NIM : 16312092
SUTRADARA INDONESIA
1. Anggy Umbara
Anggy Umbara (lahir di Jakarta, 21 Oktober 1980; umur 35 tahun) adalah seorang
sutradara asal Indonesia. Film pertamanya adalah Mama Cake. Kemudian ia
mengarap film Coboy Junior The Movie, film ini pun berhasil sukses. Kemudian
namanya semakin terdengar ketika ia membuat film ke 3 nya Comic 8 yang
mendapatkan antusias luar biasa dari penonton. Selain itu Anggy Umbara juga
menjadi sutradara dari film 3:Alif, Lam, Mim yang sempat mendapatkan nominasi
sebagai penghargaan Penulis Skenario Asli Terbaik Festival Film Indonesia 2015
atas naskah film 3 yang bersama Bounty dan Fajar Umbara. Anggy Umbara juga
sutradara dari film aksi-komedi Comic 8: Casino King dan Comic 8: Casino King
Part 2
Karya-karyanya :
- Mama Cake
- Coboy Junior The Movie
- 3: Alif Lam Mim
- Comic 8
- Comic 8: Casino King part 1
- Comic 8: Casino King Part 2
- Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 1
- Warkop DKI Reborn: Jangkrik Boss! Part 2
- Garuda 19
Karya-karyanya :
Penghargaan :
- 1991: Unggulan di Festival Film Indonesia kategori Sutradara Terbaik
pada film Cinta dalam Sepotong Roti
- 1992
o Pemenang di Festival Film Asia Pasifik kategori Sutradara
Pendatang Baru pada film Cinta dalam Sepotong Roti .
o Unggulan di Festival Film Indonesia kategori Cerita Asli Terbaik
pada film Cinta dalam Sepotong Roti.
- 1996: FIPRESCI dari Festival Film Internasional Berlin untuk film Bulan
Tertusuk Ilalang .
- 1997: Pemenang di Festival Tiga Benua, Nantes, Perancis kategori
Sutradara Terbaik pada film Bulan Tertusuk Ilalang .
- 1998
o Unggulan di Festival Film Asia Pasifik kategori Skenario pada film
Daun di Atas Bantal .
o Penghargaan Khusus Juri di Festival Film Internasional
Tokyo untuk film Daun di Atas Bantal .
- 1999
o Unggulan di Festival Film Bandung kategori Sutradara pada film
Daun di Atas Bantal .
o Pemenang di Festival Film Bandung kategori Penghargaan Khusus
pada film Daun di Atas Bantal .
- 2000: Silver Leopard Video di Festival Film Internasional Locarno untuk
Puisi Tak Terkuburkan .
- 2006: Pemenang di Festival Film Indonesia kategori Penulis Skenario
Cerita Adaptasi Terbaik pada film Opera Jawa .
- 2007: Film Terbaik Asia di Osian's Cinefan Festival ke-7 lewat Rindu
Kami Padamu .
- 2008: Unggulan di Festival Film Indonesia kategori Penyutradaraan
Terbaik pada film Under The Tree .
- 2012 Unggulan di Festival Film Indonesia 2012 kategori Penyutradaraan
Terbaik
Misbach Yusa Biran merupakan anak dari pasangan Ayun Sabiran (Minangkabau)
dan Yumenah (Banten). Ayahnya yang berasal dari Dangung-dangung, Lima Puluh
Kota, Sumatera Barat, merupakan seorang Digulis yang kemudian menjadi pemilik
studio foto. Nama Misbach diberikan oleh ayahnya, yang mengambil nama dari
tokoh pergerakan Haji Misbach. Sedangkan Yusa Biran, ditambahkan oleh
Misbach ketika ia dewasa, yang merupakan nama pena ayahnya, "Jose Beron".
Tahun 1955, Biran menulis skenario pertama dari cerpen Sjumandjaja Kerontjong
Kemajoran yang kemudian oleh Persari diangkat menjadi film berjudul Saodah.
Semenjak itu kreativitasnya seakan tak terbendung lagi, dan dituangnya melalui
penulisan skenario dan penyutradaraan film.
Selama tahun 1957-1960, Misbach membuat film pendek dan dokumenter, dan
menyutradarai beberapa film layar lebar pada kurun waktu 1960-1972. Salah
satunya berjudul Dibalik Tjahaja Gemerlapan (1967) yang menerima penghargaan
untuk sutradara terbaik dalam ajang "Pekan Apresiasi Film Nasional".Ia juga
mendapat penghargaan skenario terbaik, untuk film Menjusuri Djedjak
Berdarah di ajang yang sama. Film lainnya yang ia tulis skenarionya
adalah Ayahku (1987). Film yang penyutradaraannya ditangani Agus Elias ini
dinominasikan sebagai film dengan skenario terbaik dalam ajang "Festival Film
Indonesia". Karyanya yang lain, Karena Dia (1979) juga dinominasikan sebagai
film dengan skenario terbaik dalam "Festival Film Indonesia" pada tahun 1980.
Pada tahun 1971, Misbach sempat memutuskan untuk tidak menyutradarai film
karena ia menolak untuk mendukung industri perfilman yang saat itu semarak
dengan produksi film porno. Kontribusi Misbach yang terbesar untuk perfilman
nasional adalah dengan berdirinya Sinematek Indonesia pada tahun 1975. Lembaga
itu berusaha mendokumentasikan film nasional secara independen. Ia
memimpin Sinematek Indonesia hingga tahun 2001. Sosoknya bahkan menjadi
identik dengan lembaga tersebut.
Misbach pernah menjadi Direktur Pusat Perfilman H Usmar Ismail Jakarta, anggota
Dewan Film Nasional, dan Ketua Umum Karyawan Film dan Televisi (1986-1991).
Karya-karyanya :
Penghargaan
Di usianya yang mencapai 78 tahun, Misbach yang mendapat penghargaan khusus
dari Forum Film Bandung atas dedikasi dan kontribusinya di dunia film, masih
terus berkarya melalui skenario yang ditulisnya. Baginya, film adalah alat utama
perjuangannya, sebagai media ekspresi kesenian dan intelektual. Yang paling
penting menurutnya, film adalah alat dakwah untuk meningkatkan kualitas hidup
manusia, khususnya kualitas bangsa Indonesia.
Pada tahun 2010, Misbach meraih penghargaan status Fellows dari Asosiasi Arsip
Audiovisual Asia Tenggara-Pasifik (Southeast Asia-Pacific Audiovisual Archive
Association, SEAPAVAA) di Bangkok, Thailand. Program penghargaan
SEAPAVAA ini ditujukan sebagai bentuk pengakuan bagi para individu luar biasa
atas kontribusi sangat penting melalui berbagai cara di bidang arsip audiovisual,
dan atas kepemimpinan mereka dalam komunitas profesional pengarsipan. Namun
khusus untuk Misbach, SEAPAVAA menyatakan bahwa sosoknya merupakan
inspirasi bagi komunitas arsip film di Asia dan Pasifik. Pendiri Sinematek
Indonesia ini adalah orang pertama yang menerima Lifetime Achievement Award
SEAPAVAA pada tahun 1997.
Mohd Syamsul bin Mohd Yusof juga dikenali Syamsul Yusof, (lahir 21 Mei 1984
di Malaysia] merupakan aktor, sutradara, penulis naskah, produser
film, rapper dan penyanyi. Dia adalah putra sulung dari sutradara terkenal Yusof
Haslam. Dia menetapkan rekor sebagai sutradara termuda untuk
memenangkan Malaysian Film Festival, melakukannya pada usia 26 tahun.
Masyarakat umum mengenali dirinya sebagai anak kepada direktur tersohor yang
pernah mendapat julukan Six Million Dollar Man yaitu sutradara Dato 'Yusof
Haslam. Hasil keberhasilan ayahnya diteruskannya dengan cemerlang setelah
penghasilan beberapa film yang pecah panggung dan dijuluki The Twenty Million
Man . Secara keseluruhan, sembilan film yang diarahkan oleh beliau telah
berhasil mengumpulkan kutipan sebanyak RM 54.36 juta, film-film arahannya
seperti Evolusi KL Drift (2008), KL Gangster dan Aku Bukan Tomboy (2011)
menjadi sukses komersial dan mendapat sambutan yang mendorong, tawaran
berlakon drama TV juga tetap diperolehnya, antara drama aktingnya adalah Cik
Ah Cik Nin (2009), Ameera (2012) dan Gerak Khas (2015).
Dia ingin mewarnai portofolio seorang direktur dengan mengarah berbagai jenis
genre film. Percobaan pertama dia berhasil. Tahun 2011 menunjukkan
kebangkitan sentuhan film beliau ketika film horor pertamanya, Khurafat:
Perjanjian Setan lakonan beliau bersama Liyana Jasmay menjengah bioskop dan
menciptakan rekor baru ketika mencapai kutipan RM 8 juta. Keberhasilan ini
merupakan kejutan bagi industri perfilem di Malaysia. Kritikus memberi pujian
kepada upaya pertamanya dalam mengarah film horor.
Teror film arahannya tidak terhenti di situ. Dia mengganas kembali dengan film
aksi pertarungan, KL Gangster . Film ini membuka mata semua pihak yang sering
memperlekeh film Melayu. Dia begitu teliti dalam produksi film ini yang dibuat
khusus untuk tontonan semua. Keberhasilan film ini begitu mengejutkan ketika
mendapatkan kutipan hampir RM 12 juta, dua kali lipat apa yang dicapai oleh
ayahnya melalui Sembilu II . Filem ini berjaya memberi saingan kepada filem-
filem luar yang ditayangkan di Malaysia. Ia juga menyatakan kesulitan untuk
mengumpulkan daftar aktris yang diinginkan beliau untuk film ini. Ia juga meraih
kesuksesan pada Festival Film Malaysia ke-24 ketika berhasil menggondol
penghargaan Sutradara Terbaik untuk dua tahun berturut-turut lewat film KL
Gangster .
Film keenam arahannya, Aku Bukan Tomboy menemui penonton di bioskop pada
17 November 2011, film ini memperlihatkan Syamsul ingin lari dari umumnya
terhadap film bergenre aksi, ketika ia mencoba genre komedi romantis untuk film
ini yang mana script aslinya ditulis oleh ayahnya, film akting Scha Al-
Yahya, Shaheizy Sam dan dirinya sendiri mendapat sambutan dan menerima
review positif dari kritikus film meskipun menjadi kegagalan komersial.
(Dinominasikan) skenario
Khurafat Johan
terbaik | Festival Film Malaysia 24
(Dinominasikan) Kisah Asli Terbaik
(Dinominasikan) Pengeditan terbaik
(dengan Hisham Jupri)
Juga sebagai sutradara, editor dan penulis
skenario
2011
Sutradara Terbaik | Festival Film
Malaysia 24
KL Gangster Shark Editing terbaik | Festival Film
Malaysia 24
(Dinominasikan) Film terbaik |
Malaysia Screen Awards 2011
(Dinominasikan) Direktur terbaik |
Malaysia Screen Awards 2011
Aku Bukan Burn
Tomboy
Jalan Kembali:
Muz
Bohsia 2
2012
SAM: Saya Amat
Jefri
Mencintaimu
Abang Long
2014 Shark
Fadil
Ustaz
2016 Munafik
Adam
Mahathir
Cinta
2. Wong Kar-wai
Wong Kar- Wai (Mandarin: Wáng Jiāwèi; lahir di Shanghai, 17 Juli 1958; umur
60 tahun) adalah seorang sutradara film Hong Kong pemenang berbagai
penghargaan, yang dikenal di dunia internasional sebagai sutradara yang sangat
orisinil lewat film-filmnya yang unik secara visual dan sangat bergaya.
Terlahir di Shanghai, Wong pindah ke Hong Kong bersama orang-tuanya pada saat
berusia lima tahun. Berasal dari China daratan dan berbicara hanya dengan
dialek Mandarin dan Shanghai, ia menghadapi masa-masa sulit untuk
menyesuaikan diri pada Hong Kong yang berdialek Kanton. Ia berusaha
menyesuaikan diri dengan cara menghabiskan waktu berjam-jam di bioskop
bersama ibunya.
Setelah lulus dari Hong Kong Polytechnic College dengan jurusan desain grafis
pada tahun 1980, ia masuk ke program Production Training Course yang dikelola
oleh Hong Kong Television Broadcasts Limited (TVB) dan menjadi seorang
penulis naskah televisi permanen. Di pertengahan tahun 1980-an ia menjadi penulis
naskah dan sutradara di The Wing Scope Co. dan In-gear Film Production
Company, rumah produksi milik aktor dan produser film Hong Kong terkenal Alan
Tang.
Gaya filmnya sekarang yang nostalgia dan penuh seni dibentuk semasa ia belajar
pada Alan Tang Kwong-Wing, yang membiayai film pertama Wong "As Tears Go
By" (1988). Karier Wong melejit berkat filmnya "Days of Being Wild" (1990)
meskipun film tersebut menyebabkan Alan Tang kehilangan uang jutaan dollar.
Wong akhirnya "lulus" untuk bisa membuat film sendiri. Ia memiliki andil dalam
sepuluh naskah film antara tahun 1982 dan 1987, bertopikkan berbagai macam
aliran mulai dari komedi romantis hingga drama aksi. Namun ia mengklaim bahwa
dirinya telah memiliki andil dalam menulis lebih dari lima puluh lagi naskah film
tanpa memperoleh kredit. Ia menganggap Final Victory (1986), sebuah cerita
kriminal dan komedi hitam untuk sutradara Patrick Tam, sebagai naskah film
terbaiknya.
Saat masih kecil, Miyazaki sering menggambar pesawat terbang karena ayahnya
merupakan direktur di sebuah perusahaan pembuat pesawat terbang. Ibunya yang
gemar membaca dan mempunyai rasa keingin tahuan yang besar kelak turut
memengaruhi sifat Miyazaki pula. Pada tahun ketiga di sekolah menengah,
Miyazaki menonton Hakujaden, yang disebut sebagai "film anime layar lebar
berwarna pertama Jepang"[1] dan mulai tertarik kepada dunia animasi.
Tahun 1963 ia lulus dari Universitas Gakushuin dengan gelar dalam bidang ilmu
politik dan ekonomi. Pada April 1963, ia menjadi seniman antara (in-between;
menggambar adegan-adegan antara dua adegan penting atau keyframe) bagi
anime Wanwan Chushingura di Toei. Tahun 1965 ia menikahi Akemi Ota, yang
juga seorang animator, dan kelak memperoleh dua anak, Goro (juga kemudian
menjadi animator di Ghibli) dan Keisuke.
Film Miyazaki selanjutnya, Nausicaä of the Valley of the Wind (Kaze no Tani no
Naushika, 1984), adalah sebuah film petualangan yang memperkenalkan berbagai
tema yang akan hadir kembali pada film-filmnya yang berikutnya: kekhawatiran
terhadap ekologi, ketertarikan kepada pesawat terbang, dan penokohan-penokohan
yang bermoral ambigu, khususnya di antara tokoh-tokoh musuh. Ini adalah film
pertama yang ditulis dan disutradarai Miyazaki, hasil adaptasi dari manga yang
juga ia karang.
Dalam Fotografi atau Videografi, sangatlah dibutuhkan pengambilan angle yang tepat,
angle yang tepat dapat berfungsi menyampaikan pesan atau keadaan suatu keadaan
atau scene (sin). jika tidak mengunakan angle atau tipe shot yang tidak sesuai, maka
hasilnya hanya seperti dokumentasi saja alias biasa-biasa saja. Dalam videografi, ada
beberapa tehnik pengambilan shot dalam videografi, antara lain ;
Merupakan shot yang digunakan untuk menunjukan lokasi kejadian namun tanpa
memperlihatkan subjek dengan jelas. biasanya dalam pengambilan ini mengutamakan
keadaan alam sekitar.
2) Long Shot.
Hampir sama dengan extram long shoot, tapi objek yang diperlihatkan agak jelas dan
juga menunjukkan hubungan atara subject dengan lingkungan sekitarnya.
3) Full Shot.
Tipe shot yang bertujuan untuk memperkenalkan subjek dan apa yang sedang
dilakukannya dan lingkungannya.
4) Knee Shot.
Tipe shot pengambilan gambar yang agak nanggung ini digunakan untuk
menunjukkan apa yang sedang dilakukan subjek dari bagian lutut ke-atas.
pada shoot ini, subjek lebih ditunjukkan emosinya, namun dengan tetap menunjukan
gerak geriknya.
7) Close Up.
Pengambilan gambar ini diambil dari bagian bawah dagu, ke-atas, ini digunakan untuk
menekankan ekspresi subjek namun tetap memberikan ruang diatas ruang kepala
(Head room).
Pada pengambilan ini digunakan untuk mendramatisir ekspresi subjek hanya pada
bagian yang sangat spesifik seperti pada mulut saja atau pada bagian mata saja.
Biasanya digunakan pada saat kedua subjek berdialog dengan catatan point view
diambil dibelakang bahu lawan bicara, dan juga menampilkan pembicara dalam
bentuk seolah-olah blur (bokeh).