Anda di halaman 1dari 24

REFERAT

DIFTERI
OLEH :
LUCKY FITVITA EKA BRILLYANTI 09700124
AMELIA ERNINA 09700212
KEPANITERAAN KLINIK FAKULTAS
KEDOKTERAN UWKS
ILMU PENYAKIT ANAK RSUD SIDOARJO
DEFINISI
Difteri adalah suatu penyakit infeksi akut yang
sangat menular, disebabkan oleh karena toxin
dari bakteri dengan ditandai pembentukan
pseudomembran pada kulit dan atau mukosa
dan penyebarannya melalui udara.

ETIOLOGI
Corynebacterium Diphteriae
kuman batang gram-positif (basil aerob)
tidak bergerak, pleomorfik, tidak berkapsul, tidak
membentuk spora
mati pada pemanasan 60C, tahan dalam keadaan
beku dan kering
media loeffler, maka terjadi granul yang berwarna
metakromatik dengan metilen blue, pada medium ini
koloni akan berwarna krem.
kemampuannya memproduksi eksotoksin baik in-vivo
maupun in-vitro
PATOGENESIS
Corynebacterium diphteriae
Kontak langsung dengan orang yang
terinfeksi atau barang-barang yang
terkontaminasi
Masuk ke dalam tubuh melalui
saluran pencernaan atau pernafasan
Aliran sistemik
Mengeluarkan toksin
(eksotoksin)
Tonsil/faringeal
Nasal Laring
Tenggorokan sakit, demam, anoreksia,
lemah membran berwarna putih atau abu-
abu, linfadenitis (bulls neck), toxemia, syok
septik
Demam, suara serak, batuk,
obstruksi saluran nafas, sesak
nafas, sianosis
Peradangan mukosa hidung
(flu, sekret hidung serosa)
Masa inkubasi 2-5 hari
Bersihan jalan nafas tidak efektif
dan ansietas terhadap adanya
sekret
Pemenuhan nutrisi berkurang,
sehingga berat badan
menurun
RR tidak efektif
MANIFESTASI
DIFTERI HIDUNG
awalnya menyerupai common cold, dengan gejala pilek ringan tanpa atau
disertai gejala sistemik ringan
Infeksi nares anterior (lebih sering pada bayi) menyebabkan rhinitis erosif,
purulen, serosanguinis dengan pembentukan membrane
Ulserasi dangkal nares luar dan bibir sebelah dalam adalah khas
Pada pemeriksaan tampak membrane putih pada daerah septum nasi

DIFTERI TONSIL

Gejala awal nyeri tenggorokan
Dalam 1-2 hari kemudian timbul membrane yang melekat
berwarna putih kelabu
Timbul Bull neck (Edema jaringan lunak dibawahnya dan
pembesaran limfonodi)
Kasus Berat : kegagalan pernafasan atau sirkulasi, paralisis
palatum molle, kesukaran menelan dan regurgitasi hingga
Stupor, koma, kematian
Kasus Sedang: penyembuhan terjadi secara berangsur-
angsur dan bias disertai penyulit miokarditis atau neuritis
Kasus Ringan : membrane akan terlepas dalam 7-10 hari
dan biasanya terjadi penyembuhan sempurna
DIFTERI LARING

perluasan difteri faring
cenderung tercekik karena edema jaringan lunak
dan penyumbatan lepasan epitel pernapasan
tebal dan bekuan nekrotik
Pada Obstruksi laring yang berat terdapat retraksi
suprasternal, interkostal dan supraklavikular
Bila terjadi pelepasan membrane yang menutup
jalan nafas biasa terjadi kematian mendadak

DIFTERI KULIT
berupa tukak dikulit, tepi jelas dan terdapat membrane
pada dasarnya, kelainan cenderung menahun
ulkus yang tidak menyembuh, superficial, ektimik
dengan membrane coklat keabu-abuan.
Tungkai lebih sering terkena dari pada badan atau
kepala
Nyeri, sakit, eritema, dan eksudat khas
DIFTERI VULVOVAGINAL, KONJUNGTIVA, DAN
TELINGA
kadang menimbulkan infeksi mukokutan pada tempat-tempat lain,
seperti telinga (otitis eksterna), mata (konjungtivitis purulenta dan
ulseratif), dan saluran genital (vulvovginitis purulenta dan ulseratif)

ulserasi, pembentukan membrane dan perdarahan submukosa
DIAGNOSIS
Diagnosis pasti dengan isolasi C diphtheriae
dengan pembiakan pada media loeffler
dilanjutkan dengan tes toksinogenitas secara in-
vivo(marmot) dan in-vitro (tes Elek)

membran pada difteri agak berbeda dengan
membran penyakit lain, warna membran pada
difteri lebih gelap dan lebih keabu-abuan disertai
dengan lebih banyak fibrin dan melekat dengan
mukosa di bawahnya. Bila diangkat terjadi
perdarahan
DIAGNOSIS BANDING
Difteria Hidung, penyakit yang menyerupai
difteria hidung ialah rhinorrhea (common cold,
sinusitis, adenoiditis), benda asing dalam hidung,
snuffles (lues congenital).

Difteria Faring, harus dibedakan dengan tonsillitis
membranosa akut yang disebabkan oleh
streptokokus (tonsillitis akut, septic sore throat),
mononucleosis infeksiosa, tonsillitis membranosa
non-bakterial, tonsillitis herpetika primer,
moniliasis, blood dyscrasia, pasca tonsilektomi.

Difteria Laring, gejala difteria laring
menyerupai laryngitis, dapat menyerupai
infectious croups yang lain yaitu spasmodic
croup, angioneurotic edema pada laring, dan
benda asing dalam laring.

Difteria Kulit, perlu dibedakan dengan
impetigo dan infeksi kulit yang disebabkan
oleh streptokokus atau stafilokokus
KOMPLIKASI
kematian mendadak pada
kasus difteria dapat
disebabkan oleh karena :
(1) Obstruksi jalan nafas
mendadak diakibatkan oleh
terlepasnya difteria,
(2) Adanya miokarditis dan
gagal jantung,
(3) Paralisis difragma sebagai
akibat neuritis nervus
nefrikus.

PENGOBATAN UMUM
Pasien diisolasi sampai masa akut terlampaui dan biakan
hapusan tenggorok negative 2 kali berturut-turut.
Istirahat tirah baring selama kurang lebih 2-3 minggu
pemberian cairan serta diet yang adekuat, makanan lunak
yang mudah dicerna, cukup mengandung protein dan kalori
diawasi ketat atas kemungkinan terjadinya komplikasi
antara lain dengan pemeriksaan EKG pada hari 0, 3, 7 dan
setiap minggu selama 5 minggu
Khusus pada difteri laring di jaga agar nafas tetap bebas
serta dijaga kelembaban udara dengan menggunakan
nebulizer.
PENGOBATAN KHUSUS
1. Antitoksin : Anti Diphtheria Serum (ADS)
segera setelah dibuat diagnosis difteria


Tipe Difteria Dosis ADS (KI) Cara pemberian
Difteria Hidung 20.000 Intramuscular
Difteria Tonsil 40.000 Intramuscular /
Intravena
Difteria Faring 40.000 Intramuscular /
Intravena
Difteria Laring 40.000 Intramuscular /
Intravena
Kombinasi lokasi diatas 80.000 Intravena
Difteria + penyulit, bullneck 80.000-100.000 Intravena
Terlambat berobat (>72 jam) 80.000-100.000 Intravena
2. Antibiotik

untuk membunuh bakteri dan menghentikan produksi
toksin dan juga mencegah penularan organisme
Dosis :
Penisilin prokain 25.000-50.000 U/kgBB/hari i.m. , tiap 2 jam selama
14 hari atau bila hasil biakan 3 hari berturut-turut (-).
Eritromisin 40-50 mg/kgBB/hari, maks 2 g/hari, p.o. , tiap 6 jam
selama 14 hari.
Penisilin G kristal aqua 100.000-150.000 U/kgBB/hari, i.m. atau i.v. ,
dibagi dalam 4 dosis.
Amoksisilin.
Rifampisin.
Klindamisin.
3. Kortikosteroid
diberikan kepada kasus difteria yang disertai
dengan gejala obstruksi saluran nafas bagian
atas (dapat disertai atau tidak bullneck) dan
bila terdapat penyulit miokarditis.

Dosis : Prednison 1,0-1,5 mg/kgBB/hari, p.o.
tiap 6-8 jam pada kasus berat selama 14 hari.

PENGOBATAN KARIER
(Pengobatan Terhadap Kontak Difteria)

Biakan Uji Schick Tindakan
(-) (-) Bebas isolasi : anak yang telah mendapat imunisasi
dasar diberikan booster toksoid difteria
(+) (-) Pengobatan karier : Penisilin 100 mg/kgBB/hari
oral/suntikan, atau eritromisin 40 mg/kgBB/hari
selama 1 minggu
(+) (+) Penisilin 100 mg/kgBB/hari oral/suntikan atau
eritromisin 40 mg/kgBB + ADS 20.000 KI
(-) (+) Toksoid difteria ( imunisasi aktif), sesuaikan dengan
status imunisasi
PROGNOSIS
tergantung dari umur, virulensi kuman, lokasi
dan penyebaran membran, status imunisasi,
kecepatan pengobatan, ketepatan diagnosis,
dan perawatan umum
PENCEGAHAN
Untuk anak umur 6 minggu sampai 7 tahun , beri 0,5 mL dosis
vaksin mengandung-difteri (D). seri pertama adalah dosis pada
sekitar 2,4, dan 6 bulan. Dosis ke empat adalah bagian intergral seri
pertama dan diberikan sekitar 6-12 bulan sesudah dosis ke tiga.
Dosis booster siberikan umur 4-6 tahun (kecuali kalau dosis primer
ke empat diberikan pada umur 4 tahun).

Untuk anak-anak yang berumur 7 tahun atau lebih, gunakan tiga
dosis 0,5 mL yang mengandung vaksin (D). Seri primer meliputi dua
dosis yang berjarak 4-8 minggu dan dosis ketiga 6-12 bulan sesudah
dosis kedua.

Untuk anak yang imunisasi pertusisnya terindikasi digunakan DT
atau Td.

KESIMPULAN
Difteri merupakan penyakit yang harus di diagnosa dan
di therapi dengan segera, oleh karena itu bayi-bayi
diwajibkan di vaksinasi
Diagnosis dini difteri sangat penting karena
keterlambatan pemberian antitoksin sangat
mempengaruhi prognosa penderita
Dasar dari therapi ini adalah menetralisir toksin bebas
dan eradikasi C. diphtheriae dengan antibiotik
Prognosis umumnya tergantung dari umur, virulensi
kuman, lokasi dan penyebaran membran, status
imunisasi, kecepatan pengobatan, ketepatan diagnosis,
dan perawatan umum.

Anda mungkin juga menyukai