Anda di halaman 1dari 16

I.

PENDAHULUAN

Indikasi Geografis adalah suatu tanda yang menunjukkan tempat, wilayah


tertentu atau daerah asal suatu barang yang karena faktor lingkungan geografis termasuk
faktor alam, faktor manusia atau kombinasi dari kedua faktor tersebut, yang
memberikan ciri, karakteristik, reputasi atau kualitas tertentu pada barang yang
dihasilkan. Tanda yang digunakan sebagai Indikasi Geografis dapat berupa etiket atau
label yang dilekatkan pada barang yang dihasilkan. Tanda tersebut dapat berupa nama
tempat, daerah, atau wilayah, kata, gambar, huruf atau kombinasi dari unsur-unsur
tersebut. Tanda tersebut akan dilindungi sebagai Indikasi Geografis apabila telah
terdaftar dalam Daftar Umum Indikasi Geografis di Direktorat Jenderal Kekayaan
Intelektual Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia. Tanda Indikasi
Geografis hanya dapat dipergunakan pada barang yang memenuhi persyaratan
sebagaimana dinyatakan dalam Dokumen Deskripsi.

Penyusunan Dokumen Deskripsi Pala Dukono Halmahera Utara oleh


Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Pala Dukono Halmahera Utara (MPIG-
PDHU) merupakan hasil kerjasama antara Pemerintah Provinsi Maluku Utara,
Pemerintah Kabupaten Halmahera Utara serta Akademisi/Peneliti dan Pemerhati Pala
Dukono Halmahera Utara. Dokumen Deskripsi ini disusun untuk memenuhi syarat
wajib pengajuan permohonan untuk memperoleh Sertifikat Indikasi Geografis bagi Pala
Dukono Halmahera Utara dari Pemerintah Republik Indonesia melalui Direktorat
Jenderal Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan HAM Republik Indonesia.
Permohonan Indikasi Geografis Pala Dukono Halmahera Utara dilakukan langsung oleh
organisasi/lembaga yang diberi kewenangan/mandat dan mewakili petani, pelaku usaha,
peneliti serta pemerhati pala yang terhimpun dalam Masyarakat Perlindungan Indikasi
Geografis Pala Dukono Halmahera Utara (MPIG-PDHU) sesuai ketentuan PP No.51
Tahun 2007.

Indikasi Geografis sebagai sebuah jalur legalisasi dan legitimasi komoditi


unggulan berkarakteristik kedaerahan dirasakan penting dilakukan untuk melindungi
ciri dan kekhasan produk komoditi bentukan alam, terutama di wilayah Halmahera
Utara yang secara dominan ditumbuhi tanaman pala selain komoditi perkebunan utama
lain seperti kelapa dan kakao. Angka statistik secara umum memperlihatkan bahwa

1
tanaman pala termasuk 3 (tiga) besar komoditi yang paling luas sebaran dan
produksinya di Kabupaten Halmahera Utara. Karakteristik wilayah yang unik dan
sebaran tanaman yang luas didukung nilai historis menjadikan pala di Kabupaten
Halmahera Utara memiliki sifat kekhususan sebagai adaptasi alamiah yang
mengeluarkan bentuk, rupa, warna, aroma termasuk pula reputasi yang berbeda
dibanding komoditi sama pada wilayah lain. Karakteristik khusus pembentuk kekhasan
Pala Dukono Halmahera Utara merupakan hasil kombinasi dari lingkungan (agroklimat)
maupun faktor lainnya termasuk manusia (kultur). Faktor pembentuk komoditi pala
yang khas juga menjadi uraian dalam Dokumen Deskripsi ini agar dapat berguna
sebagai informasi bagi masyarakat secara umum dan MPIG-PDHU dalam kearifan
pengelolaan khas Pala Dukono.

Dokumen Deskripsi ini juga menjadi acuan bagi seluruh anggota MPIG-PDHU
dalam melakukan kegiatan budidaya maupun pascapanen Pala Dukono Halmahera
Utara dengan produk berupa biji pala kering tanpa tempurung/cangkang dan fuli pala
kering. Ketentuan budidaya dan pascapanen Pala Dukono Halmahera Utara yang
diuraikan dalam Dokumen Deskripsi ini ditujukan untuk menjamin kualitas dan
kekhasan produk pala yang dihasilkan agar tetap terjaga kemurnian dan kelestariannya.
Pala Dukono Halmahera Utara hanya dihasilkan di 10 dari 17 kecamatan di kabupaten
Halmahera Utara yaitu di Kecamatan Galela, Galela Barat, Galela Utara, Galela Selatan,
Tobelo, Tobelo Barat, Tobelo Utara, Tobelo Timur, Tobelo Selatan dan Tobelo Tengah.

2
II. PEMOHON DAN KELEMBAGAAN

A. Kelembagaan
Pemohon Indikasi Geografis Pala Dukono Halmahera Utara adalah :
Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Pala Dukono Halmahera Utara,
yang selanjutnya disebut sebagai : MPIG-PDHU
MPIG-PDHU dibentuk atas hasil kesepakatan dan kesepahaman antara unsur-
unsur terkait yakni petani, pelaku usaha, peneliti/akademisi, tokoh masyarakat dan
pemerhati pala pada tanggal 12 Maret 2016, yang selanjutnya disahkan melalui Surat
Keputusan Bupati Halmahera Utara No.521/292/HU/2016 Tanggal 17 Oktober Tahun
2016 Tentang Penetapan Struktur Kelembagaan Masyarakat Perlindungan Indikasi
Geografis Pala Dukono Halmahera Utara atau MPIG-PDHU (Lampiran 1). Untuk
memperkuat legalitas organisasi dalam pelaksanaan kegiatan maka akan didaftarkan
kenotariatan MPIG-PDHU beserta kelengkapan struktur maupun administrasi.
MPIG-PDHU merupakan organisasi yang terbuka bagi seluruh kalangan
sehingga sangat memungkinkan bagi masyarakat berbasis pala untuk bergabung dalam
organisasi ini dan bersedia melaksanakan ketentuan-ketentuan yang telah diatur oleh
MPIG-PDHU.
Struktur kepengurusan Masyarakat Perlindungan Indikasi Geografis Pala
Dukono Halmahera Utara (MPIG-PDHU) adalah sebagai berikut :

PELINDUNG : Bupati Halmahera Utara


Ketua DPRD Kabupaten Halmahera Utara
PEMBINA : 1. Kepala Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Utara
2. Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
Kabupaten Halmahera Utara
3. Staf Ahli Bidang Ekonomi dan Keuangan
4. Kepala Badan Penyuluhan Pertanian Kabupaten Halmahera Utara

KETUA : H. Arifin Neka, SH


WAKIL KETUA I : Edison Hulukiti, S.ST.,M.MA
WAKIL KETUA II : Ahmad Katjoa
SEKRETARIS : Selvianus Bunga, SH

3
WAKIL SEKRETARIS : Nursia Yaru
BENDAHARA : Dominggus Nones
WAKIL BENDAHARA : Bernard Paleba
BIDANG – BIDANG
1. BUDIDAYA
a. Ketua : Daud Sainur
b. Anggota : Abubakar
Lambert Lumamuli
Ilham Talaba
2. PENGOLAHAN DAN PEMASARAN
a. Ketua : Susanto
b. Anggota : Ompuh Sakola
Devi Boleu
Nasib Umasangdji
3. MUTU DAN KETERUNUTAN
a. Ketua : Anang Mulyantana, SP., M.Sc
b. Anggota : Sunarno, SP.,M.Sc
Daniel Longaris,
Ahasun, SP.,MP
4. SARANA
a. Ketua : Constantine Bella
b. Anggota : Drs. Halil Talaba
Drs. Celestinus Dobiki
Fadli Bubu
5. KERJASAMA DAN ORGANISASI
a. Ketua : Abdin Manyila
b. Anggota : Abdullah Barham, SP
Romi Hayangua
Boas Tjodi
6. HUKUM, ADMINISTRASI DAN HUMAS
a. Ketua : Hairudin Dodo, SH.,MH
b. Anggota : Abdul Manaf Cobobi,S.Ag

4
Daendels Wadui, SE
Yusak, SH.,MH

MPIG-PDHU melalui keputusan ketua akan membentuk Tim Pengawas Mutu


(TPM) yang bertugas melakukan pemeriksaan asal bahan baku, proses pengolahan,
tingkat mutu dan jumlah produk yang memenuhi persyaratan untuk menggunakan nama
Pala Dukono Halmahera Utara.
Pengusulan pengajuan permohonan Indikasi Geografis Pala Dukono Halmahera
Utara oleh MPIG-PDHU didukung oleh Bupati Halmahera Utara melalui surat
dukungan Nomor : 752/1365.a tanggal 15 Desember 2016 (Lampiran2).

Keanggotaan MPIG-PDHU merupakan himpunan masyarakat yang terdiri dari :


a. Petani pala di wilayah Halmahera Utara berjumlah 850 orang petani yang tergabung
dalam 34 Kelompok Tani, dengan luas areal sekitar 761 ha dan dengan perkiraan
produksi tahunan biji pala tanpa cangkang sebesar 87.456 ton/tahun dan fuli kering
sebesar 17.491 ton/tahun. Daftar Kelompok Tani Pala anggota MPIG-PDHU
terdapat pada Lampiran 3.
b. Pengusaha pembibitan/penangkar pala terdaftar berjumlah 3 orang seperti
terdapat pada Lampiran 4.
c. Pedagang pala dan fuli baik pedagang pengumpul maupun pedagang besar berjumlah
6 orang terdapat pada Lampiran 5.
d. Peneliti/Akademisi Universitas Halmahera (Uniera) di Tobelo.
e. Peneliti/Akademisi Universitas Khairun Ternate.
f. Unit Kerja Pembina Komoditi Pala di Kabupaten Halmahera Utara

Penambahan atau perubahan anggota MPIG-PDHU akan disampaikan


secara resmi kepada Direktorat Kekayaan Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak
Asasi Manusia, Republik Indonesia dalam bentuk Dokumen Deskripsi Perubahan.

Kantor Sekretariat MPIG-PDHU berkedudukan di :


Lokasi : 1. d/a Bapak H. Arifin Neka, Desa Ngidiho, Kecamatan Galela Barat,
Halmahera Utara;
2. Bidang Perkebunan, Dinas Pertanian Kabupaten Halmahera Utara, Jalan
AMD No.3, Desa Gura, Kecamatan Tobelo, Halmahera Utara.

5
Kontak : 081244509099; 081288887988 (Ketua MPIG-PDHU)
081242044567 (Kadis Pertanian Halut)
085341566670 (Kabid Perkebunan Halut)
Email : paladukono@gmail.com

Keanggotaan MPIG-PDHU dapat diidentifikasi melalui kelengkapan kartu


identitas pengurus maupun anggota sebagaimana Gambar 1 berikut ini :

KARTU ANGGOTA
MASYARAKAT PERLINDUNGAN INDIKASI GEOGRAFIS
PALA DUKONO HALMAHERA UTARA (MPIG-PDHU)

NIA : ____________________

Nama :
Alamat :
Desa :
Kec. :
Jabatan :
Tobelo, Oktober 2016 photo
Ketua Umum, Pemegang Kartu,

H. Arifin Neka, SH

Gambar 1. Kartu Anggota MPIG Pala Dukono Halmahera Utara

B. Visi dan Misi

VISI MPIG-PDHU adalah :


“Mewujudkan Indikasi Geografis Pala Dukono Demi Kesejahteraan Petani
Halmahera Utara”

MISI MPIG-PDHU adalah :


“Peningkatan sumberdaya petani melalui penerapan teknologi dalam menghasilkan
Pala Dukono Halmahera Utara yang berkarakter khas, berdaya saing dan
berkeunggulan”

6
III. NAMA IG DAN NAMA PRODUK

A. Nama Indikasi Geografis


Nama Indikasi Geografis adalah :

Pala Dukono Halmahera Utara

Nama Indikasi Geografis (IG) yang telah disepakati oleh MPIG-PDHU secara
kelembagaan melalui proses pemufakatan bersama pada tanggal 12 Maret 2016
bertempat di Meeting Room, Hotel Kita, Desa Wosia, Kecamatan Tobelo, Halmahera
Utara.

Nama Dukono mengacu pada gunung berapi yang terletak di wilayah kabupaten
Halmahera Utara yang selalu memuntahkan debunya yang menyuburkan wilayah
sekitarnya dan menyebabkan pala yang dihasilkan di 10 dari 17 kecamatan di
Kabupaten Halmahera Utara memiliki ciri dan sifat yang khas dalam kandungan bahan
aktifnya. Ke 10 kecamatan tersebut adalah Kecamatan Galela, Galela Barat, Galela
Utara, Galela Selatan, Tobelo, Tobelo Barat, Tobelo Utara, Tobelo Timur, Tobelo
Selatan dan Tobelo Tengah.

B. Nama Produk
Nama produk atau nama barang yang diusulkan untuk mendapatkan Indikasi
Geografis adalah :
1. Biji Pala Kering Tanpa Tempurung/Cangkang;
2. Fuli Pala Kering.

Ciri fisik produk Pala Dukono Halmahera Utara adalah :


a. Biji Pala Kering Tanpa Tempurung/Cangkang
Isi biji utuh, keras, permukaan halus/licin atau sedikit berkerut dan berbunyi ketika
diketok satu sama lain, tidak berlubang akibat serangga atau pecah/retak karena
benturan, tidak berjamur, berwarna coklat muda
b. Fuli Pala Kering
Produk fuli pala kering memiliki ciri : berwarna merah tua, kuning, putih, ukuran
bervariasi, tidak hancur, bebas jamur dan serangga.
Biji pala kering tanpa tempurung dan fuli pala kering pada Gambar 2

7
Gambar 2. Biji Pala Tanpa Tempurung/Cangkang Dan Fuli Pala Kering

Jenis produk MPIG-PDHU untuk saat ini masih terbatas pada biji pala
kering tanpa tempurung/cangkang dan fuli pala. Tetapi tidak menutup kemungkinan
akan dikembangkan produk sekunder di waktu yang akan datang sesuai kebutuhan
dan terapan teknologi yang dikuasai. Penambahan atau perubahan jenis produk
MPIG-PDHU akan disampaikan secara resmi kepada Direktorat Jnederal Kekayaan
Intelektual, Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia, Republik Indonesia
dalam bentuk Dokumen Deskripsi Perubahan.

8
IV. KARAKTERISTIK KHAS PALA DUKONO

A. Karakteristik Fisik Dan Kimia


Karakteristik fisik biji pala tanpa tempurung/cangkang berasal dari buah pala
yang telah berumur panen atau matang fisiologis, dipetik dan dikeringkan selama 7-9
hari penyinaran matahari penuh atau hingga kadar air mencapai sekitar 12%. Upaya ini
dilakukan untuk mencegah tumbuhnya kapang dan bakteri. Setelah kering maksimal,
dengan terlepasnya isi biji pala dari tempurung/cangkang yang ditandai dengan
munculnya bunyi ketukan saat biji digoyang, dilakukan pemecahan tempurung/
cangkang pala menggunakan mesin pemecah atau secara manual dengan hati-hati.
Biji pala tanpa tempurung/cangkang yang baik adalah tidak terdapat lubang
bekas serangga dan jamur, tidak retak, berwarna coklat muda, berbentuk utuh, sedikit
keriput dan mengeluarkan bunyi keras ketika diketuk-ketuk satu sama lain. Ukuran biji
pala tanpa tempurung/cangkang adalah berdiameter 1,6 – 2,5 cm dengan panjang 2,5 –
2,8 cm dan berbentuk bulat sampai agak lonjong. Variasi bentuk biji dan fuli pala
Dukono Halmahera Utara terdapat pada Gambar 3.

Gambar 3. Variasi Bentuk Biji Pala Tanpa Tempurung dan Fuli Kering
Pala Dukono Halmahera Utara
Produk fuli pala kering atau bunga pala berasal dari selaput kulit yang
menyelubungi tempurung/cangkang biji pala dan berwarna merah. Fuli atau bunga pala

9
juga dikeringkan dibawah sinar matahari penuh selama 1 – 3 hari (lebih kurang 6 jam
atau sampai 3 hari apabila cuaca mendung) atau hingga kadar air mencapai 12%.
Ukuran fuli atau bunga pala dapat bervariasi mengikuti ukuran tempurung/cangkang biji
pala baik sedang atau berukuran besar. Kualitas fuli pala yang baik dapat dikenali
dengan ketebalan dan tekstur yang utuh setelah proses pengeringan.

B. Pengkelasan Mutu
Produk biji pala dan fuli pala yang dikeluarkan oleh MPIG-PDHU harus
memenuhi standar kualitas yang sudah diterapkan secara umum. Pengkelasan mutu
wajib dilakukan pada biji pala dan fuli untuk dapat menggunakan tanda IG Pala Dukono
Halmahera Utara. Biji pala kering tanpa tempurung/cangkang harus berkelas mutu
ABCD atau SS yang berciri : biji utuh dan berisi, berbunyi keras saat diketukkan sama
lain, permukaan cukup halus dengan sedikit keriput, tidak ada lubang bekas serangga,
tidak retak dan tidak berjamur. Sedangkan fuli pala kering harus memiliki mutu Whole I
(mutu utuh I) dengan karakteristik : utuh dan pecahan besar sampai sekitar 1/3 dari
utuh, berwarna kuning, merah atau putih.
Kegiatan pengkelasan mutu termasuk bagian yang paling vital dalam
pemenuhan standar produk MPIG-PDHU. Untuk itu, diperlukan pengetahuan yang baik
mengenai metode pengkelasan mutu biji pala tanpa tempurung/cangkang serta fuli pala.
Setiap anggota MPIG-PDHU akan diberikan pemahaman tentang tata cara pengkelasan
mutu baik dalam bentuk brosur atau poster yang mudah diaplikasikan sehingga produk
yang dihasilkan terjamin kualitasnya.
Tim Pengawas Mutu MPIG-PDHU juga akan melakukan pengujian mutu
produk milik anggota MPIG-PDHU sebelum produk tersebut diizinkan menggunakan
nama Pala Dukono Halmahera Utara.
Untuk memudahkan anggota MPIG-PDHU dalam memahami teknik
pengkelasan mutu maka berikut ditampilkan klasifikasi kelas mutu biji pala tanpa
tempurung/cangkang sesuai standar pada Tabel 1 dan Tabel 2.

10
Tabel 1. Kelas Mutu Biji Pala Tanpa Tempurung/Cangkang menurut SNI
0006:2015
Parameter
Kelas
Keretakan Gambar
Mutu Kondisi Biji Bunyi Serangga Jamur
kernel
ABCD Kernel utuh, Berbunyi Tidak Tidak Tidak retak
padat dan keras saat terserang ada
berisi, dua kernel serangga
permukaan diketukkan
cukup halus satu sama
lain
SS Kernel utuh, Berbunyi Tidak Tidak Tidak retak
(Shrivel) padat dan kurang terserang ada
berisi, keras saat serangga
permukaan dua kernel
keriput diketukan
satu sama
lain
BWP Kernel utuh - Terkena Tidak -
atau kernel serangan ada
pecah serangga

Catatan ABCD =mutu 1; SS=mutu 2; BWP=mutu 3

Tabel 2. Syarat Umum Biji Pala Tanpa Tempurung/cangkang Sesuai SNI 01-0006-
2015
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Kadar Air (b/b) % Maks. 10
2 Biji Berkapang (b/b) % Maks. 8
3 Serangga Utuh Mati Ekor Maks. 4
4 Kotoran Mamalia Mg/lbs Maks. 0
5 Kotoran Binatang Lain Mg/lbs Maks. 0
6 Benda Asing (b/b) % Maks. 0

Kriteria untuk menentukan standar kualitas fuli yaitu berdasarkan SNI 01-0007-
1993. Persyaratan umum mutu fuli dapat dilihat pada Tabel 3 :

Tabel 3. Syarat Umum Fuli Pala Sesuai SNI 01-0007-1993


No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
1 Kadar Air (b/b) % Maks. 10
2 Kotoran Mamalia Mg/lbs Maks. 3
3 Kotoran Binatang Lain Mg/lbs Maks. 1

11
No. Jenis Uji Satuan Persyaratan
4 Benda Asing (b/b) % Maks. 0,5
5 Serangga Utuh Mati Ekor Maks. 4
6 Fuli Berkapang (b/b) % Maks. 2
7 Cemaran Serangga (b/b) % Maks. 1
Standar mutu diperlukan untuk meningkatkan mutu biji dan fuli pala dalam
dunia perdagangan. Karakteristik biji pala yang diminta oleh ESA (European Spices
Association) yaitu kadar abu 3%, kadar abu yang tidak larut dalam asam 0,5%, kadar air
12%, kadar minyak atsiri 6,5%.
Sedangkan untuk persyaratan khusus, fuli digolongkan kedalam 5 golongan
mutu, yaitu :
 Mutu Whole I (mutu utuh I) : utuh dan pecahan besar, sampai sekitar 1/3 dari utuh,
warna kuning dan atau kuning kemerahan sampai merah.
 Mutu Whole II (mutu utuh II) : utuh dan pecahan besar, sampai kira kira 1/3 dari
utuh, berwarna gelap/buram.
 Mutu Gruis/Broken I (mutu pecah I) : pecah-pecah dengan ukuran sampai minimum
1/12 dari yang utuh, berwarna kuning atau kuning kemerah–merahan sampai merah.
 Mutu Gruis/Broken II (mutu pecah II) : pecah-pecah dengan ukuran sampai
minimum 1/12 dari yang utuh, berwarna buram atau kuning dan atau kemerah
merahan.
 Black mace (fuli hitam) : yang tidak termasuk whole (utuh), gruis (pecah) yang
berwarna gelap hampir hitam.

Mutu pala salah satunya ditentukan oleh kandungan miristisin karena miristisin
yang memberikan aroma khas pada minyak pala (Ivan,et al, 2001). Miristisin
merupakan turunan dari senyawa fenilpropanoid. Miristisin adalah zat cair yang bening,
tak larut dalam air tetapi larut dalam pelarut organik. Baunya khas seperti rempah –
rempah dan aromanya tajam serta mudah menguap. Berat molekulnya 192 gr/mol.
Nama lain dari miristisin adalah 5 alil – 1 metoksi – 2,3 metilen dioksibenzena atau 5
metoksi safrol.
Berikut ini adalah ciri-ciri fisik dan kimia dari miristisin. Titik didih pada 760
mm/hg adalah 173ºC, berat jenis gr/mol 1,1437 indeks bias 1,540 panjang gelombang /
λ maks 278 nm. CH2 – CH=CH2-OCH3-O-O

12
Ringkasan hasil uji biji dan fuli pala kering Pala Dukono Halmahera Utara dari
Universitas Khairun Ternate terdapat pada Tabel 4.

Tabel 4. Ringkasan hasil uji biji dan fuli kering Pala Dukono dari Laboratorium
Universitas Khairun Ternate tahun 2016
Jenis Jenis Hasil Pengujian/ Metode
No
Produk Pengujian/Pemeriksaan Pemeriksaan Pengujian
Kadar air (%) 10.99-12.04 Oven
Kadar minyak atsiri (%) 2.02-2.571 Destilasi
Warna minyak atsiri Kuning pucat Visual
Biji Pala
Berat jenis minyak atsiri +/- 0.901 Gravimetri
1 Tanpa
(25oC)
Cangkang
Myristicin (%)* 10.35 GC
Kelarutan dalam Alkohol 1:1-1:3, jernih Volumetri
90%
Kadar air (%) 8.33-10.91 Oven
Kadar minyak atsiri (%) 11-13.4 Destilasi
Warna minyak atsiri Bening Visual
Berat jenis minyak atsiri +/- 0.910 Gravimetri
2 Fuli pala
(25oC)
Myristicin (%)* 13.40 GC
Kelarutan dalam Alkohol 1:1-1:2, jernih Volumetri
90%
Ket : (*) diuji pada Laboratorium Organik FMIPA, UGM, Yogyakarta

Hasil uji biji pala dan fuli pala dari laboratoium Universitas Khairun Ternate
dan Hasil uji kandungan miristycin dari Laboratorium Organik FMIPA, UGM,
Yogyakarta terdapat pada Lampiran 6.
Perbandingan kualitas minyak pala Dukono Halmahera Utara dengan SNI, pala
Siau dan pala Banda terdapat pada Tabel 5.

Tabel 5. Perbandingan Kualitas Pala Dukono Halmahera Utara Dengan SNI,


Kualitas Pala Siau Dan Pala Banda
Biji pala Fuli pala
Ketentuan Kadar Berat jenis Myristiicin Kadar Berat jenis Myristicin
No minyak (25oC) (%) minyak atsiri (25oC) (%)
/Asal
atsiri (%) (%)
1 SNI - 0.885-0.907 - - 0.880-0.940 -
2 Siau 2.04-3.83 +/- 0,9192 11,18-14,8 8,6 – 17,27 0,95 - 0,98 20,59-30,39
3 Banda 2.83-6.14 0.945 4.33-6.92 9.02-11.43 - 8.56.10.60
4 Dukono 2.02-2.571 +/- 0.901 10.35 11-13.4 +/- 0.910 13.40

13
Miristycin digunakan sebagai obat oles untuk penyakit rematik dan perangsang
kulit, obat tidur serta bahan psikoaktif (meningkatkan aktifitas mental). Miristycin juga
dapat digunakan sebagai zat pemusnah serangga yang disebut synergistiche serta
digunakan sebagai pembanding zat untuk tes minyak yang mudah menguap.

C. Teknik Pengujian Kualitas


a. Kadar Air (AOAC, 2005)
Prinsip analisis kadar air adalah proses penguapan air dari suatu bahan dengan
cara pemanasan. Penentuan kadar air didasarkan pada perbedaan berat sampel sebelum
dan sesudah dikeringkan. Prosedur analisa kadar air adalah sebagai berikut :
1. Cawan kosong yang akan digunakan dikeringkan dalam oven selama 15 menit,
kemudian didinginkan selama 30 menit dalam desikator, setelah dingin beratnya
ditimbang.
2. Sampel ditimbang sebanyak ±5 gram lalu dimasukkan dalam cawan kemudian
dikeringkan dalam oven selama 6 jam pada suhu 105oC.
3. Cawan kemudian didinginkan dalam desikator selama 30 menit dan setelah dingin
ditimbang kembali.
4. Kemudian setelah ditimbang, cawan tersebut dikeringkan dalam oven kembali
sehingga didapat berat konstan.
5. Persentase kadar air dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut :

𝐵1 (𝑠 + 𝑐 𝑠𝑒𝑏𝑒𝑙𝑢𝑚 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛) − 𝐵2 (𝑠 + 𝑐 𝑠𝑒𝑡𝑒𝑙𝑎ℎ 𝑑𝑖𝑘𝑒𝑟𝑖𝑛𝑔𝑘𝑎𝑛)


x 100
𝐵 (𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙)
Keterangan :
B = berat sampel (g)
B1 = berat (sampel + cawan) sebelum dikeringkan (g)
B2 = berat (sampel + cawan) sesudah dikeringkan (g)

b. Warna
Warna minyak pala diamati secara visual.

c. Kelarutan dalam Alkohol (SNI 06-2388- 2006)


1. Ditempatkan 1 ml contoh dan diukur dengan teliti di dalam gelas ukur yang

14
berukuran 10 ml atau 25 ml;
2. Ditambahkan etanol 90%, setetes demi setetes. Kocoklah setelah setiap
penambahan sampai diperoleh suatu larutan yang sebening mungkin pada suhu
20°C;
3. Bila larutan tersebut tidak bening ,dibandingkan kekeruhan yang terjadi dengan
kekeruhan larutan pembandingan, melalui cairan yang sama tebalnya;
4. Setelah minyak tersebut larut ditambahkan etanol berlebih karena beberapa
minyak tertentu mengendap pada penambahan etanol lebih lanjut.
5. Hasil uji dinyatakan sebagai berikut: Kelarutan dalam etanol 90% = 1 volume
minyak, menjadi jernih dengan maksimum 3 volume etanol. Bila larutan tersebut
tidak sepenuhnya bening, catat apakah kekeruhan tersebut “ lebih besar daripada”,
“sama” atau “lebih kecil daripada” kekeruhan larutan pembandingan.

d. Myristicin
Pengukuran myristicin dilakukan dengan metode GCMS (Gas Chromatography-
Mass Spectrometri). Prosedur kerjanya sebagai berikut :
1. GCMS dinyalakan dan diatur seluruh komponen yang terkait hingga sampel
sebanyak 1 μl siap diinjeksikan dan siap running.
2. Tampilan analisis diatur.
3. Data sampel diisikan atau ditekan sample login pada monitor sambil menunggu GC
dan MS pada monitor pada kondisi Ready.
4. Tombol start pada monitor ditekan, sehingga automatic injector membersihkan
syringe sesuai setting, kemudian sampel sebanyak 1 μl diinjeksikan ke dalam
autoinjector tipe AOC-20i shimadzu.
5. Selama setting waktu awal atau bila grafik sudah menunjukkan agak datar analisis
GC dapat dihentikan dengan menekan tombol stop pada monitor.
6. Puncak grafik diidentifikasi pada tiap waktu retensi dari puncak awal sampai puncak
akhir dan dicocokkan dengan references pada program GCMS tekan similary search.
Hasil identifikasi akan menunjukkan komponen yang paling mirip dari beberapa
komponen dari bobot molekul serta tinggi intens peaknya dan yang teratas adalah
yang paling mendekati
7. GC-MS dimatikan.

15
e. Berat Jenis
1. Piknometer dicuci dan dibersihkan, kemudian dibilas dengan etanol.
2. Keringkan bagian dalam piknometer tersebut dengan arus udara dingin dan sisipkan
tutupnya.
3. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m).
4. Isi piknometer dengan air suling yang telah didihkan dan biarkan dan biarkan pada
suhu 200C, sambil menghindari adanya gelembung-gelembung udara.
5. Celupkan piknometer ke dalam penangas air pada suhu 200C ± 0,20C selama 30
menit.
6. Sisipkan penutupnya dan keringkan piknometernya.
7. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit, kemudian timbang
dengan isinya (m1).
8. Kosongkan piknometer tersebut, cuci dengan etanol, kemudian keringkan dengan
arus udara kering.
9. Isilah piknometer dengan contoh minyak dan hindari adanya gelemmbung udara.
10. Celupkan kembali piknometer ke dalam penangas air pada suhu 200C ± 0,20C
selama 30 menit. Sisipkan tutupnya dan keringkan piknometer tersebut.
11. Biarkan piknometer di dalam lemari timbangan selama 30 menit dan timbang (m2).
Perhitungan untuk menghitung bobot jenis minyak pala digunakan rumus sebagai
berikut :
Bobot Jenis d = (m2-m)/(m1-m)
Dengan :
m adalah massa, piknometer kosong.
m1 adalah massa, piknometer berisi air pada suhu 200C (g)
m2 adalah massa, piknometer berisi contoh pada suhu 200C (g)

16

Anda mungkin juga menyukai