Anda di halaman 1dari 3

Halo selamat malam, salam sejahtera untuk kita semua.

Perkenalkan saya dengan Runi Arumndari,


saya seorang pengulas film. Selamat datang di diskusi public dewan kesenian Jakarta (DKJ) yang
bertajuk Kembalinya Kineforum: Pentingnya Ruang Putar Alternatif. Diskusi public malam ini
merupakan diskusi public oleh Komite Film yang pertama untuk tahun ini. Nah, malam ini kita akan
membahas, atau mungkin lebih tepatnya menyambut kembalinya Kineforum sebagai bagian dari
proses revitalisasi TIM. Seperti yang kita ketahui, Kineforum sendiri merupakan bagian dari program
Komite Film DKJ dan sudah sejak 2006 menjadi tak hanya sebagai ruang putar alternatif tetapi juga
menawarkan beragam program diskusi dan workshop. Film-film yang diputar pun tak hanya film arus
utama tetapi juga non arus utama. Namun sehubungan dengan revitalisasi TIM 2 tahun ini,
Kineforum yang berada di komplek TIM terpaksa harus “tutup sementara”, dan akhirnya tahun ini
hadir kembali dengan dua studio baru yang berkapasitas masing-masing 90 dan 50 orang. Nanti akan
grand launching pada bulan depan. Malam ini kita akan membahas perjalanan Kineforum dan
bagaimana ke depannya Kineforum akan terus menjadi ruang diskusi perihal sinema Indonesia dan
seberapa penting perannya sebagai ruang putar alternatif bagi ekosistem perfilman Jakarta dan
Indonesia. Sebelum saya memperkenalkan pada pembicara, terlebih dulu saya ucapkan selamat
datang kepada:

1. Mas Danton Sihombing selaku ketua DKJ


2. Mas Ekky Imanjaya selaku ketua Komite Film DKJ
3. Mas Agni Ariatama selaku anggota Komite Film DKJ
4. Mas Hikmat Darmawan selaku anggota Komite Film DKJ
5. Mba Shuri Mariasih Gietty Tambunan selaku anggota Komie Film DKJ

Selanjutnya sudah hadir juga 3 pembicara sebagai pemantik diskusi mala mini, yaitu:

1. Mas Ifan Ismail selaku Koordinator Progam Kineforum


2. Mas Edwin selaku sutradara
3. Mba Sugar Nadia selaku Direktur Madani International Film Festival

Sebelum memulai diskusi, kita akan mendengarkan sepatah dua patah kata terlebih dahulu dari
KETUA KOMITE FILM DKJ YAITU MAS EKKY IMANJAYA. Silahkan mas Ekky.

Langsung saja kita mulai diskusinya. Dari mas Ifan dulu. Mas Ifan semasa kuliahnya di ITB aktif di Liga
Film Mahasiswa, lalu sempat terjun sebagai tim produksi film AADC. Mas Ifan kemudian terjun ke
televisi dan perfilman sebagai penulis scenario, karyanya antara lain Extravaganza, film Habibie &
Ainun, dan Sultan Agung. Sempat mengikuti residensi ASEAN in Residence yang diadakan
Kementrian Kebudayaan Thailand dan Kyoto Filmmakers Lab tahun 2014. Sempat terjun juga di
dunia kajian dan kritik film melalui RumahFilm.org. Tahun 2017 menjabat sebagai Koordinator
Program Kineforum.

IFAN ISMAIL: (19.15 – 19.30)

1. Seperti apa Kineforum dalam kompleks TIM yang baru?


2. Apa saja yang berbeda? Penjelasan specs/fasilitas alat putar dan sebagainya?
3. Bagaimana rencana Kineforum ke depan dengan wajah baru ini?
4. Bagaimana cara agar film karya filmmaker bisa diputar dan didiskusikan di Kineforum?
Seperti apa pembuatan program/kurasinya?
5. Bagaimana cara berkolaborasi dengan Kineforum?

Lanjut ke mas EDWIN. Mas Edwin ini dulu pernah jadi astrada Riri Riza dalam pembuatan film Gie
2005. Lalu memulai karirnya lewat film pendek, karya-karya beliau antara lain Kara, Anak Sebatang
Pohon (2005) berhasil jadi film pendek Indonesia pertama yang berhasil menembus ajang Festival
Film Cannes 2005 dalam sesi Director's Forthnight, Kebun Binatang (2012), lalu ada Babi Buta yang
Ingin Terbang (2008) yang memenangkan penghargaan FIPRESCI di Festival Film Internasional ke-38
Rotterdam dan berkeliling di 45 festival film seperti BAFICI Buenos Aires, Hongkong, Seattle, Karlovy
Vary, Viennale, dan Thessaloniki, juga di Museum of Modern Art, New York. Film Panjang beliau
berjudul Posesif membawanya kepada Piala Citra untuk Sutradara Terbaik tahun 2017. Kemudian
film Panjang beliau yang terakhir, Seperti Dendam, Rindu Harus Dibayar Tuntas berhasil membawa
pulang piala Golden Leopard (film terbaik) pada Locarno International Film Festival 2021.

EDWIN: (19.30 – 19.45)

1. Seberapa penting Kineforum sebagai ruang putar alternatif bagi seorang


2. filmmaker?
3. Diskusikan pengalaman Edwin sebagai filmmaker pemula dan peran ruang putar alternatif
(khususnya Kineforum).
4. Pengalaman Edwin sebagai filmmaker yang sebagian karyanya adalah art- house film (bukan
untuk bioskop komersial) terkait pentingnya ruang putar alternatif sebagai bagian dari
budaya distribusi, eksibisi, dan juga apresiasi dan literasi film.

Lanjut ke mba SUGAR NADIA. Pernah menjabat sebagai manajer Kineforum Dewan Kesenian Jakarta
pada 2011- 2014. Pada 2013, ia mendapatkan kesempatan untuk mengikuti program singkat Institut
Français d'Indonésie (IFI), film preservasi dan restorasi di University of Louis Lumière Paris. Pada
2015 ia berkesempatan menjadi anggota juri MiCe Film Festival, festival film anak dan kaum muda di
Valencia, Spanyol. Pada 2018, Sugar menyelesaikan program pelatihan dan proyek kolaborasi antara
film kurator muda Asia Tenggara dan Jepang oleh Japan Foundation Asia Center. Saat ini ia terlibat di
Festival Film Indonesia, Bidang Penjurian, dan Direktur Madani International Film Festival, serta
terlibat di beberapa proyek bersama Garin Nugroho.

SUGAR NADIA: (19.45 – 20.00)

1. Seperti apa Kineforum sewaktu di bawah pimpinan Sugar?


2. Apa terobosan-terobosan Kineforum waktu itu? (Misalnya Layar Tancap, menghadirkan film
dan diskusi Yasmin Ahmad, dll).
3. Sebagai distributor film, sepenting apakah ruang putar alternatif untuk film-film
4. non-mainstream dan terkait budaya distribusi film?
5. Sebagai pengelola festival film Madani, sepenting apa ruang putar alternatif seperti
Kineforum terkait eksibisi film?
(20.00 – 20.55) SEKARANG KITA MULAI SESI DISKUSI DENGAN AUDIENS, jika ada yang ingin
bertanya silahkan tulis di kolom komentar youtube. KASIH KE KETUA DKJ ATAU KETUA KOMITA
FILM UNTUK MENANGGAPI.

(20.55 – 21.00) JIKA DISKUSI MASIH LANCAR, BATAS MAKSIMAL 21.15

KESIMPULAN. Terima kasih kepada para pembicara, mas Ifan, mas Edwin, dan mba Sugar Nadia yang
sudah meluangkan waktunya. Terima kasih juga kepada KETUA DKJ / KOMITE FILM yang sudah
hadir. Kepada para audiens yang sudah hadir, terima kasih, dan jangan lupa untuk terus mengikuti
rangkaian Seri Diskusi Publik Dewan Kesenian Jakarta. Diskusi publik selanjutnya adalah Diskusi
Publik Komite Seni Rupa DKJ, 30 Agustus 2022. Untuk info lebih lanjut, dapat mengunjungi Instagram
DKJ, @jakartscouncil.

Anda mungkin juga menyukai