Anda di halaman 1dari 24

1

PERATURAN GUBERNUR MALUKU UTARA


NOMOR .......TAHUN .......

TENTANG
TATA KELOLA PADA UPTD BP2STP PROVINSI MALUKU UTARA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA


GUBERNUR PROVINSI MALUKU UTARA

a. Bahwa dengan diberlakukannya otonomi daerah maka pertanian


Menimbang:
merupakan salah satu bidang pemerintahan yang wajib
dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah, sehingga Pemerintah Daerah
bertanggung jawab sepenuhnya dalam penyelenggaraan
pembangunan pertanian untuk meningkatkan derajat pertanian di
wilayahnya;
b. Bahwa dalam rangka memperlancar dan meningkatkan mutu
pelayanan pertanian kepada masyarakat, perlu diberikan otonomi
kepada manajemen UPTD berdasarkan prinsip efektivitas, efisiensi,
dan produktivitas.
c. Bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a
dan huruf b perlu menetapkan Peraturan Gubernur Maluku Utara
tentang Tata Kelola Badan Layanan Umum Daerah Pada Dinas
Pertanian Provinsi Maluku Utara.

Mengingat: 1. (diisi undang-undang pembentukan wilayah kabupaten/provinsi


UPTD yang bersangkutan)
2. Undang-UndangNomor 17 Tahun 2003 tentangKeuangan Negara
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4286);
3. Undang-UndangNomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan
Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
5, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4355);
4. Undang-UndangNomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor 125,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4437)
sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-UndangNomor
12 Tahun 2008 (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2008
Nomor 59, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia
Nomor 4844);
5. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Perindustrian
(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144,
TambahanLembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);
2

6. Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2005 tentang Pedoman


Penyusunan dan Penetapan Standar Pelayanan Minimal (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2005 Nomor 105, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4585);
7. Peraturan Pemerintah Nomor 46 Tahun 2014 tentang Sistem
Informasi Perindustrian (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5542);
8. Peraturan Pemerintah Nomor 18 Tahun 2016 tentang Perangkat
Daerah (Lembaga Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor
114, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5887);
9. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 79 Tahun 2018 Tentang
Badan LayananUmum Daerah;
10. Peraturan Menteri Perindustrian Republik Indonesia Nomor 75
Tahun 2014 Tentang UPTD;
11. Peraturan Daerah ................................... Nomor 8 Tahun 2008
Tentang Urusan Pemerintah yang menjadi Kewenangan Pemerintah
................................... (Lembaran Daerah ...................................
Tahun 2008 Nomor 3 Seri C);
12. Peraturan Daerah ................................... Nomor 09 Tahun 2009
Tentang Organisasi Perangkat Daerah
Pemerintah ................................... (Lembaran
Daerah ................................... Tahun 2009 Nomor 1 Seri D);
13. Peraturan Gubernur Nomor … Tahun … Tentang Kedudukan,
Susunan Organisasi, Tugas dan Fungsi, serta Tata Kerja Dinas
Pertanian Provinsi Maluku Utara.

MEMUTUSKAN:
PERATURAN GUBERNUR TENTANG TATA KELOLA BADAN
Menetapkan :
LAYANAN UMUM DAERAH UPTD BP2STP PROVINSI MALUKU
UTARA

BAB I
KETENTUAN UMUM

Pasal 1
Dalam Peraturan Bupati ini yang dimaksuddengan:
1. Daerah adalah Provinsi Maluku Utara
2. Pemerintah daerah adalah Pemerintah Provinsi Maluku Utara
3. Dinas Pertanian yang selanjutnya disebut Dinas adalah Dinas Pertanian Provinsi
Maluku Utara
4. Kepala Dinas Pertanian yang selanjutnya disebut Kepala Dinasa adalah Kepala
Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara
5. Unit Pelaksana Teknis Dinas yang selanjutnya disebut UPTD adalah Unit
Pelaksana Teknis Dinas di lingkungan Pemerintah Provinsi Maluku Utara
6. Perangkat Daerah adalah unsure pembantu kepala daerah dan DPRD dalam
penyelenggaraan Urusan Pemerintahan yang menjadi kewenangan Daerah.
3

7. Badan Layanan Umum Daerah yang selanjutnya disebut BLUD adalah Satuan
Kerja Perangkat Daerah atau Unit Kerja pada Satuan Kerja Perangkat Daerah di
lingkungan pemerintah daerah yang dibentuk untuk memberikan pelayanan kepada
masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang dijual tanpa
mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatannya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas.
8. Pola Tata Kelola adalah aturan dasar yang mengatur tata cara penyelenggaraan
UPTD antara Gubernur yang diwakili oleh Dinas Pertanian, Pejabat Pengelola yang
ditetapkan oleh Gubernur.
9. Remunerasi adalah imbalan kerja yang dapat berupa gaji, tunjangan tetap,
honorarium, insentif bonus atas prestasi, pesangon, dan atau pensiun.
10. Fleksibilitas adalah keleluasaan pengelolaan keuangan/barang BLUD pada batas-
batas tertentu yang dapat dikecualikan dari ketentuan yang berlaku umum.
11. Praktik Bisnis yang Sehat adalah penyelenggaraan fungsi organisasi berdasarkan
kaidah-kaidah manajemen yang baik dalam rangka pemberian layanan yang
bermutu, berkesinambungan dan berdaya saing.
12. Unit Kerja pada SKPD yang menerapkan PPK-BLUD adalah Unit Kerja pada
Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara yang menerapkan PPK-BLUD.
13. Investasi adalah pengeluaran untuk mendapatkan asset dalam rangka memperoleh
manfaat ekonomis yang dapat meningkatkan kemampuan BLUD dalam pelayanan
kepada masyarakat.
14. Tenaga kerja adalah setiap orang yang mengabdikan diri serta memiliki
pengetahuan dan/atau keterampilan melalui pendidikan yang untuk jenis tertentu
memerlukan kewenangan untuk melakukan upaya pertanian.
15. Pejabat pengelola BLUD adalah pemimpin BLUD yang bertanggung jawab
terhadap kinerja operasional BLUD yang terdiri atas pejabat keuangan dan pejabat
teknis yang sebutannya disesuaikan dengan nomenklatur yang berlaku pada BLUD
yang bersangkutan.
16. Rekening kas BLUD adalah rekening tempat penyimpanan uang BLUD yang
dibuka oleh pemimpin BLUD pada bank umum untuk menampung seluruh
penerimaan pendapatan dan pembayaran pengeluaran BLUD.
17. Pendapatan adalah semua penerimaan dalam bentuk kas yang mengurangi ekuitas
dana lancer dalam periode tahun anggaran bersangkutan yang tidak akan diperoleh
pembayarannya kembali oleh BLUD.
18. Biaya adalah sejumlah pengeluaran yang mengurangi ekuitas dana lancer untuk
memperoleh barang dan/atau jasa untuk keperluan operasional BLUD.
19. Rencana Bisnis dan Anggaran BLUD yang selanjutnya disingkat RBA adalah
dokumen perencanaan bisnis dan penganggaran tahunan yang berisi program,
kegiatan, target kinerja, dan anggaran BLUD.
20. Dokumen Pelaksanaan Anggaran BLUD yang selanjutnya disingkat DPA-BLUD
adalah dokumen yang memuat pendapatan dan belanja, proyeksi arus kas, jumlah
dan kualitas barang dan atau jasa yang akan dihasilkan dan digunakan sebagai dasar
pelaksanaan anggaran oleh BLUD.
21. Rencana Strategis yang selanjutnya disingkat Renstra adalah dokumen 5 (lima)
tahunan
22. Standar Pelayanan Minimal yang selanjutnya disingkat SPM adalah spesifikasi
teknis tentang tolak ukur layanan minimal yang diberikan oleh UPTD kepada
masyarakat.
4

23. Basis akrual adalah basis akuntansi yang mengakui pengaruh transaksi dan
peristiwa lainnya pada saat pelayanan terjadi, tanpa memperhatikan saat kas atau
setara kas diterima atau dibayar.
24. Satuan pengawas internal adalah perangkat BLUD yang bertugas melakukan
pengawasan dan pengendalian internal dalam rangka membantu pemimpin BLUD
untuk meningkatkan kinerja pelayanan, keuangan, dan pengaruh lingkungan social
sekitarnya (social responsibility) dalam menyelenggarakan bisnis sehat.
25. Tarif adalah imbalan atas barang dan/ataujasa yang diberikan oleh BLUD termasuk
imbalan hasil yang wajar dari investasi dana, dapat bertujuan untuk menutup.
26. Laporan keuangan konsolidasian adalah suatu laporan keuangan yang merupakan
gabungan keseluruhan laporan keuangan entitas akuntansi sehingga tersaji sebagai
satu entitas pelaporan.

BAB II
TATA KELOLA

Pasal 2
(1) Maksud peraturan Gubernur ini untuk memberikan pedoman dalam pengelolaan
UPTD yang menerapkan pola pengelolaan keuangan Badan Layanan Umum
Daerah.
(2) Tujuan Peraturan Gubernur ini adalah untuk meningkatkan pelayanan UPTD
kepada masyarakat dengan memberikan fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan
berdasarkan prinsip ekonomi, produktivitas dan penerapan bisnis yang sehat.

Pasal 3
Pola Tata Kelola UPTD memuat :
a. Kelembagaan
b. Prosedur kerja
c. Pengelompokan fungsi; dan
d. Pengelolaan sumber daya manusia

Pasal4
(1) Kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf a, memuat posisi
jabatan, pembagian tugas, fungsi, tanggung jawab, hubungan kerja, dan
wewenang.
(2) Prosedur kerja sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf b, memuat ketentuan
mengenai hubungan dan mekanisme kerja antarposisi jabatan dan fungsi.
(3) Pengelompokkan fungsi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 huruf c, memuat
pembagian fungsi pelayanan dan fungsi pendukung sesuai dengan prinsip
pengendalian internal untuk efektifitas pencapaian.
(4) Pengelolaan sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf d
memuat kebijakan mengenai pengelolaan sumber daya manusia yang berorientasi
pada peningkatan pelayanan kepada masyarakat.

BAB II
KEDUDUKAN, TUGAS, FUNGSI, DAN WEWENANG UPTD
Bagian Kesatu
Kedudukan UPTD
5

Pasal 5
(1) UPTD merupakan unsur pendukung teknis dan pelayanan umum dibidang
pertanian yang berkedudukan dibawah Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara
(2) UPTD dipimpin oleh seorang kepala yang berada dibawah dan bertanggungjawab
kepada kepala Dinas Pertanian Provinsi Maluku Utara

Bagian Kedua
Tugas, Fungsi dan Wewenang
Pasa l6
(1) UPTD mempunyai tugas melaksanakan kebijakan pertanian untuk mencapai
tujuan pembangunan pertanian di wilayah kerjanya dalam rangka mendukung
pengembangan industri.

Pasal 7
(1) Dalam melaksanakan tugas sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6, UPTD
menyelenggarakan fungsi :
a. penyelenggaraan Upaya Pertanian Masyarakat tingkat pertama di wilayah
kerjanya; dan
b. penyelenggaraan Upaya Pertanian Perorangan tingkat pertama di wilayah
kerjanya.

Pasal 8
(1) Dalam menyelenggarakan fungsi Upaya Pertanian Masyarakat sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 7 huruf a, UPTD berwenang:
a. melakukan perencanaan berdasarkan analisis masalah pertanian masyarakat
dan analisis kebutuhan pelayanan yang diperlukan;
b. melaksanakan advokasi dan sosialisasi kebijakan pertanian;
c. melaksanakan komunikasi, informasi, edukasi, dan pemberdayaan
masyarakat dalam bidang pertanian;
d. menggerakkan masyarakat untuk mengindentifikasi dan menyelesaikan
masalah pertanian pada tingkat perkembangan masyarakat yang
bekerjasama dengan sektor lain terkait;
e. melaksanakan pembinaan teknis terhadap jaringan pelayanan dan upaya
pertanian berbasis masyarakat;
f. melaksanakan peningkatan kompetensi sumber daya manusia UPTD;
g. memantau pelaksanaan pembangunan agar berwawasan pertanian;
h. melaksanakan pencatatan, pelaporan, dan evaluasi terhadap akses mutu dan
cakupan pelayanan pertanian; dan

BAB III
SUSUNAN ORGANISASI UPTD
Bagian Kesatu
Struktur Organisasi

Pasal 9
(1) Organisasi UPTD paling sedikit terdiri atas :
6

a. Kepala UPTD;
b. Kepala Sub Bagian Tata Usaha;
c. ..........................;
d. ...........................;
(2) Kepala UPTD merupakan seorang Tenaga Pertanian dengan criteria sebagai
berikut:
a. Tingkat pendidikan paling rendah sarjana (S1) dan memiliki kompetensi
manajemen pertanian;
b. Masa kerja di UPTD minimal 2 (dua) tahun; dan
c. Telah mengikuti pelatihan manajemen UPTD.
(3) Kepala UPTD bertanggung jawab atas seluruh kegiatan di UPTD.
(4) Dalam melaksanakan tanggung jawab Kepala UPTD merencanakan dan
mengusulkan kebutuhan sumberdaya UPTD kepada Dinas Pertanian Provinsi
Maluku Utara.
(5) Kepala Sub Bagian Tata Usaha, membawahi beberapa kegiatan diantaranya
Sistem Informasi UPTD, kepegawaian, rumah tangga, dan keuangan.
(6) .......................................
(7) .......................................
(8) Upaya pelayanan pertanian dilaksanakan secara terintegrasi dan
berkesinambungan.

Bagan struktur organisasi sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 ayat (1) tercantum
dalam lampiran I Peraturan Bupati ini.
Bagian Kedua
Pejabat Pengelola

Pasal 10
(1) Pejabat pengelola BLUD terdiri atas:
a. Pemimpin BLUD;
b. Pejabat Keuangan; dan
c. Pejabat Teknis.

Bagian Ketiga
Pengangkatan Pejabat Pengelola

Pasal 11
(2) Pejabat pengelola BLUD diangkat dan diberhentikan oleh Gubernur.
(3) Pemimpin BLUD bertanggung jawab kepada Gubernur melalui kepala Dinas
Pertanian.
(5) Pejabat Keuangan dan Pejabat Teknis BLUD bertanggung jawab Kepada
Pemimpin BLUD.
(6) Pejabat Pengelola dan pegawai BLUD berasal dari:
a. Pegawai negeri sipil; dan/atau
b. Pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja, sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(7) BLUD dapat mengangkat Pejabat pengelola dan pegawai selain sehagaimana
dimaksud pada ayat (4) professional lainnya.
7

(8) Pengangkatan sebagaimana dimaksud pada ayat (5) sesuai dengan kebutuhan
profesionalitas, kemampuan keuangan dan berdasarkan prinsip efisiensi ekonomis
dari produktif dalam meningkatkan pelayanan.
(9) Pejabat pengelola dan pegawai, yang berasal dari tenaga profesional lainnya
sebagaimana dimaksud ayat (5) dapat dipekerjakan secara kontrak atau tetap.
(10) Pejabat Pengelola yang berasal dari tenaga professional lainnya sebagaimana
dimaksud ayat (5) diangkat untuk masa jabatan paling lama 5 (lima) tahun, dan
dapat diangkat kembali untuk 1 (satu) kali periode masa jabatan berikutnya.
(11) Pengangkaran kembali untuk periode masa jabatan berikutnya paling tinggi
berusia 60 (enam puluh) tahun.
(12) Pengadaan Pejabat Pengelola dan pegawai yang berasal dari professional lainnya
sebagaimana dimaksud pada ayat dilaksanakan sesuai dengan jumlah dan
komposisi yang telah disetujui PPKD.

Bagian Keempat
Persyaratan Sebagai Pejabat Pengelola

Pasal 12
(1) Pengangkatan dalam jabatan dan penempatan pejabat pengelola BLUD
sebagaimana dimaksud pada pasal 11 ayat (1), ditetapkan berdasarkan kompetensi
dan kebutuhan praktik bisnis yang sehat.
(2) Kompetensi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan kemampuan dan
keahlian yang dimiliki oleh pejabat pengelola BLUD berupa pengetahuan,
keahlian, keterampilan, integritas, kepemimpinan, pengalaman, dedikasi, dan
sikap perilaku yang diperlukan dalam pelaksanaan tugas dan jabatannya.
(3) Kebutuhan praktik bisnis yang sehat sebagaimana dimaksud dalam ayat (1),
merupakan kepentingan BLUD untuk meningkatkan kinerja keuangan dan non
keuangan berdasarkan kaidah-kaidah manajemen yang baik.

Pasal 13
Syarat untuk dapat diangkat menjadi Pemimpin UPTD BLUD adalah:
a. Tenaga pertanian Strata-1 yang mempunyai kemampuan, keahlian, integritas,
kepemimpinan, dan diutamakan pengalaman di bidang UPTD BLUD;
b. Berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna
kemandirian UPTD BLUD;
c. Memenuhi syarat administrasi kepegawaian dan kualifikasi jabatan;
d. Pemimpin UPTD BLUD yang berasal Non PNS, didasarkan pada hasil uji
kelayakan dan kepatutan(fit and proper tes).
e. Masa kerja di UPTD minimal 2 (dua) tahun; dan
f. Telah mengikuti pelatihan manajemen UPTD.

Syarat untuk diangkat menjadi Pejabat keuangan adalah:


a. Memenuhi criteria keahlian, integritas, kepemimpinan;
b. Berlatar belakang pendidikan sarjana, diutamakan bidang pertanian, ekonomi, dan
akuntansi;
c. Pejabat Keuangan BLUD harus berasal dari PNS;
d. Masa kerja di UPTD minimal 2 (dua) tahun;
8

e. Berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan usaha guna


kemandirian keuangan;
f. Cakap melakukan perbuatan hukum dan tidak pernah menjadi pemegang keuangan
perusahaan yang dinyatakan pailit;
g. Memenuhi syarat adminitrasi kepegawaian dan kualifikasi jabatan; dan
h. Diutamakan mempunyai latar belakang pendidikan paling rendah D3 dan
mempunyai pengalaman di bidang keuangan atau akuntansi dan keadministrasian.

Syarat untuk diangkat menjadi Pejabat Teknis adalah:


a. Memenuhi criteria keahlian, integritas, kepemimpinan;
b. Berkelakuan baik dan memiliki dedikasi untuk mengembangkan kegiatan teknis di
bidangnya;
c. Memenuhi syarat administrasi kepegawaian dan kualifikasi jabatan; dan
d. Diutamakan mempunyai latar belakang pendidikan paling rendah D3 dan
mempunyai pengalaman di bidang teknis yang menjadi tanggung jawabnya.

Bagian Kelima
Tanggung Jawab Pejabat Pengelola
Pasal 14
(1) Pemimpin BLUD bertanggung jawab terhadap operasional dan keuangan BLUD
secara umum.
(2) Pejabat Keuangan BLUD bertanggung jawab terhadap keuangan BLUD.
(3) Pejabat Teknis BLUD bertanggung jawab terhadap mutu, standarisasi,
administrasi, peningkatan kualitas sumberdaya manusia, dan peningkatan
sumberdaya lainnya.

Bagian Keenam
Hak dan Kewajiban Pejabat Pengelola dan Pegawai
Pasal 15
Pejabat pengelola mempunyai hak:
(1) Mendapatkan remunerasi sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku;
(2) Mengelola sumberdaya sesuai dengan fleksibilitas yang diberikan oleh Walikota.

Pasal 16
(1) Pemimpin BLUD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 11 ayat (a), mempunyai
kewajiban:
a. Memimpin, mengarahkan, membina, mengawasi, mengendalikan,
mengevaluasi penyelenggaraan kegiatan BLUD agar lebih efisien dan
produktivitas;
b. Merumuskan penetapan kebijakan teknis BLUD serta kewajiban lainnya
sesuai dengan kebijakan yang telah ditetapkan oleh kepala daerah;
c. Menyusun Renstra;
d. Menyiapkan RBA;
e. Mengusulkan calon pejabat pengelola keuangan dan pejabat teknis kepada
kepala daerah sesuai ketentuan;
f. Menetapkan pejabat lainnya sesuai kebutuhan BLUD selain pejabat yang
ditetapkan dengan peraturan perundang-undangan;
9

g. Mengkoordinasikan pelaksanaan kebijakan BLUD yang dilakukan oleh


pejabat keuangan dan pejabat teknis, mengendalikan tugas pengawasan
internal, serta menyampaikan dan mempertanggungjawabkan kinerja
operasional serta keuangan keuangan BLUD kepada kepala daerah; dan
h. Tugas lainnya yang ditetapkan oleh kepala daerah sesuai dengan
kewenangannya.
(2) Pemimpin BLUD dalam melaksanakan tugasnya sebagaimana dimaksud pasal (1),
mempunyai fungsi sebagai penanggungjawab umum operasional dan keuangan.
(3) Pemimpin bertindak selaku kuasapengguna anggaran/ kuasapengguna barang.
(4) Dalam hal pemimpin sebagaimana dimaksud pada ayat(1) tidak berasal dari
pegawai negeri sipil, pejabat keuangan ditunjuk sebagai kuasa pengguna
anggaran/kuasa pengguna barang.

Pasal 17
(1) Pejabat keuangan BLUD sebagaimana dimaksud dalam pasal 11 ayat (b),
mempunyai kewajiban:
a. Mengkoordinasikan penyusunana RBA;
b. Menyiapkan DPA;
c. Melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja;
d. Menyelenggarakan pengelolaan kas;
e. Melakukan pengelolaan utang, piutang dan investasi;
f. Menyusun kebijakan pengelolaan barang milik daerah yang berada dibawah
penguasaannya;
g. Menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan;
h. Menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan; dan
i. Tugas lainnya yang ditetapkan oleh kepala daerah dan/atau pemimpin sesuai
dengan kewenangannya.
(2) Pejabat keuangan pada ayat (1) dalam melaksanakan tugasnya memiliki fungsi
sebagai penanggungjawab keuangan.
(3) Pejabat keuangan pada ayat (1) akan dibantu oleh bendahara penerimaan dan
bendahara pengeluaran.
(4) Bendahara penerimaan dan bendahara pengeluaran harus dijabat oleh pegawai
negeri sipil (PNS).
(5) Bendahara Penerimaan sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4) mempunyai
tugas dan fungsi menerima, menyimpan, menyetorkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan uang pendapatan asli daerah dalam rangka
pelaksanaan APBD pada SKPD.
(6) Bendahara Pengeluaran sebagaimana yang dimaksud pada ayat (4) mempunyai
tugas dan fungsi menerima, menyimpan, membayarkan, menatausahakan dan
mempertanggungjawabkan pengeluaran uang dalam rangka pelaksanaan APBD
dan SKPD.
Pasal 18
(1) Pejabat Teknis sebagaimana disebutkan dalam pasal 11 ayat (c) mempunyai
kewajiban:
a. Menyusun perencanaan kegiatan teknis operasional dan pelayanan di
bidangnya;
b. Melaksanakan kegiatan teknis operasional dan pelayanan sesuai dengan
RBA;
10

c. Memimpin dan mengendalikan kegiatan teknis operasional pelayanan


dibidangnya; dan
d. Tugas lainnya yang ditetapkan oleh kepala daerah dan/atau pemimpin sesuai
dengan kewenangannya.
(2) Pejabat teknis pada ayat (1) mempunyai fungsi sebagai penanggungjawab
kegiatan teknis operasional dan pelayanan di bidangnya.
(3) Pelaksanaan tugas pejabat teknis pada ayat (1) berkaitan dengan mutu,
standarisasi, administrasi, peningkatan kualitass sumber daya manusia dan
peningkatan sumber daya lainnya.

Bagian Ketujuh
Larangan dan Pemberhentian Pejabat Pengelola dan Pegawai

Pasal19
Larangan pejabat pengelola dan/atau pegawai BLUD non PNS sebagai berikut:
a. Melakukan tindakan yang dapat menurunkan kehormatan atau martabat
pemerintah daerah;
b. Menyalahgunakan wewenang;
c. Menjadi perantara untuk mendapatkan keuntungan pribadi dan/atau orang lain
dengan menggunakan kewenangan orang lain;
d. Memiliki, menjual, membeli, menggadaikan, menyewakan, atau meminjamkan
barang baik bergerak atau tidak bergerak, dokumen atau surat berharga milik
pemerintah daerah secara tidak sah;
e. Melakukan kegiatan bersama dengan atasan, teman sejawat, teman kerja atau
orang lain di dalammaupun di luar lingkungan kerjanya dengan tujuan untuk
keuntungan pribadi, golongan, atau pihaklain, yang secara langsung atau tidak
langsung merugikan pemerintah daerah;
f. Melakukan suatu tindakan atau tidak melakukan suatu tindakan yang dapat
menghalangi atau mempersulit salah satu pihak yang dilayani sehingga
mengakibatkan kerugian bagi yang dilayani;
g. Menghalangi berjalannya tugas kedinasan;
h. Mencalonkan diri sebagai calon kepala daerah/DPR/DPD/DPRD;
i. Ikut serta dalam kampanye calon Presiden/Wakil Presiden, DPR, DPD, atau
DPRD;
j. Memberi dukungan kepada calon Kepala Daerah/Wakil Kepala daerah, dengan
cara terlibat dalam kegiatan kampanye.

Pasal20
(1) PejabatPengelolaUPTD BLUD diberhentikankarena:
a. Meninggal dunia;
b. Berhalangan secara tetap selama 3 (tiga) bulan berturut-turut;
c. Tidak melaksanakan tugas dan kewajibannya dengan baik;
d. Melanggar kebijakan atau ketentuan-ketentuan lain yang telah ditetapkan;
e. Mengundurkan diri karena alasan yang patut; atau
f. Terlibat dalam suatu perbuatan yang melanggar hukum.
(2) Pemberhentian Pejabat Pengelola UPTD BLUD yang berasal dari Non Pegawai
Negeri Sipil diatur lebih lanjut dengan Peraturan Walikota.
11

BAB IV
PENGELOMPOKAN FUNGSI

Pasal 21
Fungsi pelayanan UPTD BP2STP didasarkan pada fungsi pelayanan yang meliputi
.......................... (diisi jenis pelayanan).

Pasal 22
(1) Tugas pokok Satuan Pengawas Internal adalah :
a. Mengamankan harta kekayaan
b. Menciptakan akurasi sistem informasi keuangan
c. Menciptakan efisien dan produktivitas, dan
d. Mendorong dipatuhinya kebijakan manajemen dalam penerapan Praktek
Bisnis yang Sehat
(2) Untuk dapat diangkat sebagai satuan pengawas internal yang bersangkutan harus
memenuhi syarat :
a. Sehat jasmani dan rohani
b. Memiliki keahlian, integritas, pengalaman, jujur, perilaku yang baik, dan
dedikasi yang tinggi untuk memajukan dan mengembangkan BLUD
c. Memahami penyelenggaraan pemerintah daerah
d. Memahami tugas dan fungsi BLUD
e. Memiliki pengalaman teknis pada BLUD
f. Berijazah paling rendah D-3 (Diploma 3)
g. Pengalaman kerja paling sedikit 3 (tiga) tahun
h. Berusia paling rendah 30 (tiga puluh) tahun dan paling tinggi 55 (lima puluh
lima) tahun pada saat mendaftar pertama kali
i. Tidak sedang menjalani saksi pidana, dan
j. Mempunyai sikap independen dan obyektif
(3) Satuan Pengawas Internal dibentuk dan di tetapkan dengan keputusan Kepala
UPTD;
(4) Satuan Pengawas Internal berkedudukan dibawah dan bertanggung jawab kepada
KepalaUPTD;
(5) Satuan Pengawas Internal diangkat dan diberhentikan oleh KepalaUPTD.

BAB V
PROSEDUR KERJA

Pasal23
Prosedur kerja setiap proses pengelolaan manajerial dan pelayanan telah
didokumentasikan dalam Standar Operating Procedure (SOP). SOP merupakan acuan
bagi seluruh petugas di UPTD dalam melaksanakan pekerjaan. Acuan pelaksanaan
pekerjaan merupakan bagian vital dalam pengelolaan UPTD dan diharapkan merupakan
suatu standard baku dalam proses bisnis UPTD sehingga pelayanan kepada seluruh
pengguna dapat mencapai standar yang di inginkan. Prosedur Kerja sebagaimana
tercantum dalam lampiran II Peraturan Gubernur ini.

BAB VI
ESELONISASI
12

Pasal24
(1) Eselonisasi Pejabat Pengelola UPTD BLUD disesuaikan dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan;
(2) Jika Pejabat Pengelola UPTD BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
berasal dari Non Pegawai Negeri Sipil, maka hak-hak yang menyangkut
tunjangan jabatan disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
yang berlaku.

BAB VII
PENGELOLAAN SUMBER DAYA MANUSIA

Pasal25
(1) Pengelolaan sumberdaya manusia sebagaimana dimaksud merupakan pengaturan
dan kebijakan yang jelas mengenai sumberdaya manusia yang berorientasi pada
pemenuhan secara kuantitatif dan kualitatif/kompeten untuk mendukung
pencapaian tujuan organisasi secara efisien, efektif, dan produktif.
(2) Sumberdaya manusia UPTD terdiri atas tenaga pertanian dan tenaga non
pertanian.
(3) Jenis dan jumlah tenaga pertanian dan tenaga non medis dihitung berdasarkan
analisis beban kerja dengan mempertimbangkan jumlah pelayanan yang
diselenggarakan, jumlah penduduk dan persebarannya, karakteristik wilayah
kerja, luas wilayah kerja, ketersediaan fasilitas pelayanan pertanian tingkat
pertama lainnya di wilayah kerja dan pembagian waktu kerja.
(4) Jenis tenaga pertanian paling sedikit terdiri atas:
a. .........................;
b. .........................;
c. .........................;
(5) Tenaga non pertanian harus dapat mendukung kegiatan ketatausahaan,
administrasi keuangan, sistem informasi, dan kegiatan operasional lain di UPTD.
(6) Tenaga pertanian di UPTD harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standard
pelayanan, standard prosedur operasional, etika profesi, menghormati hak petani,
serta mengutamakan kepentingan pertanian.
(7) Setiap Tenaga Pertanian yang bekerja di UPTD harus memiliki surat izin/tugas
sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan.
(8) Ketentuan mengenai pengelolaan SDM non PNS diatur lebih lanjut dengan
Peraturan Gubernur mulai dari rekrutmen, seleksi, pengangkatan, penempatan,
mutasi, promosi, reward punishment, sampai dengan pemutusan hubungan kerja
termasuk pensiun.

BAB VIII
REMUNERASI

Pasal26
(1) Pejabat pengelola BLUD dan pegawai BLUD dapat diberikan remunerasi sesuai
dengan tingkat tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan.
(2) Remunerasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), merupakan imbalan kerja
yang diberikan dalam komponen:
13

a. Gaji yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat tetap setiap bulan
b. Tunjangan Tetap yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat tambahan
pendapatan di luar gaji setiap bulan
c. Insentif yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat tambahan pendapatan
di luar gaji
d. Bonus atas prestasi yaitu imbalan kerja berupa uang yang bersifat tambahan
pendapatan di luar gaji, tunjangan tetap dan insentif, atas prestasi kerja yang
dapat diberikan 1 (satu) kali dalam 1 (satu) tahun anggaran setelah BLUD
memenuhi syarat tertentu
e. Pesangonyaitu imbalan kerja berupa uang santunan purna jabatan sesuai
dengan kemampuan keuangan dan/atau
f. Pensiun yaitu imbalan kerja berupa uang
(3) Pejabat Pengelola menerima remunerasi sebagaiana dimaksud pada ayat (2)
meliputi:
a. Bersifat tetap berupa gaji
b. Bersifat tambahan berupa tunjangan tetap, insentif, dan bonus atas prestasi
c. Pesangon bagi Pegawai Pemerintah dengan perjanjian kerja dan profesional
lainnya atau pensiun bagi pegawai negeri sipil
(4) Pegawai menerima reunerasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi :
a. Bersifat tetap berupa gaji
b. Bersifat tambahan berupa insentif dan bonus atas prestasii, dan
c. Pesangon bagi pegawai pemerintah dengan perjanjian kerja dan profesional
lainnya atau pensiun bagi Pegawai Negeri Sipil
(5) Pemberian gaji, tunjangan dan pensiun sebagaimana dimaksud pada ayat (3) dan
(4) bagi pegawai negeri sipil sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
(6) Remunerasi untuk BLUD-UPTD ditetapkan oleh Gubernur berdasarkan usulan
pemimpin BLUD-UPTD melalui Kepala Dinas Pertanian
(7) Penetapan remunerasi pemimpin BLUD mempertimbangkan prinsip
proporsionalitas, kesetaraan, kepatuhan, kewajaran dan kinerja
(8) Selain mempertimbangkan prinsip sebagaimana yang dimaksud ayat (7) ,
pengaturan remunerasi dapat memperhatikan indeks harga daerah/wilayah.
(9) Untuk mengatur remunerasi BLUD, kepala daerah dapat membentuk tim yang
keanggotaannya dapat berasal dari unsur :
a. SKPD yang membidangi kegiatan BLUD
b. SKPD yang membidangi pengelolaan keuangan daerah
c. Perguruan tinggi, dan
d. Lembaga profesi
(10) Tim sebagaimana dimaksud pada ayat (9) ditetapkan dengan keputusan kepala
daerah
(11) Pengaturan remunerasi dapat dihitung berdasarkan indicator penilaian :
a. Pengalaman dan masa kerja (basic index);
b. Keterampilan, ilmu pengetahuan dan perilaku (competency index);
c. Resiko kerja (risk index);
d. Tingkat kegawatdaruratan (emergency index);
e. Jabatan yang disandang (position index); dan
f. Hasil/capaian kinerja (performance index).
14

(12) Selain indikator penilaian sebagaimana dimaksud dalam ayat (11), penetapan
remunerasi bagi pemimpin, mempertimbangkan faktor :
a. Ukuran dan jumlah aset yang dikelola, tingkat pelayanan serta produktivitas
b. Pelayanan sejenis
c. Kemampuan pendapatan
d. Kinerja operasional berdasarkan indikator keuangan, pelayanan, mutu dan
manfaat bagi masyarakat
(13) Remunerasi bagi pejabat keuangan dan pejabat teknis ditetapkan paling banyak
sebesar 90% dari remunerasi pemimpin.
(14) Bagi pejabat pengelola dan pegawai BLUD yang berstatus PNS, gaji pokok dan
tunjangan mengikuti peraturan perundang-undangan tentang gaji dan tunjangan
PNS serta dapat diberikan tambahan penghasilan sesuai remunerasi yang
ditetapkan oleh Bupati.
(15) Remunerasi dalam bentuk honorariu diberikan kepada Dewan Pengawas dan
sekretaris Dewan Pengawas sebagai imbalan kerja berupa uang, bersifat tetap dan
diberikan setiap bulan.
(16) Honorarium Dewan Pengawas ditetapkan sebagai berikut:
a. Honorarium ketua Dewan Pengawas paling banyak sebesar 40% dari gaji dan
tunjangan pemimpin
b. Honorarium anggota Dewan Pengawas paling banyak sebesar 36% dari gaji
dan tunjangan pemimpin
c. Honorarium sekretaris Dewan Pengawas paling banyak sebesar 15% dari gaji
dan tunjangan pemimpin.

BAB IX
STANDAR PELAYANAN MINIMAL

Pasal27
(1) Untuk menjamin ketersediaan, keterjangkauan, dan kualitas pelayanan umum
yang diberikan oleh BLUD, kepala daerah menetapkan standard pelayanan
minimal BLUD dengan peraturan kepala daerah;
(2) Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat diusulkan
oleh pemimpin BLUD.
(3) Standar pelayanan minimal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) harus
mempertimbangkan kualitas pelayanan, pemerataan, dan kesetaraan layanan serta
kemudahan untuk mendapatkan layanan.
(4) Standar pelayanan minimal harus memenuhi persyaratan:
a. Fokus pada jenis pelayanan;
b. Terukur;
c. Dapat dicapai;
d. Relevan dan dapat diandalkan; dan
e. Tepat waktu.
(5) Fokus pada jenis pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf a,
mengutamakan kegiatan pelayanan yang menunjang terwujudnya tugas dan fungsi
BLUD.
(6) Terukur sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf b, merupakan kegiatan yang
pencapaiannya dapat dinilai sesuai dengan standar yang telah ditetapkan.
15

(7) Dapat dicapai sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf c, merupakan kegiatan
nyata, dapat dihitung tingkat pencapaiannya, rasional, sesuai kemampuan dan
tingkat pemanfaatannya.
(8) Relevan dan dapat diandalkan, sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf d,
merupakan kegiatan yang sejalan, berkaitan dan dapat di percaya untuk
menunjang tugas dan fungsi BLUD.
(9) Tepat waktu sebagaimana dimaksud pada ayat (4) huruf e, merupakan kesesuaian
jadwal dan kegiatan pelayanan yang telah ditetapkan.

BAB X
TARIF LAYANAN

Pasal 28
(1) BLUD dapat memungut belanja kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang
dan/atau jasa layanan yang diberikan.
(2) Imbalan atas barang dan/atau jasa layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (1),
ditetapkan dalam bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan belanja satuan
per unit layanan atau hasil per investasi dana.
(3) Tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (2), termasuk imbal hasil yang wajar dari
investasi dana dan untuk menutup seluruh atau sebagian dari belanja per unit
layanan.
(4) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (2), dapat berupa besaran tariff
atau pola tarif sesuai jenis layanan BLUD yang bersangkutan.
(5) Tarif layanan BLUD-UPTD diusulkan oleh pemimpin BLUD kepada Gubernur
melalui Kepala Dinas Pertanian
(6) Tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (5), ditetapkan dengan peraturan
Gubernur dan disampaikan kepada pimpinan DPRD.
(7) Penetapan tarif layanan sebagaimana dimaksud pada ayat (6), mempertimbangkan
kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli masyarakat, serta kompetisi
yang sehat.
(8) Bupati dalam menetapkan besaran tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (6),
dapat membentuk tim.
(9) Pembentukan tim sebagaimana dimaksud pada ayat (8), ditetapkan oleh kepala
daerah yang keanggotaanya dapat berasal dari:
a. Pembina teknis;
b. Pembina keuangan;
c. Unsur perguruan tinggi;
d. Lembaga profesi.
(10) Peraturan Bupati mengenai tarif layanan BLUD dapat dilakukan perubahan sesuai
kebutuhan dan perkembangan keadaan.
(11) Perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (10), dapat dilakukan secara
keseluruhan maupun per unit layanan.
(12) Proses perubahan tarif sebagaimana dimaksud pada ayat (10) dan ayat (11),
mempertimbangkan kontinuitas dan pengembangan layanan, daya beli
masyarakat, serta kompetisi yang sehat.
16

BAB XI
STRUKTUR ANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Pasal 29
Struktur anggaran BLUD, terdiri atas
a. pendapatan BLUD;
b. belanja BLUD; dan
c. pembiayaan BLUD.

Bagian Kesatu
Pendapatan

Pasal30
(1) Pendapatan BLUD dapat bersumber dari:
a. Jasa layanan;
b. Hibah;
c. Hasil kerjasama dengan pihak lain;
d. APBD;
e. Lain-lain pendapatan BLUD yang sah.
(2) Pendapatan BLUD yang bersumber dari jasa layanan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (1) huruf a, berupa imbalan yang diperoleh dari jasa layanan yang
diberikan kepadamasyarakat.
(3) Pendapatan BLUD yang bersumber dari hibah sebagaimana dimaksud dalam ayat
(1) huruf b, dapat berupa hibah terikat dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari
masyarakat atau badan lain.Hibah terikat digunakan sesuai dengan tujuan
pemberian hibah, sesuai dengan peruntukannya yang selaras dengan tujuan BLUD
sebagaimana tercantu dalam naskah perjanjian hibah.
(4) Hasil kerjasama dengan pihak lain sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf c,
dapat berupahasil yang diperoleh dari kerja sama BLUD.
(5) Pendapatan BLUD yang bersumber dari APBD sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1) huruf d, dapat berupa pendapatan yang berasaldariDPA APBD.
(6) BLUD dalam melaksanakan anggaran dekonsentrasi dan/atau tugas pembantuan
sebagaimana dimaksud pada ayat (6), proses pengelolaan keuangan
diselenggarakan secara terpisah berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam
pelaksanaan APBN.
(7) Lain-lain pendapatan BLUD yang sah sebagaimana dimaksud dalamayat (1) huruf
f, antara lain:
a. Jasa giro
b. Pendapatan bunga
c. Keuntungan selisih nilai tukar rupiah terhdap mata uang asing
d. Komisi, potongan ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau
pengadaan barang dan/atau jasa oleh BLUD
e. Investasi
f. Pengembangan usaha
(8) Seluruh pendapatan BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1), kecuali yang
berasal dari hibah terikat, dapat dikelola langsung untuk membelanjakan
pengeluaran BLUD sesuai RBA.
17

(9) Hibah terikat sebagaimana dimaksud pada ayat (9), diperlakukan sesuai
peruntukannya.
(10) Seluruh pendapatan BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) huruf a, huruf
b, huruf c, dan huruf f, dilaksanakan melalui rekening kas BLUD dan dicatat
dalam kode rekening kelompok pendapatan asli daerah pada jenis lain-lain
pendapatan asli daerah yang sah dengan obyek pendapatan BLUD.
(11) Seluruh pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat (11) dilaporkan kepada
PPKD setiap triwulan.
(12) Dalam pelaksanaan anggaran, pemimpin menyusun laporan pendapatan BLUD
secara berkala kepada PPKD.
(13) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (12) dengan melampirkan surat
pernyataan tanggung jawab yang ditandatangani oleh pemimpin.
(14) Berdasarkan laporan yang melampirkan surat pernyataan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud ayat (13) kepada SKPD menerbitkan Surat Permintaan
Pengesahan Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan untuk disampaikan kepada
PPKD
(15) Berdasarkan Surat Permintaan Pengesahan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan
sebagaiama dimaksud pada ayat (14) PPKD melakukan pengesahan dengan
menerbitkan Surat Pengesahan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan.

Bagian Kedua
Belanja

Pasal31
(1) Belanja BLUD sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 huruf b terdiri atas:
a. Belanja operasi; dan
b. belanja modal.
(2) Belanja operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup seluruh belanja
BLUD untuk menjalankan tugas dan fungsi.
(3) Belanja operasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) meliputi belanja pegawai,
belanja barang dan jasa, belanja bunga dan belanja lain,
(4) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (1) mencakup seluruh belanja
BLUD untuk perolehan aset tetap dan aset lainnya yang memberi manfaat lebih
dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan BLUD.
(5) Belanja modal sebagaimana dimaksud pada ayat (4) meliputi tanah, belanja
peralatan dan mesin, belanja gedung dan bangunan, belanja jalan, irigasi dan
jaringan
(6) Belanja BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) yang sumber dananya
berasal dari pendapatan BLUD dan sisa lebih perhitungan anggaran BLUD,
dikonsolidasikan ke dalam RKA SKPD pada akun belanja daerah yang
selanjutnya dirinci dalam 1 (satu) program, 1 (satu) kegiatan, 1 (satu) output dan
jenis belanja
(7) Program BLUD sebagaimana di maksud pada ayat (6) dialokasikan untuk
membiayai program peningkatan pelayanan serta kegiatan pelayanan dan
pendukung pelayanan.
(8) BLUD dapat melakukan pergeseran rincian belanja sepanjang tidak melebihi pagu
anggaran dalam jenis belanja pada DPA, untuk selanjutnya disampaikan kepada
PPKD.
18

(9) Rincian belanja dicantumkan dalam RBA.


(10) Dalam pelaksanaan anggaran, pemimpin menyusun laporan belanja BLUD secara
berkala kepada PPKD.
(11) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (8) dengan melampirkan surat
pernyataan tanggung jawab yang ditandatangani oleh pemimpin.
(12) Berdasarkan laporan yang melampirkan surat pernyataan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud ayat (9) kepada SKPD menerbitkan Surat Permintaan
Pengesahan Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan untuk disampaikan kepada
PPKD
(13) Berdasarkan Surat Permintaan Pengesahan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan
sebagaiama dimaksud pada ayat (10) PPKD melakukan pengesahan dengan
menerbitkan Surat Pengesahan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan.

Bagian Ketiga
Pembiayaan

Pasal 32
(1) Pembiayaan BLUD sebagaimana dimaksud dalam pasal 31 huruf c terdiri atas:
a. Penerimaan pembiayaan; dan
b. Pengeluaran pembiayaan.
(2) Pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) merupakan semua penerimaan
yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali,
baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun anggaran
berikutnya.
(3) Penerimaan pembiayaan sebagaimana dimaksud pasal 34 ayar (1) huruf a
meliputi:
a. Sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya;
b. Investasi; dan
c. Penerimaan utang/pinjaman.
(4) Pengeluaran pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam pasal 34 ayat (1) huruf b
meliputi:
a. Investasi; dan
b. Pembayaran pokok utang/pinjaman.
(5) Pembiayaan BLUD dikonsolidasikan ke dalam RKA SKPD selanjutnya
dikonsolidasikan pada akun pembiayaan pada Satuan Kerja Pengelolaan
Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum.
(6) Dalam pelaksanaan anggaran, pemimpin menyusun laporan pembiayaan BLUD
secara berkala kepada PPKD.
(7) Laporan sebagaimana dimaksud pada ayat (6) dengan melampirkan surat
pernyataan tanggung jawab yang ditandatangani oleh pemimpin.
(8) Berdasarkan laporan yang melampirkan surat pernyataan tanggung jawab
sebagaimana dimaksud ayat (7) kepada SKPD menerbitkan Surat Permintaan
Pengesahan Pendapatan, Belanja, dan Pembiayaan untuk disampaikan kepada
PPKD
(9) Berdasarkan Surat Permintaan Pengesahan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan
sebagaiama dimaksud pada ayat (18) PPKD melakukan pengesahan dengan
menerbitkan Surat Pengesahan Pendapatan, Belanja dan Pembiayaan.
19

BAB XII
PERENCANAAN DAN PENGANGGARAN BADAN LAYANAN UMUM DAERAH

Pasal33
(1) Unit Pelaksana Teknis Dinas yang menerapkan BLUD menyusun RBA mengacu
pada Renstra
(2) RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disusun berdasarkan:
a. Anggaran berbasis kinerja
b. Standar satuan harga
c. Kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan
diperoleh dari layanan yang diberikan kepada masyarakat, hibah, hasil kerja
sama dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya, APBD dan sumber
pendapatan BLUD lainnya.
(3) Anggaran berbasis kinerja sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf a
merupakan analisis kegiatan yang berorientasi pada pencapaian output dengan
penggunaan sumber daya secara efisien.
(4) Standar satuan harga sebagaimana dimaksud pada ayat (2) huruf b merupakan
harga satuan setiap unit barang/jasa yang berlaku disuatu daerah.
(5) Dalam hal BLUD belum menyusun standar satuan harga sebagaimana dimaksud
pada ayat (4), BLUD menggunakan standar satuan harga yang ditetapkan
Keputusan Kepala Daerah.
(6) Kebutuhan belanja dan kemampuan pendapatan sebagaimana dimaksud pada ayat
(2) huruf c merupakan pagu belanja yang dirinci menurut belanja operasi dan
belanja modal.
(7) RBA sebagaimana dimaksud ayat (1) meliputi :
a. Ringkasan pendapatan, belanja, dan pembelanjaan
b. Rincian anggaran pendapatan, belanja dan pembelanjaan
c. Perkiraan harga
d. Besaran persentase ambang batas
e. Perkiraan maju atau forward estimate
(8) RBA menganut pola anggaran fleksibel dengan suatu presentase ambang batas
tertentu
(9) RBA disertai dengan standar pelayanan minimal
(10) Rincian anggaran pendapatan, belanja, dan pembelanjaan sebagaimana dimaksud
dalam ayat (7) merupakan rencana anggaran untuk seluruh kegiatan tahunan yang
dinyatakan dalam satuan uang yang tercermin dari rencana pendapatan, belanja
dan pembelanjaan.
(11) Perkiraan harga sebagaimana dimaksud dalam ayat (7), merupakan estimasi harga
jual produk barang dan jasa setelah memperhitungkan belanja per satuan dan
tingkat margin yang ditentukan seperti tercermin dari tarif layanan
(12) Besaran persentase ambang batas merupakan besaran persentase perubahan
anggaran bersumber dari pendapatan operasional yang diperkenankan dan
ditentukan dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional BLUD.
(13) Perkiraan maju merupakan perhitungan kebutuhan dana untuk tahun anggaran
berikutnya dari tahun yang direncanakan guna memastikan kesinambungan
program dan kegiatan yang telah disetujui dan menjadi dasar penyusunan
anggaran tahun berikutnya
20

(14) Pendapatan BLUD diintegrasikan/dikonsolidasikan ke dalam RKA SKPD pada


akun pendapatan daerah pada kode rekening kelompok pendapatan asli daerah
pada jenis lain pendapatan asli daerah yang sah dengan obyek pendapatan dari
BLUD
(15) Belanja BLUD dialokasikan untuk mebelanjai progra peningkatan pelayanan serta
kegiatan pelayanan dan pendukung pelayanan
(16) Pembelanjaan BLUD diintegrasikan/dikonsolidasikan ke dalam RKA SKPD
selanjutnnya diintegrasikan/dikonsolidasikan pada akun pembelanjaan pada
Satuan Kerja Pengelolaan Keuangan Daerah selaku Bendahara Umum Daerah
(17) BLUD dapat melakukan pergeseran rincian belanja sepanjang tidak melebihi pagu
anggaran dalam jenis belanja pada DPA, untuk selanjutnya disampaikan kepada
PPKD
(18) Rincian belanja dicantumkan dalam RBA
(19) RBA diintegrasikan/dikonsolidasikan dan merupakan kesatuan dari RKA
(20) RKA beserta RBA sebagaimana dimaksud pada ayat (19) disampaikan kepada
PPKD sebagai bahan penyusunan rancangan peraturan daerah tentang APBD
(21) PPKD menyampaikan RKA beserta RBA kepada tim anggaran pemerintah daerah
untuk dilakukan penelaahan
(22) Hasil Penelaahan antara lain digunakan sebagai dasar pertimbangan alokasi dana
APBD untuk BLUD
(23) Tim anggaran pemerintah daerah menyampaikan kembali RKA beserta RBA yang
telah dilakukan penelaahan kepada PPKD untuk dicantumkan dalam rancangan
peraturan daerah tentang APBD yang selanjutnya ditetapkan menjadi Peraturan
Daerah tentang APBD
(24) Tahapan dan jadwal proses penyusunan dan penetapan RBA mengikuti tahapan
dan jadwal proses penyusunan dan penetapan APBD
(25) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan, pengajuan, penetapan, perubahan
RBA BLUD diatur dengan Peraturan Kepala Daerah

Pasal34
(1) DPA-BLUD sebagaimana dimaksud pada Pasal 28ayat (33), mencakup antara
lain:
a. Pendapatan dan belanja;
b. Proyeksi arus kas;
c. Jumlah dan kualitasbarang dan/ataujasa yang akan dihasilkan.
(2) PPKD mengesahkan DPA-BLUD sebagai dasar pelaksanaan anggaran.
(3) Pengesahan DPA-BLUD berpedoman pada peraturan perundang-undangan.
(4) Dalamhal DPA-BLUD sebagaimana dimaksud dalam ayat (2), belum disahkan
oleh PPKD, BLUD dapat melakukan pengeluaran uang setinggi-tingginya sebesar
angka DPA-BLUD tahun sebelumnya.
(5) DPA-BLUD yang telah disahkan oleh PPKD sebagaimana dimaksud dalam ayat
(2), menjadi dasar penarikan dana yang bersumber dari APBD.
(6) Penarikan dana sebagaimana dimaksud dalam ayat (5), digunakan untuk belanja
pegawai, belanja modal, barang dan/atau jasa, dilakukan sesuai dengan ketentuan
peraturan perundang-undangan.
(7) Penarikan dana untuk belanja barang dan/atau jasa sebagaimana dimaksud dalam
ayat (6), sebesar selisih (mismatch) jumlah kas yang tersedia ditambah dengan
21

aliran kas masuk yang diharapkan dengan jumlah pengeluaran yang


diproyeksikan, dengan memperhatikan anggaran kas yang telah ditetapkan dalam
DPA-BLUD.
(8) DPA-BLUD menjadi lampiran perjanjian kinerja yang ditandatangani oleh
Gubernur dengan pemimpin BLUD.
(9) Perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud dalamayat (8), merupakan manifestasi
hubungan kerja antara Gubernur dengan pemimpin BLUD, yang dituangkan
dalam perjanjian kinerja (contractual performance agreement).
(10) Dalam perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), Gubernur
menugaskan pemimpin BLUD untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan
umum dan berhak mengelola dana sesuai yang tercantum dalam DPA-BLUD.
(11) Perjanjian kinerja sebagaimana dimaksud dalam ayat (8), antara lain memuat
kesanggupan untuk meningkatkan:
a. Kinerja pelayanan bagi masyarakat;
b. Kinerja keuangan;
c. Manfaat bagi masyarakat.

BAB XIII
PELAPORAN DAN PERTANGGUNGJAWABAN

Pasal35
(1) BLUD menyusun pelaporan dan pertanggungjawaban berupa laporan keuangan
(2) Laporan keuangan BLUD terdiri dari:
a. Laporan realisasi anggaran;
b. Laporan perubahan saldo anggaran lebih;
c. Neraca;
d. Laporan operasional;
e. Laporan arus kas;
f. Laporan perubahan ekuitas; dan
g. Catatan atas laporan keuangan.
(3) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud ayat (1) disusun berdasarkan standar
akuntansi pemerintah.
(4) Dalam hal standar akuntansi pemerintahan tidak mengatur jenis usaha BLUD,
BLUD mengembangkan dan menerapkan kebijakan akuntansi.
(5) BLUD mengembangkan dan menerapkan kebijakan akuntansi sebagaimana
dimaksud pada ayat (3) yang diatur dengan Peraturan Kepala Daerah.
(6) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), disertai dengan laporan
kinerja yang berisikan informasi pencapaian hasil atau keluaran BLUD.
(7) Laporan keuangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diaudit oleh pemeriksa
eksternal sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
(8) Pemimpin menyusun laporan keuaangan semesteran dan tahunan
(9) Laporan keuangan tahunan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disertai dengan
laporan kinerja paling lama 2 (dua) bulan setelah periode pelaporan berakhir,
setelah dilakukan review oleh SKPD yang mendampingi pengawasan di
pemerintah daerah.
(10) Penyusunan laporan keuangan sebagaimana dimaksud dalam ayat (7) untuk
selanjutnya diintegrasikan/dikonsolidasikan ke dalam laporan keuangan
pemerintah daerah.
22

BAB XII
PENGELOLAAN SUMBER DAYA LAIN

Pasal 36
(1) Sumberdaya lain adalah seluruh aset dan kegiatan yang menghasilkan pendapatan
diluar pendapatan-pendapatan operasional dan dikelola oleh UPTD.
(2) Pengelolaan sumberdaya lain diupayakan untuk meningkatkan mutu pelayanan
dan operasional serta kelancaran tugas pokok dan fungsi UPTD.
(3) Pengelolaan sumberdaya yang berupa alat pertanian wajib dilakukan kalibrasi alat
secara berkala.
(4) Sistem pengelolaan sumberdaya lain diusulkan oleh KepalaUPTD melalui Kepala
Dinas Pertanian untuk ditetapkan dengan PeraturanBupati.

BAB XIII
PENGELOLAAN LINGKUNGAN

Pasal 37
(1) Dalam menjaga kelestarian lingkungan, UPTD wajib mengelola limbah UPTD
melalui penyusunan UPL (Upaya Pengelolaan Lingkungan) dan UPL (Upaya
Pemantauan Lingkungan) sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang
berlaku.
(2) Pengelolaan limbah sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) meliputi pengelolaan
limbah padat dan cair, pengawasan, dan pengendalian vektor.
(3) Pengelolaan limbah cair wajib memenuhi syarat baku mutu yang ditetapkan
secara nasional dan regional meliputi pengelolaan secara kimiawi, fisik dan
biologis sebelum dibuang ke lingkungan.
(4) Dalam mengelola limbah padat (sampah), UPTD wajib memisahkan sampah
organik dan non organik.
(5) Pengelolaan sampah wajib mematuhi peraturan perundang-undangan yang
berlaku.

BAB XIV
PEMBINAAN DAN PENGAWASAN

Pasal 38
(1) Pembinaan teknis UPTD dilakukan oleh Kepala Dinas Pertanian
(2) Pembinaan keuangan UPTD oleh PejabatPengelola Keuangan Daerah (PPKD).

BagianKedua
Pengawasan

Pasal 39
(1) PengawasanUPTDdilakukan oleh Inspektorat Provinsi Maluku Utara
(2) Pengawasan operasional dapat dilakukan oleh SatuanPengawas Internal (SPI).
23

BAB XV
EVALUASI DAN PENILAIAN KINERJA

Pasal 40
(1) Evaluasi dan penilaian Kinerja BLUD-UPTD dilakukan setiap tahun oleh
Gubernur terhadap aspek keuangan dan non keuangan.
(2) Evaluasi yang dilakukan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dipergunakan
untuk mengukur tingkat pencapaian hasil PPK-BLUD sebagaimana ditetapkan
dalam Rencana Strategis Bisnis (Renstra Bisnis) dan Rencana Bisnis dan
Anggaran (RBA).

BAB XVI
KETENTUAN LAIN-LAIN

Pasal 41
Gubernur berwenang untuk menetapkan berbagai ketentuan dan peraturan pelaksanaan
untuk melaksanakan Pola Tata Kelola ini, yang meliputi Peraturan UPTD, peraturan
tentang ketenagaan, serta peraturan lain yang tidak dicantumkan dalam Pola Tata Kelola
ini atas usulan Kepala UPTD.

BAB XVIII
KETENTUAN PENUTUP

Pasal 42
Peraturan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan.
Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan Pengundangan Peraturan Gubernur
ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah UPTD.

Ditetapkan di : Sofifi
Pada tanggal : 05 November 2019

GUBERNUR MALUKU UTARA

KH. ABDULGANI KASUBA, Lc

Diundangkan di Sofifi
Pada tanggal 05 November 2019

SEKRETARIS DAERAH
PROVINSI MALUKU UTARA
24

BAMBANG HERMAWAN, SE, M.Si


Pembina Utama Madya
NIP. 19650609 198603 1 001

Berita daerah ................................... Tahun 2019 Nomor ….

Anda mungkin juga menyukai