Anda di halaman 1dari 44

DINNY RIA PERTIWI, M.

KEP
Definisi Difteria
Difteria adalah suatu penyakit bakteri
akut terutama menyerang tonsil,
faring,laring,hidung, adakalanya meny-
erang selaput lendir atau kulit serta
kadang-kadang konjungtiva atau
vagina.
Definisi Difteri
• Difteri adalah suatu penyakit infeksi mendadak yang
disebabkan oleh kuman Corynebacterium diphteriae
(FKUI, 1999).
• Difteri adalah toksiko infeksi yang disebabkan oleh
Corynebacteryum diphtheriae ( Sarah S Long ,2003 ).
• Difteria adalah suatu infeksi akut yang mudah menular
dan yang diserang terutama saluran pernafasaan bagian
atas dengan tanda khas timbulnya pseudo membran
(Ngastiyah, 2005)
Epidemiologi Penyakit Difteri
Klasifikasi berdasarkan berat
ringannya penyakit
u Infeksi ringan
à pseudomembran terbatas pada mukosa hidung
dengan gejala hanya nyeri menelan
u Infeksi sedang
à pseudomembran menyebar lebih luas sampai
dinding post faring dg edema laring. Dapat diatasi dg
pengobatan konservatif
u Infeksi berat
à ada sumbatan jalan nafas, dapat disertai gejala
komplikasi miokarditis / paralisis. Hanya dapat diatasi dg
trakeostomi
Klasifikasi berdasarkan
letaknya [1]

u Difteri hidung
à gejala awal: pilek. Bisa epistaksis. Terdapat
membrane putih pd septum nasi
u Difteri tonsil faring
à timbul pseudomembran di daerah tonsil dan
dinding faring, meluas ke uvula dan pallatum molle.
Bisa timbul bullneck
Klasifikasi berdasarkan
letaknya [2]

u Difteri laring
à perluasan difteri faring. Difteri paling berat:
obstruksi jalan nafas à gagal nafas à kematian
u Difteri vulvovaginal, kulit, konjungtiva, telinga
u Difteri vulvovaginal: vulvovginitis purulenta dan ulseratif
u Difteri kulit: tukak di kulit
u Difteri pd mata: lesi pd konjungtiva berupa kemerahan,
edema membrane konjungtiva palpebral.
u Difteri pd telinga: otitis eksterna, secret purulent dan
berbau
3

Etiologi dan Faktor Resiko Difteri


Penyakit Difteri disebabkan oleh
bakteri Corynebacterium Diptheria.
Corynebacterium Diptheriae
• Kuman batang gram
positif
• ukuran 1-8 μm & lebar
0,3-0,8 μm
• Tidak bergerak,
pleomorfik, tidak
berkapsul
• Membuat koloni menjadi
abu abu hitam
• mempunyai 2 fragmen
yaitu fragmen A (amino-
terminal) & fragmen B
(karboksiterminal)
Faktor Resiko
1. Cakupan imunisasi kurang
2. Kualitas vaksin tidak bagus
3. Faktor lingkungan tidak sehat
4. Tingkat pengetahuan ibu rendah
5. Akses pelayanan kesehatan kurang
Patofisiologi Penyakit Difteri
Kontak dengan Masuk lewat
Corynebacterium orang atau barang saluran pencernaan
diphteriae yang atau saluran
terkontaminasi. pernafasan.

Membentuk
pseudomembran Masa inkubasi 2 – 5
Aliran sistemik
dan mengeluarkan hari.
toksin (eksotoksin)

Peradangan
Nasal, Tonsil, Mukosa,
Laring Tenggorokan sakit,
Demam
15
Patofisiologi
ØKuman berkembang biak pada saluran nafas atas(vulva,
kulit, mata jarang terjadi).
ØKuman membentuk psudo membrane melepaskan
eksotoksin.
ØEksotoksin bila mengenai otot jantung akan
mengakibatkan terjadinya miokarditis dan timbul
paralysis otot-otot pernafasan bila mengenai jaringan
saraf.
ØSumbatan jalan nafas terjadi akibat dari fungsi pseudo
membrane pada laring dan trachea dapat menyebabkan
kondisi fatal.
Manifestasi klinis Penyakit Difteri

Sakit
Demam Batuk
tenggorokan

Dispnea, stridor
Disfagia pernafasan,
mengi
Penatalaksanaan Difteri
Tujuan Penatalaksanaan:

ümenginaktivasitoksin yang belum terikat secepatnya,


ümencegah dan mengusahakan agar penyulit yang terjadi
minimal,
ümengeliminasi C. diphtheriae untuk mencegah penularan
serta mengobati infeksi penyerta dan penyulit difteria.
Penatalaksanaan
Difteri

Pengobatan Pengobatan
Umum Khusus
Pengobatan Umum
• Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan
hapusan tenggorok negative 2 kali berturut-turut
• Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2-3 minggu,
pemberian cairan serta diet yang adekuat, makanan lunak
yang mudah dicerna, cukup mengandung protein dan
kalori
• Khusus pada difteri laring dijaga agar nafas tetap bebas
serta dijaga kelembaban udara dengan menggunakan
nebulizer
Pengobatan Khusus
1. Antitoksin : Anti Diphtheria Serum (ADS)
• Diberikan segera setelah diagnosis difteri
• Sebelum Pemberian ADS harus dilakukan uji kulit atau uji
mata terlebih dahulu, oleh karena pada pemberian ADS
dapat terjadi reaksi anafilaktik
Pengobatan Khusus
• Uji Kulit
Uji kulit dilakukan dengan penyuntikan 0,1 ml ADS dalam larutan
garam fisiologis 1:1000 secara intrakutan.
Hasil positif bila dalam 20 menit terjadi indurasi > 10 mm.

• Uji Mata
Uji mata dilakukan dengan meneteskan 1 tetes larutan serum 1:10
dalam garam fisiologis. Pada mata yang lain diteteskan garam
fisiologis.
Hasil positif bila dalam 20 menit tampak gejala hiperemis pada
konjungtiva bulbi dan lakrimasi
Pengobatan Khusus
• Tabel Dosis ADS Menurut Lokasi Membran dan Lama Sakit
Tipe Difteria Dosis ADS (KI) Cara pemberian
Difteria Hidung 20.000 Intramuscular
Difteria Tonsil 40.000 Intramuscular
/Intravena
Difteria Faring 40.000 Intramuscular
/Intravena
Difteria Laring 40.000 Intramuscular
/Intravena
Kombinasi lokasi 80.000 Intravena
diatas
Difteria + penyulit, 80.000-100.000 Intravena
bullneck
Terlambat berobat 80.000-100.000 Intravena
(>72 jam)
Pengobatan Khusus
2. Antibiotik
• Antibiotik diberikan bukan sebagai pengganti antitoksin
melainkan untuk membunuh bakteri, menghentikan
produksi toksin dan mencegah penularan organisme pada
kontak
• Yang dianjurkan hanya penisilin atau eritromisin
• Eritromisin sedikit lebih unggul daripada penisilin untuk
terapi difteri nasofaring
Pengobatan Khusus
Dosis :
• Penisilin prokain 25.000-50.000 U/kgBB/hari i.m. tiap 2
jam selama 14 hari atau bila hasil biakan 3 hari berturut-
turut (-).
• Eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari, maks 2 g/hari, p.o. , tiap
6 jam selama 14 hari.
• Penisilin G kristal aqua 100.000-150.000 U/kgBB/hari,
i.m. atau i.v. , dibagi dalam 4 dosis
Komplikasi Difteria
• Komplikasi yang timbul pada pasien difteri
menurut Rampengan (1993) yaitu :

Obstruksi
Jalan Infeksi
Nafas tumpangan
(Lokal)

Sistemik
1. Laringitis
difteri

7. Paresis 2. Kelainan
atau paralysis kardiovaskule
anggota gerak r (miokarditis)

Komplikasi
Sistemik
3. Kelainan
6. Nefritis neurologis

5. Paralisis 4. Ocular
diafragma palsy
7,8

Diagnosis Difteri
Anamnesis
Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan Penunjang
DD
Anamnesis Pada Penyakit Difteri

Biodata
• umur, suku bangsa, tempat tinggal

Keluhan Utama
• demam, lesu, pucat, anoreksia, sakit kepala )

Riwayat Kesehatan Sekarang


• Demam tidak terlalu tinggi, lesu, pucat, sakit kepala,
anoreksia
Riwayat Kesehatan Dahulu
• Peradangan kronis pada tonsil, faring, sinus, laring, dan sal nafas
atas

Riwayat Penyakit Keluarga


• Adanya keluarga yang mengalami difteri

Pola Fungsi Kesehatan


• Pola nutrisi dan metabolisme
• Pola aktivitas
• Pola istirahat dan tidur
• Pola eliminasi
Pemeriksaan Fisik [1]
Vital sign :
- Nadi : meningkat
- TD : menurun
- RR : meningkat
- Suhu : kurang dari 38°C
Inspeksi : lidah kotor, anoreksia, ditemukan
pseudomembran
Auskultasi : nafas cepat dan dangkal
Pemeriksaan Fisik [2]
Pada diptheria tonsil – faring terdapat :
a. Malaise
b. Suhu tubuh < 38,9 º c
c. Pseudomembran ( putih kelabu ) melekat dan menutup
tonsil
d. dinding faring
e. Bulneck
Pemeriksaan Penunjang Difteri [1]

• Pemeriksaan laboratorium: Apusan tenggorok


terdapat kuman Corynebakterium difteri (Buku
kuliah ilmu kesehatan anak, 1999).
Pemeriksaan Penunjang Difteri [2]
• Pada pemeriksaan darah terdapat penurunan kadar
hemoglobin dan leukositosis polimorfonukleus,
penurunan jumlah eritrosit, dan kadar albumin. Pada
urin terdapat albuminuria ringan (Ngastiyah, 1997).
• Lekosit dapat meningkat atau normal, kadang terkadi
anemia karena hemolisis sel darah merah
(Rampengan, 1993 )
Pemeriksaan Penunjang Difteri [2]

• Pada neuritis difteri, cairan serebrospinalis


menunjukkan sedikit peningkatan protein (Rampengan,
1993 ).
• Schick Tes: tes kulit untuk menentukan status imunitas
penderita, suatu pemeriksaan swab untuk mengetahui
apakah seseorang telah mengandung antitoksin.
PEMERIKSA
AN MUKOSA

NEUROLOGI PEMERIKSAA
N DAERAH
S LEHER

PEMERIKSAAN
FISIK

EK SISTEM
KARDIOVA

G SKULAR

KEADAAN
UMUM
KEADAAN UMUM
• Terlihat agak toksik
• Suhu : 38
• Kesulitan bernafas
• Takikardi
• pucat
PEMERIKSAAN MUKOSA
PEMERIKSAAN DAERAH LEHER
• Edema pada daerah submandibularis dan leher bagian
depan “bull neck”
PEMERIKSAAN SISTEM KARDIOVASKULER
• Takikardi
• Suara jantung lemah
• Irama mendua (presistolik gallops)
• Aritmia (fibrilasi atrium)
PEMERIKSAAN ELEKTROKARDIOGRAM
• Tanda-tanda miokarditis:
• Low voltage
• Depresi segmen ST
• Gelombang T terbalik
• Tanda-tanda blok :
• Pemanjangan PR interval
• Blok AV total
PEMERIKSAAN NEUROLOGIS
• Gerakan palatum berkurang
• Paralisis otot-otot mata yang menimbbulkan pengelihatan
kembar
• Kesukaran akomodasi
• Strabismus internal
DIAGNOSA KEPERAWATAN
• Pola nafas napas tidak efektif b/d edema laring
• Resiko defisit nutrisi b/d anoreksia
• Nyeri akut b/d proses inflamasi
TERIMAKASIH J

Anda mungkin juga menyukai