Anda di halaman 1dari 11

D.E.F.

A
(Distribusi Eksebisi Festival Apresiasi)
1. Distribusi :

- Untuk film produksi non Kine Klub UMM : Bagaimana bisa mendapatkan film dan
menyebarkannya.
How to get : Relasi dengan filmmaker atau via MAFI Fest dan yang sejenisnya.
How to share : Mengadakan pemutaran ataupun jadi fasilitator pemutaran (stok
film)
- Untuk film produksi kine Klub UMM : bagaimana bisa menyampaiakn film kepada
khalayak luas (Publishes) . Termasuk didalamnya kegiatan promosi film melalui
media apapun dari semenjak film diproduksi sampai film jadi dan didistribusikan,
2. Eksebisi : pemutaran film-film baik produksi Kine maupun non Kine. Beberapa

kegiatan pemutaran yang pernah berlangsung : pemutaran film Identitas (Aria


Kusumadewa) , Hope (Andi Bachtiar Yusuf) , Mengejar impian (Nia dinata) ,
Pemutaran Film Diklat, Program Reguler Divisi DEFA (Paradiso, Watching Talk Movie)
Dengan sistem pemutaran :
- Pemutaran Berbayar atau non berbayar . Untuk yang berbayar, perlu disepakati
bentuk pembagian hasil tiket antara filmmaker dan juga penyelenggara.
- Pemutaran berdasarkan lokasi : bisa di indoor/ruang tertutup maupun
outdoor/ruangan terbuka Contoh pemutaran film indoor, Bioskop, Aula, Studio,
Kelas dll sementara untuk pemutaran out door lapangan, taman, jalan dll,
biasanya kegiatan ini banyak dijumpai untuk pemutaran format layar tancap.
3. Festival : MAFI Fest
4. Apresiasi : sebuah bentuk kegiatan dengan maksud memberikan penghargaan

sebesar-besarnya terhadap para pembuat film. Kegiatan ini bisa dirupakan seperti
pemutaran-pemutaran fim, kajian film, dan festival film.
1. Semesta Film
Semesta Film merupakan segala bentuk kegiatan yang memiliki hubungan dan
persinggungan terhadap proses mengenai perfilman. Berikut skema semesta perfilman:

DISTRIBUSI
PRODUKSI

KRITIK
EKSEBISI
FILM

APRESIASI

Sumber : Cinema Poetica


2. Posisi Idiologis Perfilman

(PRODUKSI
DISTRIBUSI
EKSEBISI
APRESIASI)

KOMERSIL NON-KOMERSIL
(INDUSTRI) (KOMUNITAS)

KOMUNITAS/ PERORANGAN
JARINGAN KOMUNITAS
RUMAH PRODUKSI
PEMUTARAN FILM/FESTIVAL
DISTRIBUTOR (DVD)
FILM
JARINGAN BIOSKOP 21 BIOSKOP NON-KOMERSIL
3. Kaitan Apresiasi Film dan Kritik Film

To appreciate berasal dari kata kerja Latin appretiare, yang pada gilirannya berasal
dari kata pretium berarti suatu penghargaan atau penilaiaan. Apresiasi film adalah sebuah
cara dalam menilai sebuah film melalui proses melihat, menganalisis dan mengevaluasi. Ada
juga yang mengatakan apresiasi film adalah sebuah proses memahami, menikmati dan
menghargai sebuah karya. Apresiasi film yang terbentuk saat ini berupa “selebrasi” dan
prayaan yang proses terlaksananya dikeloa terlebih dahulu/terorganisasi. Kegiatan ini bisa
dibentuk menjadi berupa eksebisi film seperti pemutaran film, festival film, kajian-kajian
film.
Puncak dari apresiasi atau proses lanjut darinya adalah kritik film. Seorang kritikus
film harus mempunyai kemampuan kritis, yaitu kemampuan untuk bertanya dan menjawab
pertanyaan-pertanyaan tentang seni.
Setiap bentuk kesenian seperti seni music, seni sastra, seni tari dan seni rupa memerlukan
apresiasi dari penikmat. Secara harfiah, apresiasi seni berarti penghargaan terhadap
kehadiran sebuah karya seni.
Apresiasi seni dibedakan dengan kritik seni. Kritik seni bertolak dari apresiasi.
Namun, pada prinsipnya kritik seni menelaah suatu karya seni secara menyeluruh dan secara
mendalam. Penghargaan yang tinggi dan rendah yang diungkap dalam apresisi, lalu di bahas
secara lebih matang. Isi pernyataan suka dan tidak suka, atau menarik dan tidak menarik
yang muncul dalam apresiasi kemudian dirumuskan dengan tegas dan jelas disertai dengan
alasan-alasan (Sumarno :2008)
4. Pentingnya Apresiasi Film
Menurut James Monaco dalam buku Dasar–dasar Apresiasi Film, apresiasi film dapat
dikatakan sebagai upaya untuk meningkatkan daya persepsi seseorang terhadap film–film
yang ia saksikan setiap hari melalui pesawat TV, bioskop umum, dan tempat–tempat
pertunjukan lain. (Sumarno, 1996: 28). Ini maksudnya bahwa setiap film dapat dibedakan
apakah film tersebut berkesan dangkal atau film tersebut berkesan yang mendalam di diri
kita. Tiap orang dapat mempersepsi dan memahami dalam benak individu masing–masing.
Apabila film tersebut berkesan dangkal, maka film tersebut hanya lewat begitu saja di dalam
memori kita tanpa menyimpannya. Lain lagi bila film tersebut berkesan mendalam karena
kita akan menangis tersedu-sedu atau tertawa terbahak-bahak bila kita sangat menyukainya,
dan tentu saja akan mengingat dan menyimpannya dalam memori kita, setelah itu kita dapat
mengapresiasikannya.
Dari sini sudah jelas betapa pentingnya apresiasi itu, terutama apresiasi film. Atas
dasar itu hal penting yang harus dikemukakan, apresiasi film harus dilakukan secara
seimbang antara unsur estetika (keindahan) dan unsur progresif (muatan ide–ide yang
ditawarkan). (Sumarno, 1996: 29). Sebagai karya seni, film terbukti dituntut harus kreatif
dengan menampilkan hal–hal yang sesuai dengan kenyataan atau realitas dan ditambah
unsur–unsur hiburan.
Media komunikasi visual lebih sederhana tuntutannya dibandingkan dengan menghayati
media lain. Media visual juga dipandang paling efektif karena dapat diterima oleh semua
orang dengan mengabaikan tingkat pendidikan, usia, dan kecerdasan. Jadi, tanpa
membedakan latar belakang sosial budaya. Alasannya media visual menyampaikan ide
dengan cara langsung, yaitu memperlihatkan benda atau obyek konkritnya.
(Sumarno, 1996: 26)
Setiap orang dapat mempersepsikan dan memahami film yang telah ditontonnya
yang disebut mengapresiasi film, yang berguna untuk :
a. memperoleh manfaat yang maksimal dari pertunjukan film
b. dapat menghargai film yang baik dan mengesampingkan film yang buruk
c. dapat menjaga diri dari pengaruh–pengaruh negatif yang mungkin timbul dari film. (Sumarno,
1996: 28)
Dengan mengapresiasikan film, maka akan memperoleh hasil yang diinginkan dari
setiap menonton pertunjukan film. Mengapresiasikan itu berarti dapat menghargai film–film
dan akhirnya akan dapat membedakan pengaruh negatif dan positif dari film tersebut.
Film adalah medium komunikasi massa yaitu alat penyampaian berbagai jenis pesan
dalam peradaban modern ini. Film menjadi medium ekspresi artistik, yaitu menjadi alat bagi
senimam-seniman film untuk mengutarakan ide lewat suatu wawasan keindahan.
Kemampuan film mengungkapkan sesuatu benar-benar tak terbatas, apresiasi yang
seimbang dapat menempatkan pandangan, seharusnya film bukan sekedar barang
dagangan, atau hanya barang seni, melainkan juga karya ekspresi kebudayaan sebagai hasil
penjelajahan dan pergulatan terhadap kehidupan manusia, tetapi sekarang yang terjadi
kenyataannya lain atau justru sebaliknya.
5. Pemutaran Film
Pemutaran film itu apa sih ?
Sebuah kegiatan yang bertujuan untuk mempertemukan filmmaker, penonton dan
distributor. Dan merupakan wadah dari film-film alternatif atau film yang tidak dapat diputar
di bioskop.
Filmmaker : pembuat film
Penonton : penikmat film
Distributor : pembawa film ke tempat lain dan memutar ulang dengan penonton yang
berbeda.

Fungsinya ?
1. Sebagai penjembatan (seperti yang tertulis diatas)

2. Database : penyelenggara pemutaran juga harus dapat merawat dan menyimpan


data-data yang pernah ia putar. Yang nantinya bisa berfungsi untuknya ketika
melaksanakan pemutaran lain maupun untuk orang lain yang juga ingin memutar
film, bahkan untuk orang-orang yang ingin mengkaji lebih dalam mengenai film
tersebut .
3. Edukasi : memberikan wacana baru dalam kehidupan diluar area jangkauan untuk
penonton, terkadang juga sebagai media propaganda dan juga pengingat.
Terus, dasar-dasarnya ?
1. SOP (Standard Operational Procedure)
Kita juga dapat menyebutnya patokan dalam menjalankan pemutaran. Sama halnya
ketika kita masuk ke dalam bioskop, Indra yang berfungsi hanya penglihatan dan
pendengaran. Hal ini terjadi karena manipulasi dari bangunan, yang menginginkan
penonton fokus menikmati sajian filmnya. Oleh karena itu, tugas kita sebagai
pemutar film, harus membuat mereka senyaman dan se fokus seperti ketika
penonton berada di dalam bioskop.
Intinya : Ruangan Gelap, Posisi duduk tepat, sound terdengar jelas dan tidak
menganggu.
2. Program
Program, dibuat untuk mempermudah penonton mempersiapkan diri sebelum
menonton film-film yang akan diputar. Mempermudah penyelenggara pemutaran
untuk mengklasifikasikan film bahkan untuk mencari founding juga. Mempermudah
pembuat film untuk mengukur seberapa respon dari penontonnya.
Dalam program, kita mengenal Pemilihan urutan film, dimana dalam setiap program,
yang berisi beberapa film, programmer harus mengurutkan film-film tersebut guna
merekontruksi mood dari penonton. Beberapa hal yang harus diperhatikan ketika
membuat urutan film :
1. Dari tema yang lebih general dulu
2. Tingkat pemahaman film yang lebih mudah dulu
3. Bisa dari durasi, yakni pendek ke panjang
Model Pemutaran
Ada banyak sekali model-model pemutaran yang sering kita jumpai, namun untuk
memudahkannya dapat diklasifikasikan menjadi 3 jenis, yakni :
1. Pemutaran Reguler : pemutaran dengan skala kecil dan rutin diselenggarakan ex :
Kine Forum Jakarta
2. Roadshow Film : Pemutaran dengan skala lumayan besar, dan hanya
diselenggarakan ketika ada film-film yang memang memiliki program roadshow di
beberapa kota. Ex: documentary mocca “Life keeps on turning” “Identitas” “K vs
K”
3. Festival Film : pemutaran yang juga menjadi ajang pesta bagi filmmaker,
penonton dan distributor. Kegiatan ini biasanya dilakukan setahun sekali dengan
skala regional (Machung Film Festival, dll) , Nasional (Malang Film Festival,
Festival Film Dokumenter, Festival Film Solo, dll) , International (Jogja Netpac
Asian Film Festival, Jakarta International Film Festival, Berlinale Film Festival, dll)
Segmentasi
Program, tidak semata-mata dibuat begitu saja sesuka programmer. Tapi programmer
juga perlu memperhatikan kepada siapa programnya akan diputar. Berdasarkan
standart etika dan undang-undang .
3. Katalog
Membuat katalog, menjadi penting sebagai ajang programmer mengungkapkan
statement atas apa yang telah ia rancang dan kenapa ia merancangnya. Katalog dapat
menjadi “Tour Guide” bagi penonton. Katalog dalam pemutaran-pemutaran skala
besar dapat juga sebagai ajang kontraprestasi sponsor yang telah mendukung acara.
4. Crew
Untuk pemutaran sederhana, beberapa jobdesk yang harus ada dan terisi.
a) Ketua Pelaksana : yang bertugas memimpin dan mengarahkan crew mulai dari pra
acara sampai dengan pasca, bekerjasama dengan sponsorship untuk mencari
dana, dan bekerjasama dengan programmer untuk membuat penjadwalan
b) Programmer : bertugas untuk merancang program, mencari film, menghubungi
filmmaker, membuat katalog , berita acara di setiap sesi dan juga laporan akhir
untuk filmmaker.
c) Publikasi : bertugas untuk mencari massa
d) Venue : bertugas mengenai segala hal yang berhubungan dengan lokasi dan juga
perlengkapannya
e) Acara : bekerjasama dengan programmer untuk penyelenggaraan acara
f) Dokumentasi : mendokumentasikan setiap sesi acara, baik melalui kamera foto
maupun video
g) Sponsorship : bekerjasama dengan ketua pelaksanaan mengenai segala hal yang
berhubungan dengan pendanaan dan penyediaan kebutuhan pemutaran.
h) Konsumsi : bertugas untuk menyediakan konsumsi baik untuk panitia maupun
penonton
i) Kesekertariatan : berhubungan dengan surat menyurat dan mendata peserta yang
hadir.
5. Persiapan pemutaran . pemutaran film tidak serta merta terjadi begitu saja, ada
beberapa hal yang juga harus dilakukan untuk melaksanakannya, yakni :
a) Publikasi
- Poster acara
- Flyer
- Spanduk acara di venue
- Sms ke perorangan
- Disampaikan melalui dosen pengajar
- Melalui media sosial
- News portal

b) Rundown
RUNDOWN ACARA MALANG FILM FESTIVAL 2012
Hari/ Tanggal : Kamis, 5 April 2012
Tempat : Basement Dome UMM

Waktu Durasi Acara Pengisi Keterangan

10.00 60’ Panitia On Location + Prepare All Panitia -


12.30- 15’ Briefing Panitia All Panitia -
12.45
12.45- 15’ Check In Peserta Sie. Kesekret -
13.00
13.00- 120’ Forum Komunitas MC Mic on, light on
15.00 Moderator Bumper on, sound
Pabrik Film of
15.00- 5’ Pembukaan Tari Malangan Mic on, light on
15.05 MC Bumper on, sound
on
15.05- 10’ Sambutan Direktur Malang MC Mic on, light on
15.15 Film Festival 2012 R. Fery Indrawan Bumper on, sound
of
15.15- 10’ Sambutan Ketua Umum Kine MC Mic on, light on
15.25 Klub UMM Ach. Hadi Saputra Bumper on, sound
of
15.25- 15’ Sambutan Rektor Universitas MC Mic on, light on
15.40 Muhammadiyah Malang Dr. Muhadjir Efendy, Bumper on, sound
MAP of
15.40- 15’ Sambutan Direktur Perfilman MC Mic on, light on
15.55 Kementerian Pariwisata dan Drs. Syamsul Lussa, Bumper on, sound
Ekonomi Kreatif MA. of
15.55- 5’ Pembukaan Malang Film MC Mic on, light on
16.00 Festival 2012 secara simbolik Drs. Syamsul Lussa, Bumper on, sound
MA. of
16.00- 25’ Film Pembuka : MC Mic of, light of
16.25 - Black Journey Teknisi Bumper on, sound
- Bom Makan Otak
on
- Emit
16.25- 15’ Perform Teater MC Mic on, light on
16.40 Teater Sinden Bumper on, sound
of
16.40- 20’ Kompetisi Fiksi Pelajar : MC Mic of, light of
17.00 - Mencari Garuda Teknisi Bumper on, sound
- Yang Diatas Adalah
on
Loteng
17.00- 60’ Ishoma
18.00
c) Mekanisme Penonton : dapat dijelaskan di berbagai media yang ada dalam
venue, bisa saja di tempel di kertas, ataupun dijelaskan oleh MC ketika
pembukaan acara atau bahkan lewat bumper, mengenai apa saja yang
diperbolehkan dan apa saja yang dilarang .
d) Bumper : merupakan bentuk penjelasan visual berdurasi pendek untuk
menjelaskan acara yang sedang berlangsung. Dalam program pemutaran film
panjang, bumber juga berfungsi untuk mengantarkan penonton untuk
mempersiapkan diri sebelum pemutaran, bisa juga untuk refresh dan jeda
sebelum ke sesi pemutaran berikutnya.
e) Alat Yang diperlukan :
Dalam pemutaran sederhana, beberapa alat yang diperlukan yaitu :
No Jenis Kebutuhan
1 LCD Proyektor
2 Screen
3 Sound , kabel-kabel dan Mic
4 Player
5 Keber
6 Ruangan
7 Kursi dan Meja
8 Konsumsi untuk Undangan
9 Peralatan untuk dokumentasi (Foto,
suara dan video)
10 Laptop, untuk notulensi

f) Tempat atau Ruang


- Indoor
- Outdoor
- perpaduannya
g) Sumber Energi
- Genset
- PLN

6. Pasca Pemutaran
Pemutaran, tidak hanya berhenti di pelaksanaan saja, penyelenggara pemutaran
wajib memberikan laporan tertulis baik kepada publik dan khususnya kepada
filmmaker, adapun bentuk laporan tertulis tersebut adalah :

 Dokumentasi : berupa foto-foto ketika pemutaran berlangsung maupun


video ketika diskusi berjalan
 Berita Acara : melaporkan jalannya kegiatan, apa saja kendala yang ada dan
bagaimana respon pengunjung, apabila ad diskusi disertakan transkrip
diskusinya.
 Daftar Hadir : copy daftar hadir yang diisi penonton ketika akan memasuki
ruang pemutaran, biasanya berisi : nama, jenis kelamin, no hp, email, usia .
hal ini bertujuan untuk memberikan data konkrit peserta yang hadir dan
dapat juga menjadi tolok ukur bagi filmmaker.

Anda mungkin juga menyukai