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, Pejabat
Keuangan hanya menunggu pendapatan yang masuk ke
Rekening Kas BLUD.
(3) Proses penatausahaan penerimaan pembiayaan BLUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, Pejabat
Keuangan hanya menunggu penerimaan pembiayaan
BLUD yang masuk ke Rekening Kas BLUD.
(4) Proses penatausahaan pengeluaran belanja BLUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, Pejabat
Keuangan berperan dalam verifikasi S-PPD kemudian
menyiapkan S-OPD untuk ditandatangani oleh pemimpin
BLUD dan Pejabat Keuangan.
(5) Proses penatausahaan pengeluaran pembiayaan BLUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d, Pejabat
Keuangan mengajukan S-PPD PK dan draf S-OPD untuk
ditandatangani oleh pemimpin BLUD.
(6) Proses penatausahaan pengeluaran setara kas
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e, seperti
deposito dibawah 3 (tiga) bulan, Pejabat Keuangan harus
meyakini bahwa dana yang digunakan adalah dana yang
tidak akan digunakan dalam waktu dekat, dan
menyampaikan rencana penempatan dana pada aset
setara kas kepada pemimpin BLUD.
(7) Aset setara kas sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
mencakup jumlah dana yang akan ditempatkan dan
pilihan penempatan dana beserta alasan dan hasil analisis
pemilihan penempatan dana tersebut.
(8) Dalam hal pemimpin BLUD menyetujui pengeluaran aset
setara kas sebagaimana dimaksud pada ayat (7),
dikeluarkan surat keputusan pemimpin BLUD tentang
aset setara kas yang dipilih.
(9) Berdasarkan surat keputusan pemimpin BLUD
sebagaimana dimaksud pada ayat (8) Pejabat Keuangan
menerbitkan surat perintah pejabat keuangan yang
memerintahkan pemindahbukuan dana dari kas BLUD ke
dalam aset setara kas yang dipilih.

39
Paragraf 2
Surat Pencairan Dana Pejabat Keuangan

Pasal 71
(1) Surat pencairan dana Pejabat Keuangan digunakan pada
proses pengeluaran pembiayaan BLUD.
(2) Pejabat keuangan mengajukan surat pencairan dana
Pejabat Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
dan draf S-OPD untuk ditandatangani oleh pemimpin
BLUD.
(3) S-OPD yang telah ditandatangani oleh pemimpin BLUD
kemudian dikembalikan lagi kepada Pejabat Keuangan
untuk dilakukan pencairan dana.
(4) Dalam melakukan pencairan dana sebagaimana dimaksud
pada ayat (3) Pejabat Keuangan mengeluarkan yang
nantinya digunakan untuk pembayaran atau diberikan
kepada pihak ketiga.
(5) surat pencairan dana Pejabat Keuangan sebagaimana
dimaksud pada ayat (4) dapat diterbitkan jika :
a. pengeluaran yang diminta tidak melebihi pagu
anggaran yang tersedia dan batas anggaran kas pada
periode permintaan pengeluaran kas, dengan selalu
memperhatikan jumlah ambang batas total belanja
yang ditetapkan; dan
b. didukung dengan kelengkapan dokumen sesuai
peraturan perundangan.
(6) Waktu pelaksanaan penerbitan surat pencairan dana
Pejabat Keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (4)
adalah :
a. diterbitkan paling lambat 2 (dua) hari sejak S-OPD
diterima Pejabat Keuangan; dan
b. apabila ditolak, dikembalikan ke Pejabat Keuangan
untuk dilakukan perbaikan dokumen pencairan.
c. perbaikan dokumen pencairan paling lambat 1 (satu)
hari sejak diterima S-OPD diterima Pejabat Keuangan.
(7) Format S-OPD Pejabat Keuangan dan S-PD Pejabat
Keuangan tercantum pada Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Paragraf 3
Pembukuan di Pejabat Keuangan BLUD

Pasal 72
(1) Pembukuan Pejabat Keuangan BLUD dilakukan dalam
rangka pembukuan untuk mengendalikan Rekening Kas
BLUD.
(2) Pengendalian Rekening Kas BLUID sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan menggunakan
buku kas umum Pejabat Keuangan BLUD.

40
(3) Pembukuan Pejabat Keuangan BLUD sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) meliputi pencatatan atas :
a. penerimaan pendapatan BLUD;
b. penerimaan pembiayaan BLUD;
c. pengeluaran belanja BLUD baik untuk mekanisme
UP/GU maupun LS; dan
d. pengeluaran pembiyaan BLUD.
(4) Format buku kas umum Pejabat Keuangan BLUD
sebagaimana tercantum pada Lampiran yang merupakan
bagian tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

BAB V
AKUNTANSI DAN PELAPORAN BLUD

Bagian Satu
Umum

Pasal 73
(1) BLUD selaku entitas akuntansi dan entitas pelaporan
menyusun laporan keuangan berbasis akrual.
(2) Penyusunan laporan keuangan berbasis akrual oleh BLUD
selaku entitas pelaporan sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) dilakukan dengan menggunakan standar akutansi
pemerintahan berbasis akrual.
(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
disertai dengan laporan kinerja yang berisikan informasi
pencapaian hasil atau keluaran BLUD.
(4) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (l)
diaudit oleh pemeriksa eksternal pemerintah sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
(5) Pemimpin BLUD menyusun laporan keuangan semesteran
dan tahunan.
(6) Laporan keuangan tahunan sebagaimana dimaksud pada
ayat (5) disertai dengan laporan kinerja paling lama 2
(dua) bulan setelah periode pelaporan berakhir, setelah
dilakukan reviu oleh Perangkat Daerah yang membidangi
pengawasan.
(7) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (6)
diintegrasikan ke dalam laporan keuangan Perangkat
Daerah yang membidangi kesehatan, untuk selanjutnya
diintegrasikan ke dalam laporan keuangan Pemerintah
Daerah.

Bagian Kedua
Struktur dan Isi Laporan Keuangan BLUD

Paragraf 1
Umum

Pasal 74
Komponen laporan keuangan BLUD terdiri atas :

41
a. LRA;
b. LPSAL;
c. neraca;
d. LO;
e. LAK;
f. LPE; dan
g. CaLK.

Paragraf 2
Laporan Realisasi Anggaran (LRA)

Pasal 75
(1) LRA BLUD menyajikan informasi realisasi pendapatan-
LRA, belanja, surplus/defisit-LRA, pembiayaan, dan sisa
lebih/kurang pembiayaan anggaran yang masing-masing
diperbandingkan dengan anggarannya dalam satu periode.
(2) LRA BLUD paling kurang mencakup pos-pos sebagai
berikut :
a. pendapatan-LRA;
b. belanja;
c. transfer;
d. surplus/defisit-LRA;
e. penerimaan pembiayaan;
f. pengeluaran pembiayaan;
g. pembiayaan neto; dan
h. sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran.

Pasal 76
(1) Pos pendapatan-LRA sebagaimana dimaksud dalam Pasal
75 ayat (2) huruf a adalah penerimaan oleh bendahara
BLUD dan/atau Rekening Kas BLUD yang menambah
saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang menjadi hak BLUD dan tidak perlu
dibayar kembali oleh BLUD.
(2) Pos belanja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat
(2) huruf b adalah semua pengeluaran oleh bendahara
BLUD dan/atau Rekening Kas BLUD yang mengurangi
saldo anggaran lebih dalam periode tahun anggaran yang
bersangkutan yang tidak akan diperoleh pembayarannya
kembali oleh BLUD.
(3) Pos transfer sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat
(2) huruf c adalah penerimaan atau pengeluaran uang oleh
suatu entitas pelaporan dari/kepada entitas pelaporan
lain, termasuk dana perimbangan dan dana bagai hasil.
(4) Pos surplus/defisit-LRA sebagaimana dimaksud dalam
Pasal 75 ayat (2) huruf d adalah selisih lebih/kurang
antara pendapatan-LRA dan belanja selama satu periode
pelaporan.
(5) Pos penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) huruf e

42
dan f adalah setiap penerimaan/pengeluaran yang tidak
berpengaruh pada kekayaan entitas yang perlu dibayar
kembali dan/atau akan diterima kembali, baik pada tahun
anggaran bersangkutan maupun tahun anggaran
berikutnya.
(6) Pos pembiayaan neto sebagaimana dimaksud dalam Pasal
75 ayat (2) huruf g adalah selisih antara penerimaan
pembiayaan setelah dikurangi pengeluaran pembiayaan
dalam periode tahun anggaran tertentu.
(7) Pos sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 75 ayat (2) huruf h adalah selisih
lebih/kurang antara realisasi pendapatan-LRA dan
belanja, serta penerimaan dan pengeluaran pembiayaan
dalam APBD selama satu periode pelaporan.

Pasal 77
Format LRA BLUD sebagaimana tercantum pada Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.

Paragraf 3
Laporan Perubahan Saldo Anggaran Lebih

Pasal 78
(1) LPSAL menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
saldo anggaran lebih tahun pelaporan dibandingkan
dengan tahun sebelumnya.
(2) laporan perubahan saldo anggaran lebih BLUD
menyajikan secara komparatif dengan periode sebelumnya
pos-pos berikut :
a. saldo anggaran lebih awal;
b. penggunaan saldo anggaran lebih;
c. sisa lebih/kurang pembiayaan anggaran tahun
berjalan;
d. koreksi kesalahan pembukuan tahun Sebelumnya;
e. lain-lain; dan
f. saldo anggaran lebih akhir.
(3) Format laporan LPSAL sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Paragraf 4
Neraca

Pasal 79
(1) Neraca menggambarkan posisi keuangan suatu entitas
pelaporan mengenai aset, kewajiban, dan ekuitas pada
tanggal tertentu.
(2) Neraca BLUD menyajikan secara komparatif dengan
periode sebelumnya pos-pos berikut :

43
a. kas dan setara kas;
b. investasi jangka pendek;
c. piutang dari kegiatan BLUD;
d. persediaan;
e. aset tetap;
f. aset lainnya;
g. kewajiban jangka pendek; dan
h. ekuitas.
(3) Kas dan setara kas pada neraca BLUD merupakan kas
yang berasal dari pendapatan BLUD baik yang telah dan
yang belum diakui oleh unit yang mempunyai fungsi
perbendaharaan umum.
(4) Kas pada BLUD yang sudah dipertanggungjawabkan
kepada unit yang mempunyai fungsi perbendaharaan
umum merupakan bagian dari Saldo Anggaran Lebih.
(5) Dana kas BLUD yang bukan milik BLUD diakui sebagai
kas dan setara kas.
(6) Dana kas sebagaimana dimaksud pada ayat (5) antara
lain:
a. dana titipan pihak ketiga;
b. uang jaminan; dan
c. uang muka pasien rumah sakit.
(7) Kas yang berasal dari sisa dana investasi Anggaran
Pendapatan dan Belanja Negara/APBD diakui sebagai aset
lainnya
(8) Penyetoran kas yang berasal dari pendapatan BLUD pada
tahun berjalan maupun tahun sebelumnya dibukukan
sebagai pengurang ekuitas pada BLUD penambah ekuitas
pada Pemerintah Daerah.
(9) Format Neraca BLUD sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) tercantum pada Lampiran yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Bupati ini.

Paragraf 5
Laporan Operasional

Pasal 80
(1) LO menyajikan ikhtisar sumber daya ekonomi yang
menambah ekuitas dan penggunaannya yang dikelola oleh
pemerintah daerah untuk kegiatan penyelenggaraan
pemerintahan dalam satu periode pelaporan.
(2) Struktur LO BLUD mencakup pos-pos sebagai berikut :
a. pendapatan-LO;
b. beban;
c. surplus/defisit dari kegiatan operasional;
d. kegiatan non operasional;
e. surplus/defisit sebelum pos luar biasa;
f. pos luar biasa; dan
g. surplus/defisit-LO.

44
Pasal 81

(1) Pendapatan-LO pada BLUD sebagaimana dimaksud dalam


Pasal 80 ayat (2) huruf a, merupakan pendapatan bukan
pajak.
(2) Akuntansi pendapatan-LO dilaksanakan berdasarkan asas
bruto, yaitu dengan membukukan penerimaan bruto, dan
tidak mencatat jumlah netonya setelah dikompensasikan
dengan pengeluaran.
(3) Dalam hal besaran pengurang terhadap pendapatan-LO
bruto bersifat variabel terhadap pendapatan dimaksud
dan tidak dapat dianggarkan terlebih dahulu dikarenakan
proses belum selesai, maka asas bruto dapat
dikecualikan.
(4) Khusus untuk pendapatan dari kerja sama operasi, diakui
berdasarkan asas neto dengan terlebih dahulu
mengeluarkan bagian pendapatan yang merupakan hak
mitra kerja sama operasi.

Pasal 82

(1) Beban pada BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 80


ayat (2) huruf b, diakui pada saat :
a. timbulnya kewajiban;
b. terjadinya konsumsi aset; dan/atau
c. terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi
jasa.
(2) Saat timbulnya kewajiban sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf a, adalah saat terjadinya peralihan hak dari
pihak lain ke BLUD tanpa diikuti keluarnya kas.
(3) Yang dimaksud dengan terjadinya konsumsi aset
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b, adalah saat
pengeluaran kas kepada pihak lain yang tidak didahului
timbulnya kewajiban dan/atau konsumsi aset nonkas
dalam kegiatan operasional BLUD.
(4) Terjadinya penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf c, terjadi pada
saat penurunan nilai aset sehubungan dengan
penggunaan aset bersangkutan/berlalunya waktu dengan
contoh penurunan manfaat ekonomi atau potensi jasa
adalah penyusutan atau amortisasi.
(5) Beban pada BLUD diklasifikasikan menurut klasifikasi
ekonomi.
(6) Klasifikasi ekonomi untuk BLUD sebagaimana dimaksud
pada ayat (5) yaitu beban pegawai, beban barang, beban
penyisihan, dan beban penyusutan aset tetap/amortisasi.
(7) Format LO BLUD sebagaimana tercantum pada Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.

45
Paragraf 6
Laporan Arus Kas

Pasal 83

(1) LAS pada BLUD menyajikan informasi mengenai sumber,


penggunaan, perubahan kas, dan setara kas selama satu
periode akuntansi, dan saldo kas dan setara kas pada
tanggal pelaporan pada BLUD.
(2) Arus masuk dan keluar kas diklasifikasikan berdasarkan :
a. aktivitas operasi;
b. investasi;
c. pendanaan; dan
d. transitoris.

Pasal 84

(1) Arus masuk kas dari aktivitas operasi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 83 ayat (2) huruf a, terutama
diperoleh dari :
a. pendapatan dari alokasi APBN/APBD;
b. pendapatan layanan yang bersumber dari masyarakat;
c. pendapatan layanan yang bersumber dari entitas
akuntansi/ entitas pelaporan;
d. pendapatan hasil kerja sama;
e. pendapatan yang berasal dari hibah dalam bentuk kas;
dan
f. pendapatan BLUD lainnya.
(2) Arus keluar kas untuk aktivitas operasi sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) terutama digunakan untuk :
a. pembayaran pegawai;
b. pembayaran barang;
c. pembayaran bunga; dan
d. pembayaran lain-lain/kejadian luar biasa.

Pasal 85

(1) Aktivitas investasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 83


ayat (2) huruf b, adalah aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang ditujukan untuk perolehan dan
pelepasan aset tetap serta investasi lainnya, tidak
termasuk investasi jangka pendek dan setara kas.
(2) Arus kas dari aktivitas investasi mencerminkan
penerimaan dan pengeluaran kas bruto dalam rangka
perolehan dan pelepasan sumber daya ekonomi yang
bertujuan untuk meningkatkan dan mendukung
pelayanan BLUD kepada masyarakat di masa yang akan
datang.
(3) Investasi yang dilakukan oleh BLUD dapat berasal dari
pendapatan BLUD dan APBN/APBD.

46
Pasal 86

(1) Arus masuk kas dari aktivitas investasi sebagaimana


dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1), antara lain terdiri atas :
a. penjualan aset tetap;
b. penjualan aset lainnya;
c. penerimaan dari divestasi; dan
d. penjualan investasi dalam bentuk sekuritas.
(2) Penerimaan dari divestasi sebagaimana dimaksud pada
ayat (1) huruf c dan penjualan Investasi dalam bentuk
sekuritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf d
merupakan penerimaan dari divestasi dan penjualan
investasi yang berasal dari pendapatan BLUD dan
investasi yang berasal dari APBD.

Pasal 87
(1) Arus keluar kas dari aktivitas investasi sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 85 ayat (1), antara lain terdiri atas :
a. perolehan aset tetap;
b. perolehan aset lainnya;
c. penyertaan modal;
d. pembelian investasi dalam bentuk sekuritas; dan
e. perolehan investasi jangka panjang lainnya;
(2) Pengeluaran atas penyertaan modal sebagaimana
dimaksud pada ayat (1) huruf c, pembelian Investasi
dalam bentuk sekuritas sebagaimana dimaksud pada ayat
(1) huruf d, dan perolehan Investasi jangka panjang
lainnya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf e
merupakan pengeluaran dari divestasi dan pembelian
investasi yang berasal dari pendapatan BLUD dan
pengeluaran investasi yang berasal dari APBD.

Pasal 88
(1) Aktivitas Pendanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal
83 ayat (2) huruf c adalah aktivitas penerimaan dan
pengeluaran kas yang yang berhubungan dengan
pemberian pinjaman jangka panjang dan/ atau
pelunasan utang jangka panjang yang mengakibatkan
perubahan dalam jumlah dan komposisi pinjaman jangka
panjang dan utang jangka panjang.
(2) Arus masuk kas dari aktivitas pendanaan, antara lain
sebagai berikut :
a. penerimaan pinjaman; dan
b. penerimaan dana dari APBD untuk diinvestasikan.
(3) Arus keluar kas dari aktivitas pendanaan, antara lain
sebagai berikut :
a. pembayaran pokok pinjaman; dan

47
b. pengembalian investasi dana dari APBD ke Bendahara
Umum Daerah.
(4) Format LAS BLU sebagaimana tercantum pada Lampiran
yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Bupati ini.

Paragraf 7
Laporan Perubahan Ekuitas

Pasal 89
(1) LPE menyajikan informasi kenaikan atau penurunan
ekuitas tahun pelaporan dibandingkan dengan tahun
sebelumnya.
(2) Laporan Perubahan Ekuitas pada BLUD menyajikan
paling kurang pos-pos sebagai berikut :
a. ekuitas awal;
b. surplus/defisit-LO pada periode bersangkutan;
c. koreksi-koreksi yang langsung
menambah/mengurangi ekuitas, yang antara lain
berasal dari dampak kumulatif yang disebabkan oleh
perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
mendasar; dan
d. ekuitas akhir.
(3) Perubahan kebijakan akuntansi dan koreksi kesalahan
mendasar sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf c,
misalnya :
a. koreksi kesalahan mendasar dari persediaan yang
terjadi pada periode-periode sebelumnya; dan
b. perubahan nilai aset tetap karena revaluasi aset tetap.
(4) Format LPE pada BLUD sebagaimana tercantum pada
Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Bupati ini.

Paragraf 8
Catatan atas Laporan Keuangan

Pasal 90
(1) CaLK mengungkapkan, menyajikan, menyediakan hal-hal
sebagai berikut :
a. mengungkapkan informasi umum tentang entitas
pelaporan dan entitas akuntansi;
b. menyajikan ikhtiar pencapaian target keuangan
selama tahun pelaporan berikut kendala dan
hambatan yang dihadapi dalam penapaian target;
c. menyajikan informasi tentang dasar penyusunan
laporan keuangan dan kebijakan-kebijakan akuntansi
yang dipilih untuk diterapkan atas transaksi-transaksi
dan kejadian-kejadian penting lainnya;
d. menyajikan rincian dan pejelasan masing-masing pos
yang disajikan pada lembar muka laporan keuangan;

48
e. mengungkapkan informasi yang diharuskan oleh
pernyataan Standar Akuntasi Pemerintah yang belum
disajikan dalam lembar muka laporan keuangan; dan
f. menyediakan informasi lainnya yang perlu untuk
penyajian yang wajar, yang tidak disajikan dalam
lembar muka laporan keuangan.
(2) Format laporan CaLK pada BLUD sebagaimana tercantum
pada Lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan
dari Peraturan Bupati ini.

BAB VIII
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 91
Pelaksanaan Penatausahaan Keuangan BLUD menggunakan
Aplikasi Elektronik Badan Layanan Umum Daerah.

BAB IX
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 92
Peraturan Bupati ini mulai berlaku pada tanggal
diundangkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan
pengundangan Peraturan Bupati ini dengan penempatannya
dalam Berita Daerah Kabupaten Banggai Kepulauan.

Ditetapkan di Salakan
pada tanggal
Pj. BUPATI BANGGAI KEPULAUAN,

IHSAN BASIR

Diundangkan di Salakan
pada tanggal
SEKRETARIS DAERAH
KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN,

RUSLI MOIDADY

BERITA DERAH KABUPATEN BANGGAI KEPULAUAN


TAHUN … NOMOR …

49
RANCANGAN

PERATURAN BUPATI BANGGAI KEPULAUAN


NOMOR … TAHUN …

TENTANG

SISTEM DAN PROSEDUR PENGELOLAAN

KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM

DAERAH DI FASILITAS KESEHATAN

50

Anda mungkin juga menyukai