Anda di halaman 1dari 46

1

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dengue adalah virus yang menyebar melalui gigitan nyamuk dengan

gejala-gejala seperti demam tinggi, pusing, bercak merah pada kulit, dan

pendarahan ringan. Virus ini menginfeksi lebih dari 100 juta orang di dunia

setiap tahunnya. Menurut Direktorat Pengendalian Penyakit Bersumber

Binatang (Dir P2B2), Kementrian Kesehatan Republik Indonesia, pada tahun

2010 lalu Indonesia memiliki kasus DBD tertinggi di ASEAN dengan 150.000

kasus dan 1.317 orang meninggal akibat penyakit ini.

Kota Surabaya, Ibu kota propinsi Jawa Timur adalah salah satu wilayah

yang angka kasus DBD nya setiap tahun cukup tinggi. Dinas Kesehatan Kota

Surabaya merilis data pengamatan tahun 2008 jumlah kasus DBD 17.310 dengan

kematian 168 orang (IR = 0.97, CFR = 46.31), tahun 2009 sebanyak 18.008

kasus DBD dengan kematian 180 orang (IR = 1.00, CFR = 48.42), dan tahun

2010 sebanyak 2.486 kasus DBD, dengan kematian 31 orang .

Peningkatan kasus DBD di Indonesia setiap tahunnya bukan tanpa sebab,

banyak faktor yang mempengaruhi peningkatan kasus tersebut, seperti status

kekebalan dari populasi, kepadatan vektor, frekwensi penularan, dan keadaan

cuaca.
2

Dari faktor-faktor yang ada maka salah satu tindakan yang dapat

dilakukan ialah dengan memberantas sarang nyamuk. Cara yang dapat dilakukan

untuk memberantas sarang nyamuk Demam Berdarah Dengue antara lain ialah

dengan merapikan atau membersihkan tempat-tempat yang sering digunakan

oleh nyamuk Aedes aegypti untuk berkembang biak (DinKes Sidoarjo, 2008).

Pencapaian PJB atau Pemantauan Jentik Berkala di Kecamatan Magersari

masih belum mencapai target, dengan presentase 88%. Dari data Dinas

Kesehatan Mojokerto 2010 diketahui bahwa Desa Wates, Kecamatam Mulyodadi

memiliki presentase rumah atau bangunan yang bebas dari jentik atau Angka

Bebas Jentik (ABJ) lebih rendah dibandingkan dengan desa lainnya yaiutu

80.01%, mengindikasikan bahwa tingkat pelaksanaan PSN di desa tersebut masi

cukup rendah dibandingkan dengan desa liannya. Indikator dari keberhasilan

kegiatan PSN DBD itu sendiri dapat diukur dengan Angka Bebas Jentik (ABJ),

apabila ABJ lebih atau sama dengan 95 % dianggap penularan DBD dapat

dicegah atau dikurangi (Depkes RI, 2005). Untuk mengetahui faktor apa yang

mempengaruhi belum tercapainya target ABJ di Desa Mulyodadi yang

berhubungan dengan pelaksanaan PSN maka penulis ingin meneliti apakah ada

hubungan antara pengetahuan kepala keluarga dengan sikap dalam

Pemberantasan Sarang Nyamuk di Desa Wates, Kecamatan Magersari.


3

B. Rumusan Masalah

1) Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan kepala keluarga tentang

Pemberantasan Sarang Nyamuk terhadap sikap dalam Pemberantasan Sarang

Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Desa Wates, Kecamatan Magersari,

Mojokerto?

2) Apakah terdapat hubungan antara pengetahuan kepala keluarga tentang

penyakit Demam Berdarah Dengue terhadap sikap dalam Pemberantasan

sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue di Desa Wates, Kecamatan

Magersari, Sidoarjo?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan Umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara

pengetahuan kepala keluarga dengan sikap dalam pemberantasan sarang

nyamuk DBD di Desa Wates, Kecamatan Magersari, Mojokerto.

Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah :

1) Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara pengetahuan kepala

keluarga tentang PSN terhadap sikap dalam Pemberantasan Sarang

Nyamuk DBD di Desa Wates, Kecamatan Magersari, Mojokerto.


4

2) Untuk mengetahui apakah terdapat hubungan pengetahuan kepala

keluarga tentang penyakit DBD terhadap sikap dalam Pemberantasan

Sarang Nyamuk DBD di Desa Wates, Kecamatan Magersari, Mojokerto.

D. Manfaat penelitian

1) Manfaat hasil penelitian bagi institusi


Hasil penelitian ini digunakan untuk membantu dalam memecahkan

masalah Demam Berdarah Dengue dan meningkatka Angka Bebas Jentik di

wilayah Desa Mulyodadi dan desa lain di sekitarnya.


2) Manfaat bagi pengembangan ilmu
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data awal dalam penelitian

lebih lanjut khususnya dalam mengatasi masalah tingginya kejadian Demam

Berdarah Dengue.

BAB 1I
5

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengetahuan

1. Definisi pengetahuan

Pengetahuan adalah hasil penginderaan manusia atau hasil tahu

seseorang terhadap objek melalui indera yang dimilikinya. Pengindraan terjadi

melalui panca indra manusia, yakni indra penglihatan, pendengaran,

penciuman, rasa, dan raba. Sebagian besar pengetahuan manusia diperoleh

melalui mata dan telinga (Notoadmojo, 1993 dalam Fuadbhasin 2008).

2. Faktor yang Mempengaruhi Pengetahuan

Salah satu faktor yang mempengaruhi pengetahuan adalah pendidikan.

Pendidikan adalah suatu usaha untuk mengembangkan kepribadian dan

kemampuan di dalam maupun di luar sekolah yang berlangsung seumur hidup.

Tingkatan pendidikan seseorang mempengaruhi proses belajar, semakin tinggi

tingkat pendidikan seseorang semakin mudah orang tersebut menerima

informasi. Dengan pendidikan tinggi seseorang akan cenderung mudah untuk

mendapatkan informasi, semakin banyak informasi yang didapatkan maka

semakin banyak pula pengetahuan yang didapatkan oleh orang tersebut.

Namun tidak semua orang berpendidikan rendah memiliki pengetahuan yang

rendah juga. Karena pengetahuan tidak hanya bias didapatkan melalui

pendidikan formal saja, akan tetapi juga dapat diperoleh pada pendidikan non

formal (Cahyani 2003, dalam Fuadbhasin 2008).


6

Ruang lingkup pendidikan :

a) Pendidikan formal adalah pendidikan yang mempunyai bentuk atau

organisasi tertentu, seperti di Sekolah atau Universits. Terlihat dari

adanya penjenjangan, adanya program pembelajaran, jangka waktu

proses belajar dan bagaimana proses penerimaan murid dan lainnya.

Pendidikan formal terdiri atas:

1. Pendidikan anak usia dini

2. Pendidikan dasar

3. SMP

4. SMA

5. Pendidikan perguruan tinggi (Suhenardi dkk, 2008).

b) Pendidikan Non Formal

Pendidikan Non Formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan

formal yang dapat dilaksanakan secara terstruktur dan berjenjang.

Hasil pendidikan non formal dapat dihargai setara dengan

pendidikan formal setelah melalui proses penilaian penyetaraan

oleh lembaga yang ditunjuk oleh Pemerintah atau Pemerintah

Daerah dengan mengacu pada standar nasional pendidikan

Tujuan dari pendidikan non formal diselenggarakan bagi warga

masyarakat yang memerlukan layanan pendidikan yang berfungsi

sebagai pengganti, penambah, dan pelengkap pendidikan formal

dalam rangka mendukung pendidikan sepanjang hayat.


7

Jenis pendidikan Non Formal :

1. Penyuluhan

2. Kursus

3. Pendidikan kesetaraan

4. Pusat kegiatan belajar masyarakat

5. Majelis taklim dan lain sebagainnya

6. Media massa (Suhenardi dkk, 2008).

B. Pemberantasan Sarang Nyamuk

1. Definisi PSN

Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue (PSN-

DBD) adalah kegiatan memberantas telur, jentik, dan kepompong nyamuk

penular DBD (Aedes aegypti). di tempat-tempat perkembangbiakannya

(Depkes RI, 2005 dalam Arif, 2008). Gerakan PSN-DBD ini merupakan

bagian yang penting dari keseluruhan upaya untuk mewujudkan kebersihan

lingkungan dan perilaku hidup sehat. Tujuan gerakan PSN-DBD adalah

membina peran serta masyarakat dalam pemberantasan penyakit DBD,

terutama dalam memberantas jentik nyamuk, sehingga penularan penyakit

DBD dapat dicegah atau dibatasi. Sasaran gerakan PSN-DBD adalah agar

semua keluarga dan pengelola tempat umum melaksanakan PSN-DBD serta

menjaga kebersihan di lingkungan masing-masing, sehingga bebas dari jentik

nyamuk Aedes aegypti. Selain itu melalui gerakan ini, semua keluarga juga
8

diharapkan untuk melakukan konsultasi jika ada anggota keluarga yang diduga

menderita DBD, karena penderita penyakit ini harus segera ditangani dengan

cepat dan tepat agar tidak fatal akibatnya. Melapor kepada pihak yang

berwenang (Kepala Desa/ Kelurahan), jika ada anggota keluarga yang

menderita penyakit DBD, agar dilakukan penggerakan masyarakat di

sekitarnya guna mencegah meluasnya penyakit ini.

2. Sasaran PSN DBD

Sasaran dari pelaksanan Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD yaitu

semua tempat perkembangbiakan nyamuk DBD.

 Tempat penampungan air (TPA) untuk keperluan sehari-hari.

 Tempat penampungan air bukan untuk keperluan sehari-hari (non-TPA)

 Tempat penampungan air alamiah (Depkes RI, 2005 dalam Arif, 2008).

3. Ukuran Keberhasilan PSN-DBD

Keberhasilan dari kegiatan PSN-DBD dapat diukur dengan ABJ atau

Angka Bebas jentik. Apabila Angka Bebas Jentik sama atau lebih dari 95%

diharapkan penularan penyakit DBD dabat dicegah atau dikurangi (DepKes

RI, 2005 dalam Arif, 2008).

4. Pelaksanaan PSN
9

Untuk mencegah Demam Berdarah Dengue (DBD) setiap keluarga di

anjurkan untuk melakukan PSN-DBD di rumah-rumah dan halaman masing-

masing dengan melibatkan semua anggota keluarga yang mampu

melaksanakannya agar dapat dikerjakan seefisien mungkin.

PSN DBD dilakukan dengan cara ‘3M’, yaitu :

a) Menguras dan menyikat tempat-tempat penampungan air, seperti bak

mandi/wc, drum, dan lain-lain seminggu sekali (M1).

b) Menutup rapat–rapat tempat penampungan air, seperti gentong

air/tempayan, dan lain-lain (M2).

c) Mengubur dan menyingkirkan barang-barang bekas yang dapat

menampung air hujan (M3).

Selain itu ditambah dengan cara lainnya, seperti :

a) Mengganti air vas bunga, tempat minum burung atau tempat-tempat

lainnya yang sejenis seminggu sekali.

b) Memperbaiki saluran dan talang air yang tidak lancar/rusak.

c) Menutup lubang-lubang pada potongan bambu/pohon, dan lain-lain

(dengan tanah, dan lain-lain).

d) Menaburkan bubuk larvasida, misalnya di tempat-tempat yang sulit

dikuras atau di daerah yang sulit air.

e) Memelihara ikan pemakan jentik di kolam/bak-bak penampungan air.

f) Memasang kawat kasa.

g) Menghindari kebiasaan menggantung pakaian dalam kamar.


10

h) Mengupayakan pencahayaan dan ventilasi ruang yang memadai.

i) Menggunakan kelambu.

j) Memakai obat yang dapat mencegah gigitan nyamuk.

Keseluruhan cara tersebut dikenal dengan istilah ‘3M Plus’(DepKes RI, 2005

dalam Arif, 2008).

C. Demam Berdarah Dengue

1. Definisi Demam Berdarah Dengue

Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD) bahasa medisnya disebut

Dengue Hemorrhagic Fever atau DHF adalah penyakit yang disebabkan oleh

virus dengue yang ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes aegypti dan

Aedes albopictus, yang mana menyebabkan gangguan pada pembuluh darah

kapiler dan pada sistem pembekuan darah, sehingga mengakibatkan

perdarahan-perdarahan (Anton, 2008).

Virus Dengue tergolong virus RNA anggota dari genus Flavivirus,

family Flaviviridae, yang sangat pathogen bagi manusia.Virus dengue

diklasifikasikan menjadi 4 serotipe (DEN 1,2,3, dan 4) yang menyebabkan

manifestasi klinis yang sangat bervariasi mulai dari sakit seperti flu (DEN

fever), sampai DHF (Dengue Haemorrhagic Fever), dan dari tingkat ini

berkembang sampai terjadi DSS (Dengue Syock Sindrom) (Soegijanto, 2004).

Sabin adalah orang pertama yang berhasil mengisolasi virus dengue,

yaitu dari darah penderita sewaktu terjadi epidemi demam dengue di Hawaii
11

dengan diberi nama tipe 1, sedangkan virus dari penderita demam dengue

yang berasal dari New Guinea diberi nama tipe 2. Dari serum penderita yang

diserang Philippine hemorrhagic fever yang terjadi di manila pada tahun 1953

dapat diisolasi tipe virus dengue baru yang diberi nama virus dengue tipe 3

dan 4 (Latief dkk, 2005).

Sindrom syok adalah tingkat infeksi virus dengue yang terparah, di

mana pasien akan mengalami sebagian besar atau seluruh gejala yang terjadi

pada penderita demam berdarah klasik dan demam berdarah dengue disertai

dengan kebocoran cairan di luar pembuluh darah, pendarahan parah, dan syok

(mengakibatkan tekanan darah sangat rendah), biasanya setelah 2-7 hari

demam. Tubuh yang dingin, sulit tidur, dan sakit di bagian perut adalah tanda-

tanda awal yang umum sebelum terjadinya syok. Sindrom syok terjadi

biasanya pada anak-anak (kadangkala terjadi pada orang dewasa) yang

mengalami infeksi dengue untuk kedua kalinya. Hal ini umumnya sangat fatal

dan dapat berakibat pada kematian, terutama pada anak-anak, bila tidak

ditangani dengan tepat dan cepat. Durasi syok itu sendiri sangat cepat. Pasien

dapat meninggal pada kurun waktu 12-24 jam setelah syok terjadi atau dapat

sembuh dengan cepat bila usaha terapi untuk mengembalikan cairan tubuh

dilakukan dengan tepat. Dalam waktu 2-3 hari, pasien yang telah berhasil

melewati masa syok akan sembuh, ditandai dengan tingkat pengeluaran urin

yang sesuai dan kembalinya nafsu makan (Latief dkk, 2005)

2. Nyamuk Aedes Dewasa


12

Nyamuk Aedes aegypti dewasa memiliki kepala berwarna gelap dan

terdapat garis putih dibagian tengah sebanyak dua buah, palpi hitam dan putih

pada kedua ujungnya, dan probosis berwarna hitam. Pleura (dada) terdapat

beberapa bintik putih mengkilat. Kaki pertama dan kedua terdapat belang

putih di atas tarsisnya, kaki belakang terdapat lima belang putih dan bagian

terakhir berwarna putih. Perut berwarna gelap dengan belang putih pada dasar

segmennya, demikian juga dengan bagian lateralnya. Nyamuk Aedes aegypti

jantan memiliki bulu antena yang lebat sedangkan pada nyamuk betina bulu

antenna tidak terlalu lebat (Sarudji, 2010).

Gambar 2.1 Nyamuk Aedes aegypti Dewasa (DinKes Sidoarjo, 2008)

3 Telur nyamuk DBD

Nyamuk DBD mampu bertelur mencapai 100 buah. Warna dari telur

hitam dengan ukuran rata-rata 0,5 sampai 0,8 mm. Telur tersebut akan menetas
13

setelah 2 hari terendam dalam air bersih yang tidak terkontaminasi dengan

tanah. Jika tidak ada air maka telur akan tahan menunggu air selama 6 bulan.

Bentuk dari telur nyamuk ini memanjang dan cangkoknya mengandung citine

(DinKes Sidoarjo 2008).

4. Larva Dari Nyamuk DBD

Untuk bentuk larvanya memiliki thorax yang besar, Antena hampir

tidak berambut kecuali rambut tunggal yang pendek. Ada sepasang kait dari

chitine di setiap sisis thorax. Setiap sisi pada 8 segmen perut berbentuk bulu.

Ukuran larva nyamuk antara 0,5-1 cm. (DinKes Sidoarjo 2008).

5. Pupa Dari Nyamuk DBD

Pupanya memiliki corong pernafasan yang lebih besar dan pendek di

banding Anopheles. . Bergerak lamban di dalam air bersih dan lebih sering

tampak berada di permukaan air. Bentuk tubuh dari pupa nyamuk Aedes

aegypti seperti koma. Setelah usia 1-2 hari maka kepompong siap berubah

menjadi nyamuk baru dan siap mencelakakan umat manusia yang ada di

sekitarnya. (DinKes Sidoarjo 2008).

6. Kebiasaan Nyamuk

Kebiasaan dari nyamuk aedes aegypti ialah menghisap darah pada pagi

dan sore hari yaitu dua jam setelah matahari terbit dan dua jam sebelum

matahari terbenam. Kemampuan terbang sampai 100 meter dari tempat

perindukan. Nyamuk Aedes aegypti tidak dapat berkembang biak di selokan,

got, atau kolam yang airnya langsung berhubungan dengan tanah. Sifat larva
14

selalu bergerak aktif di dalam air. Gerakannya berulang-ulang dari bawah ke

atas permukaan air untuk mengambil oksigen, kemudian turun kembali dan

dilakukan secara berulang-ulang. Pada waktu istirahat posisinya hampir tegak

lurus dengan permukaan air. (DinKes Sidoarjo, 2008).

7. Daur hidup Nyamuk

Nyamuk Aedes aegypti mengalami metamorphosis sempurna dan

membutuhkan waktu 7-10 hari untuk perkembangan dari telur menjadi

dewasa. Nyamuk dewasa betina meletakkan telurnya di tempat penampungan

air atau barang-barang yang memungkinkan air tergenang cukup lama seperti,

pada bak mandi, Wc, tempayan, drum, tempat minum burung, vas bungga, pot

tanaman air,kaleng ban bekas, botol, plastik, sehingga memungkinkan telur

tersebut dapat berkembang biak dengan baik. Setelah tergenag di dalam air

selama 2-4 hari telur-telur tersebut menetas menjadi larva yang hanya bias

hidup di dalam air sama seperti telur. Larva terdiri dari 4 substadium,

pertumbuhan larva stadium I sampai IV berlangsung selama 6 -8 hari.

Kemudian larva berubah menjadi pupa yang tidak makan, tetapi masih

membutuhkan oksigen yang di ambilnya melaluui tabung pernafasan

(breathing trumpet). Dari pupa menjadi dewasa dibutuhkan waktu 1-3 hari,

pupa nyamuk jantan menetas terlebih dahulu dibandingkan dengan pupa

nyamuk betina. Nyamuk jantan biasanya tidak terbang terlalu jauh dari tempat

perindukanya sedangkan nyamuk betina terbang cukup jauh untuk menghisap

darah yang berguna bagi pembebtukan telur (autogen), biasanya setiap 2


15

hari nyamuk betina akan menghisap darah manusia. Umur dari nyamuk betina

mencapai 2-3 bulan.

Gambar 2.2 Daur Hidup Nyamuk (Alfarisi, 2010)

8. Cara Penularan Penyakit DBD

Penyakit DBD hanya bias ditularkan melalui gigitan nyamuk Aedes

aegypti betina yang telah terinfeksi saja. Nyamuk tersebut mendapatkan virus

dengue saat menghisap orang yang sedang menderita sakit DBD (viraemia)

atau orang yang tidak sedang sakit DBD tetapi di dalam darahnya terdapat

Virus Dengue, Orang tersebut tidak sakit meskipun Virus Dengue

terkandung di dalam darahnya dikarenakan memiliki kekebalan terhadap

virus tersebut. Orang yang mengandung Virus Dengue tetapi tidak sakit, dapat

pergi kemanapun dan menularkan virus teersebut kepada orang lain

disekitarnya, jika nyamuk Aedes aegypti juga berada di tempat tersebut.


16

Virus Dengue yang terhisap oleh nyamuk akan berkembang biak dan

menyebar keseluruh tubuh nyamuk selama 8 – 10 hari sampai mencapai

probosis. Bila nyamuk tersebut menghisap orang lain maka Virus dengue

akan dipindahkan bersama dengan air liur nyamuk melakukain inkubasi

intrinsik di dalam tubuh selama 3 – 14 hari, jika orang tersebut tidak memiliki

kekebalan umumnya pada anak-anak maka ia akan segera menderita penyakit

DBD. Viraemia biasanya muncul pada saat atau persis sebelum gejala awal

penyakit tampak dan berlangsung selama kurang lebih 5 hari setelah

dimulainya penyakit.

Gambar 2.3 Siklus Penularan Penyakit (Dhiez, 2010)

Nyamuk Aedes aegypti yang sudah mengandung Virus Dengue,

seumur hidupnya dapat menularkan kepada orang lain. Didalam tubuh

manusia, Virus Dengue akan mati dengan sendirinya dalam waktu kurang
17

lebih 1 minggu (Soerawidjaja dan Azwa, 2009). Namun jika tidak ditangani

dengan cepat dan tepat penyakit ini dapat menimbulkan kematian.

Patogenesis virus dengue mulai terjadi setelah nyamuk menggigit

tubuh manusia, kemudian virus akan menyerang organ hepar, nodus limfaticus,

sumsum tulang serta paru-paru. Data dari berbagai penelitian menunjukan

bahwa sel-sel monosit dan makrofag mempunyai peranan besar pada infeksi

ini. Dalam peredaran darah, virus teresebut akan di fagosit oleh sel monosit

perifer (Soegijanto, 2004).

9. Gejala klinis dari DBD

Masa tunas atau inkubasi selama 3 - 15 hari sejak seseorang terserang

virus dengue, Selanjutnya penderita akan mengalami demam tinggi yang

mendadak 2-7 hari (38 - 40 derajat Celsius), disertai lemas nyeri pada

persendian dan lesu (Soegianto, 2004). Tampak adanya bintik-bintik merah

pada kulit, seperti bekas gigitan nyamuk yang disebabkan oleh pecahnya

pembulu darah kapiler di kulit. Untuk membedakannya, kulit di rengangkan.

Bila bintik merah itu hilang berarti bukan tanda dari penyakit DBD. Adanya

bentuk perdarahan dikelopak mata bagian dalam (konjungtiva), Mimisan

(Epitaksis), Buang air besar dengan kotoran (Peaces) berupa lendir bercampur

darah (Melena). Kadang-kadang terasa nyeri pada ulu hati, dikarenakan oleh

perdarahan yang terjadi di lambung. Pada pemeriksaan laboratorium (darah)

hari ke 3 - 7 terjadi penurunan trombosit dibawah 100.000 /mm3

(Trombositopeni), terjadi peningkatan nilai Hematokrit diatas 20% dari nilai


18

normal (Hemokonsentrasi). Timbulnya beberapa gejala klinik yang menyertai

seperti mual, muntah, penurunan nafsu makan (anoreksia), sakit perut, diare,

menggigil, kejang dan sakit kepala (DepKes RI, 1996). Jika penyakit DBD

sudah parah, penderita akan tampak gelisah, ujung tangan dan kaki dingin

berkeringat, bila tidak segera ditolong di rumah sakit dengan penanganan yang

tepat dalam 2-3 hari orang tersebut kemungkinan akan meninggal.

10. Pengobatan Penyakit DBD

Obat yang mengandung acetaminofen, misalnya tilenol, sangat

disarankan bagi penderita demam berdarah untuk meredakan nyeri dan

menurunkan demam. Sampai saat ini belum ada obat spesifik bagi penderita

demam berdarah. Banyak orang yang sembuh dari penyakit ini dalam

jangka waktu 2 minggu. Tindakan pengobatan yang umum dilakukan pada

pasien demam berdarah yang tidak terlalu parah adalah pemberian cairan

tubuh (lewat minuman atau elektrolit) untuk mencegah dehidrasi akibat

demam dan muntah, konsumsi obat yang mengandung acetaminofen

(misalnya tilenol) untuk mengurangi nyeri dan menurunkan demam serta

banyak istirahat. Aspirin dan obat anti peradangan nonsteroidal seperti

ibuprofen dan sodium naproxen justru dapat meningkatk.an risiko

pendarahan. Bagi pasien dengan demam berdarah yang lebih parah, akan

sangat disarankan untuk menjalani rawat inap di rumah sakit, pemberian

infus dan elektrolit untuk mengganti cairan tubuh, serta transfusi darah

akibat pendarahan yang terjadi (Soerawidjaja dan Azwa, 2009).


19

Pengobatan alternatif yang umum dikenal adalah dengan meminum

jus jambu biji bangkok, namun khasiatnya belum pernah dibuktikan secara

medik, akan tetapi jambu biji kenyataannya dapat mengembalikan cairan

intravena dan peningkatan nilai trombosit darah (Khely, 2010).

11. Pencegahan DBD

Pemberantasan DHF seperti juga penyakit menukar lain, didasarkan

atas pemutusan rantai penularan. Komponen penularan terdiri dari virus Aedes

aegypti dan manusia. Karena sampai saat ini belum terdapat vaksin yang

evektif terhadap virus itu, maka pemberantasan ditujukan pada manusia dan

terutama pada vektornya (Latief dkk, 2005)

Metode yang digunakan untuk mencegaah terjadinya DBD salah

satunya ialah mengelolah lingkungan. Pengelolahan lingkungan tersebut

meliputi berbagai perubahan yang menyangkut upaya pencegahan atau

mengurangi perkembangan vektor sehingga mengurangi kontak antar vektor

dengan manusia. metode lingkungan untuk mengendalikan Aedes aegypti

adalah dengan melakukan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN),

Pengelolahan sampah padat, memodifikasi bangunan yang digunakan sebagai

tempat perkembang biakan nyamuk. Tindakan PSN antara lain dengan

menguras bak mandi/penampungan air sekurang-kurangnya sekali seminggu,

mengganti/menguras vas bunga dan tempat minum burung seminggu sekali,

menutup dengan rapat tempat penampungan air, mengubur kaleng-kaleng


20

bekas, aki bekas dan ban bekas di sekitar rumah. Memodifikasi bangunan

dapat dilakukan dengan mengubah desain drai tempat penampungan air di

lingkungan rumah tangga karena laporan sebelumnya menunjukan bahwa

sumber utama perkembangbiakan Aedes aegypti di sebagian besar daerah

pedesaan Asia Tenggara adalah di wadah-wadah penampungan air untuk

keperluan rumah tanggga. Oleh karena itu untuk mencegah perkembang

biakan Aedes aegypti wadah penampungan air harus di tutup dengan penutup

yang rapat atau kasa, setelah air digunakan harus dijaga agar wadah tetap

tertutup.

Metode lain yang dapat digunakan dalam pencegahan DBD ialah

pengendalian secara biologis dengan menggunakan ikan pemakan jentik

seperti ikan cupang. selain dengan menggunakan ikan cara lain adalah dengan

memanfaatkan bakteri Bacillus thuringiensis serotype H-14 (Bt.H-14).

Terpadat berbagai produk Bti yang tersebar di pasaran, produk tersebut

meliputi bubuk yang dilarutkan (abate) dan berbagai formula yang lamban

bereaksi seperti briketm tablet dan butiran. Bt.H-14 terbukti aman bagi

manusia. Racun drai Bt.H-14 mengkristal pada lingkungan bassa dari usus

nyamuk. Keunggulan Bt.H-14 adalah menghancurkan jentik nyamuk tanpa

menyerang spesies lain. Formula Bt.H-14 cenderung cepat mengendap di

dasar wadah sehingga dianjurkan pemakaian berulang. Racunya tidak tahan

sinar dan rusak oleh sinar matahari.


21

Pengendalian dengan menggunakan bahan kimia dapat dilakukan

dengan pengasapan (fogging) meliputi penggunaan butiran kecil insektisida ke

udara untuk membunuh nyamuk dewasa. Sedangkan pemberian bubuk abate

pada tempat-tempat penampungan air seperti telah di jelaskan di atas dapat

membunuh jentik-jentik nyamuk.

Selain itu, oleh karena nyamuk Aedes aktif di siang hari beberapa

tindakan pencegahan yang dapat dilakukan adalah menggunakan pakaian

tertutup untuk melindungi tubuh dari gigitan nyamuk, menggunakan obat oles

anti nyamuk bila sedang beraktivitas di luar rumah. pencegahan terhadap diri

sendiri yang dapat dilakukan di dalam rumah ialah dengan menggunakan

kelambu, cara ini cukup efektif digunakan pada bayi yang mempunyai

kebiasaan tidur di siang hari (WHO dan DepKes RI, 2000).

BAB III

KERANGKA KONSEP DAN HIPOTESIS PENELITIAN


22

1. Kerangka konsep

Kerangka konsep penelitian adalah suatu hubungan atau kaitan antara

konsep satu terhadap konsep yang lainnya drai masalah yang ingin di teliti

(Arikunto, 1998).

Variabel bebas : Variabel terkait :

Faktor Motivasi

Faktor Pengetahuan tentang PSN PSN


1) pengetahuan kepala keluarga tentang PSN
2) pengetahuan kepala keluarga tentang

penyakit DBD
3) Tingkat Pendidikan Formal
 SD
 SMP
 SMA
 SI
 S2
4) Tingkat Pendidikan Non Formal

Gambar 3.1 Kerangka Konsep Penelitian

Bagan : Hubungan antara pengetahuan Kepala Keluarga terhadap sikap dalam

Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD di desa Wates kecamatan

Magersari, Mojokerto.

Keterangan : : Variabel yang tidak diteliti.

: Variabel yang diteliti.


23

Motifasi : Keinginan yang muncul untuk melakukan

suatu tindakan tertentu.

Pengetahuan KK tentang PSN: Semua informasi yang dimiliki oleh

responden tentang Pemberantasan Sarang

Nyamuk.

Pengetahuan KK tentang penyakit DBD : Semua informasi yang dimiliki oleh

responden tentang pemyakit DBD

Pendidikan Formal : tingkat pendidikan formal kepala kaluarga

terakhir yang telah di tempuh dalam

hidupnya. Tingkatan dalam pendidikan

formal yaitu SD,SMP,SMA,Perguruan tinggi

(S1 dan S2)

Pendidikan Non Formal : Pendidikan Non Formal adalah jalur

pendidikan diluar pendidikan formal yang

bisa di dapatkan melalui penyuluhan dan

madia massa.

PSN : Pemberantasan Sarang Nyamuk yang

ditujukan untuk mencegah berkembang

biaknya nyamuk.

2. Hipotesis penelitian
24

1. Ada hubungan pengetahuan kepala keluarga tentang PSN terhadap sikap dalam

Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD di desa Wates kecamatan Magersari,

Mojokerto.

2. Ada hubungan pengetahuan kepala keluarga tentang penyakit DBD terhadap

sikap dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk DBD di desa Wates kecamatan

Magersari, Mojokerto.

BAB IV
METODE PENELITIAN

A. Rancangan penelitian
Penelitian ini adalah penelitian Observasional analitik dengan

menggunakan rancangan cross sectional yaitu penelitian yang dilakukan

dengan sekali pengamatan pada suatu saat tertentu terhadap objek yang

berubah, berkembang atau tumbuh menurut waktu (Budiarto, 2003 dalam

Salbiah, 2008).

B. Populasi dan sampel


Populasi
25

Subyek dalam penelitian ini adalah kepala keluarga karena dianggap

berpengaruh dalam terlaksananya PSN dalam suatu keluarga. Dengan

demikian populasi dalam penelitian ini yaitu semua Kepala Keluarga yang

berada di desa Wates kecamatan Magersari sejumlah 3.560 KK.


Sampel
1. Untuk menentukan besar sampel digunakan rumus Lameshow et al (Salbiah,

2008).
Z21-a/2 P(1-P) N
n =
d2 (N-1) + Z2 1-a/2 P(1-P)
keterangan :
Z21-a/2 : koofisien keterandalan dengan tingkat kepercayaan 95 % berarti

1.96%

P : proporsi populasi yaitu 0.8001

N : besar populasi yaitu 550


d : presisi yang ingin dicapai (presentase perkiraan tentang kemungkinan

membuat kekeliruan dalam menetapkan ukuran sampel yaitu 10 %)

Untuk mendapatkan nilai p, kita harus melihat dari penelitian yang telah ada atau

literatur. Dari data Profil Puskesmas Wates2010 di dapatkan presentase Angka Bebas

Jentik di Desa Wates sebesar 80,01 %. Berarti nilai p adalah = 0.8001

Perhitungannya adalah sebagai berikut :

(1,96)2 (0,8001) (0,8001) (3.560)


n =
(0,10)2 (3.560) + ((1,96)2 (0,8001) (0,8001))

8754889
=
24265
26

= 360

= 360 kepala keluarga

2. Untuk menentukan jumlah Kepala Keluarga di tentukan dengan teknik simple

random sampling. Dengan menggunakan metode undian, yaitu menuliskan

nomer subjek pada secarik kertas. Kemudian kertas tersebut di gulung dan di

ambil secara acak sejumlah sampel yang dibutuhkan yaitu 360 gulungan

kertas (Maryani dan Muliani, 2010).

C. Variabel penelitian
1. Variabel terkait: Variabel terikat dalam penelitian ini adalah sikap
dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN)
2. Variabel bebas :
 pengetahuan kepala keluarga tentang PSN
 pengetahuan kepala keluarga tentang penyakit DBD
 Tingkat Pendidikan terakhir KK
Tingkat pengetahuan responden tentang PSN DBD diukur melalui

pertanyaan kuesioner, pertanyaan kuesioner meliputi, pengetahuan reponden

tentang cara pelaksanaan PSN. pengetahuan tentang sarang nyamuk (breeding

place dan resting place).


Untuk tingkat pengetahuan Kepala Keluarga tentang penyakit DBD

diukur melalui pertanyaan kuesioner yaitu kejadian penyakit DBD (penyebab

dan vektornya), cara penularan dari penyakit DBD, Gejala dari penyakit DBD,

dan pencegahannya.
27

Tingkat Pendidikan formal dan nonformal kepala keluarga diukur

melalui pertanyaan kuesioner dengan menanyakan langsung pendidikan formal

dan non formal apa saja yang telah ditempuh oleh responden tersebut.

D. Lokasi dan Waktu Penelitia


Penelitian ini dilaksanakan mulai tanggal 12 Oktober s.d. 7 November

2015 di desa Wates kecamatan Magersari, Mojokerto.. Karena desa tersebut

memiliki presentase (ABJ) Angka Bebas Jentik paling rendah dibandingkan

dengan desa lainnya di Kecamatan Magersari.

E. Bahan (subyek), alat/instrument penelitian

Untuk mengukur tingkat pengetahuan Kepala keluarga digunakan

kuisioner sebagai alat pengumpulan data sedangkan untuk mengetahui

apakah kepala keluarga tersebut melakukan tindakan PSN atau tidak, dengan

menggunakan cara observasi langsung lingkungan disekitar tempat tinggal

KK tersebut. Jika ditemukan jentik nyamuk maka dianggap responden tidak

melakukan tindakan PSN.

Alat yang digunakan :


 Kuisioner (terlampir)
 Senter (Untuk melihat adanya jentik)
 Kamera
F. Definisi istilah/oprasional
1. Pengetahuan KK tentang cara pelaksanann PSN
Adalah ingatan dan pemahaman responden tentang PSN DBD yang digali

melalui pertanyaan kuisioner yang mendalam untuk memberikesempatan


28

kepada responden untuk mengeluarkan keseluruhan kesan dalam pikirannya

tentang cara pelaksanaan PSN DBD.


2. Pengetahuan KK tentang penyakit DBD
Adalah kemampuan responden dalam menjawab pertanyaan tentang penyakit

DBD meliputi penyebab dan vektornya, cara penularan dari penyakit DBD,

Gejala dari penyakit DBD, dan pencegahannya.


3. Pendidikan Formal
tingkat pendidikan formal kepala kaluarga terakhir yang telah di tempuh

dalam hidupnya.
4. Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non Formal adalah jalur pendidikan diluar pendidikan formal

yang bisa di dapatkan melalui penyuluhan dan madia massa.


5. PSN
Pemberantasan Sarang Nyamuk yang ditujukan untuk mencegah berkembang

biaknya nyamuk . Sebagai indikator pelaksanaan dari PSN ialah tidak

diketemukannya jentik nyamuk di sekitar rumah respondsen dan kebersihan

lingkungan sekitar rumah responden dari sampah yang dapat dijadikan tempat

berkembangbiaknya nyamuk di lingkungan sekitar rumah responden.

G. Prosedur penelitian/pengumpulan data

Ada dua jenis data yang dikumpulkan dalam penelitian ini yaitu:

a) Data Primer

Data pengetahuan KK diperoleh dari hasil pertanyaan kuisioner

sebagai alat pengumpul data. Sedangkan untuk mendapatkan data tentaang

sikap dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk dilakukan observasi langsung


29

dengan melihat apakah lingkungan sekitat rumah responden bebas dari jentik

nyamuk atau tidak.


b) Data Sekunder

Data yang diperloleh dari data yang ada di instansi terkait anatara lain:

data dari arsip puskesmas, dan lain-lain

METODE PENGUMPULAN VARIABEL

1. Variabel Tingkat Pengetahuan kepala keluarga tentang PSN

Untuk menggambarkan pengetahuan kepala keluarga tentang PSN di ukur

dengan 10 pertanyaan di dasarkan pada skala ordinal. Setiap pertanyaan

diberikan skor. dengan rincian skor maksimal untuk tiap-tiap kategori dari

aspek variabel pengetahuan tentang PSN yaitu: Benar diberi nilai 1 (satu)

dan Salah diberi nilai 0 (nol). maka penelitian kategori tersebut membagi

indicator menjadi 2 yaitu :


tingkat pengetahuan Baik : Nilai 6 – 10 (60 – 100%)
tingkat pengetahuan Tidak baik :Nilai 0 – 5 ( 0 – 50%)
2. Variabel Tingkat Pengetahuan Kepala Keluatga Tentang Penyakit DBD
Untuk menggambarkan tingkat pengetahuan kepala keluatga tentang penyakit

DBD metode yang digunakan sama dengan metode sebelumnya yaitu dengan

memberikan 10 pertanyaan di dasarkan pada skala ordinal. Setiap pertanyaan

diberikan skor. dengan rincian skor maksimal untuk tiap-tiap kategori dari

aspek variable pengetahuan tentang penyakit DBDyaitu : Benar diberi nilai

1 (satu) dan Salah diberi nilai 0 (nol). Dengan membagi indicator menjadi

dua yaitu :
tingkat pengetahuan Baik : Nilai 6 – 10 (60 – 100%
tingkat pengetahuan Tidak baik :Nilai 0 – 5 ( 0 – 50%)
3. Pendidikan Formal
30

Kriteria dari seseorang bisa dianggap berpengetahun baik dapat dilihat dari

pendidikan Formal maupun Informalnya. Semakin tinggi pendidikan

seseorang semakin baik juga pengetahuannya. indikator pada variable ini

dibedakan menjadi dua yaitu :


Tingkat pengetahuan Baik : jika semua indiktor terpenuhi
Tingkat pengetahuan Tidak baik : jika satu atau lebih indicator tidak

terpenuhi
4. Pendidikan Non Formal
Pendidikan Non Formal juga mempengaruhi pengetahuan seseorang dan

mendukung pendidikan Formal yang telah di terima. indikator pada variable ini

dibedakan menjadi dua yaitu :


Tingkat pengetahuan Baik : jika semua indiktor terpenuhi
Tingkat pengetahuan Tidak baik : jika satu atau lebih indicator tidak

terpenuhi
5. Variabel terkait, PSN
Variabel terkait dalam penelitian ini adalah PSN dengan indikator

dijumpainya jentik nyamuk di sekitar rumah responden dan kebersihan

lingkungan sekitar rumah responden dari sampah yang dapat dijadikan tempat

berkembangbiaknya nyamuk.

Aspek Pengukuran :

No. Nama Jumlah Kategori Bobot Nilai Bobot Nilai Alat ukur Skala
Variabel Indikat Indikator Indikator Ukur
or Seluruh
Indikator
Pengetahuan a) baik 6 - 10 60 – 100% Kuisioner Ordinal
tentang PSN
1 10 b)Tidak 0–5 0 – 50 %

baik
Pengetahuan a) baik 6 - 10 60 – 100% Kuisioner Ordinal
Tentang
2 Penyakit 10 b)Tidak 0–5 0 – 50 %
DBD
baik
31

3 pendidik an a) baik Kuisioner Ordinal


Formal
5 b)Tidak

baik
4 Pendidikan a) baik
Non Formal
4 b)Tidak

baik
a) ada 1 – 10 10 - 100% Observasi Ordinal

jentik

5 PSN 4 b) tidak 0 0%

ada jentik

Tabel 4.1 Aspek Pengukuran

H. Metode analisis data

Metode pengumpulan data dalam penelitian ini dengan cara data yang

diperoleh dianalisis melalui proses tahapan pengelolahan data yang mencakup

kegiatan-kegiatan sebagai berikut :

1) editing, data yang sudah dikumpulkan dilakukan pengecekan kembali

untukmenghindari kesalahan atau kemungkinan adanya pertanyaan yang

bellum terisi
2) coding, data yang ada dikategorikan diberi sekor tertentu sesuai dengan

criteria yang ada pada daftar pertanyaan.


3) tabulating, data dikelompokan sesuai dengan sifat yang dimiliki dan

dipindahkan dala satu table


4) entery data ,memasukan data ke program untuk menguji hipotesis dalam

penelitian ini dilakukan dengan menggunakan metode chi squeare/chi-

kuadrat, metode ini diguanakan untuk mengetahui hubungan semua variable


32

bebas dengan variable terkait yang dapat dilakukan sekaligus. menggunakan

derajat kemaknaan dengan alpha = 0,05 (derajatkepercayaan 95%). bila nilai

P<dari 0.05 maka hasil statistic dikatakan bermakna/berhubungan.

DAFTAR PUSTAKA

Alfarizi. 2010. Siklus Nyamuk, (Online), (http://doc.Alfarisi.blogspot.com, diakses 3


oktober 2011)

Arif, H. 2008. Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah dengue PSN dbd.
(Online), (http://hendra.wordpres.com/2008/03/31/html, diakses 10
September 2011)

Arikunto, S. 1998. Prosedur Penelitian. Rineka cipta: Jakarta.

Anton, S. 2008. Hubungan Perilaku Tentang Pemberantasan Sarang Nyamuk


dan Kebiasaan Keluarga Dengan Kejadian Demam Berdarah Dengue di
Kecamatan Medan Perjuangan. Universitas Diponegoro Semarang
[Tesis]: Medan.

Dhiez. 2010. Penyebaran, (Online), (http://wordpress.com, diakses 3 0ktober 2011)

DinKes Sidoarjo. 2010. Profil Kesehatan Pusat Kesehatan Masyarakat Wonoayu.


DinKes Sidoarjo: Sidoarjo.

DinKes Surabaya. 2010. Data Kasus DBD Per Bulan di Indonesia tahun 2010, 2009,
dan 2008. DinKes Surabaya: Surabaya.

DinKes Sidoarjo. 2008. Waspada Demam Berdarah. DinKes Sidoarjo: Sidoarjo.


33

Fuadbhasin. 2008. Tinjauan umum Pengetahuan. (Online)


(http://fuadbhasin.wordpress.com2008/12/25/html, diakses 10 September
2011)

Khely, N. 2010. Pengobatan Berbagai Penyakit Secara Alami. Pustaka diantara:


Yogyakarta.

Latief A, Napitupulu P.M, Pujiadi A, Ghazali M.V, Putra S.T. 2005. Ilmu Kesehatan
Anak. Infomedika: Jakarta.

Maryani, L dan Muliani, R. 2010. Epidemiologi Kesehatan. Graha ilmu: Yogyakarta.

Salbiah. 2008.Hubungan Karakteristik Siswa dan Sanitasi Lingkungan dengan


Infeksi Cacingan Siswa sekolah Dasar di Kecamatan Medan Belawan.
Universitas Sumatra Utara Medan [Tesis] : Medan.

Sarudji, D. 2010. Kesehatan Lingkungan. Karya putra darwati: Bandung.

Soegianto, S. 2004. Demam Berdarah Dengue. Airlangga Universiti Press:


Surabaya.

Soerawidjaja, R.A. dan Azwar, A. 2009. Penangulangan Wabah oleh


Puskesmas. Karisma: Tangerang.

Suhenardi, Suprojo, Hakim L, Desantono B. 2008. Konsep Pendidikan. (Online)


(http:// zuhenardi.tripoid.com/konsep_pendidikan.doc, diakses 6 Oktober
2011)
34

Lampiran 1 Rencana Anggaran Penelitian

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA


TERHADAP SIKAP DALAM PEMBERANTASAN SARANG
NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE ( DBD ) DI DESA
WATES, KECAMATAN MAGERSARI, MOJOKERTO

No. Kegiatan Biaya


1 Pengeprinan rancangan proposal Rp. 15.000,00
2 Pengeprinan proposal RP. 20.000,00
3 Pengeprinan kuisioner RP. 5.000,00
4 Foto copi kuisioner Rp. 30.000,00
5 Pengeprinan lembar observasi Rp. 1.000,00
6 Foto copi lembar observasi Rp. 10.000,00
7 Pengeprinan rancangan penelitian Rp. 40.000,00
8 Pengeprinan penelitian Rp. 50.000,00
Jumlah Rp. 156,000,00

Lampiran 2 Jadwal Pelaksanaan Penelitian


35

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA


TERHADAP SIKAP DALAM PEMBERANTASAN SARANG
NYAMUK DEMAM BERDARAH DENGUE ( DBD ) DI DESA
MULYODADI, KECAMATAN WONOAYU, SIDOARJO
September 2015 September 2015 September 2015 September 2015
Observasi
tempat
penelitian.
Persiapan alat
dan bahan untuk
penelitian.
Mengurus surat
ijin penelitian.
Pemilihan
responden.
Persiapan
penelitian.
Pelaksana-an
penelitian.
Pengolahan data
hasil penelitian.
Pembuatan
laporan hasil
penelitian.
Analisis data.
Konsultasi hasil
penelitian.
Ujian tugas
akhir.
36

Lampiran 3 Pengantar Kuisioner

PENGANTAR KUISIONER

Judul penelitian : Hubungan Antara Pengetahuan Kepala Keluarga Terhadap


Sikap Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam
Berdarah Dengue ( DBD ) di Desa Wates, Kecamatan
Magersari, Kabupaten Mojokerto
Peneliti : I ketut Mahavira,Via Yulia Ardini, Nur Hasanah, Bram Ray,
Hardinni
Pembimbing : dr. Sugiharto.,M.Kes ( MARS )

Bapak-bapak di Desa Mulyodadi yang terhormat,


Saya adalah Mahasiswa Semester IV Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya
Kusuma Surabaya. Untuk menyelesaikan Tugas Akhir, saya bermaksud untuk
mengadakan penelitian dengan judul “Hubungan Antara Pengetahuan Kepala
Keluarga Terhadap Sikap Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah
Dengue ( DBD ) di Desa Mulyodadi, Kecamatan Wonoayu, Sidoarjo”
Saya berkeyakinan bahwa penelitian ini memiliki manfaat yang sangat
berguna untuk mengatasi kejadian DBD yang banyak diderita oleh masyarakat di
desa ini. Oleh sebab itu saya berharap kesediaan bapak-bapak untuk menjadi
responden dalam penelitian ini
Apabila bapak sekalian bersedia kami mohon kesediannya untuk
menandatangani persetujuan menjadi subyek penelitian.
Atas perhatian dan kerjasama bapak-bapak saya ucapkan terim akasih.

Surabaya, 30 September 2015

Mengetahui : Peneliti ,

dr. Sugiharto.,M.Kes ( MARS )


37

Lampiran 4 Surat persetujuan menjadi responden

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(Inform Consent)

Setelah mendapat penjelasan dengan baik tenteng tujuan dan manfaat


penelitian yang berjudul “Hubungan Antara Pengetahuan Kepala Keluarga Terhadap
Sikap Dalam Pemberantasan Sarang Nyamuk Demam Berdarah Dengue ( DBD ) di
Desa Wates, Kecamatan Magersari, Kabupaten Mojokerto”, saya mengerti bahwa
saya diminta untuk mengisi kuisioner dan menjawab pertanyaan tentang hal-hal yang
berkaitan dengan timbulnya penyakit DBD di desa kami. Saya memahami bahwa
penelitian ini tidak membawa resiko. Apabila da pertanyaan yang menimbulkan
respon emosional, penelitian akan dihentikan dan peneliti menyetujuinya.
Saya mengerti bahwa catatan mengenai data penelitian ini akan di rahasiakan.
Informasi mengenai identitas saya tidak akan dtulis pada instrument penelitian dan
akan tersimpam secara terpisah di tempat yang aman.
Saya mengerti bahwa saya berhak menolak untuk berperan sebagai responden
atau mengundurkan diri setiap saat tanpa sanksi atau kehilanggan hak-hak saya.
Saya telah diberi keempatan untuk bertanya mengenai penelitian ini atau
mengenai keterlibatan saya dalam penelitian ini, dan telah dijawab dengan
memuaskan .
Secara sukarela saya sadar dan bersedia berperan dalam penelitian ini dengan
menandatangani Surat Persetujuan Menjadi Responden.

Mojokerto,…………………….

Saksi : Responden,
1. ………………….

(………………………………..) (……………………………….)

2. ………………….

(………………………………..)
38

Lampiran 5 Pernyataan telah melaksanakan Inform Consent

PERNYATAAN TELAH MELAKSANAKAN INFORMED CONSENT

Yang bertanda tangan dibawah ini saya :

Nama : Via Yulia Ardini


NPM : 09700153
Program Studi : Pendidikan Kedokteran
Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma Surabaya

Menyatakan bahwa saya telah melaksanakan proses pengambilan data penelitian

sesuia dengan yang disetujui pembimbing dan telah memperoleh pernyataan

kesediaan dan persetujuan dari responden sebagai sumber data.

Surabaya,…………
Mengetahui : Yang membuat pernyataan,

Tim Etika Penelitian FK UWKS, Via Yulia Ardini


(………………………………..)
NIP : NPM: 09700153

Lampiran 6 Lembar Kuisioner

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA TERHADAP


SIKAP DALAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM
39

BERDARAH DENGUE ( DBD ) DI DESA MULYODADI, KECAMATAN


WONOAYU, SIDOARJO
I. Identitas Responden

Jawablah pertanyaan dibawah ini dengan menuliskan jawaban yang sesuai pada

kolom jawaban yang tersedia!

No Pertanyaan Jawaban

1 Nama
(Tulis dengan lengkap)

2 Umur
(Tulis dengan lengkap) ………………….Tahun

3 Alamat
(Tulis dengan lengkap)

II. Pengetahuan kepala keluarga tentang PSN

Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar dengan cara melingkari

atau member tanda silang pada kolom jawaban yang tersedia!


40

No. Pertanyaan Jawaban Skor


1 Menguras dan menyikat tempat-tempat
penampungan air, seperti bak mandi, wc, a) Benar
drum, dan lain-lain seminggu sekali dapat
memberantas nyamuk DBD. b) Salah

2 Memelihara ikan di dalam bak mandi


adalah salah satu cara pelaksanaan a) Benar
Pemberantasan Sarang Nyamuk.
b) Salah

3 pengasapan (fogging) dapat membunuh


nyamuk dewasa. a) Benar
b) Salah

4 Menutup rapat–rapat tempat


penampungan air, seperti gentong a) Benar
air/tempayan, dan lain-lain dapat
menghalangi nyamuk berkembang biak. b) Salah

5 Menaburkan bubuk Abate di tempat-


tempat yang sulit dikuras atau di daerah a) Benar
yang sulit air berguna untuk membasi
jentik nyamuk. b) Salah

6 Nyamuk DBD dapat bertelur dan


berkembang biak di lubang pohon atau a) Benar
bambu yang tergenang air.
b) Salah

7 Nyamuk DBD senang hinggap di tempat


gelap dan benda tergantung di dalam a) Benar
rumah.
b) Salah

8 Nyamuk demam berdarah tidak bertelur di


air yang kotor seperti, air kubangan a) Benar
lumpur dan kolam berlumpur.
b) Salah
41

9 Jika tidak ada air maka telur nyamuk


demam berdarah akan tahan menunggu air a) Benar
selama 6 bulan.
b) Salah

10 Nyamuk demam berdarah bisa bertelur di a) Benar


vas bunga dan tempat air minum burung.
b) Salah

III. Pengetahuan kepala keluarga tentang Penyakit DBD

Pilihlah salah satu jawaban yang dianggap paling benar dengan cara

melingkari atau memberi tanda silang pada kolom jawaban yang tersedia!
42

No. Pertanyaan Jawaban Skor


1 DBD adalah penyakit yang disebabkan oleh
virus dengue yang ditularkan melalui gigitan a) Benar
Nyamuk
b) Salah

2 Ciri-ciri nyamuk penyebab DBD berwarna


hitam dengan loreng putih (belang-belang a) Benar
berwarna putih) di sekujur tubuh nyamuk.
b) Salah

3 Nyamuk penyebab DBD membutuhkan


waktu 7-10 hari untuk berkembangbiak dari a) Benar
telur menjadi dewasa.
b) Salah

4 Penyakit DBD hanya bisa ditularkan melalui


gigitan nyamuk yang telah terinfeksi virus a) Benar
saja.
b) Salah

5 Nyamuk yang sudah mengandung Virus


Dengue, seumur hidupnya dapat menularkan a) Benar
kepada orang lain.
b) Salah

6 Seseorang yang terserang penyakit DBD


akan mengalami demam tinggi yang a) Benar
mendadak 2-7 hari (38 - 40°c).
b) Salah

7 Seseorang yang terserang penyakit DBD


akan tampak bintik-bintik merah pada kulit, a) Benar
seperti bekas gigitan nyamuk yang
disebabkan oleh pecahnya pembulu darah di b) Salah
kulit.
8 Menggunakan obat oles anti nyamuk dapat
melindungi diri dari gigitan nyamuk a) Benar
penyebab DBD
b) Salah
43

9 Jus jambu biji bangkok dapat


mengembalikan cairan intravena dan a) Benar
peningkatan nilai trombosit darah.
b) Salah

10 vaksin untuk mencegah penyakit ini belum


ditemukian.

a) Benar
b) Salah

IV. Tingkat pendidikan Formal kepala keluarga

Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan cara melingkari atau memberi

tanda silang pada kolom jawaban yang tersedia!


44

No. Pertanyaan Jawaban

1 Apakah anda telah lulus dari bangku a) ya


SD ?
b) tidak

2 Apakah anda telah lulus dari bangku a) ya


SMP ?
b) tidak

3 Apakah anda telah lulus dari bangku a) ya


SMA ?
b) tidak

4 Apakah anda telah lulus dari S1 a) ya


b) tidak

5 Apakah anda telah lulus dari S2 a) ya


b) tidak

V. Tingkat pendidikan Non Formal kepala keluarga

Pilihlah salah satu jawaban yang benar dengan cara melingkari atau memberi

tanda silang pada kolom jawaban yang tersedia!


45

No. Pertanyaan Jawaban

1 Apakah anda pernah mengikuti c) ya


penyuluhan tentang Pemberantasan
Sarang Nyamuk DBD? d) tidak

2 Apakah anda pernah membaca koran c) ya


tentang penyakit DBD dan cara
pencegahannya? d) tidak

3 Apakah anda pernah melihat acara di c) ya


televise tentang penyakit DBD dan
cara pencegahannya? d) tidak

4 Apakah anda pernah mendengar dari c) ya


radio tentang penyakit DBD dan cara
pencegahannya? d) tidak

Lampiran 7 Daftar Cheklist Obserfasi Lingkungan Rumah


46

HUBUNGAN ANTARA PENGETAHUAN KEPALA KELUARGA TERHADAP


SIKAP DALAM PEMBERANTASAN SARANG NYAMUK DEMAM
BERDARAH DENGUE ( DBD ) DI DESA MULYODADI, KECAMATAN
WONOAYU, SIDOARJO

Pengamatan dilakukan terhadap hal-hal yang berhubungan dengan sarang nyamuk

dan keberadaan jentik di lingkungan rumah responden.

Tanggal Observasi : …………………………Pukul…………s/d…………


Nama Observer : ………………………………………………………..
Alamat Rumah : ………………………………………………………..

Petunjuk : Berilah tanda centang (V) pada jawaban yang sesuai !


No. Pertanyaan Jawaban
Ya Tidak
1 Bak mandi bersih dan tidak terlihat
keberadaan jentik.
2 Tempat penampungan air minum bebas
dari jentik
3 Tidak ada botol, plastik, kaleng, dan
sampah lain berserakan di sekitar rumah
responden
4 Tidak ada jentik di talang saluran air
rumah

Anda mungkin juga menyukai