Mind Map
Definisi &
Epidemiologi
Klasifikasi
Etiologi dan
Faktor resiko
Pemeriksaan Patofisiologi
dan diagnosis
Anamnesis
Penatalaksanaa Manifestasi
n Klinis
1
2. Etiologi Difteri
Penyakit Difteri disebabkan oleh
bakteri Corynebacterium Diptheria.
Corynebacterium Diptheriae
• Kuman batang gram positif
• Berbentuk pleomorfi, club shape,
granula metokromatis, Tidak
bergerak,tidak berspora, dan
tidak berkapsul
• ukuran 1-8 μm & lebar 0,3-0,8
μm
• Membuat koloni menjadi abu
abu hitam
• Toksin mempunyai 2 fragmen
yaitu fragmen A (amino-terminal)
& fragmen B (karboksiterminal)
bekerja dengan cara
menghambat sintesis protein sel
Klasifikasi Corynebacterium Diptheriae
2. Epidemiologi Difteri
Epidemiologi Penyakit Difteri
Epidemiologi Penyakit Difteri
• Penyebaran di seluruh dunia terutama di daerah tropis
padat penduduk dan rendah cakupan imunisasi
• resevoir: manusia, terutama karier dan penderita infeksi
kulit
• Imunias dapat diperoleh dari ibu, infeksi alama dan
vaksinasi
• Paling sering dijumpai pada usia 1-6 tahun
Faktor Resiko
1. Cakupan imunisasi kurang
2. Kualitas vaksin tidak bagus
3. Faktor lingkungan tidak sehat
4. Tingkat pengetahuan ibu rendah
5. Akses pelayanan kesehatan kurang
4,5
menghambat fragmen B
produksi toksin kuman
sintesis protein masuk secara
meningkat bertambah
sel endositosis
menyerang
organ-organ eksotoksin
(jatung syaraf diserap
perifer, ginjal dll)
Patofisiologi Difteri
Patofisiologi
Kuman berkembang biak pada saluran nafas atas(vulva,
kulit, mata jarang terjadi).
Kuman membentuk psudo membrane melepaskan
eksotoksin.
Eksotoksin bila mengenai otot jantung akan
mengakibatkan terjadinya miokarditis dan timbul
paralysis otot-otot pernafasan bila mengenai jaringan
saraf.
Sumbatan jalan nafas terjadi akibat dari fungsi pseudo
membrane pada laring dan trachea dapat menyebabkan
kondisi fatal.
• Corynebacterium diphteriae
• Kontak dengan orang atau barang yang terkontaminasi.
P
A
• Masuk lewat saluran pencernaan atau saluran pernafasan.
T
O
• Aliran sistemik
F
I
S • Masa inkubasi 2 – 5 hari.
I
O • Mengeluarkan toksin (eksotoksin)
L
O
G
I
Nasal Tonsil/faringeal Laring
21
22
6
Difteria telinga
Difteria hidung Difteria kulit
tengah
Difteria
Difteria genital
konjungtiva
Klasifikasi berdasarkan letaknya
[1]
Difteri hidung Difteri tonsil faring
1. Sekret hidung serosanguinus atau 1. Demam ringan, sakit tenggorok, malaise, gelisah,
mukopurulen, umumnya pucat
unilateral 2. Nausea, vomiting, sakit kepala, sakit menelan,
eritema faringpseudomembran kecilmenyatu
2. Kerapkali disertai banyak krusta dan meluasmula-mula transparanmenebal
dan melekat, berwarna kehijauan, abu-abu
3. Erosi pada tulang hidung
3. Dapat timbul limfadenitis servikalis dengan
4. cenderung kronik edema jaringan sekitarnya (bull neck)dapat
menekan vena servikalis dan trachea
5. Gejala toksemia ringan.
4. Penderita tampak bertambah pucat, sangat
lemah, demam dengan takhikardia hingga aritmia
jantung dan hipotensi.
Klasifikasi berdasarkan letaknya
[2]
Difteri laring Difteri trakheobronkial
Frekuensi: 25% Membran mungkin membentuk cast yang
Dapat primer atau sekunder menyebabkan obstruksi pada inspirasi, atelektasis
dan sianosis.
gejala:
Serak tiba-tiba, stridor pada
inspirasi, sesak yang progresif
hingga gelisah (air hunger)
Difteri telinga tengah
sampai sianosis sangat jarang, merupakan perluasan dari
Pseudomembran pada laring nasofaring
Dapat terjadi destruksi membran timpani dan
otitis eksterna .
Klasifikasi berdasarkan letaknya
[3]
Difteri kulit Difteri Genital
Banyak di daerah tropik Dapat terjadi pada penis, vulva dan vagina
Merupakan infeksi sekunder pada luka infeksi, Jarang
luka bakar, gigitan insekta dan abrasi kulit
Dapat timbul ulkus dengan membran, edema dan
Gejala: pembesaran kelenjar regional
Terjadi ulkus dangkal dengan tepi yang
meninggi tertutup pseudomembran Difteri Konjungtiva
(tropical ulcers, desert ulcers), atau mirip
impetigo, ektima, piodermia seperti gigitan Dapat sebagai radang kataral atau purulent
serangga, luka kering bersisik
Pembentukan membrane
Cenderung kronik.
Dapat terjadi ulkus kornea
Disertai pembesaran kelenjar preaurikuler.
Komplikasi Difteri
obstuksi
saluran miokarditis
nafas
6. Diagnosis Difteri
Anamnesis Pada Penyakit Difteri
Anamnesis
• latar belakang ekonomis dan epidemiologis, terutama riwayat imunisasi
Gejala klinis
• pseudomembran khas
• tampak pucat, lemah hingga toksis
• jarang demam tinggi
• Gejala lain tergantung lokalisasi proses
Gejala lab
• pegecatan gram
• fluorescent antibody
• kultur
• tes virulensi
Diagnosis banding Difteri
Difteri Tonsilofaring
• TFA ec virus, streptokokus dll
• Angina Plaunt-Vicent
• Ludwig's Angina
• Abses peritonsiler
• Post tonsilektomi
• Leukimia
• keracunan parakuat dan herbisida
Difteri laring
• Croup
• Epiglotitis
• benda asing
Difteri hidung
• Benda asing
• Lues
PEMERIKSAAN MUKOSA
PEMERIKSAAN DAERAH LEHER
• Edema pada daerah submandibularis dan leher bagian
depan “bull neck”
9
7. Penatalaksanaan Difteri
Penatalaksanaan Difteri
Tujuan Penatalaksanaan:
Pengobatan Pengobatan
Umum Khusus
Pengobatan Umum
• Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan
hapusan tenggorok negative 2 kali berturut-turut
• Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2-3 minggu,
pemberian cairan serta diet yang adekuat, makanan lunak
yang mudah dicerna, cukup mengandung protein dan
kalori
• Khusus pada difteri laring dijaga agar nafas tetap bebas
serta dijaga kelembaban udara dengan menggunakan
nebulizer
• Isolasi ketat dan baru dipulangkan bula kultur 2x negatif
dan keadaan memungkinkan
Menginaktivatsi toksin yang terikat secepat mungkin
Mencegah miokarditis
• Prednison 5 mg/kg.bb/hari, atau obat lain yang setara untuk anak yang toksis, dalam syok atau
gejala obstruksi
Pencegahan
• Pencegahan dan pengawasan kontak dengan kultur dan Shick test
• Kontak dengan risiko tinggi :
• Antitoksin 1.000 - 2.000 U
• Penisilin/eritromisin 10 hari
• Imunisasi aktif atau booster
• Penanggulangan karier
• Diberikan antibiotika penisilin atau eritromisin 10 hari
• Imunisasi aktif anak yang sehat sesuai jadwal.
TERIMAKASIH