Anda di halaman 1dari 86

BUKU PERSYARATAN

INDIKASI GEOGRAFIS

LEMBAGA PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS


PALA SIAU (LPIG-PALA SIAU)

Buku persyaratan ini merupakan bagian yang tidak terpisah dengan


Sertifikat IG No. ID G 000 000 036
BUKU PERSYARATAN
INDIKASI GEOGRAFIS

PALA SIAU

LEMBAGA PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS


PALA SIAU (LPIG-PALA SIAU)
Siau, Juni 2015
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa karena atas hikmat dan tuntunanNya
sehingga buku persyaratan Indikasi Geografis Pala Siau ini dapat diselesaikan. Pala Siau
yang sudah dikenal luas oleh pasar/konsumen luar negeri sesungguhnhya dapat
memberikan nilai tambah bagi perekonomian masyarakat yang ada di Kabupaten
Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. Pada kondisi sekarang ini komoditi Pala Siau
berpotensi tinggi terjadi pemalsuan ( pala dari daerah lain menggunakan label Pala Siau
untuk memenuhi permintaan konsumen) sementara masyarakat petani Pala Siau tidak
memiliki perlindungan hukum untuk mengkomplain hal tersebut.
Menjadi suatu keniscayaan apabila penggunaan label/logo Pala Siau hanya boleh
digunakan oleh masyarakat Siau yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro dengan adanya Sertifikasi Indikasi Geografis Pala Siau nantinya oleh Direktorat
Jenderal HAKI Kementerian Hukum dan HAM. Perlindungan hukum terhadap produk
khas daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro(Pala Siau) menjadi suatu
kekayaan yang tak ternilai harganya utamanya bagi peningkatan nilai tambah yang akan
berdampak pada peningkatan perekonomian dan kesejahteraan masyarakata yang ada di
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dan secara umum akan memberikan
jaminan kualitas dan asal produk komoditi kepada konsumen Pala Siau
Berangkat dari visi ini maka Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis Pala Siau (LPIG
Pala Siau) hendak mendaftarkan Pala Siau untuk mendapatkan sertifikat Indikasi Geografis
dari Pemerintah Republik Indonesia..
Selanjutnya, kami menyampaikan terima kasih secara khusus kepada :
1. Kementerian Pertanian Republik Indonesia, cq. Direktorat Jenderal Perkebunan dan
Drektorat Jenderal Pengolahan dan Pemasaran Hasil..
2. Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia Republik Indonesia, cq. Direktorat
Jenderal Hak Kekayaan Intelektual.
3. Pemerintah Daerah Provinsi Sulawesi Utara, cq. Kepala Dinas Perkebunan Provinsi
Sulawesi Utara.
4. Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, cq. Kepala Dinas
Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro,
Badan Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, Dinas Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi.
5. Trade and Cooperation Facility (TCF) dari Uni Eropa
6. Dr. Ir. H. Riyaldi, MM. Staf Khusus Indikasi Geografis Ditjen. Perkebunan,
Kementerian Pertanian, dan Tim Ahli Indikasi Geografis Ditjen. KI, Kementerian
Pertanian.
Tak lupa juga kami sampaikan terima kasih kepada pihak lain yang tidak dapat kami
sebutkan satu persatu yang memberikan bantuan berupa masukan pemikiran, tenaga,
maupun materi lainnya sehingga buku persyaratan ini dapat diselesaikan

Siau, Juni 2015

LPIG Pala Siau

Robby J. Kiwol, SPd

ii
ABSTRAK

Pala Siau adalah komoditi unggulan daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
karena diusahakan oleh hampir 80% masyarakat yang ada didaerah ini. Tanaman pala
diusahakan oleh rakyat dalam bentuk perkebunan rakyat yang tersebar dipulau Siau, Pulau
Tagulandang dan Pulau Biaro. Pala yang ada dipulau Siau memiliki karakteristik yang
unggul/spesifik dibandingkan dengan pala di kedua pulau lainnya. Ciri khas Pala Siau
sudah dikenal sampai ke pasar internasional. Ciri khas yang dimiliki oleh pala Siau
memberikan nilai tambah dalam aspek pasar komoditi pala ditingkat lokal, nasional
maupun internasional, tetapi petani Pala Siau belum mendapatkan efek nyata dari kondisi
ini yang mana hanya dinikmati oleh pihak-pihak yang terlibat dalam distribusi pasar
komoditi ini termasuk yang menggunakan nama Pala Siau untuk memasarkan pala yang
bukan berasal dari pulau Siau.
Untuk memberikan perlindungan dan kepastian hukum bagi para petani, dan pengusaha,
Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis (LPIG) Pala Siau dengan dukungan penuh
Pemerintah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro mengajukan permohonan
sertifikat Indikasi Geografis. Pala yang ada di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro adalah jenis pala banda (Myristica fragrans Hout) yang dalam bahasa setempat
dikenal dengan Pala Siau. Buah pala terdiri atas daging buah, fuli dan biji. Biji pala dapat
dimanfaatkan sebagai rempah-rempah, berkhasiat untuk pengobatan, aromateraphy dan
minyaknya dapat dimanfaatkan sebagai bahan kosmetik. Tampilan buah pala yang matang
sebagai acuan panen antara lain saat matang panen kulit buah pala berwarna kuning
kecoklatan. Dari penanaman sampai panen memerlukan sekitar 7 sampai 10 tahun Panen
raya biasanya terjadi pada bulan Maret - April dan Oktober - Desember.
Produk yang dihasilkan berupa Biji Pala Kering dengan batok kualitas A dan AT, Biji Pala
Kering tanpa batok dengan kualitas ABCD dan Shrivel, serta Fuli Pala Kering. Biji Pala
Kering dengan batok kelas mutu A berasal dari buah yang matang di pohon, memiliki
batok berwarna coklat gelap mengkilap, padat berisi, berat, kering dan pada umumnya
berbunyi apabila diguncang, tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur, batok
biji tidak pecah. Biji Pala Kering dengan batok kelas mutu AT berasal dari buah setengah
matang, memiliki batok berwarna coklat muda, memiliki berat yang lebih ringan, sedikit
lebih kecil dan sedikit kurang berisi dibanding dengan kelas A, kering dan berbunyi bila
diguncang. Kernel sangat longgar dalam batok dibandingkan dengan kelas A, tidak
berlubang, tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur dan batok biji tidak pecah.
Biji Pala Kering tanpa batok dengan kelas mutu ABCD memiliki ciri kernel utuh dan
berisi, berbunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain, permukaan cukup halus
dengan sedikit keriput, tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak, tidak berjamur. Kelas
mutu Shrivel tanpa batok memiliki ciri permukaan keriput, kurang berisi dibandingkan
kelas ABCD, berbunyi kurang keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain
dibandingkan kelas mutu ABCD, tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak, tidak
berjamur. Fuli Pala Siau berwarna merah sampai kuning, relatif utuh, tidak patah dan tidak
hancur.

iii
DAFTAR ISI
halaman
SAMBUTAN SEKDA KAB. SIAU TAGULANDANG BIARO i
KATA PENGANTAR ii
ABSTRAK iii
DAFTAR ISI iv
DAFTAR TABEL v
DAFTAR GAMBAR vi
DAFTAR LAMPIRAN vii
I PENDAHULUAN 1
II PEMOHON DAN KELEMBAGAAN 4
III BUKU PERSYARATAN 6
A. NAMA INDIKASI GEOGRAFIS 6
B. NAMA BARANG 6
C. SIFAT-SIFAT KHAS 8
1. Sifat Fisik 8
2. Sifat Kimiawi 8
3. Kelas Mutu 9
4. Analisis Kualitas 10
D. DESKRIPSI LINGKUNGAN GEOGRAFIS 13
1. Faktor Alam 13
2. Faktor Manusia 17
E. BATASAN KAWASAN 18
1. Batas Wilayah Pulau Siau 18
2. Kawasan Produksi Pala Di Pulau Siau 18
3. Kawasan Pengolahan Dan Pengemasan Pala Siau 22
F. SEJARAH DAN ADAT ISTIADAT 23
1. Sejarah Pulau Siau Dan Masyarakatnya 23
2. Sejarah Pala Di Dunia 23
3. Sejarah Pala Di Pulau Siau 24
4. Dampak Adanya Pala Di Pulau Siau 25
5. Peran Sosial Budaya Dan Ekonomi Pala Bagi Masyarakat 25
Siau
G. METODE PRODUKSI, PENGOLAHAN DAN PEMASARAN 26
1. Metode Produksi Pala Di Siau 26
2. Metode Panen Dan Pasca Panen Pala Siau 30
3. Metode Penyimpanan Pala Siau 33
4. Metode Pemasaran Pala Siau 33
H. PENGAWASAN DAN PEMBINAAN 34
1. Pengawasan Dan Pembinaan Internal 34
2. Pengawasan Dan Pembinaan Eksternal 35
I. KODE KETERUNUTAN 36
J. TANDA INDIKASI GEOGRAFIS 39
1. Label 39
2. Logo 39
3. Kode Keterunutan 40
4. Segel 40
K. PENGGUNAAN TANDA IG PALA SIAU 40
IV PENUTUP 41
DAFTAR PUSTAKA 42
LAMPIRAN-LAMPIRAN 43

iv
DAFTAR TABEL

halaman

Tabel 1 Ringkasan Hasil Penelitian Biji dan Fuli Pala Siau Kering Dari 9
Laboratorium Balittro Bogor Tahun 2014 dan 2015

Tabel 2 Perbandingan Kualitas Pala Siau Dengan SNI dan Pala Banda 9

Tabel 3 Syarat Umum Biji Pala Tanpa Batok Berdasar SNI 01 0006 1987 11

Tabel 4 Syarat Umum Fuli/Bunga Pala Berdasarkan SNI 01 0007 1987 12

Tabel 5 Kelas Mutu Biji Pala Kering Dengan Batok 12

Tabel 6 Kelas Mutu Biji Pala Kering Tanpa Batok 12

Tabel 7 Ringkasan Hasil Analisis Unsur Mikro Tanah Pulau Siau Oleh 15
Balittro Bogor Tahun 2014

Tabel 8 Ringkasan Hasil Analisis Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor 15
Tahun 2014

Tabel 9 Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau 16
Barat Selatan Tahun 2012-2014

Tabel 10 Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau 16
Barat Utara Tahun 2012-2014

Tabel 11 Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau 17
Tengah Tahun 2012-2014

Tabel 12 Luas Areal Dan Produksi Tanaman Pala Di Pulau Siau Dan Di 21
Kabupaten Siau Tagulandang Biaro

Tabel 13 Kesesuaian Lahan Dan Iklim Untuk Tanaman Pala 27

Tabel 14 Daftar Penangkar Benih Pala Di Kabupaten Kepulauan Siau 30


Tagulandang Biaro

v
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1 Kartu Anggota LPIG Pala Siau Bagi Pengurus dan Bagi 5
Anggota

Gambar 2 Biji Pala Kering Dengan Batok 6

Gambar 3 Biji Pala Kering Tanpa Batok 7

Gambar 4 Fuli Pala Kering 7

Gambar 5 Kualitas A Biji Pala Kering Dengan Batok Dan ABCD Tanpa 10
Batok

Gambar 6 Kualitas AT Biji Pala Kering Dengan Batok Dan Shrivel 10


Tanpa Batok

Gambar 7 Fuli Pala Kering Kualitas Pala Siau 10

Gambar 8 Foto Satelit Pulau Siau Dan Lokasinya Pada Peta Indonesia 13

Gambar 9 Peta Kabupaten Siau Tagulandang Biaro 14

Gambar 10 Gunung Karangetang Ciri Khas Pulau Siau 15

Gambar 11 Areal Pertanaman Pala Di Pulau Siau 18

Gambar 12 Peta Wilayah Penanaman Dan Pengembangan Pala Di Pulau 20


Siau

Gambar 13 Peta Administrasi Kecamatan Di Pulau Siau 21

Gambar 14 Alat Panen Pala Sasendeng 26

Gambar 15 Alat Panen Pala Pengait 26

Gambar 16 Buah Pala Yang Sudah Matang Dan Terbelah Karena Matang 30
Fisiologis

Gambar 17 Logo Pala Siau 39

vi
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 Surat Keputusan Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro 43


No. 221 tanggal 30 Desember 2013 Tentang Pembentukan
Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis Pala Siau
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

Lampiran 2 Surat Rekomendasi Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan 50


Siau Tagulandang Biaro

Lampiran 3 Daftar Petani Anggota LPIG Pala Siau 52

Lampiran 4 Daftar Pedagang Pala Siau anggota LPIG Pala Siau 55

Lampiran 5 Hasil Analisis Kandungan Biji Pala Kering Oleh Balittro 57


Bogor Tahun 2014

Lampiran 6 Hasil Analisis Kandungan Fuli Pala Kering Oleh Balittro 60


Bogor Tahun 2014

Lampiran 7 Hasil Analisis Kandungan Biji Pala Siau Barat Serta Biji Pala 64
Dan Fuli Pala Pulau Tagulandang Oleh Balittro Bogor Tahun
2015

Lampiran 8 Hasil Analisis Unsur Mikro Tanah Pulau Siau Oleh Balittro 66
Bogor Tahun 2014

Lampiran 9 Hasil Analisa Lengkap Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor 68
Tahun 2014

Lampiran 10 Data Curah Hujan Dan Hari Hujan Dari Stasiun Meteorologi 70
Siau Barat Selatan, Siau Barat Utara Dan Siau Tengah

Lampiran 11 Tanda Registrasi Usaha Perbenihan Pala 74

vii
I. PENDAHULUAN

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro terbentuk pada tanggal 23 Mei tahun 2007,
sebagai pemekaran dari Kabupaten Kepulauan Sangihe, berdasarkan UU No.15 Tahun 2007
tentang Pembentukan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro di Propinsi Sulawesi
Utara.

Tanaman Pala (Myristica sp) yang berkembang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro adalah jenis Myristica fragrans HOUTT yang memiliki kualitas dan produktifitas yang
tinggi. Asal usul keberadaannya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro khususnya
di pulau Siau sampai sekarang belum jelas kepastiannya. Ada 2 versi pernyataan yang
menduga asal usul tersebut yakni :

Versi pertama bahwa tanaman/pohon Pala yang sudah ada bertumbuh dan berkembang di
Pulau Siau adalah bagian dari tanaman endemik pada sebagian wilayah yang cocok sebagai
habitatnya dimana jika di lihat dari aspek letak geografis, pulau Siau masih dapat
digolongkan dalam satu cakupan bagian wilayah Kepulauan Maluku Utara yang merupakan
daerah asal tanaman pala.

Versi kedua bahwa tanaman/pohon pala merupakan hasil proses introduksi dari luar yaitu
kepulauan Maluku khususnya dari Kepulauan Banda - Maluku yang masuk ke daerah ini
melalui hubungan Ternate.

Leluhur masyarakat di pulau Siau sering berlayar ke Ternate untuk berdagang dan ketika
pulang kembali mereka membawa bibit tanaman/pohon pala. Salah satu alasan yang
mendukung dugaan ini dari pihak yang meyakini versi ini adalah didasarkan dari aspek
historis, bahwa pulau Siau pada saat kekuasaan pemerintahannya masih dalam bentuk
kerajaaan pernah menjadi bagian dari wilayah kekuasaan pemerintahan kesultanan Ternate.
Hal tersebut diyakini sangat berpengaruh pada aspek intensitas dan frekwensi mobilitas
penduduk dari pulau Siau ke Maluku, demikian pula sebaliknya, dan hal tersebut
berpengaruh terhadap terjadinya introduksi tanaman pala ke pulau Siau. Bibit tanaman/pohon
pala menjadi bagian dari barang yang dibawa ketika pulang dari Ternate dan tempat lainnya
di wilayah kepulauan Maluku, ditanam, bertumbuh dan berkembang di pulau Siau sampai
saat seperti sekarang ini.

Dari dua versi dugaan tersebut, sebagian besar masyarakat meyakini dugaan versi yang kedua
bahwa tanaman pala yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro khususnya di pulau Siau bukanlah tanaman endemik tetapi tanaman
introduksi dari Pulau Banda Kepulauan Maluku melalui hubungan Ternate kepulauan Maluku
Utara. Saat ini tanaman pala telah menjadi komoditi andalan Kabupaten Siau Tagulandang
Biaro yang terdiri dari 47 pulau ini.

Tanaman pala sebagai komoditi unggulan daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro khususnya yang ada di pulau Siau, tersebar di 6 Kecamatan di pulau Siau, yaitu di
kecamatan Siau Timur, kecamatan Siau Timur Selatan, kecamatan Siau Barat, kecamatan
Siau Barat Selatan, kecamatan Siau Barat Utara dan kecamatan Siau Tengah. Kecamatan Siau

1
Timur memiliki 11 kampung dan 5 kelurahan, kecamatan Siau Timur Selatan memiliki 14
kampung, kecamatan Siau Barat memiliki 9 kampung dan 3 kelurahan, kecamatan Siau Barat
Selatan memiliki 6 kampung, kecamatan Siau Barat Utara memiliki 8 kampung dan
kecamatan Siau Tengah memiliki 4 Kampung.

Sebagai produk yang memiliki kekhasan tersendiri dan sudah dikenal luas di pasar
internasional, Pala Siau menjadi komoditi yang sangat dicari. Indikasinya adalah banyak
konsumen dari luar negeri yang datang ke pulau Siau untuk melihat dari dekat bagaimana
sesungguhnya keberadaan tanaman pala di pulau Siau. Perwakilan Masyarakat Uni Eropa
datang untuk turut membantu mengupayakan perbaikan penanganan produk Pala Siau dari
aspek budidaya, pengolahan sampai ke pemasaran. Kegiatan tersebut diwujudkan dalam
bentuk kerjasama pemerintah Indonesia melalui Kementerian Pertanian Republik Indonesia
dengan Tim TSP (Trade Support Program) dari Uni Eropa untuk melakukan penelitian dan
pelatihan cara penanganan yang baik terhadap biji dan fuli pala khususnya dalam proses
pengeringan sehingga menghasilkan produk yang bermutu, aman dan sehat.

Keistimewaan Pala Siau sekaligus sebagai ciri dan kualitas yang spesifik adalah memiliki
kadar miristisin pada biji pala 11%-13% dan pada fuli 20%-30%. Keistimewaan tersebut
menjadikan produk ini sangat rentan terhadap pemalsuan oleh pihak-pihak tertentu guna
mendapat keuntungan yang besar dengan menyebut produk pala mereka sebagai Pala Siau,
meskipun produk mereka bukan dari pulau Siau. Untuk itu diperlukan adanya perlindungan
hukum terhadap penggunaan nama Pala Siau.

Saat ini di pulau Siau terdapat 3.437 ha pertanaman pala dengan 2.084 ha areal pertanaman
yang telah menghasilkan yang diusahakan oleh sekitar 2.070 Kepala Keluarga (KK) dengan
tingkat produktifitas rata-rata sekitar 2.500 kg biji pala kering dengan batok/ha/tahun,
sehingga total produksi per tahun adalah sekitar 5.210 ton biji pala kering dengan batok.

Total areal pertanaman pala di kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro pada tahun
2014 adalah 4.493 ha dengan 2.661 ha areal pertanaman yang telah menghasilkan yang
diusahakan oleh sekitar 3.062 KK dengan tingkat produktifitas rata-rata sekitar 2.500 kg biji
pala kering dengan batok/ha/tahun, sehingga total produksi per tahun adalah sekitar 6.652,5
ton biji pala kering dengan batok.

Dengan diberlakukannya PP. 51 Tahun 2007 pada tanggal 4 September 2007 sebagai aturan
pelaksanaan dari Undang-undang Nomor 15 Tahun 2001 tentang Merek, yang mengatur
tentang perlindungan Indikasi-Geografis, maka hal tersebut telah membuka jalan bagi Pala
Siau untuk dapat terhindar dari penggunaan nama Pala Siau secara tidak benar oleh pihak-
pihak yang tidak bertanggung jawab.

Berdasarkan pertimbangan-pertimbangan di atas, maka masyarakat petani dan pelaku usaha


Pala Siau memandang perlu Pala Siau mendapatkan perlindungan Indikasi Geografis. Untuk
itu masyarakat petani dan pelaku usaha Pala Siau telah bergabung dalam sebuah organisasi
yang bernama Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis (LPIG) Pala Siau untuk
mengajukan permohonan perlindungan Indikasi Geografis bagi Pala Siau kepada pemerintah
Republik Indonesia.

2
Sebagai lampiran permohonan untuk memperoleh sertifikat Indikasi Geografis Pala Siau,
maka disusun buku persyaratan yang memuat informasi tentang nama Indikasi Geografis,
nama barang yang dilindungi, uraian mengenai karakteristik dan kualitas yang membedakan
Pala Siau dengan pala lain yang memiliki kategori sama, dan menjelaskan tentang
hubungannya dengan daerah dimana Pala Siau dihasilkan. Uraian mengenai lingkungan
geografis serta faktor alam dan faktor manusia yang merupakan suatu kesatuan yang
memberikan pengaruh terhadap kualitas atau karakteristik khas dari Pala Siau. Uraian tentang
batas-batas daerah dan/atau peta wilayah yang dicakup oleh Indikasi Geografis yang
direkomendasikan oleh instansi yang berwenang, uraian mengenai sejarah dan tradisi yang
berhubungan dengan Pala Siau, termasuk pengakuan dari masyarakat mengenai Pala Siau.
Uraian yang menjelaskan tentang proses produksi, proses pengolahan, dan metode yang
digunakan untuk menguji kualitas Pala Siau yang dihasilkan serta logo dan label yang
digunakan pada Pala Siau.

3
II. PEMOHON DAN KELEMBAGAAN

Pemohon Indikasi Geografis Pala Siau adalah :

Lembaga Perlindungan Indikasi Gegrafis Pala Siau

yang selanjutnya disebut sebagai : LPIG-Pala Siau.

LPIG-Pala Siau didirikan atas kesepakatan pelaku usaha dan pembina Pala Siau pada
tanggal 18 juni tahun 2013, yang disahkan dengan Surat Keputusan Bupati Kepulauan
Siau Tagulandang Biaro No. 221 tanggal 30 Desember tahun 2013 tentang Pembentukan
Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis Pala Siau Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro (Lampiran 1). Selanjutnya LPIG-Pala Siau akan diperkuat dengan
Akte Notaris untuk memperkuat dan meningkatkan kemampuan organisasi melaksanakan
kegiatannya.

LPIG-Pala Siau memiliki struktur organisasi dan pengurus sebagaimana terdapat pada
bagan berikut :

SUSUNAN PENGURUS LEMBAGA PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS


(LPIG) PALA SIAU KABUPATEN KEPULAUAN SIAU TAGULANDANG BIARO

PENASEHAT : 1. Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro


2. Wakil Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
PEMBINA : 1. Sekretaris Daerah Kab. Kep. Siau Tagulandang Biaro
2. Asisten Pemerintahan dan Kesejahteraan Rakyat
3. Asisten Ekonomi dan Pembangunan
4. Asisten Administrasi Umum
5. Tokoh Agama
6. Tokoh Masyarakat
KETUA : J.R. Kiwol, S.Pd
WAKIL KETUA : E.M. Manoppo, SH
SEKRETARIS : Van Sem Kangihade
WAKIL SEKRETARIS : Irma Jakobus
BENDAHARA : Ronald Marthin

Bidang Budidaya: Bidang Pengolahan : Bidang Pemasaran : Bidang Pengawasan Bidang Hukum dan
Mutu dan Keterunutan : Informasi :
1. Djoni Jakobus SP 1. Hanris Barik, BSc 1. Victor Nam Djayanegara
2. Julin Mose 1. Meisye Kanine, SH 1. Herry Makahinda, SH
2. Michael Manopo 2. Eikman Karoles
3. Welly Langitan 2. Novke Pongajow, STP 2. Sri Pusung, SH
3. Piet H. Sasombo 3. David Laheba 4. Elisabeth Kakalang 3. Luisye Pusung 3. James Marthin, SPd
4. Amir Sandy 4. Yohanes S. Mamuko 5. Reinhard Pusung 4. Mario Suma 4. Max Anise
6. Adrianus Manumpahi 5. Hervie Mandak 5. Zaschar Sikome
5. Mathis J. Kasyadi 5. Adry N. Diamana
7. Pitron Jacobus 6. Yohanis Dawid 6. Jotman Kalombang
6. Albert V. Manoi 6. Riskel Emping 8. Andrias Dame 7. Adjida Kasengkang 7. Brando Pesik
7. Iswardi Kabuhung 7. Naftali Daleda 9. Josep Kawoka 8. Zeth Katuhu 8. J. Kansil
8. Jekris Lahopang 10. Carlalisa Manalip 9. Aswin Misa
8. Jekris Lahopang
11. Jelli Lano 10 Dancosmas Sasia

4
Permohonan pendaftaran Indikasi Geografis Pala Siau oleh LPIG Pala Siau didukung oleh
Pemerintah Daerah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro No,
27/REKOM/VI/2015 tanggal Juni 2015 (Lampiran 2)

LPIG-Pala Siau saat ini memiliki anggota yang terdiri dari :

a. Petani pala anggota LPIG Pala Siau yang mempunyai areal pertanaman pala di pulau
Siau berjumlah 4.590 orang yang tergabung dalam 51 kampung dari 6 kecamatan di
pulau Siau, dengan total areal produksi sekitar 1.520,1 ha dan produksi Biji Pala Kering
dengan batok sekitar 3.087,72 ton/tahun. Daftar Kelompok Tani Anggota LPIG-Pala
Siau terdapat pada Lampiran 3.
b. Pedagang Pala Siau terdiri dari pedagang pengumpul dan eksportir yang tinggal dan
berusaha di dalam atau diluar pulau Siau yang menjadi anggota LPIG Pala Siau.
Pedagang anggota LPIG Pala Siau saat ini berjumlah 16 orang/perusahaan. Daftar
Pedagang Pala Siau anggota LPIG-Pala Siau terdapat pada Lampiran 4

Perubahan berupa penambahan atau pengurangan jumlah petani dan perubahan daftar
pedagang Pala Siau dimungkinkan untuk terjadi dimasa depan. Perubahan tersebut akan
disampaikan oleh LPIG Pala Siau kepada Kementerian Hukum dan HAM dalam Buku
Persyaratan Perubahan.

LPIG-Pala Siau memiliki Sekretariat yang saat ini beralamat di :

Kampung Dame I Kecamatan Siau Timur


Nomor HP : 08298265101
Alamat email : manopowelly@ymail.com

Anggota dan pengurus LPIG - Pala Siau dilengkapi dengan Kartu Anggota sebagaimana
terdapat pada gambar berikut

KARTU ANGGOTA KARTU ANGGOTA


PENGURUS LPIG PALA SIAU
Inidkasi Geografis Pala Siau
Kabupaten Kepulauan SITARO
NAMA :
NAMA :
ALAMAT :
ALAMAT :
LOKASI KEBUN :

JABATAN :
Pas foto
Pas foto
Ketua
2x3 Ketua

Gambar 1. Kartu Anggota LPIG Pala Siau Bagi Pengurus dan Bagi Anggota
LPIG Pala Siau
LPIG Pala Siau

5
III. BUKU PERSYARATAN

A. NAMA INDIKASI GEOGRAFIS

Nama Indikasi Geografis yang diusulkan adalah

Pala Siau

Sedangkan dalam bahasa Inggris adalah

Siaw Nutmeg

B. NAMA BARANG

Nama barang atau nama produk dari Pala Siau, adalah

1. Biji Pala Kering dengan batok (Nutmeg with shell)


2. Biji Pala Kering tanpa batok (Nutmeg without shell)
3. Fuli Pala Kering (Dried Mace)

Biji Pala Kering dengan batok adalah biji pala yang dikeringkan dengan batok yang
masih utuh, berwarna coklat gelap mengkilap, berat dan pada umumnya berbunyi apabila
diguncang. Tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur dan batok biji tidak
pecah. Dalam kondisi penyimpanan yang baik, Biji Pala Kering dengan batok ini dapat
disimpan bertahun-tahun tanpa penurunan kualitas yang berarti.

Gambar 2. Biji Pala Kering Dengan Batok

Biji Pala Kering tanpa batok adalah isi biji pala/kernel utuh, berbunyi keras saat dua
kernel diketukkan satu sama lain. Permukaan cukup halus dan sedikit keriput, tidak ada
lubang akibat serangga, tidak retak, tidak berjamur dan berwarna coklat muda. Dalam
penyimpanan yang baik, Biji Pala Kering tanpa batok ini dapat disimpan selama sekitar
6 bulan.

6
Gambar Biji Pala Kering tanpa batok terdapat pada Gambar 3 berikut :

Gambar 3. Biji Pala Kering Tanpa Batok

Fuli Pala Kering adalah lapisan berwarna merah tua pada biji pala yang dikeringkan
terpisah dari biji pala. Fuli Pala Kering akan berubah warnanya dalam penyimpanan dari
merah tua menjadi kuning kemerahan setelah sekitar 3 bulan penyimpanan dan menjadi
kuning setelah lebih dari 6 bulan penyimpanan. Konsumen di Eropa dan India lebih
menyukai Fuli Pala Kering berwarna kuning, sementara konsumen Jepang lebih
menyukai yang berwarna merah.
Gambar Fuli Pala Kering terdapat pada Gambar 4 berikut :

Gambar 4. Fuli Pala Kering

Jenis produk pala LPIG Pala Siau diperkirakan akan bertambah seiring dengan semakin
berkembangnya LPIG Pala Siau. Penambahan jenis produk ini akan disampaikan oleh
LPIG Pala Siau kepada Kementerian Hukum dan HAM dalam Buku Persyaratan
Perubahan.

7
C. SIFAT-SIFAT KHAS

1. Sifat Fisik
Biji Pala kering dengan batok, berasal dari biji buah pala yang matang fisiologis di pohon.
Biji dipisahkan dari daging buah dan dikeringkan sampai kadar air sekitar 12 %. Biji Pala
Kering dengan batok berwarna coklat kehitaman berkilap, ukuran biji panjang 4 - 4,5 cm
dengan, diameter 3,5 - 4 cm, dengan bentuk biji bulat sampai agak lonjong. Berat dan
berbunyi apabila diguncang. Tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur dan
batok biji tidak pecah
Biji Pala kering tanpa batok, berasal dari Biji Pala kering dengan batok yang dipisahkan
dari batoknya. Pemisahan dilakukan secara manual dan hati-hati agar tidak merusak isi
biji. Biji Pala Kering tanpa batok memiliki kadar air sekitar 12 %, berwarna coklat muda,
berukuran sekitar 4 cm panjang dengan diameter 3,5 cm, dengan bentuk bulat sampai agak
lonjong. Berbunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain. Permukaan cukup
halus dengan sedikit keriput, tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak dan tidak
berjamur.
Fuli Pala Kering, berasal dari lapisan/jaringan berwarna merah yang melekat pada biji
pala segar. Lapisan ini dikeringkan sampai memiliki kadar air sekitar 12 %, berwarna
merah dengan ukuran panjang bervariasi. Pengeringan dilakukan dengan hati-hati untuk
menjaga keutuhan Fuli Pala Kering Dalam penyimpanan warna merah berubah secara
bertahap menjadi kuning.

2. Sifat Kimiawi
Untuk mengetahui sifat kimiawi Pala Siau, dilakukan pengujian di Balittro Bogor pada
bulan November 2014 terhadap contoh Biji Pala Kering dan Fuli Pala Kering dari
beberapa lokasi penghasil pala di pulau Siau. Hasil analisis Biji Pala Kering terdapat pada
Lampiran 5, Lampiran 6 dan Lampiran 7. Ringkasannya tedapat pada Tabel 1.
Mutu minyak pala salah satunya ditentukan oleh kandungan miristisin karena miristisin
yang memberikan aroma khas pada minyak pala (Ivan,et al, 2001). Miristisin merupakan
turunan dari senyawa fenilpropanoid. Miristisin adalah zat cair yang bening, tak larut
dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Baunya khas seperti rempah – rempah dan
aromanya tajam serta mudah menguap. Berat molekulnya 192 gr/mol. Nama lain dari
miristisin adalah 5 alil – 1 metoksi – 2,3 metilen dioksibenzena atau 5 metoksi safrol.
Berikut ini adalah ciri-ciri fisik dan kimia dari miristisin. Titik didih pada 760 mm/hg
adalah 173 ºC, berat jenis gr/mol 1,1437 indeks bias 1,540 panjang gelombang / λ maks
278 nm. CH2 – CH=CH2-OCH3-O-O

8
Jenis Hasil Metode
No Jenis Pengujian/Pemeriksaan
Produk Pengujian/Pemeriksaan Pengujian
Biji Pala Kadar Air (%) 9,99 – 12,52 Aufhauser
(dari Siau Kadar Minyak Atsiri (%) 2,04 – 3,83 Destilasi
Timur, Siau Warna Kuning Pucat Visual
1
Barat Utara Berat Jenis (25°C) +/- 0,91 Gravimetri
dan Siau Miristisin 11,18 – 14,84 GC
Barat) Kelarutan dalam Alkohol 90 % 1:1 – 1:2 (Larut) Volumetri
Kadar Air (%) 10,33 Aufhauser
Kadar Minyak Atsiri (%) 3,31 Destilasi
Biji Pala
Warna Visual
2 Tagulan-
Berat Jenis (25°C) 0,91 Gravimetri
dang
Miristisin 11,96 GC
Kelarutan dalam Alkohol 90 % 1:2 larut Volumetri
Fuli Pala Kadar Air (%) 9,75 - 11,80 Aufhauser
(dari Siau Kadar Minyak Atsiri (%) 8,60 – 17,27 Destilasi
3 Timur, Siau Warna Kuning Visual
Barat Berat Jenis (25°C) 0,95 - 0,98 Gravimetri
Utara, Siau Miristisin 20,59 - 30,39 GC
Barat) Kelarutan dalam Alkohol 90 % 1:1 (Larut) Volumetri
Kadar Air (%) 4,98 Aufhauser
Kadar Minyak Atsiri (%) 8,39 Destilasi
Fuli Pala
Warna Visual
4 Tagulan-
Berat Jenis (25°C) 0,92 Gravimetri
dang
Miristisin 13.41 GC
Kelarutan dalam Alkohol 90 % 1:1 larut Volumetri
Tabel 1. Ringkasan Hasil Penelitian Biji dan Fuli Pala Siau Kering Dari Laboratorium
Balittro Bogor Tahun 2014 dan 2015

Perbandingan kualitas Pala Siau dengan SNI dan kualitas Pala Banda terdapat pada Tabel
2.

Biji Pala Fuli Pala


Ketentuan/
No Kadar Minyak Berat Jenis Miristisin Kadar Minyak Berat Jenis Miristisin
Asal
Atsiri (%) (25° C) (%) Atsiri (%) (25° C) (%)
1. SNI - 0,885 - 0,907 - - 0,880 – 0,940 -

2. Siau 2,04 – 3,83 +/- 0,9192 11,18 – 14,8 8,6 – 17,27 0,95 - 0,98 20,59 - 30,39

3. Banda 2,83 – 6,14 - 4,33 – 6,92 9,02 – 11,43 - 8,56 – 10,60

Tabel 2. Perbandingan Kualitas Pala Siau Dengan SNI dan Pala Banda

Miristisin digunakan sebagai obat oles untuk penyakit rematik dan perangsang kulit serta
bahan psikoaktif (meningkatkan aktifitas mental). Miristisin juga dapat digunakan sebagai
zat pemusnah serangga yang disebut synergistiche serta digunakan sebagai pembanding
zat untuk tes minyak yang mudah menguap. Di Eropa, miristisin pada mulanya
dimanfaatkan sebagai penghilang rasa sakit (analgesic)

3. Kelas Mutu
Biji Pala Kering :
Hanya Biji Pala Kering dengan kualitas terbaik, yaitu kualitas A dan kualitas AT yang
boleh menggunakan tanda IG Pala-Siau. Gambar Biji Pala Kering dengan dan tanpa batok

9
pada kualitas A dan kualitas ABCD, serta kualitas AT dan kualitas Shrivel terdapat pada
Gambar 5 dan 6

Gambar 5. Kualitas A Biji Pala Kering Dengan Batok Dan ABCD Tanpa Batok

Gambar 6. Kualitas AT Biji Pala Kering Dengan Batok Dan Shrivel Tanpa Batok

Fuli Pala Kering :


Hanya Fuli Pala Kering kualitas terbaik yang boleh menggunakan tanda IG Pala Siau,
berwarna merah sampai kuning, utuh dengan ukuran panjang bervariasi. Gambar Fuli Pala
Kering kualitas Pala Siau terdapat pada Gambar 7.

Gambar 7. Fuli Pala Kering Kualitas Pala Siau

4. Analisis Kualitas
a. Biji Pala Kering Kualitas A dan ABCD :
- Jumlah Biji Pala Kering dengan batok per Kg sebanyak 90-120 biji
- Tampilan fisik Biji Pala Kering dengan batok kualitas A, adalah bulat dan ada pula
yang agak lonjong, berwarna coklat kehitaman dengan ciri khas mengkilap, berat,

10
memiliki bentuk yang bulat sampai agak lonjong dengan permukaan licin. Berbunyi
apabila diguncang, tidak ada kerusakan akibat serangga, tidak berjamur dan batok
biji tidak pecah
- Biji Pala Kering Kualitas A yang sudah dipisahkan dari cangkang/batoknya
menghasilkan Biji Pala Kering tanpa batok kualitas ABCD dengan rendemen sekitar
68% (1 kg Biji Pala Kering dengan batok kualitas A, akan menghasilkan Biji Pala
Kering tanpa batok kualitas ABCD dengan berat sekitar 0,68 Kg)
- Tampilan fisik Biji Pala Kering tanpa batok kualitas ABCD, adalah berbentuk bulat
dan ada pula yang agak lonjong, mengeluarkan bunyi keras saat dua kernel
diketukkan satu sama lain. Permukaan cukup halus dengan sedikit keriput, tidak ada
lubang akibat serangga, tidak retak dan tidak berjamur
b. Biji Pala Kering Kualitas AT dan Shrivel :
- Jumlah Biji Pala Kering tanpa batok per Kg sebanyak 150-175 biji
- Tampilan fisik Biji Pala Kering dengan batok kualitas AT, memiliki bentuk bulat
dan ada pula yang agak lonjong, berwarna kecoklatan dengan ciri khas kurang
mengkilap, memiliki bentuk yang bulat sampai agak lonjong dengan permukaan
licin. Lebih ringan dibanding kualitas A. Berbunyi apabila diguncang, tidak ada
kerusakan akibat serangga, tidak berjamur dan batok biji tidak pecah
- Biji Pala Kering kualitas AT yang sudah dipisahkan dari cangkang/batoknya
menghasilkan Biji Pala Kering tanpa batok kualitas Shrivel dengan rendemen sekitar
63% (1 kg Biji Pala Kering dengan batok kualitas AT, akan menghasilkan Biji Pala
Kering tanpa batok kualitas Shrivel berat sekitar 0,63 Kg)
- Tampilan fisik Biji Pala Kering tanpa batok kualitas Shrivel, memiliki bentuk bulat
sampai agak lonjong, berwarna coklat muda dengan permukaan keriput dan utuh.
Mengeluarkan bunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain. Tidak ada
lubang akibat serangga, tidak retak dan tidak berjamur
c. Fuli Pala Kering:
- Tampilan warna merah segar sampai kuning dan agak mengkilap
- Menghasilkan aroma khas pala yang tajam
- Sebagian besar utuh dan tidak banyak patahan-patahan kecil

Kualitas biji pala kering dengan dan tanpa batok akan terus diperbaiki, termasuk kadar
airnya, sehingga dapat memenuhi persyaratan umum SNI biji pala kering tanpa batok
sebagaimana terdapat pada Tabel 3 .
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1. Kadar air (b/b) % Maks. 10
2. Biji berkapang (b/b) % Maks. 8
3. Serangga utuh mati ekor Maks. 4
4. Kotoran mamalia Mg/lbs Maks. 0
5. Kotoran binatang lain Mg/lbs Maks. 0,0
6. Benda asing (b/b) % Maks. 0,00
Tabel 3. Syarat Umum Biji Pala Tanpa Batok Berdasarkan SNI 01 0006 1987

11
Kualitas fuli pala kering akan terus dperbaiki, termasuk kadar airnya, sehingga memenuhi
persyaratan umum SNI fuli pala kering sebagamana terdapat pada Tabel 4 .

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan


1. Kadar air (b/b) % maks. 10
2. Kotoran mamalia mg/lbs maks. 3
3. Kotoran binatang lain mg/lbs maks. 1,0
4. Benda asing (b/b) % maks. 0,50
5. Serangga utuh mati ekor maks. 4
6. Fuli berkapang (b/b) % maks. 2,00
7. Cemaran serangga (b/b) % maks. 1,0

Tabel 4. Syarat Umum Fuli/Bunga Pala Berdasarkan SNI 01 0007 1987

Kelas mutu yang umum berlaku bagi biji pala kering dengan batok terdapat pada Tabel 5.

Mutu Deskripsi
A Berwarna coklat gelap mengkilap. Dipanen pada saat buah matang. Padat berisi,
berat, kering dan pada umumnya berbunyi bila diguncang. Tidak ada kerusakan
akibat serangga, tidak berjamur, batok tidak pecah.
AT Berwarna coklat muda, dipanen dari saat buah setengah matang. Lebih ringan,
lebih kecil, kurang berisi dan kernel lebih longgar dalam batok dibanding mutu
A, kering, berbunyi bila diguncang. Tidak berlubang, tidak ada kerusakan akibat
serangga, tidak berjamur, batok tidak pecah
B Berwarna coklat pucat, produk dipanen atau jatuh awal. Biji memiliki resiko
sedang terhadap kontaminasi aflatoksin, harus disimpan terpisah dari kelas A dan
AT. Lebih ringan dari kelas AT. Kernel biasanya menempel pada batok dan
bijinya tidak berbunyi bila diguncang. Sebagian besar berlubang, rusak akibat
serangga, berjamur, dan pecah batoknya.
C Berwarna sangat coklat pucat, retak, dikerubungi serangga, berjamur. Beresiko
tinggi terhadap kontaminasi aflatoksin dan hanya digunakan untuk diekstraksi
minyaknya. Dipanen sebelum matang atau berasal dari buah yang terjatuh dari
pohon
Tabel 5. Kelas Mutu Biji Pala Kering Dengan Batok

Kelas mutu yang umum berlaku bagi biji pala kering tanpa batok, terdapat pada Tabel 6.

Mutu Deskripsi
ABCD Kernel utuh dan berisi, berbunyi keras saat dua kernel diketukkan satu sama
lain. Permukaan cukup halus dengan sedikit keriput, tidak ada lubang akibat
serangga, tidak retak dan tidak berjamur.
SS (Shrivel) Permukaan keriput, kurang berisi dibandingkan kelas ABCD. Berbunyi kurang
keras saat dua kernel diketukkan satu sama lain dibandingkan kelas mutu
ABCD. Tidak ada lubang akibat serangga, tidak retak, tidak berjamur.
Pemetikan lebih awal, pengeringan belum sempurna
BWP Ekspor Kernel pecah tapi tidak berjamur
BWP Kernel pecah, berlubang dan berjamur
BWP Kernal pecah dan hancur serta berjamur

Tabel 6. Kelas Mutu Biji Pala Kering Tanpa Batok

12
D. DESKRIPSI LINGKUNGAN GEOGRAFIS

1. Faktor Alam

Pala Siau tumbuh dan berbuah dengan baik di pulau Siau yang berada pada posisi
geografis 2030’ – 20 52’ LU dan 1250 – 1250 40’ BT dengan luas mencapai sekitar 160,02
km2. Pada ketinggian sampai 300 m diatas permukaan laut. Pulau Siau merupakan klaster
utama dari Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro yang merupakan bagian dari
propinsi Sulawesi Utara. Peta wilayah Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
terdapat pada Gambar 8 dan Gambar 9.

Gambar 8. Foto Satelit Pulau Siau Dan Lokasinya Pada Peta Indonesia

13
Gambar 9. Peta Kabupaten Siau Tagulandang Biaro

Pada klaster Siau terdapat kegiatan pemerintahan kabupaten dan kegiatan lainnya seperti
perdagangan, transportasi laut serta pendidikan. Pusat kegiatan terbagi antara pusat
kegiatan pemerintahan yang terletak di Ondong dan pusat kegiatan perdagangan dan
transportasi laut di Ulu. Pembagian wilayah administrasi sebanyak enam kecamatan.
Keterhubungan dengan pusat klaster dilayani oleh jasa angkutan darat dengan dukungan
prasarana jalan yang sudah memadai.

Hubungan antara klaster Siau dengan klaster lainnya yang berada di wilayah kepulauan
Siau Tagulandang Biaro dilayani oleh pelayaran lokal antar pulau. Keterhubungan dengan
ibukota provinsi dilayani pelayaran rutin yang dilakukan setiap hari melalui pelabuhan
Poso yang ada di Kota Ulu kecamatan Siau Timur, pelabuhan Pehe di Kampung Pehe
Kecamatan Siau Barat dan Pelabuhan Penyeberangan di Kampung Sawang Kecamatan
Siau Timur Selatan.

14
Klaster Siau memiliki kondisi topografis yang bervariasi yaitu dari dataran landai,
kelerengan curam sampai dataran tinggi dan puncak gunung dengan ketinggian mencapai
+ 1.827 m dpl. Klaster ini memiliki gunung berapi aktif (G. Karangetang) yang berada di
bagian utara pulau Siau. Keaktifan gunung berapi ini memberi pengaruh bagi kesuburan
lahan-lahan pertanian dan perkebunan yang ada di sekitarnya. Siau terkenal akan kualitas
biji pala yang merupakan salah satu yang terbaik di dunia sejak dulu.

Gambar 10. Gunung Karangetang Ciri Khas Pulau Siau

Dari hasil analisis tanah pulau Siau di lokasi pertanaman Pala yang dilakukan oleh Balittro
Bogor pada bulan November 2014, diperoleh hasil analisis unsur mikro sebagaimana
terdapat pada Lampiran 8. Ringkasan hasil analisis tanah terdapat pada Tabel 7.

Jenis
Hasil Pengujian/Pemeriksaan Metode Pengujian
b Pengujian/Pemeriksaan
e Fe (ppm) 2,47 AAS
l Mn (ppm) 313,71 AAS
Cu (ppm) 83,85 AAS
5 Zn (ppm) 40,48 AAS
.
Tabel 7. Ringkasan Hasil Analisis Unsur Mikro Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor,
Tahun 2014

Hasil analisis tanah lengkap terdapat pada Lampiran 9. Ringkasan hasil analisis tanah
terdapat pada Tabel 8.

Hasil Pengujian/Pemeriksaan

pH Basa Dapat Ditukat (cmol(+)/kg) Tekstur (%)


N- C/N P2O5 Al dd
KTK(cmo KB
C-Org (%) Total rati Tersedia (cmol(+)
l (+)/kg) (%)
KCL (%) o (ppm) /kg)
H2O Ca Mg K Na Total Pasir Debu Liat
1M

Walkey Kjedah Perkolasi dengan ammonium asetat Volu- Destilasi


pH-metri Bray I Hidrometer
& Black l 1 M (pH 7) Metri langsung

0,5 0,4 55, 60,3


5,99 5,22 0,77 0,10 7,70 49,15 2,46 0,40 3,82 Ttd 6,90 26,83 12,84
2 4 36 3

Tabel 8. Ringkasan Hasil Analisis Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor Tahun 2014

15
Pulau Siau memiliki pola hujan yang sangat bervariasi. Bulan-bulan dengan hujan yang
tinggi umumnya adalah bulan November sampai Februari. Bulan-bulan lainnya memiliki
curah hujan yang tidak menentu.

2012 2013 2014 Jumlah Rata-Rata


Bulan CH HH CH HH CH HH CH (mm) HH CH HH
(mm) (hh) (mm) (hh) (mm) (hh) (hh) (mm) (hh)
Jan 555 24 276 12 340 5 1171 41 390 14
Feb 151 9 188 12 56 5 395 26 132 9
Maret 346 16 433 12 180 9 959 37 320 12
April 215 12 436 10 28 6 679 28 226 9
Mei 242 13 134 10 86 9 462 32 154 11
Juni 75 2 188 8 338 8 601 18 200 6
Juli 291 20 357 10 3 1 651 31 217 10
Agust 2 1 286 11 76 4 364 16 121 5
Sept 8 5 189 12 13 4 210 21 70 7
Oktob 63 8 256 8 55 2 374 18 125 6
Nov 232 11 184 10 123 11 539 32 185 11
Des 872 20 247 12 125 10 1244 42 416 14
Jml 3052 141 3214 127 1423 74 7689 342 2556 114
Rata2 254 12 267 11 118 6 640 29 213 10

Tabel 9. Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau Barat Selatan
Tahun 2012-2014

2012 2013 2014 Jumlah Rata-Rata


Bulan CH HH CH HH CH HH CH (mm) HH CH HH
(mm) (hh) (mm) (hh) (mm) (hh) (hh) (mm) (hh)
Jan 729 24 877 30 408 21 2014 75 671 25
Feb 228 15 437 22 490 19 1155 56 385 19
Maret 243 19 226 14 10 3 479 36 160 12
April 320 19 741 24 131 10 1192 53 397 18
Mei 238 14 796 23 261 18 1295 55 432 18
Juni 20 5 95 11 269 12 384 28 128 9
Juli 359 18 772 24 108 11 1239 53 413 18
Agust 89 7 410 17 137 8 636 32 212 11
Sept 41 15 64 9 183 10 288 34 96 11
Oktob 386 14 82 14 Ta Ta 468 28 156 14
Nov 763 22 Ta Ta 549 27 1312 49 613 25
Des 435 24 Ta Ta 791 26 1226 50 600 25
Jml 3851 196 4500 188 3337 165 11688 549 4263 183
Rata2 320 16 450 19 303 15 974 46 355 15

Tabel 10. Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau Barat Utara
Tahun 2012-2014

16
2012 2013 2014 Jumah Rata-Rata
Bulan CH HH CH HH CH HH CH (mm) HH CH HH
(mm) (hh) (mm) (hh) (mm) (hh) (hh) (mm) (hh)
Jan 484 25 506 31 252 16 1242 72 445 24
Feb 144 10 290 25 141 10 575 45 266 15
Maret 195 14 314 22 119 11 628 47 406 16
April 124 13 520 26 46 6 690 45 253 15
Mei 186 12 424 25 404 18 1014 55 254 18
Juni 14 3 99 15 474 14 587 32 196 11
Juli 274 19 416 26 84 7 774 52 194 17
Agust 18 3 328 22 285 18 631 43 158 14
Sept 24 10 204 12 104 3 332 25 148 8
Oktob 100 9 304 21 20 4 424 34 130 11
Nov 359 13 246 21 376 21 981 55 331 18
Des 350 18 556 17 258 24 1164 59 417 20
Jml 2272 149 4207 263 2563 152 9042 564 3198 188
Rata2 189 12 350 22 213 13 753 188 266 16

Tabel 11. Data Curah Hujan (mm) Dan Hari Hujan (hh) Dari Stasiun Siau Tengah Tahun
2012-2014

Pulau Siau memiliki tiga stasiun cuaca, yaitu di Siau Barat Selatan, Siau Barat Utara dan
di Siau Tengah. Data dari Stasiun Meteorologi Sulawesi Utara di Manado, dari tahun
2012-2014 dari Stasiun Siau Barat Selatan terdapat pada Tabel 9, dari Stasiun Siau Barat
Utara pada Tabel 10, dan dari Stasiun Siau Tengah pada Tabel 11. Data lengkap pada
Lampiran 10.

2. Faktor Manusia
Tanaman pala sudah ditanam sejak ratusan tahun yang lalu dan terus dibudidayakan oleh
masyarakat di pulau Siau secara turun temurun. Pala di pulau Siau dibudidayaka tanpa
menggunakan pupuk dan pestisida buatan. Lahan di pulau Siau masih sangat subur,
pemupukan terjadi secara alami memanfaatkan bahan organik yang ada di alam, termasuk
abu gunung api yang antara lain mengandung sulfur dan secara rutin dikeluarkan oleh
gunung Karangetang.

Hal yang secara rutin dilakukan oleh petani pala di pulau Siau adalah menanam bibit
tanaman pala, melakukan pemeliharaan secara minimal dan melakukan pemanenan pada
saat buah pala telah mencapai tahap masak fisiologis yang ditandai dengan perubahan
warna buah pala dari kuning kehijauan menjadi kuning kecoklatan sampai daging buah
pecah dan memperiihatkan biji pala yang coklat hitam berkilat dengan fuli yang berwarna
merah.

Pada areal pertanaman pala, petani juga menanam berbagai tanaman lain, seperti cengkeh,
kelapa atau tanaman buah-buahan. Penanaman, pemeliharaan, panen dan pengolahan pala
dilakukan oleh petani pala bersama keluarganya. Apabila memerlukan tenaga tambahan,
petani pala akan mencari tenaga kerja yang dapat membantu dengan pembayaran secara
harian.

17
Gambar 11. Areal Pertanaman Pala Di Pulau Siau
Petani pala di pulau Siau memiliki pengetahuan budidaya dan pengolahan pala yang
cukup baik, yang mereka peroleh dari berbagai pelatihan, baik yang diselenggarakan oleh
Pemerintah Kabupaten Siau Tagulandang Biaro, Pemerintah Propinsi Sulawesi Utara,
berbagai Lembaga Swadaya Masyarakat termasuk proyek Trade Support Program (TSP)
dari Uni Eropa.

E. BATASAN KAWASAN

1. Batas Wilayah Pulau Siau

Pulau Siau memiliki batas wilayah, sebelah :


- Utara berbatasan langsung dengan Kabupaten Kepulauan Sangihe
- Timur berbatasan dengan pulau Buhias, Pahepa
- Selatan berbatasan dengan Pulau Tagulandang
- Barat berbatasan dengan pulau Makelehi

2. Kawasan Produksi Pala Di Pulau Siau


Kawasan produksi Pala di pulau Siau tersebar di 6 kecamatan dengan jumlah populasi dan
produksi terbanyak di :
- Kecamatan Siau Timur terletak di 20°44’0”-20°47’46” Lintang Utara 125° 23’58”-
125°36’30” Bujur Timur, berbatasan dengan wilayah kecamatan Siau Barat Utara di
sebelah utara, dengan Laut Maluku di sebelah Timur, dengan kecamatan Siau Timur
Selatan di sebelah Selatan, dengan Kecamatan Siau Tengah di sebelah Barat. Luas
areal pertanaman pala 932 ha dengan produksi sekitar 1.420 ton biji pala kering
dengan batok per tahun dari 568 ha tanaman menghasilkan.
- Kecamatan Siau Barat Utara terletak di 2° 45’ 44” – 2° 48’ 48” Lintang Utara 125°
22’ 2” – 125° 24’ 22” Bujur Timur. Batas wilayah Kecamatan Siau Barat Utara
sebelah Utara berbatasan dengan kabupaten Sangihe. sebelah Timur berbatasan
dengan kecamatan Siau Timur, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siau
Barat, dan sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sulawesi. Luas areal pertanaman

18
pala 692 ha dengan produksi sekitar 1.166 ton biji pala kering dengan batok per tahun
dari 467 ha tanaman menghasilkan.
- Kecamatan Siau Timur Selatan terletak di 20°38’38” - 2°42’20” Lintang Utara 125°
23’3”-125°27’45”Bujur Timur. Wilayah Kecamatan Siau Timur Selatan sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Siau Timur, sebelah Timur berbatasan dengan Laut
Maluku sebelah Selatan berbatasan dengan Laut Kecamatan Siau Barat Selatan.
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat Selatan dan Siau Barat. Luas
areal pertanaman pala 518 ha dengan produksi sekitar 784 ton biji pala kering dengan
batok per tahun dari 313 ha tanaman menghasilkan.
- Kecamatan Siau Barat terletak di 2°41’ 44” – 2°45’ 8” Lintang Utara dan 125°19’ 45”
– 125° 22’ 7” Bujur Timur. Wilayah Kecamatan Siau Barat sebelah tara berbatasan
dengan Kecamatan Siau Barat Utara, sebelah timur berbatasan dengan Kecamatan
Siau Tengah, Siau Timur dan Siau Timur. Sebelah selatan berbatasan dengan
Kecamatan Siau Barat Selatan dan sebelah barat berbatasan dengan laut Sulawesi.
Luas areal pertanaman pala 515 ha dengan produksi sekitar 752 ton biji pala kering
dengan batok per tahun dari 302 ha tanaman menghasilkan.
- Kecamatan Siau Barat Selatan terletak di 20°38’8” – 20°40’53” Lintang Utara
125°22’26” – 125°25’10” Bujur Timur. Wilayah Kecamatan Siau Barat Selatan
sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat. Sebelah Timur berbatasan
dengan Kecamatan Siau Timur Selatan. Sebelah Selatan berbatasan dengan pulau
Tagulandang. Sebelah Barat berbatasan dengan Laut Sulawesi. Luas areal pertanaman
pala 440 ha dengan produksi sekitar 586 ton biji pala kering dengan batok per tahun
dari 234 ha tanaman menghasilkan.
- Kecamatan Siau Tengah terletak di 2°44’ 10” – 2°44’ 45” Lintang Utara 125° 22’
43” – 125° 23’ 29” Bujur Timur. Wilayah Kecamatan Siau Tengah Sebelah Utara
berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat, sebelah Timur berbatasan dengan Siau
Timur, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Siau Timur Selatan dan
Kecamatan Siau Barat. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Siau Barat. Luas
areal pertanaman pala 341 ha dengan produksi sekitar 502 ton biji pala kering dengan
batok per tahun dari 201 ha tanaman menghasilkan.
Total areal pertanaman pala di pulau Siau mencapai 3.437 ha dengan produksi sekitar
5.210 ton biji pala kering dengan batok per tahun dari sekitar 2.084 ha tanaman
menghasilkan dengan produktifitas sekitar 2.500 kg biji pala kering dengan batok per ha
per tahun.

Daerah pertanaman pala saat ini dan pengembangannya ke depan di pulau Siau, adalah
pada wilayah pengembangan tanaman perkebunan seperti terdapat peta wilayah
pengembangan komoditi perkebunan di pulau Siau pada Gambar 12.

19
Gambar 12. Peta Wilayah Penanaman Dan Pengembangan Pala Di Pulau Siau

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, sebelum tahun 2007 adalah merupakan
bagian dari Kabupaten Kepulauan Sangihe propinsi Sulawesi Utara. Sejak tahun 2007
dengan terbitnya UU No. 15 Tahun 2007 tentang Pembentukan Kabupaten Siau
Tagulandang Biaro di Propinsi Sulaweasi Utara, Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro terbentuk.

Pulau Siau adalah klaster utama dari wilayah kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro. Peta wilayah administrasi di pulau Siau terdapat pada Gambar 13.

20
Gambar 13. Peta Administrasi Kecamatan Di Pulau Siau

Luas areal dan produksi tanaman pala di pulau Siau dan di kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang dan Biaro terdapat pada Tabel 12 berikut.

Luas Areal (ha) Produksi Bentuk Jumlah


Kecamatan TBM TM TR Jumlah per thn Produksi Pekebun
(ton/ha) (KK)
Siau Timur 282,61 568,23 81,05 931,89 1.420 Biji Pala Kering 467
dgn batok
Siau Timur 181,11 313,09 23,70 517,90 783 Biji Pala Kering 289
Selatan dgn batok
Siau Barat 193,22 301,22 20,40 514,84 753 Biji Pala Kering 315
dgn batok
Siau Tengah 126,72 201,16 13,11 340,99 503 Biji Pala Kering 201
dgn batok

21
Siau Barat 174,17 233,60 32,15 439,32 584 Biji Pala Kering 365
Selatan dgn batok
Siau Barat 199,65 466,82 25,75 692.22 1.167 Biji Pala Kering 433
Utara dgn batok
Jumlah Siau 1.157,5 2.084,1 196,2 3.437.2 5.210 Biji Pala Kering 2.070
dgn batok
Tagulandang 169,31 224,80 5,30 399,41 562 Biji Pala Kering 358
dgn batok
Tagulandang 102,67 143,25 3,40 249,32 358 Biji Pala Kering 216
Utara dgn batok
Tagulandang 163,07 202,15 - 365,22 758 Biji Pala Kering 335
Selatan dgn batok
Biaro 34,53 6,70 0,20 41,43 17 Biji Pala Kering 83
dgn batok
Jumlah Non 469,57 576,90 8,9 1.055,4 170 Biji Pala Kering 992
Siau dgn batok
Jumlah Kab. 1.627 2.661 205 4.493 5.380 Biji Pala Kering 3.062
Sitaro dgn batok
Keterangan : TBM = Tanaman Belum Menghasilkan
TM = Tanaman Menghasilkan
TR = Tanaman Rusak
Produktifitas : 2.500 kg biji pala kering dengan batok/ha/tahun
Sumber : Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro
Tahun 2014

Tabel 12. Luas Areal Dan Produksi Tanaman Pala Di Pulau Siau Dan Di Kabupaten
Siau Tagulandang Biaro

3. Kawasan Pengolahan Dan Pengemasan Pala Siau

Pengolahan Biji Pala Kering dengan batok dan pengolahan Fuli Pala Kering dilakukan
oleh petani pala atau oleh pedagang pengumpul. Pengolahan ini dilakukan diseluruh
wilayah pertanaman pala di pulau Siau. Pengolahan Biji Pala Kering dengan batok dan
Fuli Pala Kering dilakukan oleh pedagang yang membeli biji pala dan fuli segar dari
petani pala. Pengolahan Biji Pala Kering tanpa batok saat ini dilakukan oleh pedagang
pengumpul atau eksportir di wilayah kecamatan Siau Timur dan kecamatan Siau Barat.
Pengolahan di luar pulau Siau tidak diperbolehkan.
Pengemasan Biji Pala Kering dengan batok, Biji Pala Kering tanpa batok dan Fuli Pala
Kering saat ini dilakukan oleh pedagang pengumpul atau eksportir di wilayah kecamatan
Siau Timur dan kecamatan Siau Barat dengan pengawasan dari Tim Penguji Mutu dan
Keterunutan LPIG Pala Siau yang dibentuk oleh LPIG Pala Siau, dan bekerja atas perintah
Ketua LPIG Pala Siau. Tim Penguji Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau melapor
kepada Ketua LPIG Pala Siau. Pengemasan diluar pulau Siau tidak diperbolehkan.
Kemasan produk yang menggunakan tanda IG Pala Siau disiapkan dan di distribusikan
kepada anggota yang memerlukan oleh LPIG Pala Siau sesuai dengan hasil pengawasan
dari Tim Penguji Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau. Kemasan saat ini dibuat dalam
ukuran 100 kg dan 50 kg. Apabila diperlukan ukuran lain sesuai dengan permintaan
konsumen, diperbolehkan.
Perubahan lokasi pengolahan dan pengemasan, selama masih di pulau Siau dan dalam
pengawasan LPIG Pala Siau, diperbolehkan. Perubahan tersebut apabila terjadi akan

22
dilaporkan oleh LPIG Pala Siau kepada Kementerian Hukum dan HAM dalam Buku
Persyaratan Perubahan.

F. SEJARAH DAN ADAT ISTIADAT

1. Sejarah Pulau Siau Dan Masyarakatnya

Menurut penuturan H.B. Elias dalam catatan tertulisnya tentang Siau menyatakan bahwa
asal usul/sejarah pulau Siau berawal dari kedatangan bangsa Spanyol pada abad ke-16
yang berlabuh dipantai sekitar Paseng yang merupakan ibukota kerajaan waktu itu yang
dibuktikan dengan adanya makam Raja Lokongbanua. Kehadiran kapal asing tersebut
mengundang rasa penasaran warga setempat maka mereka berdatangan ke pantai dan
berdiri berjejer sembilan orang.
Nakhoda kapal Spanyol turun dari kapalnya dengan perahu sekoci kecil mengingat waktu
itu belum ada pelabuhan seperti sekarang ini. Begitu turun dari perahu sekocinya,
nahkoda yang didampingi awak kapalnya mendekati kesembilan orang itu dan bertanya
”adakah dari kalian bisa memberitahukan nama pulau ini”. Ia bertanya demikian seraya
menunjuk ke kesembilan orang itu satu per satu. Merasa sedang dihitung, kesembilan
orang itu menimpali, “Sio”. yang berarti “ sembilan”. Nakhoda pun manggut-manggut dan
berkata pada anak buahnya, ”ini pulau Siouw”. Demikian juga saat ia kembali kekapal,
nakhodapun memberitahukan kepada awaknya yang tidak sempat turun ke darat bahwa
pulau itu bernama Pulau Siouw.
Sesudah kedatangan pelaut Spanyol tersebut, journal-journal pelaut Eropa mulai mencatat
perairan diseputar Siouw. Nama yang dikatakannya kemudian diubah oleh orang Belanda
menjadi Siauw dan lama kelamaan dalam tradisi tertulis nama ini menjadi singkat yakni
“Siau” yang tetap dipakai hingga kini (disarikan dari sejarah pergerakan kebangsaan
Indonesia di Pulau Siau (1973) karya H.B. Elias dan berbagai sumber lisan lainnya (asal
usul SIAU, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kepulauan SITARO).

2. Sejarah Pala Di Dunia

Pala [Myristica fragrans Houtt] adalah salah satu tanaman penghasil rempah yang banyak
dicari orang, karena memiliki banyak sekali khasiat. Pala yang berasal dari keluarga
Myristicaceae merupakan tanaman asli Indonesia dari Kepulauan Banda [Maluku]. Pohon
berkayu ini bisa mencapai tinggi 10 – 30 m. Jika sedang musim berbuah, akan muncul
bunga di setiap ujung ranting dan menjadi bunga bergerombol berwarna hijau kekuningan.
Daging buahnya tebal berwarna keputihan, berasa getir dan asam dan banyak mengandung
getah. Setelah daging buah terdapat fuli, berupa selaput tipis merah yang menyelimuti biji
pala.
Buah dan biji pala merupakan bahan rempah-rempah yang sangat terkenal di dunia sejak
awal abad ke-16. Pelaut serta pedagang Portugis dan Spanyol adalah bangsa asing yang
paling awal menemukan kepulauan Maluku. Kemudian disusul pelaut Inggris dan
Belanda. Pada awalnya, pohon pala sangat terbatas penyebarannya di Maluku sehingga
menjadi komoditas yang mudah dimonopoli oleh Vereenigde Oost-Indische Compagnie

23
[VOC]. Tetapi pada tahun 1772, Pierre Poivre seorang botanis asal Prancis, berhasil
menyelundupkan 3.000 batang pala yang kemudian ditanam di Mauritius. Tanaman ini
kemudian menyebar ke Penang [Malaysia], India dan Sri Lanka, sampai ke Grenada
[Amerika Tengah]. Grenada kini menjadi negara penghasil pala terbesar ke-2 di dunia
setelah Indonesia.
Buah pala mengandung senyawa-senyawa kimia yang bermanfaat untuk kesehatan kulit.
Pada daging buah pala terkandung minyak atsiri dan zat samak. Fulinya mengandung
minyak atsiri, zat samak, dan zat pati. Sedangkan bijinya mengandung minyak atsiri,
saponin, miristisin, elemisi, enzim lipase, pektin, lemonena, dan asam oleanolat.
Hampir semua bagian buah pala mengandung senyawa kimia yang bermanfaat bagi
kesehatan, di antaranya dapat membantu mengobati masuk angin dan mengurangi
flatulensi [kembung perut], insomnia [gangguan susah tidur], bersifat stomakik
[memperlancar pencernaan dan meningkatkan selera makan], karminatif [memperlancar
buang angin], antiemetik [mengatasi rasa mual mau muntah], nyeri haid, rematik, dan
sebagainya.
Daging buah pala bisa dibuat berbagai panganan ringan, seperti manisan, jeli, dodol, selai,
sari buah, serta sirop. Sedangkan bijinya digunakan pada makanan manis yang kaya
rempah seperti produk roti atau bumbu dalam masakan daging. Sementara fuli digunakan
sebagai bahan penambah rasa pada produk roti, seperti cake, cookies, pie, topping, juga
dipakai sebagai bumbu pada masakan laut dan minuman.

3. Sejarah Pala Di Pulau Siau

Tanaman Pala yang berkembang di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro adalah
jenis Myristica fragrans HOUTT yang memiliki kualitas dan produktifitas tinggi. Asal
usul keberadaannya di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro khususnya di pulau
Siau sampai sekarang belum jelas kepastiannya. Ada 2 versi pernyataan yang meduga asal
usul tersebut yakni :
Versi pertama bahwa tanaman/ pohon Pala sudah ada bertumbuh dan berkembang di
Pulau Siau adalah bagian dari tanaman endemik pada sebagian wilayah yang cocok
sebagai habitatnya dimana jika di lihat dari aspek letak geografis masih dapat digolongkan
dalam satu cakupan bagian wilayah Kepulauan Maluku Utara;
Versi kedua bahwa tanaman pala berasal dari proses introduksi dari luar yaitu dari
kepulauan Maluku, khususnya dari Kepulauan Banda - Maluku yang masuk ke daerah ini
melalui hubungan Ternate. Para leluhur masyarakat di daerah ini (Pulau Siau) sering
berlayar ke Ternate untuk tujuan berdagang dan ketika pulang kembali mereka membawa
bibit tanaman pala.
Salah satu alasan yang mendukung versi kedua adalah didasarkan dari aspek historis
bahwa daerah ini pada saat kekuasaan pemerintahannya masih dalam bentuk kerajaaan,
pernah di sebagian kurun waktu yang lalu sempat tunduk dan menjadi bagian wilayah
kekuasaan pemerintahan kesultanan Ternate. Keadaan tersebut berpengaruh pada aspek
intensitas dan frekwensi mobilitas penduduk dari Pulau Siau ke daerah Maluku, begitu

24
pula sebaliknya yang secara tidak langsung berpengaruh terhadap terjadinya introduksi
tanaman ini ke Pulau Siau. Bibit tanaman pala menjadi bagian dari barang yang dibawa
ketika pulang dari Ternate dan tempat lainnya di wilayah kepulauan Maluku, ditanam,
bertumbuh dan berkembang sampai seperti sekarang ini.
Dari 2 (dua) versi dugaan tersebut, sebagian besar meyakini akan dugaan versi yang kedua
bahwa tanaman pala yang tumbuh dan berkembang di Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro khususnya di Pulau Siau bukan tanaman endemik, tetapi tanaman
introduksi dari Pulau Banda Kepulauan Maluku melalui hubungan Ternate di propinsi
Maluku Utara saat ini.
Saat ini tanaman pala telah menjadi Komoditi Andalan Kabupaten yang terdiri dari 47
pulau ini dengan jumlah penduduk 68.109 jiwa bahkan dijadikan leading komoditi dari
Visi periode Pemerintah kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro tahun 2008-2013,
yakni Terwujudnya Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sebagai penghasil
Pala nomor 1 (satu) dunia yang sejahtera, maju dan berkepribadian.
4. Dampak Adanya Pala Di Pulau Siau

Tanaman perkebunan merupakan komoditi utama yang diusahakan oleh masyarakat


Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro, antara lain pala, cengkeh dan kelapa.
Tanaman yang dominan diusahakan oleh masyarakat adalah tanaman pala dan kelapa.
Data statistik menunjukkan bahwa kontribusi sektor perkebunan terhadap pertumbuhan
ekonomi di kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro sangat besar dan dominan. Hal
tersebut disebabkan karena sekitar 80 % penduduk menggantungkan hidupnya pada kedua
komoditi ini, terutama pada tanaman pala.
Kondisi tersebut memperlihatkan dengan sangat jelas bahwa perekonomian masyarakat
sangat bergantung pada produksi tanaman perkebunan, khususnya pada tanaman pala. Hal
tersebut juga didorong oleh kenyataan bahwa produk pala yang dihasilkan di pulau Siau
memiliki kualitas yang sangat baik, sehingga sangat diminati pasar, baik pasar lokal
maupun dunia dan memiliki harga yang sangat baik.

5. Peran Sosial Budaya Dan Ekonomi Pala Bagi Masyarakat Siau

Kontribusi tanaman pala bagi perekonomian dan sosial budaya masyarakat di pulau Siau
sangat besar, karena mampu memberikan pendapatan yang cukup baik sehingga membuka
kesempatan bagi anak-anak usia sekolah untuk melanjutkan pendidikan ke jenjang yang
lebih tinggi, serta mendukung peningkatan dan pengembangan infrastruktur pemukiman
yang memadai dari perkotaan sampai pedesaan/pedalaman. Tanaman pala memberikan
kontribusi yang terbesar pada pembentukan angka Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro dibandingkan dengan sektor
lainnya.
Saat ini harga di tingkat petani untuk Biji Pala Kering dengan batok kualitas A adalah
sekitar Rp 50.000,-/kg, Biji Pala Kering tanpa batok kualitas ABCD adalah Rp 90.000,-
/kg dan Harga Fuli Pala Kering sekitar Rp .115.000,-/kg.

25
G. METODE PRODUKSI, PENGOLAHAN DAN PEMASARAN

1. Metode Produksi Pala Di Siau

Tanaman pala di pulau Siau dapat dipanen setiap bulan. Meskipun demikian, waktu panen
utama adalah pada bulan Oktober – Desember dan Maret – Mei. Petani memanen buah
pala yang sudah masak fisiologis di kebun dan langsung dibelah. Daging pala ditinggalkan
di kebun dan biji yang masih terbungkus fuli dibawa ke rumah untuk dipisahkan antara
biji dengan fulinya.

Pemanenan buah pala di lahan yang miring dilakukan dengan menggunakan alat panen
yang disebut “sasendeng”, sedangkan di lahan yang rata panen dilakukan dengan
menggunakan pengait atau disebut juga gate-gate atau kakoi.

Gambar 14. Alat Panen Pala Sasendeng Gambar 15. Alat Panen Pala Pengait

Budidaya yang baik bagi tanaman pala harus memperhatikan berbagai aspek yakni
menyangkut :

- Tanah dan Iklim


Tanaman pala memerlukan tanah yang subur dan gembur, terutama tanah-tanah vulkanis
miring atau memiliki pembuangan air atau drainase yang baik. Tanaman pala akan
tumbuh baik pada tanah berstruktur pasir bercampur lempung (loam). Semakin rendah
kandungan liat semakin baik untuk pertumbuhan tanaman pala, pH tanah dengan
kemasaman sedang sampai netral (pH 5,5 - 7,0) sangat cocok untuk pertumbuhan tanaman
pala, karena kimia maupun biologi tanah berada pada titik optimum.

Tanaman pala memerlukan iklim tropis yang panas dengan curah hujan yang tinggi tanpa
adanya periode kering yang nyata. Rata-rata curah hujan di daerah asalnya (Banda) sekitar
2.656 mm/tahun, dengan jumlah hari hujan 167 hari merata sepanjang tahun. Meskipun
terdapat bulan-bulan kering, tetapi selama bulan kering tersebut masih terdapat 10 hari
hujan dengan sekurang-kurangnya ± 100 mm/tahun, ketinggian 0 - 300 m di atas
permukaan laut. Suhu berkisar antara 18°C - 34°C, suhu yang terbaik untuk pertumbuhan
tanaman pala antara 25°C - 30°C. Tanaman pala sangat peka terhadap angin kencang, oleh
karena itu penanaman pala membutuhkan tanaman pelindung atau penahan angin.

26
Angin yang bertiup terlalu kencang, bukan saja menyebabkan penyerbukan bunga
terganggu, tetapi juga menyebabkan buah, bunga dan pucuk tanaman akan luruh
berguguran. Tanaman pelindung yang terlalu rapat dapat menghambat pertumbuhan pala,
dan menjadi saingan dalam mendapatkan unsur hara. Tanaman pala menghendaki
naungan yang rendah sekitar 25 - 30%. Pohon pelindung yang banyak ditanam di pulau
Siau adalah cengkeh, kelapa dan tanaman buah-buahan, di Maluku dan Maluku Utara
adalah cengkeh, kenari dan kelapa sedangkan di Papua umumnya bercampur dengan
berbagai tanaman hutan. Kondisi tersebut sebagian besarnya dapat dipenuhi di pulau Siau,
sehingga menyebabkan tanaman pala dapat tumbuh subur dan menghasilkan kualitas yang
sangat baik.

Kesesuaian lahan untuk tanaman pala dapat dilihat pada tabel 13 berikut.
Kriteria lokasi
Variabel
Amat sesuai Sesuai Hampir sesuai
Ketinggian (m dpl) 0-700 700-900 900
Curah hujan (mm/th) 2000-3500 1500-2000 1500-4500
Hari hujan (hari/th) 100-160 80-100 atau 160-180 80 atau 180
Temperatur (°C) 25-28 20-25 25 atau 31
Kelembaban nisbi (%) 60-80 55-60 55 atau 85
Drainase Baik Agak baik s/d baik Agak baik
Tekstur tanah Berpasir Liat (lempung) berpasir Liat
Kemasaman (pH) Netral Agak masam/ netral

Tabel 13. Kesesuaian Lahan Dan Iklim Untuk Tanaman Pala

- Persiapan Bahan Tanam

 Pemilihan Pohon Induk


Sekitar 60-65% produktivitas usaha tani ditentukan oleh penggunaan benih. Berbagai
jenis tanaman pala yang sudah terkenal antara lain adalah jenis pala Banda, Tidore,
Siau, Ternate, Patani, dan Ambon. Selain jenis pala, keberhasilan pengembangan pala
juga ditentukan oleh kemampuan menentukan pohon pala jantan dan pala betina,
karena tanaman pala jantan menghasilkan buah yang sangat sedikit dibandingkan
tanaman pala betina. Ketelitian pemilihan jenis pala jantan dan pala betina menjadi
sangat penting, mengingat pengembangan tanaman pala sampai saat ini masih
menggunakan benih berupa biji yang sulit untuk diketahui apakah akan menjadi pala
jantan atau pala betina.
Saat ini benih tanaman pala dipenuhi dari pohon-pohon induk yang telah ditetapkan.
Syarat bagi pohon induk pala adalah sebagai berikut :
a. Jenis dan varietas pohon induk diketahui dengan jelas asal usulnya seperti pala
Banda, Tidore, Ternate, Siau, Patani atau Ambon.
b. Umur pohon diatas 15 tahun, dengan produksi di atas 5000 buah/ pohon/tahun
(berproduksi tinggi).

27
c. Pohon betina mutlak.
d. Bentuk pohon piramidal atau silindris.
e. Berbuah teratur setiap tahun dengan musim panen besar 2x setahun.
f. Buah/biji besar berkualitas tinggi.
g. Fuli tebal dan berkualitas tinggi.
h. Bebas hama penyakit dan terpelihara dengan baik.

 Penyiapan Benih Tanaman


Benih yang berkualitas adalah benih yang memenuhi mutu genetis, fisiologis dan fisik.
Untuk mencapai tingkat kualitas tersebut maka pengelolaan benih harus ditangani
dengan tepat sejak panen buah, penyimpanan, pengecambahan sampai penanaman di
lapangan.
Persyaratan benih pala antara lain:
a. Buah berasal dari petik matang. Tanda buah petik matang antara lain kulit buah
berwarna kusam, kuning kecoklatan. Masa pembuahan mulai dari pensarian
sampai matang petik + 10 bulan.
b. Biji segar berwarna coklat kehitaman mengkilap
c. Bobot biji pala minimal 50 gram/biji,
d. Bebas hama dan penyakit.
Setelah pemetikan, biji pala segera disemaikan selambat-lambatnya ± 24 jam setelah
pemetikan. Untuk mendapatkan benih dengan daya kecambah yang tinggi sebaiknya
biji diambil dari pohon induk yang letaknya berdekatan dengan pohon jantan.
Biasanya benih pala berkecambah 1-3 bulan setelah pengecambahan.
Untuk menjaga agar daya kecambah biji tetap tinggi, biji harus segera disemai atau
dikecambahkan atau dibawa dalam keadaan kelembaban yang tinggi. Untuk
meningkatkan daya kecambah dan keseragaman berkecambah, sering dilakukan
pemecahan kulit/tempurung pala disekitar titik tumbuh dengan tidak merusak mata
tunas.

 Perbanyakan Melalui Biji


Sebelum dibibitkan, benih pala dikecambahkan terlebih dahulu.
 Pengecambahan biji
Tahapan kegiatan pengecambahan biji pala adalah sebagai berikut:
a. Seleksi buah: dipilih buah yang matang petik, masa pembuahan sekitar 10 bulan
dan bebas hama penyakit.
b. Seleksi selaput fuli: dipilih yang tebal, berwarna merah tua, mengkilap dan bebas
hama penyakit.
c. Seleksi biji: berwarna coklat kehitaman, mengkilap, bulat dan besar, bebas hama
dan penyakit.
d. Biji dikering anginkan selama 24 jam.

28
e. Persiapkan kotak atau tempat pengecambahan dengan media kecambah dari serbuk
gergaji yang sudah lapuk atau kokopit (serbuk sabut kelapa) yang steril, dalam
kotak atau bedengan pengecambahan dengan lebar 0,5 - 1 m dan panjang sesuai
kebutuhan. Siram dengan air bersih seperlunya, jangan sampai basah atau
tergenang, cukup lembab saja.
f. Pengecambahan benih dilakukan dengan meletakan benih pala dalam bentuk
barisan yang teratur (0,50 x 1 cm atau 1 x 1 cm) mata tunas menghadap ke atas.
Bagian biji yang melengkung diletakkan bersentuhan dengan tanah. Selanjutnya
ditutup dengan karung goni untuk menjaga kelembaban.
g. Untuk mempercepat pengecambahan, tempurung pala diretakan secara hati-hati
pada bagian mata tunas sehingga retak atau belah dengan tidak merusak daging
bijinya.
h. Selanjutnya pemeliharaan dilakukan dengan cara menjaga kelembaban.
i. Setelah berumur 4-8 minggu, bakal akar sudah keluar dengan diikuti keluarnya
kecambah yang menandakan benih bisa dipindahkan ke polibag.
j. Kecambah dipindahkan kedalam polibag yang telah dipersiapkan terlebih dahulu
(diisi dengan media campuran kompos/pupuk kandang dan tanah 1:1).

 Pesemaian

a. Siapkan pesemaian ukuran 1,5 m x panjang bedengan. Kemudian dibuat atap


pesemaian dari daun alang-alang/daun kelapa/jaring dengan tingkat naungan 30%
b. Siapkan polibag ukuran 20 cm x 15 cm kemudian diisi dengan media tumbuh
berupa campuran tanah dan pupuk kandang yang sudah matang dan steril dengan
perbandingan 2 : 1. Polibag yang telah diisi media tumbuh diletakan berbaris
ditempat pesemaian.
c. Kecambah kemudian dibibitkan di polibag.
d. Pemeliharaan bibit, sebagai berikut :
o Penyiraman dilakukan seperlunya
o Penyiangan gulma dilakukan dipesemaian dan di polibag,
o Pengendalian serangan hama dilakukan secara mekanis atau dengan
menggunakan insektisida nabati.
o Pembibitan dilakukan selama 1,5 - 2,0 tahun. Ada kalanya dalam tahapan
pemeliharaan bibit ini membutuhkan penggantian polibag yang lebih besar.

Perbanyakan tanaman pala dapat pula dilakukan dengan cara vegetatif seperti
cangkok, okulasi, susuan dan sambung pucuk. Perbanyakan secara vegetatif jarang
dilakukan, walaupun dapat berhasil dengan baik, namun tidak ekonomis karena
keberhasilannya sangat rendah sekitar 10 %, dan hanya digunakan dalam tingkat
penelitian.

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro saat ini memilik 5 Penangkar terdaftar,

29
4 sudah memiliki Tanda Registrasi Usaha Perbenihan/TRUP dan 1 penangkar sedang
dalam tahap penyelesaian TRUP. Daftar penangkar terdapat pada Tabel 14. Copy
TRUP penangkar benih pala di pulau Siau terdapat pada Lampiran 11.

Nama Lokasi TRUP

Joseph Kawoka Kampung Binalu, kecamatan Siau 525/08/2687/V/2012


Timur Selatan (terlampir)

John Jacobus Kampung Binalu, kecamatan Siau 525/08/2688/V/2012


Timur Selatan (terlampir)

Iven S. Kabuhung Kampung Talawid, kecamatan 525/08/2689/V/2012


Siau Barat Selatan (terlampir)

Zeth Katuhu Kampung Lia, kecamatan Siau 525/08/2690/V/2012


Timur (terlampir)

Silver J. Bawole Kampung Kisihang, kecamatan 525/08/2689/V/2012


Tagulandang Selatan (terlampir)

Tabel 14. Daftar Penangkar Benih Pala Di Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro
2. Metode Panen Dan Pasca Panen Pala Siau

 Pemanenan Buah Pala

a. Menentukan tingkat kemasakan buah pala yang akan dipanen.


Ciri buah pala yang siap panen : berwarna kuning kecoklatan, warna agak buram,
terdapat tanda garis belahan yang sudah nyata pada buah pala tersebut atau yang
sudah terbelah

Gambar 16. Buah Pala Yang Sudah Matang Dan Terbelah Karena Matang Fisiologis

b. Persiapkan alat panen (pengait atau sasendeng)


c. Persiapkan wadah penampungan hasil panen (wadah harus bersih, setiap selesai
digunakan segera dibersihkan)

30
d. Melakukan pemanenan sesuai kriteria buah siap panen, dan harus
ditaruh di wadah yang telah disediakan.
e. Pada lahan miring di gunakan sasendeng. Sasendeng dapat digunakan
diatas tanah atau diatas pohon. Pada buah yang diperoleh dari hasil
sasendeng diatas pohon biasanya buah langsung dibelah diatas pohon.
f. Pada lahan rata digunakan pengait.
 Pembelahan Buah Pala

a. Menyiapkan sarana pembelahan buah pala, berupa pisau dan wadah


yang bersih. Pisau yang digunakan harus tajam dan sebaiknya hanya
khusus digunakan untuk membelah buah pala.
b. Pembelahan buah pala dilakukan tidak boleh melukai fuli biji pala.
Daging buah yang sudah dipisahkan dengan biji dapat dimanfaatkan
untuk pembuatan berbagai olahan daging pala, sep erti sirup, selai,
dodol, wine dan sebagainya. Sebagian besar daging buah pala saat ini
masih terbuang.
c. Daging buah yang tidak digunakan dikumpulkan dan diletakkan
didalam lobang/ditempatkan pada satu tempat yang dikhususkan untuk
pembuangan.
d. Lakukan pemisahan biji yang jatuh karena faktor kemat angan buah,
yang terbelah muda dengan biji yang dipanen langsung .
e. Biji pala yang tua dan sehat ditaruh di tempat terpisah dengan biji
pala yang muda. Biji pala yang berpenyakit dipisahkan dari biji pala
tua dan biji pala muda. Jadi diperlukan adanya 2 - 3 (tiga) wadah,
yaitu untuk biji pala tua sehat, biji pala muda, biji pala berpenyakit.
 Pemisahan Fuli dan Biji Pala
a. Menyiapkan sarana yang bersih untuk pemisahan fuli dan biji pala,
berupa pisau, wadah fuli dan wadah biji pala
b. Pemisahan fuli dan biji pala dilakukan menggunakan pisau dengan
hati-hati agar fuli tetap utuh. Masing -masing fuli dan biji pala
dipisahkan sesuai dengan kualitasnya masing -masing.
c. Pisahkan biji dan fuli dengan hati -hati untuk menghindari kerusakan
fisik pada biji yang dapat memberi peluang masuknya jamur pada biji
d. Wadah yang digunakan untuk menampung biji dan fuli yang sudah
dipisahkan harus bersih.
e. Biji dan fuli jangan diletakkan diatas permukaan tanah atau lantai.
f. Apabila pemisahan biji dan fuli selesai dan jika masih ada sinar
matahari sebaiknya biji dan fuli langsung dijemur

31
g. Apabila proses pemisahan biji dan fuli sampai sore/malam, maka biji
dan fuli harus diletakkan pada permukaan yang rata (dapat berupa
para-para) atau wadah lain yang tidak bersentuhan dengan
lantai/tanah dengan maksud dikering anginkan dan jangan ditumpuk
sampai berlapis-lapis sehingga apabila terjadi respirasi tidak menjadi
lembab/berair yang dapat membuka peluang tumbuhnya jamur yang
dapat menghasilkan aflatoksin, demikian juga halnya dengan fuli .
 Pengeringan
a. Menyiapkan tempat dan sarana pengeringan yang bersih
b. Biji pala tidak boleh bersentuhan langsung dengan tanah atau lantai,
harus dialasi dengan tikar atau karung goni . Jangan menggunakan
terpal atau bahan dari plastik karena aliran udara menjadi tidak
lancar. Sangat dianjurkan untuk menggunakan para-para untuk
menjamin kebersihan dan udara dapat mengalir dengan lancar.
c. Sebelum penjemuran sebaiknya biji pala dikelompokkan berdasarkan
kualitasnya (kelas A atau AT). Pen jemuran biji pala sebaiknya
dimulai pada jam 8.00 pagi sampai jam 16.00 sore. Pada penjemuran
hari pertama, bila cuaca sangat terik, biji pala ditutup dengan terpal
agar batok tidak pecah. Penjemuran pada hari selanjutnya tidak la gi
perlu ditutup dengan terpal.
d. Untuk fuli, apabila matahari bersina r penuh, penjemuran dilakukan
mulai jam 9.00 sampai dengan sekitar jam 12.00.
e. Pengeringan dilakukan sampai mencapai tingkat kadar air yang
diinginkan, yaitu maksimal 10 % melalui penjemuran biji pala selama
7 sampai 10 hari, atau fuli selama 2 -3 jam. Selama pengeringan dijaga
agar batok biji pala tidak pecah atau retak dan fuli tidak rusak.
f. Biji dan Fuli pala yang sudah kering, diangin -anginkan dulu hingga
panasnya hilang, kira-kira 1 (satu) jam sebelum dikemas .
 Pengemasan,
a. Biji pala yang sudah kering, dike mas sesuai kualitas masing-masing
menggunakan karung plastik atau karung goni yang baru dan bersih
dengan berat yang disesuaikan dengan permintaan konsumen.
b. Karung yang sudah berisi penuh, dijahit atau diikat karungnya diberi
segel LPIG Pala Siau.
c. Pengemasan dilakukan dengan menggunakan karung bertanda IG Pala
Siau, yaitu label, logo, kode keterunutan dan segel LPIG Pala Siau.
d. Pemberian tanda IG dilakukan oleh LPIG Pala Siau setelah dilakukan
pengujian kualitas da nasal produk oleh Tim Penguji Mutu dan
Keterunutan LPIG Pala Siau yang dibentuk oleh LPIG Pala Siau. Tim

32
Penguji Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau bekerja berdasarkan
perintah Ketua LPIG Pala Siau dan melaporkan hasil kerjanya kepada
Ketua LPIG Pala Siau
e. Kemasan bertanda IG Pala Siau dan segel LP IG Pala Siau disediakan
oleh LPIG Pala Siau dan diberikan kepada anggota sesuai dengan
hasil pengujian/pengawasan oleh Tim Penguji Mutu dan Keterunutan
LPIG Pala Siau

3. Metode Penyimpanan Pala Siau


Penyimpanan
a. Lokasi penyimpanan harus bersih, kering dan beb as dari bahan kimia dan
terhindar dari hujan dan udara lembab
b. Sirkulasi udara tempat penyimpanan harus lancar dengan suhu kurang
lebih 25 o C.
c. Karung kemasan biji pala kering dan fuli pala kering tidak boleh
bersentuhan langsung dengan dinding atau lantai, harus ada jarak antara
karung dengan dinding dan lantai minimal 10 - 15 cm
d. Menggunakan papan kayu (palet) d engan ketinggian 15-20 cm untuk
mencegah karung bersentuhan langsung dengan lantai.
e. Tidak mencampur penyimpanan biji pala kering dan fuli pala kering
dengan biji dan fuli pala yang masih basah karena biji dan fuli pala
kering akan menyerap uap air sehingga kadar airnya dapa t meningkat
kembali.

4. Metode Pemasaran Pala Siau


Pala dari pulau Siau dalam pemasaran di dalam negeri dikenal sebagai Pala Siau. Pada
pemasaran internasional dikenal dengan nama Siaw Nutmeg, menggunakan huruf w pada
kata Siaw.
Pemasaran Pala Siau saat ini terjadi dalam beberapa bentuk, antara lain penjualan biji dan
fuli segar dari petani kepada pedagang yang selanjutnya diolah menjadi biji pala kering
dengan atau tanpa batok dan menjadi fuli pala kering. Pemasaran lainnya adalah petani
setelah mengolah biji dan fuli pala segar menjadi biji pala kering dengan batok dan fuli
pala kering kepada pedagang pengumpul atau kepada pengumpul besar.
Selanjutnya pedagang pengumpul besar menjualnya kepada eksportir atau
mengirimkannya kepada eksportir di Manado. Tata cara penjualan ini tidak menjamin
kebenaran kualitas dan kebenaran asal Pala Siau.
Setelah mendapat sertifikat Indikasi Geografis, pola pemasaran secara bertahap akan
diubah. Kebenaran kualitas dan kebenaran asal Pala Siau akan dijamin dengan adanya
sistem pengujian dan jaminan kualitas serta kebenaran asal barang oleh Tim Penguji
Kualitas dan Keterunutan LPIG Pala Siau.

33
Untuk menjaga kestabilan harga Pala Siau pada tingkat yang menguntungkan petani tetapi
masih memungkinkan pembelian oleh eksportir, LPIG Pala Siau akan mencoba
mengembangkan sistem pemasaran Pala Siau dengan cara satu pintu, melalui koperasi
yang dibentuk oleh LPIG Pala Siau atau dengan kesepakatan menetapkan harga jual yang
diinginkan. Dasar untuk kegiatan ini adalah jaminan kualitas dan asal produk Pala Siau.

H. PENGAWASAN DAN PEMBINAAN

Secara umum pengawasan dan pembinaan dalam LPIG Pala Siau terdiri dari pengawasan
dan pembinaan internal serta pengawasan dan pembinaan eksternal.

1. Pengawasan Dan Pembinaan Internal

Pengawasan dan pembinaan mandiri oleh petani / pengolah / pedagang

- Pengawasan dan pembinaan mandiri oleh petani :


Mengawasi kondisi kebun palanya dari aspek penanaman, pemeliharaan tanaman pala
sampai pada panen dan pascapanen. Petani membuat catatan pengawasan dan tindakan
yang dilakukannya serta catatan produksi dan penjualan produknya (jumlah produksi,
bentuk produksi, nama pembeli, jumlah yang dijual, bentuk produk yang dijual dan
harga yang terjadi) sebagai bahan laporan kepada kelompok tani dan sebagai catatan
pribadinya.

- Pengawasan mandiri oleh pengolah :


Mengawasi aspek kebersihan tempat, peralatan dan teknik pengolahan, serta
pemeliharaan tempat dan alat pengolahan. Pengolah membuat catatan pengawasan dan
tindakan yang dilakukannya serta catatan pembelian atau asal bahan baku, jumlah dan
jenis produk yang dihasilkan, jumlah dan jenis produk yang dijual, nama pembeli dan
harga yang terjadi) sebagai bahan laporan kepada kelompok taninya, atau kepada
LPIG Pala Siau dan sebagai catatan pribadinya.

- Pengawasan mandiri oleh pedagang (pedagang pengumpul dan eksportir):


Mengawasi alat, tempat dan tata cara pengemasan, pemberian tanda IG Pala Siau,
tempat dan alat penyimpanan serta sarana transportasi yang digunakan. Pedagang
membuat catatan pengawasan dan tindakan yang dilakukannya termasuk catatan asal,
jumlah dan bentuk pembelian bahan baku, serta jumlah, jenis dan tujuan penjualan
produk serta harga yang terjadi, sebagai bahan laporan kepada LPIG Pala Siau dan
Tim Pengawas Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau untuk mendapatkan hak
pengunaan tanda IG dan untuk catatan pribadinya.

Pengawasan dan pembinaan oleh Kelompok :

- Kelompok Tani melakukan pengawasan dan pembinaan terhadap anggotanya, lahan


kebun, keadaan tanaman, proses panen dan pasca panen serta pembelian dan penjualan
bahan baku dan produk yang dilakukan anggotanya, agar semaksimal mungkin
memenuhi persyaratan yang telah disebutkan dalam Buku Persyaratan ini. Hasil

34
pengawasan oleh Kelompok Tani dicatat dan dilaporkan dalam pertemuan rutin LPIG
Pala Siau.
- Pengawasan dan pembinaan oleh LPIG Pala Siau :
Pengawasan dan pembinaan oleh LPIG berkaitan dengan laporan kelompok tani,
pemasar dan Tim Pengawasan Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau.

- Pengawasan dan pembinaan oleh Tim Pengawas Mutu dan Keterunutan LPIG Pala
Siau.
Pengawasan dan pembinaan oleh Tim Pengawas Mutu dan Keterunutan Pala Siau
dilakukan atas perintah Ketua LPIG Pala Siau yang diminta oleh anggota pedagang
yang ingin melakukan pengemasan produknya dengan tanda IG Pala Siau.
Pengawasan dan pembinaan oleh Tim Pengawas Mutu dan Keterunutan dilakukan
terhadap aspek :
o Asal produk yang harus berasal dari pulau Siau saja
o Mutu, memenuhi kriteria mutu IG Pala Siau baik untuk Biji Pala Kering dengan
atau tanpa batok, maupun untuk Fuli Pala Kering
o Keterunutan, memenuhi syarat dan tata cara pencatatan asal barang sesuai
ketentuan untuk pemberian Kode Keterunutan.
Tanda IG Pala Siau hanya dapat digunakan pada produk Biji Pala Kering dengan atau
tanpa batok dan Fuli Pala Kering yang dinyatakan memenuhi ketiga aspek tersebut
oleh Tim Penguji Mutu dan Keterunutan LPIG Pala Siau.
Produk yang tidak memenuhi ketiga aspek tersebut tidak dapat menggunakan tanda IG
Pala Siau.
Hasil kerja Tim Pengawas Mutu dan Keterunutan dicatat dan dilaporkan kepada Ketua
LPIG.
2. Pengawasan Dan Pembinaan Eksternal
Pengawasan dan Pembinaan Eksternal dilakukan :
- Oleh pembina, baik dari jajaran Dinas Pertanian, Perkebunan dan Kehutanan, Dinas
Perdagangan dan Perindustrian dan Koperasi, dan lain lain yang termasuk sebagai
Pembina LPIG Pala Siau
- Oleh konsumen terhadap kualitas produk Pala Siau yang dikonsumsinya. Apabila
konsumen menemukan adanya kualitas yang kurang baik dibandingkan dengan
kualitas yang seharusnya, konsumen dapat melaporkan hal tersebut kepada LPIG Pala
Siau, yang selanjutnya akan melakukan pengawasan dan pembinaan kedalam. Apabila
ditemukan adanya penggunaan illegal tanda IG Pala Siau, maka LPIG Pala Siau dapat
melaporkannya kepada Kepolisian RI atau kepada Penyidik Pegawai Negeri Sipil
(PPNS) Direktorat Merek, Ditjen. HKI, Kementerian Hukum dan HAM.
- Oleh Kementerian Hukum dan HAM RI melalui pengawasan rutin yang dilakukan
minimal 2 tahun sekali. Pada pengawasan ini dilakukan pemantauan terhadap

35
penggunaan tanda IG Pala Siau, kualitas produk Pala Siau melalui kesesuaian proses
produksi dengan Buku Persyaratan dan manfaat ekonomi dari adanya IG Pala Siau
bagi anggota LPIG Pala Siau. Apabia ditemukan adanya ketidak sesuaian, akan
diberikan peringatan dan apabila setelah diberikan peringatan masih tidak ada
perubahan, IG Pala Siau dapat direkomendasikan untuk dibatalkan.

I. KODE KETERUNUTAN
Kode Keterunutan adalah kode rahasia untuk dapat mengetahui secara jelas asal dan saat
produksi produk IG Pala Siau yang terdapat dalam kemasan. Kode Keterunutan dapat
berubah setiap saat diperlukan dan hanya dipahami oleh sekelompok orang tertentu saja
dalam LPIG Pala Siau.
Kode keterunutan juga dapat digunakan untuk menduga asli atau palsunya kemasan yang
mengaku berisi produk IG Pala Siau.

Contoh kode keterunutan yang digunakan adalah :

aa.bb.cc.dd.ee.ff
Keterangan : aa = Menunjukkan pala dari kecamatan mana
bb = Menunjukkan pala dari kampung mana
cc = Menunjukkan pedagang mana
dd = Menunjukkan jenis produk dalam kemasan
ee = Menunjukkan bulan panen pala bahan baku produk
ff = Menunjukkan tahun panen pala bahan baku produk

aa = Menunjukkan pala dari kecamatan mana

01 Siau Timur
02 Siau Timur Selatan
03 Siau Barat
04 Siau Barat Utara
05 Siau Barat Selatan
06 Siau Tengah

bb = Menunjukkan pala dari kelurahan/kampung mana

01 Tatahadeng
02 Tarorane
03 Akesimbeka
04 Bahu
05 Bebali
06 Dame
07 Dame I
08 Karalung I

36
09 Karalung
10 Buise
11 Kanang
12 Lia I
13 Lia
14 Deahe
15 Bukide
16 Apelawo
17 Lahopang
18 Mala
19 Binalu
20 Pangirolong
21 Sawang
22 Sawang Bandil
23 Biau
24 Biau Seha
25 Kalihiang
26 Balirangen
27 Lehi
28 Kanawong
29 Pehe
30 Ondong
31 Paniki
32 Paseng
33 Bumbiha
34 Peling
35 Pelingsawang
36 Mini
37 Kinali
38 Winangun
39 Kiawang
40 Kawahang
41 Batubulan
42 Makoa
43 Laghaeng
44 Batusenggo
45 Mahuneni
46 Talawid
47 Kapeta
48 Tanaki
49 Lai
50 Salili

37
51 Beong
52 Dompase

cc = Menunjukkan pala dari pedagang mana

01
02
03
04
05
Dst

dd = Menunjukkan jenis produk dalam kemasan

01 biji pala kering dengan batok


02 biji pala kering tanpa batok
03 fuli pala kering

ee = Menunjukkan bulan panen pala sumber bahan baku produk IG Pala Siau

01 Januari
02 Februari
03 Maret
04 April
05 Mei
Dst

ff = Menunjukkan tahun panen pala sumber bahan baku produk IG Pala Siau

01 2001
02 2002
03 2003
04 2004
05 2005
Dst

Sehingga kode keterunutan :

06. 51. 05. 03. 11.12

Dapat dibaca sebagai :

Produk dalam kemasan berasal dari kecamatan Siau Tengah, kampung Beong, yang
dipasarkan oleh pedagang nomor urut 5, jenis produknya adalah fuli pala yang buah palanya
dipanen pada bulan November tahun 2012.

38
J. TANDA INDIKASI GEOGRAFIS

Tanda IG Pala Siau adalah Label, Logo, Tanda Keterunutan dan Segel yang ditetapkan
sebagai berikut :

1. Label

Label yang digunakan sebagai tanda Indikasi Geografis (IG) adalah :

Pala Siau atau dalam bahasa Inggrisnya Siau Nutmeg

2. Logo
Logo yang digunakan adalah :

Gambar 17. Logo Pala Siau

Dengan makna :

- Bentuk elips, menggambarkan bola dunia


- Gambar gunung menunjukkan gunung Karangetang yang dikenal juga sebagai
gunung Yohanes dan gunung Tamata yang dikenal juga sebagai gunung Yohana.
Keduanya merupakan ciri khas Pulau Siau dan sumber kesuburandan kekhasan
lahan di pulau Siau
- Gambar buah pala dengan rekahan yang memperlihatkan biji dan fuli pala
menggambarkan pala yang menjadi kebanggaan dan sumber kehidupan utama
masyarakat pulau Siau yang dikenal dengan nama Pala Siau dan dijual dipasar
internasional dengan nama Siaw Nutmeg.
- Laut merupakan wilayah dan pemersatu pulau pulau dalam kabupaten Kepulauan
Siau Tagulandang Biaro

39
- Warna merah melambangkan tekad yang kuat untuk menghasilkan Pala Siau atau
Siaw Nutmeg dengan kualitas yang terbaik yang digambarkan dengan warna
keemasan
Secara keseluruhan logo tersebut memiliki makna :

Pala merupakan sumber kebanggaan dan kesejahteraan utama masyarakat Siau yang
dihasilkan dari bumi Karangetang yang subur di Kabupaten Siau Tagulandang Biaro
dan menyebar keseluruh dunia.

3. Kode Keterunutan

Kode keterunutan yang digunakan adalah kode keterunutan seperti yang dicontohkan
pada bagian I diatas.

4. Segel

Segel dipasang pada ikatan atau jahitan karung yang akan rusak bila ikatan atau
jahitan dibuka. Segel mengandung label dan logo IG Pala Siau dengan bentuk yang
ditetapkan oleh LPIG Pala Siau.

K. PENGGUNAAN TANDA IG PALA SIAU

Penggunaan tanda Indikasi Geografis Pala Siau diatur sebagai berikut :

1. Penggunaan tanda IG Pala Siau hanya dapat digunakan oleh anggota LPIG Pala Siau
atas seizin LPIG Pala Siau.
2. Penggunaan tanda IG Pala Siau hanya dapat digunakan pada kemasan yang berisi
100% Pala Siau.
3. Dengan seizin LPIG Pala Siau, penyebutan nama Pala Siau pada komposisi bahan dari
produk akhir yang dihasilkan dengan menyebutkan secara jelas prosentase
penggunaan Pala Siau pada produk tersebut, diperbolehkan
4. Pengemasan ulang Pala Siau dari kemasan bertanda IG Pala Siau tanpa seizin LPIG
Pala Siau, tidak diperbolehkan.

40
IV. PENUTUP

LPIG-Pala Siau didirikan atas kesepakatan pelaku usaha dan pembina Pala Siau pada tanggal
18 Juni tahun 2013, yang disahkan dengan Surat Keputusan Bupati Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro No. 221 tanggal 30 Desember tahun 2013 tentang Pembentukan Tim
Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis Pala Siau Kabupaten Kepulauan Siau
Tagulandang Biaro.
Terkenalnya Pala Siau di pasar internasional memberikan daya tarik tersendiri bagi semua
pelaku pasar khususnya komoditi pala yang berimbas pada potensi pemalsuan komoditi Pala
Siau sementara masyarakat petani Pala Siau tidak memiliki perlindungan hukum untuk
mengkomplain hal tersebut.
Rasa syukur yang teramat dalam dipanjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa juga ungkapan
terima kasih yang tulus kepada semua pihak atas bantuan penyelesaian Buku Persyaratan ini
yang nantinya akan digunakan sebagai lampiran dalam permohonan pengajuan Sertifikasi
Indikasi Geografis Pala Siau.
Jika nantinya diperlukan perubahan terhadap Buku Persyaratan ini dimasa mendatang dalam
rangka penyempurnaan, maka akan disampaikan dalam Buku Persyaratan Perubahan.

Siau, Juni 2015


LPIG Pala Siau

Drs. VAN SEM KANGIHADE


Sekretaris

41
DAFTAR PUSTAKA

Bappeda Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. 2013. Profil Kabupaten Kepulauan
Siau Tagulandang Biaro. Bappeda Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang
Biaro.

BPS Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro. 2014. Sitaro Dalam Angka. BPS
Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

Ditjen P2HP, TSP II. 2014. Panduan Komersial : Praktik Yang Baik Untuk Penanganan Biji
Pala Di Tingkat Pedagang Propinsi. Indonesia-EU Trade Support Programme
II

Ditjen P2HP, TSP II. 2014. Panduan Komersial : Praktik Yang Baik Untuk Penanganan Biji
Pala Di Tingkat Petani dan Pengumpul Desa. Indonesia-EU Trade Support
Programme II

Elias, H.B. 1973. Sejarah Pergerakan Kebangsaan Indonesia di Pulau Siau.

M. Hadad EA, E. Randriani, C. Firman dan T. Sugandi, Budidaya Tanaman Pala, Balai
Penelitian Tanaman Rempah dan Aneka Tanaman Industri Parungkuda 2006

42
LAMPIRAN 1

Surat Keputusan Bupati Kepulauan Siau Tagulandang Biaro Tentang

Pembentukan Lembaga Perlindungan Indikasi Geografis (LPIG) Pala Siau

43
44
45
46
47
48
49
LAMPIRAN 2

Surat Rekomendasi Pemerintah Daerah

Kabupaten Kepulauan Siau Tagulandang Biaro

50
51
LAMPIRAN 3

Daftar Petani Pala Anggota LPIG Pala Siau

52
Daftar Petani Pala Anggota LPIG Pala Siau
Kecamatan No Kampung Jumlah Luas Produksi Biji Pala
petani Areal Kering dengan batok
(orang) (ha) (ton/tahun)
Siau Timur 1 Apelawo 25 18,0 44,40
2 Bukide 30 21,0 52,40
3 Deahe 41 80,0 197,60
4 Lia 25 25,0 62,00
5 Lia I 74 34,0 85,00
6 Kanang 30 20,0 50,00
7 Buise 22 8,9 22,20
8 Karalung 58 25,0 62,00
9 Karalung 1 46 9,9 24,60
10 Dame 55 45,0 109,00
11 Dame 1 49 40,0 106,00
12 Tatahadeng 85 40,0 100,00
13 Tarorane 83 33,0 82,40
14 Bahu 90 55,0 138,00
15 Akesimbeka 92 64,0 164,00
16 Bebali 85 40,0 100,00
Jumlah Siau Timur 890 558,8 1.397,00

Siau Timur 1 Pangirolong 126 21.8 54,50


Selatan 2 Lahopong 54 6,8 17,00
3 Mala 89 3,2 8,00
4 Binalu 100 40,4 101,00
5 Sawang 50 8,0 20,00
6 Bandil 87 15,6 39,00
7 Biau Seha 55 17,8 44,50
8 Biau 96 7,3 18,25
9 Kalihiang 36 8,6 21,50
10 Balirangen 100 4,8 12,00
Jumlah Siau Timur Selatan 793 134,3 335,75

Siau Barat 1 Lehi 74 41,7 104,25


2 Kanawang 131 38,5 96,25
3 Pehe 43 20,8 52,00
4 Ondong 57 25,0 62,50
5 Paniki 64 35,0 87,50
6 Bumbiha 128 32,0 80,00
7 Peling 170 64,0 160,00
8 Pelingsawang 75 28,0 70,00
9 Paseng 55 25 62,50
Jumlah Siau Barat 797 310,0 775,00

53
Siau Barat 1 Mini 20 1,5 3,75
Utara 2 Kinali 80 10,0 25,00
3 Hiung 99 9,5 237,50
4 Kiawang 128 14,0 35,00
5 Kawahang 153 38,0 95,00
6 Batubulan 85 9,5 23,75
7 Talawid 110 23,0 57,50
8 Laghaeng 116 7,8 19,5
Jumlah Siau Barat Utara 773 113,3 283,25

Siau Barat 1 Mahuneni 75 10,0 25,00


Selatan 2 Kapeta 128 18,3 45,75
3 Tanaki 110 12,0 30,00
4 Batusenggo 25 14,3 35,75
5 Makoa 48 10,0 25,00
Jumlah Siau Barat Selatan 386 64,6 161,50

Siau Tengah 1 Dompase 43 10,0 25,00


2 Beong 27 15,0 37,50
3 Salili 85 15,0 37,50
4 Lai 54 14,1 35,25
Jumlah Siau Tengah 209 54,1 135,25

Jumlah pulau Siau 4.590 1.520,1 3.087,72

Catatan : Produksi/tahun/ha = 2,5 ton biji pala kering dengan batok

54
LAMPIRAN 4

Daftar Pedagang Pala Anggota LPIG Pala Siau

55
Daftar Pedagang Pala Anggota LPIG Pala Siau

No Nama/Perusahaan Alamat

1 Ferdy Kendarto Siau Timur

2 Fendy Manope Siau Timur

3 Junike Kahiking Siau Timur

4 Benyamin Betah Siau Timur

5 Nan Jayanegar Siau Timur

6 Ronal Takarendehang Siau Barat

7 Jeli Lano Siau Timur

8 Haji Mudin Siau Timur

9 Ronal Martin Siau Timur

10 Ci Buang Kantor Siau Timur

11 Elisabeth Kakalang Siau Timur

12 Janes Robby Kiwol Siau Timur

13 Carlalisa Manalip Siau Barat

14 Toko Damai Siau Timur

15 CV. Gunung Intan Manado

16 CV. Indo Damai Manado

56
LAMPIRAN 5

Hasil Analisis Kandungan Biji Pala Kering Oleh Balittro Bogor Tahun 2014

57
58
59
LAMPIRAN 6

Hasil Analisis Kandungan Fuli Pala Kering Oleh Balittro Bogor Tahun 2014

60
61
62
63
LAMPIRAN 7

Hasil Analisis Kandungan Biji Pala Siau Barat Serta Biji Pala Dan Fuli Pala Pulau

Tagulandang Oleh Balitro Bogor Tahun 2015

64
65
LAMPIRAN 8

Hasil Analisis Unsur Mikro Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor Tahun 2014

66
67
LAMPIRAN 9

Hasil Analisa Lengkap Tanah Pulau Siau Oleh Balittro Bogor Tahun 2014

68
69
LAMPIRAN 10

Data Curah Hujan Dan Hari Hujan Dari Stasiun Meteorologi Siau Barat Selatan, Siau Barat
Utara Dan Siau Tengah

70
71
72
73
LAMPIRAN 11

Tanda Registrasi Usaha Perbenihan Pala

74
75
76
77

Anda mungkin juga menyukai