Anda di halaman 1dari 22

Nama : Misbah Nurul S

NIM : 16312092

Film Tv Smt 5 (C)

SUTRADARA INDONESIA

1. Anggy Umbara
Anggy Umbara (lahir di Jakarta, 21 Oktober 1980; umur 35 tahun) adalah seorang
sutradara asal Indonesia. Film pertamanya adalah Mama Cake. Kemudian ia
mengarap film Coboy Junior The Movie, film ini pun berhasil sukses. Kemudian
namanya semakin terdengar ketika ia membuat film ke 3 nya Comic 8 yang
mendapatkan antusias luar biasa dari penonton. Selain itu Anggy Umbara juga
menjadi sutradara dari film 3:Alif, Lam, Mim yang sempat mendapatkan nominasi
sebagai penghargaan Penulis Skenario Asli Terbaik Festival Film Indonesia 2015
atas naskah film 3 yang bersama Bounty dan Fajar Umbara. Anggy Umbara juga
sutradara dari film aksi-komedi Comic 8: Casino King dan Comic 8: Casino King
Part 2

 Karya-karyanya :

- Mama Cake
- Coboy Junior The Movie
- 3: Alif Lam Mim
- Comic 8
- Comic 8: Casino King part 1
- Comic 8: Casino King Part 2
- Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1
- Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2
- Garuda 19

2. Garin Nugroho Riyanto


Garin Nugroho Riyanto atau yang lebih dikenal dengan Garin Nugroho merupakan
salah satu produser dan sutradara Indonesia yang populer . Nama Garin Nugroho
mulai dikenal luas setelah film bernama Cinta dalam Sepotong Roti (1990) . Lalu,
film keduanya, Surat Untuk Bidadari (1992) membawa namanya ke panggung film
internasional . Garin Nugroho juga peduli pada masalah lingkungan hidup [3]. Hal
tersebut setidaknya tercermin dalam filmnya yang bertema lingkungan,
yaitu Under The Tree.. Ia juga mendirikan Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM)
yang bernama SET pada tahun 1987 . LSM tersebut bertujuan untuk membuat
bahasa yang baru, menciptakan spirit penciptaan dan membuat komunitas . Dari
LSM tersebut lahir sutradara muda, seperti Riri Riza .
Garin Nugroho menempuh pendidikan film di Fakultas Sinematografi Institut
Kesenian Jakarta (IKJ) dan selesai pada tahun 1985 . Selain belajar film, ia
juga menempuh pendidikan hukum di Fakultas Hukum Universitas
Indonesia(selesai 1991) .
Dalam hal film, Garin Nugroho memulai kariernya sebagai kritikus film dan
pembuat film dokumenter . Ia telah menyelesaikan sedikitnya dua puluh film
(dokumenter, film pendek dan film panjang) . Pada perayaan 250
tahun Mozart, ia terpilih sebagai salah satu dari enam sutradara inovatif dunia
untuk membuat film yang kemudian melahirkan Opera Jawa . Di bidang
musik, ia sempat membuat video klip January Christy, Titi DJ, Krakatau (grup
musik), Katon Bagaskara, Paquita Widjaya, Edo Kondologit dan Gong 2000 .
Salah satu karya video klipnya, yaitu Negeri di Atas Awan (dinyanyikan
oleh Katon Bagaskara) berhasil mendapat Trofi Visia pada final Video Musik
Indonesia Periode II 1994/1995.

 Karya-karyanya :

- Gerbong Satu, Dua (1984)


- Cinta dalam Sepotong Roti (1990)
- Air & Romi (1991)
- Surat untuk Bidadari (1992)
- Bulan Tertusuk Ilalang (1994)
- Daun di Atas Bantal (1997)
- My Family, My Films and My Nation (1998)
- Dongeng Kancil untuk Kemerdekaan (1999)
- Puisi Tak Terkuburkan (1999)
- Layar Hidup: Tanjung Priok/Jakarta (2001)
- Rembulan di Ujung Dahan (2002) (TV Movie)
- Aku Ingin Menciummu Sekali Saja (2002)
- Rindu Kami Padamu (2004)
- Serambi (2005)
- Opera Jawa (2006)
- Under The Tree (2008)
- Teak Leaves and The Temple (2008)
- Generasi Biru (2009)
- Mata Tertutup (2012)
- Soegija (2012)
- Isyarat (2013)
- Guru Bangsa: Tjokroaminoto (2014)
- Aach... Aku Jatuh Cinta! (Segera hadir 2015)

 Penghargaan :
- 1991: Unggulan di Festival Film Indonesia kategori Sutradara Terbaik
pada film Cinta dalam Sepotong Roti
- 1992
o Pemenang di Festival Film Asia Pasifik kategori Sutradara
Pendatang Baru pada film Cinta dalam Sepotong Roti .
o Unggulan di Festival Film Indonesia kategori Cerita Asli Terbaik
pada film Cinta dalam Sepotong Roti.
- 1996: FIPRESCI dari Festival Film Internasional Berlin untuk film Bulan
Tertusuk Ilalang .
- 1997: Pemenang di Festival Tiga Benua, Nantes, Perancis kategori
Sutradara Terbaik pada film Bulan Tertusuk Ilalang .
- 1998
o Unggulan di Festival Film Asia Pasifik kategori Skenario pada film
Daun di Atas Bantal .
o Penghargaan Khusus Juri di Festival Film Internasional
Tokyo untuk film Daun di Atas Bantal .
- 1999
o Unggulan di Festival Film Bandung kategori Sutradara pada film
Daun di Atas Bantal .
o Pemenang di Festival Film Bandung kategori Penghargaan Khusus
pada film Daun di Atas Bantal .
- 2000: Silver Leopard Video di Festival Film Internasional Locarno untuk
Puisi Tak Terkuburkan .
- 2006: Pemenang di Festival Film Indonesia kategori Penulis Skenario
Cerita Adaptasi Terbaik pada film Opera Jawa .
- 2007: Film Terbaik Asia di Osian's Cinefan Festival ke-7 lewat Rindu
Kami Padamu .
- 2008: Unggulan di Festival Film Indonesia kategori Penyutradaraan
Terbaik pada film Under The Tree .
- 2012 Unggulan di Festival Film Indonesia 2012 kategori Penyutradaraan
Terbaik

3. Misbach Yusa Biran


Misbach Yusa Biran (lahir di Rangkasbitung, Lebak, Banten, 11
September 1933 – meninggal di Tangerang Selatan, Banten, 11 April 2012 pada
umur 78 tahun) adalah sutradara film, penulisskenario film, drama, cerpen,
kolumnis, sastrawan, serta pelopor dokumentasi film Indonesia.

Misbach Yusa Biran merupakan anak dari pasangan Ayun Sabiran (Minangkabau)
dan Yumenah (Banten). Ayahnya yang berasal dari Dangung-dangung, Lima Puluh
Kota, Sumatera Barat, merupakan seorang Digulis yang kemudian menjadi pemilik
studio foto. Nama Misbach diberikan oleh ayahnya, yang mengambil nama dari
tokoh pergerakan Haji Misbach. Sedangkan Yusa Biran, ditambahkan oleh
Misbach ketika ia dewasa, yang merupakan nama pena ayahnya, "Jose Beron".

Ia menyelesaikan pendidikannya di Taman Madya Bagian B, Perguruan Taman


Siswa, Kemayoran, Jakarta. Misbach mulai menyutradarai sandiwara ketika masih
duduk di bangku sekolah pada awal tahun 1950-an. Di samping itu, ia juga menulis
resensi film dan karya sastra. Setelah lulus sekolah ia memilih film sebagai jalan
hidupnya. Tahun 1954-1956, ia bekerja di Perusahaan Film Nasional Indonesia
(Perfini) pimpinan Usmar Ismail, berawal sebagai pencatat skrip, kemudian
menjadi asisten sutradara dan anggota Sidang Pengarang. Ia juga pernah menjabat
sebagai Direktur Pusat Perfilman H. Usmar Ismail Jakarta, anggota Dewan Film
Nasional, dan Ketua Umum Karyawan Film dan Televisi (1987-1991).

Tahun 1955, Biran menulis skenario pertama dari cerpen Sjumandjaja Kerontjong
Kemajoran yang kemudian oleh Persari diangkat menjadi film berjudul Saodah.
Semenjak itu kreativitasnya seakan tak terbendung lagi, dan dituangnya melalui
penulisan skenario dan penyutradaraan film.
Selama tahun 1957-1960, Misbach membuat film pendek dan dokumenter, dan
menyutradarai beberapa film layar lebar pada kurun waktu 1960-1972. Salah
satunya berjudul Dibalik Tjahaja Gemerlapan (1967) yang menerima penghargaan
untuk sutradara terbaik dalam ajang "Pekan Apresiasi Film Nasional".Ia juga
mendapat penghargaan skenario terbaik, untuk film Menjusuri Djedjak
Berdarah di ajang yang sama. Film lainnya yang ia tulis skenarionya
adalah Ayahku (1987). Film yang penyutradaraannya ditangani Agus Elias ini
dinominasikan sebagai film dengan skenario terbaik dalam ajang "Festival Film
Indonesia". Karyanya yang lain, Karena Dia (1979) juga dinominasikan sebagai
film dengan skenario terbaik dalam "Festival Film Indonesia" pada tahun 1980.

Pada tahun 1971, Misbach sempat memutuskan untuk tidak menyutradarai film
karena ia menolak untuk mendukung industri perfilman yang saat itu semarak
dengan produksi film porno. Kontribusi Misbach yang terbesar untuk perfilman
nasional adalah dengan berdirinya Sinematek Indonesia pada tahun 1975. Lembaga
itu berusaha mendokumentasikan film nasional secara independen. Ia
memimpin Sinematek Indonesia hingga tahun 2001. Sosoknya bahkan menjadi
identik dengan lembaga tersebut.

Misbach pernah menjadi Direktur Pusat Perfilman H Usmar Ismail Jakarta, anggota
Dewan Film Nasional, dan Ketua Umum Karyawan Film dan Televisi (1986-1991).

 Karya-karyanya :

- Pesta Musik La Bana (1960)


- Holiday in Bali (1962)
- Bintang Ketjil (1963)
- Panggilan Nabi Ibrahim (1964)
- Apa Jang Kautangisi (1965)
- Dibalik Tjahaja Gemerlapan (1966)
- Menjusuri Djedjak Berdarah (1967)
- Operasi X (1968)
- Honey, Money, And Djakarta Fair (1970)

 Penghargaan
Di usianya yang mencapai 78 tahun, Misbach yang mendapat penghargaan khusus
dari Forum Film Bandung atas dedikasi dan kontribusinya di dunia film, masih
terus berkarya melalui skenario yang ditulisnya. Baginya, film adalah alat utama
perjuangannya, sebagai media ekspresi kesenian dan intelektual. Yang paling
penting menurutnya, film adalah alat dakwah untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia, khususnya kualitas bangsa Indonesia.

Pada tahun 2010, Misbach meraih penghargaan status Fellows dari Asosiasi Arsip
Audiovisual Asia Tenggara-Pasifik (Southeast Asia-Pacific Audiovisual Archive
Association, SEAPAVAA) di Bangkok, Thailand. Program penghargaan
SEAPAVAA ini ditujukan sebagai bentuk pengakuan bagi para individu luar biasa
atas kontribusi sangat penting melalui berbagai cara di bidang arsip audiovisual,
dan atas kepemimpinan mereka dalam komunitas profesional pengarsipan. Namun
khusus untuk Misbach, SEAPAVAA menyatakan bahwa sosoknya merupakan
inspirasi bagi komunitas arsip film di Asia dan Pasifik. Pendiri Sinematek
Indonesia ini adalah orang pertama yang menerima Lifetime Achievement Award
SEAPAVAA pada tahun 1997.

SUTRADARA LUAR NEGERI

1. Mohd Syamsul bin Mohd Yusof

Mohd Syamsul bin Mohd Yusof juga dikenali Syamsul Yusof, (lahir 21 Mei 1984
di Malaysia] merupakan aktor, sutradara, penulis naskah, produser
film, rapper dan penyanyi. Dia adalah putra sulung dari sutradara terkenal Yusof
Haslam. Dia menetapkan rekor sebagai sutradara termuda untuk
memenangkan Malaysian Film Festival, melakukannya pada usia 26 tahun.
Masyarakat umum mengenali dirinya sebagai anak kepada direktur tersohor yang
pernah mendapat julukan Six Million Dollar Man yaitu sutradara Dato 'Yusof
Haslam. Hasil keberhasilan ayahnya diteruskannya dengan cemerlang setelah
penghasilan beberapa film yang pecah panggung dan dijuluki The Twenty Million
Man . Secara keseluruhan, sembilan film yang diarahkan oleh beliau telah
berhasil mengumpulkan kutipan sebanyak RM 54.36 juta, film-film arahannya
seperti Evolusi KL Drift (2008), KL Gangster dan Aku Bukan Tomboy (2011)
menjadi sukses komersial dan mendapat sambutan yang mendorong, tawaran
berlakon drama TV juga tetap diperolehnya, antara drama aktingnya adalah Cik
Ah Cik Nin (2009), Ameera (2012) dan Gerak Khas (2015).

Syamsul telah menerima berbagai penghargaan dan penclaonan dalam karier


akting dan sinematografi, termasuk Festival Film Malaysia ke-23 bagi Sutradara
Terbaik, Anugerah Layar ke-10 bagi Skenario Terbaik dan Penghargaan
Blokbuster 2012 bagi Tuan Direktor Terhebat.

Meskipun ia lahir dalam keluarga yang memiliki perusahaan perfilman raksasa di


Malaysia, beliau tetap menerima tantangan yang berat, yang datang dari ayahnya
sendiri. Ayah beliau ingin menguji kemampuan anaknya dengan memberi tugas
mengarah drama arahan ayahnya, Gerak Khas, untuk beberapa episode. Setelah
berhasil mengarungi tantangan tersebut, keinginannya untuk duduk di kursi
sutradara akhirnya tercapai. Tapi, tantangan lain pula tiba. Script yang dihasilkan
beliau bersama sepupunya, Rizal Ashreff, ditolak oleh ayahnya dan menyuruh
mengevaluasi ulang script tersebut. Setelah revisi, akhirnya proyek film
pertamanya disetujui dengan anggaran senilai Rp 1. 35 juta sebagai biaya dan
tanggal siap selama 35 hari. Agak rumit ketika ia baru mulai mengarah terpaksa
berhadapan situasi yang begitu memberi tekanan kepada beliau. Pada saat
pembuatan film tersebut, ia terpaksa berbalah dengan ayahnya soal biaya film
yang terpaksa dinaikkan sampai RM 2 juta. Dia menangis dan timbul rasa jera
untuk mengarah film. Tapi, anak ke Six Million Dollar Man ini tidak mengenal
penat setelah film pertamanya, Evolusi KL Drift sukses di bioskop. Kini, ia masih
giat mengarah beberapa film yang pecah panggung dan melewatkan keberhasilan
yang diukir oleh ayahnya sendiri.

Setelah mengarah film Evolusi KL Drift , ia melanjutkan langkah dengan


mengarah film bercorak aksi kontroversi, Bohsia: Jangan Pilih Jalan Hitam .
Film ini mendapat perhatian publik ketika judul film ini kurang cocok untuk
tatapan umum. Tapi ia memiliki alasan tersendiri. Dia masih
mempertahankan trademark nya dengan mengarah film-film aksi. Film ini
terlihat berhasil. Selanjutnya, beliau kelanjutan trilogi Evolusi KL
Drift melalui Evolusi KL Drift 2 . Kali ini, penceritaan yang dilakukan terlihat
agak rapi dan begitu baik. Film yang dibintangi oleh dirinya sendiri, Farid
Kamil, Aaron Aziz, Scha Al-Yahya dan Remy Ishak ini mendapatkan kutipan
yang membanggakan. Dengan film tersebut, dimulainya langkah cemerlang
ketika menggondol penghargaan Sutradara Terbaik pada Festival Film Malaysia
ke-23. Kesuksesan yang ia kecapi ini telah melampaui apa yang pernah dicapai
ayahnya.

Dia ingin mewarnai portofolio seorang direktur dengan mengarah berbagai jenis
genre film. Percobaan pertama dia berhasil. Tahun 2011 menunjukkan
kebangkitan sentuhan film beliau ketika film horor pertamanya, Khurafat:
Perjanjian Setan lakonan beliau bersama Liyana Jasmay menjengah bioskop dan
menciptakan rekor baru ketika mencapai kutipan RM 8 juta. Keberhasilan ini
merupakan kejutan bagi industri perfilem di Malaysia. Kritikus memberi pujian
kepada upaya pertamanya dalam mengarah film horor.

Teror film arahannya tidak terhenti di situ. Dia mengganas kembali dengan film
aksi pertarungan, KL Gangster . Film ini membuka mata semua pihak yang sering
memperlekeh film Melayu. Dia begitu teliti dalam produksi film ini yang dibuat
khusus untuk tontonan semua. Keberhasilan film ini begitu mengejutkan ketika
mendapatkan kutipan hampir RM 12 juta, dua kali lipat apa yang dicapai oleh
ayahnya melalui Sembilu II . Filem ini berjaya memberi saingan kepada filem-
filem luar yang ditayangkan di Malaysia. Ia juga menyatakan kesulitan untuk
mengumpulkan daftar aktris yang diinginkan beliau untuk film ini. Ia juga meraih
kesuksesan pada Festival Film Malaysia ke-24 ketika berhasil menggondol
penghargaan Sutradara Terbaik untuk dua tahun berturut-turut lewat film KL
Gangster .

Film keenam arahannya, Aku Bukan Tomboy menemui penonton di bioskop pada
17 November 2011, film ini memperlihatkan Syamsul ingin lari dari umumnya
terhadap film bergenre aksi, ketika ia mencoba genre komedi romantis untuk film
ini yang mana script aslinya ditulis oleh ayahnya, film akting Scha Al-
Yahya, Shaheizy Sam dan dirinya sendiri mendapat sambutan dan menerima
review positif dari kritikus film meskipun menjadi kegagalan komersial.

Debut sutradara dan screenwriting-nya

2008 Evolusi KL Drift Zack  Penghargaan Juri Khusus Festival


Film Malaysia 21 - Aksi Stunt
Terbaik di Layar
Sutradara, penulis skenario dan editor
Bohsia: Jangan
2009 Pilih Jalan Hitam Muz
 Nominasi-Penyuntingan
Terbaik Festival Film Malaysia 22
Juga sebagai sutradara, editor dan penulis
skenario

 Sutradara Terbaik | Festival Film


Malaysia 23
Evolusi KL Drift  Editor Terbaik | Festival Film
2010 2 Zack
Malaysia 23
Film Skenario Terbaik | Malaysia Screen
Awards 2010

 (Dinominasikan) Film terbaik |


Malaysia Screen Awards 2010
 (Dinominasikan) Direktur terbaik |
Malaysia Screen Awards 2010
Juga sebagai sutradara, editor dan penulis
skenario

 (Dinominasikan) skenario
Khurafat Johan
terbaik | Festival Film Malaysia 24
 (Dinominasikan) Kisah Asli Terbaik
 (Dinominasikan) Pengeditan terbaik
(dengan Hisham Jupri)
Juga sebagai sutradara, editor dan penulis
skenario
2011
 Sutradara Terbaik | Festival Film
Malaysia 24
KL Gangster Shark  Editing terbaik | Festival Film
Malaysia 24
 (Dinominasikan) Film terbaik |
Malaysia Screen Awards 2011
 (Dinominasikan) Direktur terbaik |
Malaysia Screen Awards 2011
Aku Bukan Burn
Tomboy
Jalan Kembali:
Muz
Bohsia 2
2012
SAM: Saya Amat
Jefri
Mencintaimu

Gangster Celop Adam


2013
KL Gangster 2 Shark

Abang Long
2014 Shark
Fadil

Ustaz
2016 Munafik
Adam

2016 Desolasi Aiman


Abanɡ Lonɡ Inspektor
Fadil 2 Wahab

Mahathir

Cinta

2018 Munafik 2 Ustaz Adam

2. Wong Kar-wai

Wong Kar- Wai (Mandarin: Wáng Jiāwèi; lahir di Shanghai, 17 Juli 1958; umur
60 tahun) adalah seorang sutradara film Hong Kong pemenang berbagai
penghargaan, yang dikenal di dunia internasional sebagai sutradara yang sangat
orisinil lewat film-filmnya yang unik secara visual dan sangat bergaya.
Terlahir di Shanghai, Wong pindah ke Hong Kong bersama orang-tuanya pada saat
berusia lima tahun. Berasal dari China daratan dan berbicara hanya dengan
dialek Mandarin dan Shanghai, ia menghadapi masa-masa sulit untuk
menyesuaikan diri pada Hong Kong yang berdialek Kanton. Ia berusaha
menyesuaikan diri dengan cara menghabiskan waktu berjam-jam di bioskop
bersama ibunya.

Setelah lulus dari Hong Kong Polytechnic College dengan jurusan desain grafis
pada tahun 1980, ia masuk ke program Production Training Course yang dikelola
oleh Hong Kong Television Broadcasts Limited (TVB) dan menjadi seorang
penulis naskah televisi permanen. Di pertengahan tahun 1980-an ia menjadi penulis
naskah dan sutradara di The Wing Scope Co. dan In-gear Film Production
Company, rumah produksi milik aktor dan produser film Hong Kong terkenal Alan
Tang.

Gaya filmnya sekarang yang nostalgia dan penuh seni dibentuk semasa ia belajar
pada Alan Tang Kwong-Wing, yang membiayai film pertama Wong "As Tears Go
By" (1988). Karier Wong melejit berkat filmnya "Days of Being Wild" (1990)
meskipun film tersebut menyebabkan Alan Tang kehilangan uang jutaan dollar.
Wong akhirnya "lulus" untuk bisa membuat film sendiri. Ia memiliki andil dalam
sepuluh naskah film antara tahun 1982 dan 1987, bertopikkan berbagai macam
aliran mulai dari komedi romantis hingga drama aksi. Namun ia mengklaim bahwa
dirinya telah memiliki andil dalam menulis lebih dari lima puluh lagi naskah film
tanpa memperoleh kredit. Ia menganggap Final Victory (1986), sebuah cerita
kriminal dan komedi hitam untuk sutradara Patrick Tam, sebagai naskah film
terbaiknya.

 Karya Karya Film:


- 1988 As Tears Go By
- 1991 Days of Being Wild
- 1994 Chungking Express
- 1994 Ashes of Time
- 1995 Fallen Angels
- 1997 Happy Together
- 2000 In the Mood for Love
- 2004 2046
- 2007 My Blueberry Nights
- 2008 Ashes of Time Redux
- 2009 The Lady from Shanghai
 Karya Karya Film Pendek:
- 1996 wkw/tk/1996@7'55"hk.net
- 2000 Hua Yang De Nian Hua
- 2001 The Hire: The Follow
- 2002 Six Days
- 2004 Eros
- 2007 Chacun son cinéma
- 2007 There's Only One Sun
3. Hayao Miyazaki

Hayao Miyazaki (宮崎 駿 Miyazaki Hayao, lahir di Tokyo, Jepang, 5


Januari 1941; umur 77 tahun) adalah seorang sutradara film
animasi dan mangaka asal Jepang. Ia adalah salah seorang pendiri studio
animasi Studio Ghibli.

Antara film-film animasi tersukses Miyazaki adalah Princess Mononoke (1999 -


yang melambungkan namanya di dunia Barat) dan Spirited Away (2001 - film
tersukses di Jepang dalam sejarah). Film-film karyanya banyak menggunakan
tema hubungan manusia dengan alam dan teknologi, serta sulitnya menjaga etika
perdamaian. Protagonis dalam film-filmnya seringkali adalah perempuan atau
wanita muda yang berpendirian kuat dan mandiri; musuhnya, di lain pihak,
umumnya adalah tokoh yang ambigu dari sisi moral serta mempunyai sifat-sifat
yang baik pula. Beberapa tokoh yang memiliki pengaruh pada karya Miyazaki
termasuk Ursula K. Le Guin, Lewis Carroll, Diana Wynne Jones dan Jean
Giraud (Moebius).

Saat masih kecil, Miyazaki sering menggambar pesawat terbang karena ayahnya
merupakan direktur di sebuah perusahaan pembuat pesawat terbang. Ibunya yang
gemar membaca dan mempunyai rasa keingin tahuan yang besar kelak turut
memengaruhi sifat Miyazaki pula. Pada tahun ketiga di sekolah menengah,
Miyazaki menonton Hakujaden, yang disebut sebagai "film anime layar lebar
berwarna pertama Jepang"[1] dan mulai tertarik kepada dunia animasi.
Tahun 1963 ia lulus dari Universitas Gakushuin dengan gelar dalam bidang ilmu
politik dan ekonomi. Pada April 1963, ia menjadi seniman antara (in-between;
menggambar adegan-adegan antara dua adegan penting atau keyframe) bagi
anime Wanwan Chushingura di Toei. Tahun 1965 ia menikahi Akemi Ota, yang
juga seorang animator, dan kelak memperoleh dua anak, Goro (juga kemudian
menjadi animator di Ghibli) dan Keisuke.

Miyazaki diangkat menjadi animator kepala, seniman konsep, dan perancang


adegan bagi film Hols: Prince of the Sun (1968), salah satu karya penting Isao
Takahata, yang terus menjadi kolaborator Miyazaki sepanjang tiga dekade
selanjutnya. Setelah berperan penting dalam beberapa film animasi Toei
berikutnya, pada tahun 1971 ia bergabung dengan A Pro, di mana ia menjadi salah
seorang sutradara enam episode pertama seri Lupin III dengan Takahata. Film
pertama Miyazaki sebagai sutradara adalah The Castle of Cagliostro (1979),
sebuah film petualangan Lupin III.

Film Miyazaki selanjutnya, Nausicaä of the Valley of the Wind (Kaze no Tani no
Naushika, 1984), adalah sebuah film petualangan yang memperkenalkan berbagai
tema yang akan hadir kembali pada film-filmnya yang berikutnya: kekhawatiran
terhadap ekologi, ketertarikan kepada pesawat terbang, dan penokohan-penokohan
yang bermoral ambigu, khususnya di antara tokoh-tokoh musuh. Ini adalah film
pertama yang ditulis dan disutradarai Miyazaki, hasil adaptasi dari manga yang
juga ia karang.

Setelah kesuksesan Nausicaä of the Valley of the Wind, Miyazaki mendirikan


Studio Ghibli dengan Takahata, dan memproduksi hampir seluruh karyanya setelah
itu melalui Ghibli. Reputasinya terus berkembang seiring dengan film-film
barunya, antara lain Laputa: Castle in the Sky (1986), My Neighbor Totoro (Tonari
no Totoro, 1988), Kiki's Delivery Service (1989) dan Porco Rosso (1992).

Film berikutnya, Princess Mononoke (Mononoke Hime, 1997) menjadi film


tesukses Jepang sebelum rekor ini diungguli Titanic kemudian. Mononoke juga
dianugeri gelar Film Terbaik pada Penghargaan Film Jepang. Miyazaki
memutuskan untuk pensiun setelah itu; namun kala berlibur ia bertemu dengan
putri seorang temannya, yang menjadi inspirasi Miyazaki bagi Spirited Away (Sen
to Chihiro no Kamikakushi, 2001). Film ini sukses besar di Jepang dan mendaptkan
gelar Film Terbaik di Penghargaan Film Jepang, Penghargaan Beruang Emas
di Festival Film Berlin (2002), serta Film Animasi Terbaik Academy
Awards (2002). Miyazaki kembali keluar dari masa pensiun pada film Howl's
Moving Castle setelah sutradaranya, Mamoru Hosoda, menarik diri dari film
tersebut.

Pada tahun 2005, Miyazaki dianguerahi gelar Penghargaan Kehormatan Seumur


Hidup pada Festival Film Venesia.

 Sutradara, skenario, dan storyboard[sunting | sunting sumber]

- Future Boy Conan, 1978


- The Castle of Cagliostro (Lupin III), 1979
- Sherlock Hound, 1982
- Nausicaä of the Valley of the Wind, 1984
- Laputa: Castle in the Sky, 1986
- My Neighbor Totoro, 1988
- Kiki's Delivery Service, 1989
- Porco Rosso, 1992
- On Your Mark, video klip pendek
- Princess Mononoke, 1997
- Spirited Away, 2001
- Howl's Moving Castle, 2004
- Ponyo on the Cliff by the Sea, 2008
- The Wind Rises, 2013
TIPE OF SHOT

Dalam Fotografi atau Videografi, sangatlah dibutuhkan pengambilan angle yang tepat,
angle yang tepat dapat berfungsi menyampaikan pesan atau keadaan suatu keadaan
atau scene (sin). jika tidak mengunakan angle atau tipe shot yang tidak sesuai, maka
hasilnya hanya seperti dokumentasi saja alias biasa-biasa saja. Dalam videografi, ada
beberapa tehnik pengambilan shot dalam videografi, antara lain ;

1) Extreme Long Shot.

Merupakan shot yang digunakan untuk menunjukan lokasi kejadian namun tanpa
memperlihatkan subjek dengan jelas. biasanya dalam pengambilan ini mengutamakan
keadaan alam sekitar.

2) Long Shot.
Hampir sama dengan extram long shoot, tapi objek yang diperlihatkan agak jelas dan
juga menunjukkan hubungan atara subject dengan lingkungan sekitarnya.

3) Full Shot.

Tipe shot yang bertujuan untuk memperkenalkan subjek dan apa yang sedang
dilakukannya dan lingkungannya.

4) Knee Shot.

Tipe shot pengambilan gambar yang agak nanggung ini digunakan untuk
menunjukkan apa yang sedang dilakukan subjek dari bagian lutut ke-atas.

5) Medium atau Waist shot.


Untuk menunjukan apa yang sedang dilakukan subjek dri pinggang keatas, namun
dengan lebih menunjukan expresi subjek, biasanya digunakan untuk interview.

6) Medium Close up (MCU).

pada shoot ini, subjek lebih ditunjukkan emosinya, namun dengan tetap menunjukan
gerak geriknya.

7) Close Up.

Pengambilan gambar ini diambil dari bagian bawah dagu, ke-atas, ini digunakan untuk
menekankan ekspresi subjek namun tetap memberikan ruang diatas ruang kepala
(Head room).

8) Big close up (BCU).


Pada pengambilan ini, expresi subjek lebih benar benar di ekspos dalam hal ini,
headroom bisa diabaikan, asalkan bagian dagunya tidak terpotong.

9) Extreme close up.

Pada pengambilan ini digunakan untuk mendramatisir ekspresi subjek hanya pada
bagian yang sangat spesifik seperti pada mulut saja atau pada bagian mata saja.

10) Over the shoulder

Biasanya digunakan pada saat kedua subjek berdialog dengan catatan point view
diambil dibelakang bahu lawan bicara, dan juga menampilkan pembicara dalam
bentuk seolah-olah blur (bokeh).

Anda mungkin juga menyukai