Anda di halaman 1dari 30

DIPHTHERIA

Fadil Rulian
Masalah kesehatan

Apa Dampak

Diphtheria

Diagnosis Tata laksana


DEFINISI:

• penyakit infeksi toksik akut


• sangat menular
• penyebab: Corynebacterium diphtheriae
• pembentukan pseudomembran pada kulit dan/atau
mukosa
ETIOLOGI \
Corynebacterium diphtheriae:
. batang gram positif, tidak bergerak,
pleiomorphic, tdk berkapsul, tdk membentuk
spora, mati pd 600C, tahan beku & kering
tumbuh aerob, media mengandung K-telurit/
Loeffler
ETIOLOGI

3 tipe Corynebacterium diphtheriae:


 gravis, intermedius, mitis
 Banyak tipe serologis
 Membentuk eksotoksin, BM 62000 dalton,
terdiri dari 2 fragmen: A dan B
EPIDEMIOLOGI

•Tersebar luas di seluruh dunia


•Mortalitas 5-10% R.Infeksi & Ped. Tropik 1993:0
•80% kasus <15 tahun tgt.imunitas populasi
•Penularan: droplet mell.Batuk, bersin, bicara
•Muntahan & debu sbg wahana transmisi
•Difteri kulit berperan dlm .kekebalan populasi
. wabah difteri fucial
PATOGENESIS DAN PATOFISIOLOGI

Kuman masuk mukosa/ kulit

Melekat & berbiak toksin

Merembes ke sekeliling

Menyebar ke seluruh tubuh mell. Limfe & darah


C. Diphtheriae non-toksigenik

Bakteriophage

C.diphtheriae toksigenik

TOKSIN
Toksin difteri

Efek toksik pd jar tubuh: hambatan pembentukan


protein
Inaktivasi enzim translokase mell proses:

NAD+ + EF2(aktif) toksin


ADP-ribosil-EF2(inaktif) + H2
+ Nicotinamide ADP-ribosil-EF2 yg inaktif
Figure 2a. The
Diphtheria
Toxin (DT)
Monomer
A (red) is the
catalytic
domain; B
(yellow) is the
binding domain
which displays
the receptor for
cell attachment;
T (blue) is the
hydrophobic
domain
responsible for
insertion into
the endosome
membrane to
secure the
release of A.
The protein is
illustrated in its
"closed"
configuration.
Figure 3. Uptake and activity
of the diphtheria toxin in
Eukaryotic cells
The figure above was redrawn
from the
Diphtheria Toxin Homepage
at UCLA.
A represents the A/B toxin's
A (catalytic) domain; B is the
B (receptor) domain: T is the
hydrophobic domain that
inserts into the cell
membrane.
 
MANIFESTASI KLINIK
•Variasi gejala: tanpa gejala hipertoksik & fatal
• Faktor-faktor:
- primer: imunitas, virulensi/toksinogenesitas
C.diphth., lokasi anatomis
- lain-lain: umur, peny sistemik penyerta, peny
pada nasofaring
•Masa tunas: 2-6 hari
•Demam <38,90 C
•Gejala lain tgt lokalisasi penyakit
DIPHTHERIA HIDUNG

•Mula-mula mirip common cold


•Sekret hidung berangsur jadi serosanguinous
mukopurulen lecet pada nares & bibir atas
•Membran putih pada septum nasi
•Absorpsi toksin lambat; gejala sistemik sedikit
diagnosis lambat
DIPHTHERIA TONSIL-FARING
•Anoreksia, malaise, demam ringan, nyeri telan
•Membran melekat, putih-kelabu dalam 1-2 hari menutup
tonsil & dinding faring, meluas ke uvula & palatum molle
atau ke laring & trakhea
•Dpt terjadi lymphadenitis cervicalis & submandibularis,
bila + edema jar lunak leher bullneck
•Kasus ringan: membran lepas dlm 7-10 hari
•Sedang: sembuh berangsur; dpt+miokardiopati/neuropati
•Berat: gagal nafas/sirkulasi, paralisis palat. molle, ke-†
Manifestasi klinis

DIPHTHERIA LARING
•Perluasan difteri faring; bila primer gejala terutama
obstruksi sal nafas atas. Bila perluasan, disertai gejala
toksemia
•Gejala infectious croup: nafas bunyi, stridor progresif,
suara parau, batuk kering. Bila berat: retraksi
suprasternal, subcostal, supraclavicular
•Pelepasan membran  menutup jalan nafas  ke-†
•Berat: membran meluas ke percab, trakheo-bronkhial
Manifestasi klinis

DIFTERI KULIT,VULVOVAG.,KONJUNG.,TELINGA

•Difteri kulit: tukak tepi jelas, membran pada


dasar
•Difteri mata: lesi konjungtiva berupa
kemerahan, edema & membran pada
konjungtiva palpebra
•Difteri telinga: otitis eksterna, sekret purulen
& bau
DIAGNOSIS
•Klinis
•Penentuan kuman: isolasi C.diphtheriae,
dilanjutkan tes toksinogenesitas vivo
(marmut) & vitro (tes Elek)
•PCR
Diagnosis banding

DIAGNOSIS BANDING
Difteri hidung:
•Rhinorrhea (common cold, sinusitis, adenoiditis)
•Benda asing
•Snuffles (lues congenita)
Difteri faring:
•Tonsilitis membranosa akuta ok Streptokokus
•Mononucleosis infectiosa
•Tonsilitis herpatica primer
•Blood dyscrasia
•Pasca tonsilektomi
Diagnosis banding
Difteri Laring

•Infectious croup yang lain


•Spasmodic croup
•Angioneurotic edema pada laring
•Benda asing

Difteri Kulit

•Impetigo
•Infeksi streptokokus/ stafilokokus
PENYULIT

•Obstruksi jalan nafas: ok membran atau edema tonsil,


faring, daerah subandibular, cervical
•Efek toksin: *miokardiopati toksik minggu ke-2
(mgg 1- 6), manifestasi: takhikardi, suara jantung
redup, bising, atau aritmia, gagal jantung
*penyulit saraf (neuropati toksik: lambat,
bilateral, terutama saraf motorik, sembuh sempurna.
Kelumpuhan palatum molle: mgg ke-3. Paralisis otot
mata mgg ke-5.
•Infeksi sekunder bakteri lain
Tata laksana

TATA LAKSANA

1. Isolasi dan karantina


Isolasi penderita: sampai biakan (-) 3x berturut-turut
Kontak: isolasi sampai terlaksana
• biakan hidung-tenggorok
• tes Schick (kerentanan thd difteri)
• gejala klinis diikuti sampai masa tunas lewat
Bila imunisasi dasar lengkap: booster
Tata laksana

Tata Laksana Epidemiologis

Hasil Kultur Tes Schick Tindakan


– – Bebas isolasi
+ – Terapi carrier
+ +, gejala (–) ADS + Penisilin
– + Toksoid
(imunisasi aktif)
Tata laksana
2. Pengobatan
•Umum: istirahat mutlak ±2 minggu, cairan/ diit
adekuat, jaga nafas tetap bebas, kelembaban udara.
Trakheostomi bila: gelisah, iritabel & gangguan
pernafasan progresif
•Khusus:
-antitoksin; serum anti difteri (ADS) segera sedia
adrenalin 1:1000 dalam semprit; didahului tes
kulit/tes kojungtiva
Dosis ADS: 20.000 – 120.000 KI secara tetesan intra
vena dalam larutan 200cc dalam kira-kira 4 jam
Tata laksana

-antimikrobial: untuk menghentikan produksi toksin


Procain penic 50.000 – 100.000 KI/Kg/hari atau
eritomisin 40 mg/Kg/hari
-kortikosteroid: kontroversi
Ruang infeksi & pediatri tropik: pada obstruksi
sal nafas atas dan miokarditis
-pengobatan penyulit: terutama ditujukan menjaga
hemodinamika tetap baik
Tata laksana

-pengobatan carrier

Carrier: tidak menunjukkan keluhan, Schick (-),


mengandung C.diphth. dalam nasofaring

Penisilin oral atau suntikan, atau eritomisin 1 minggu

Mungkin perlu tonsilektomi/ adenoidektomi


Tata laksana

PENCEGAHAN

•Umum: kebersihan & pengetahuan ttg


bahaya penyakit
•Khusus: imunisasi DPT & pengobatan
carrier
IMUNITAS
•Tes kekebalan:
•*Schick: menentukan kerantanan thd difteri;
disuntikkan toksin difteri (dilemahkan) intrakutan. Tes
positif bila tak terdapat kekebalan antitoksik (terjadi
nekrosis jaringan)
•*Moloney: menentukan sensitivitas thd produk kuman
difteri. Tes positif berarti:-tertdp pengalaman dengan
basil difteri sebelumnya hipersensitivitas-pemberian
toksoid difteri bisa akibatkan reaksi
•Kekebalan pasif: dari ibu dan suntikan antitoksin
•Kekebalan aktif: dgn menderita sakit, inapparent inf,
imunisasi toksoid difteri

Anda mungkin juga menyukai