Anda di halaman 1dari 5

COLUMNA VERTEBRA

I. INDIKASI
1. Trauma tulang belakang
2. Nyeri tulang belakang
3. Kelainan tulang belakang
4. Nyeri tengkuk
5. Teraba massa

II. POSISI RADIOGRAFIK


Posisi yang sering digunakan adalah :
- AP ( Antero-Posterior )
- Lateral
- Oblique kanan-kiri

Columna Vertebra dibagi beberapa 3 regio, yaitu :

1. REGIO CERVICAL
- Proyeksi AP/Lateral
- Proyeksi Oblique kanan/kiri digunakan untuk melihat keadaan pedicle,
foramen intervertebra dan sendi apofiseal
- Proyeksi lateral oblique pada ekstensi dan fleksi

2. REGIO THORACAL
- Proyeksi AP/lateral
- Proyeksi oblique kanan/kiri digunakan untuk melihat costovertebra

3. REGIO LUMBAL
- Proyeksi AP khusus dengan sudut 150-450 arah cranio caudal
- Proyeksi lateral termasuk lateral lumbo sakral dan lateral sakrococygeus
- Proyeksi oblique untuk melihat apofisial
- Proyeksi oblique sacroiliac junction

III. SISTEMATIKA PEMBACAAN FOTO VERTEBRA


Yang paling perlu diperhatikan antara lain :
o Corpus vertebra
o Processus transverses
o Pedicle
o Lamina
o Facies articularis superior dan inferior
o Disus intervertebralis
o Apophyseal joint dan costotransverse joint
o Foramen intervertebralis pada posisi AP dan oblique

1
PEMBACAAN FOTO VERTEBRA PADA PROYEKSI AP

1. Lihatlah jajaran vertebra ( alignment ) pada setiap tingkatan vertebra haruslah


berada pada satu garis lurus atau hanya sedikit melengkung
2. Kemudian lihatlah bentuk dari masing-masing corpus vertebra. Hal ini harus
dilakukan dengan amat teliti. Tidak boleh “short-cuts”. Terlihat pula processus
transversus dan padicle ( berbentuk putih )
3. Processus spinosus sedikit bervariasi dalam angulasi dan bentuknya
4. Kemudian lihatlah discus intervertebralis. Pada daerah cevical dan lumbal, carilah
sendi para vertebral, yang tidak selalu bisa dilihat dengan mudah

PEMBACAAN FOTO VERTEBRA PADA PROYEKSI LATERAL

1. Lihat masing-masing corpus vertebra. Pada setiap regio bentuk dan ukurannya
haruslah kurang lebih sama
2. Lihat juga masing – masing celah intervertebralis. Pada tiap tingkatan, lebar ini
haruslah kurang lebih sama. Bila celah ini kelihatan menyempit, perhatikan
dengan seksama corpus vertebra di sekitarnya, lihat adakah perubahan bentuk
atau densitas. Kemudian perhatikan densitas pada masing-masing vertebra secara
seksama pula. ( gas usus yang menutupi vertebra bisa menyerupai suatu lusensi.
Lihat dan korelasikan dengan proyeksi AP dari vertebra yang sama )
3. Periksa selalu alignment ( jajaran ) vertebra. Bila melihat suatu bagian columna
vertebralis pada proyeksi lateral, perhatikan bahwa terdapat suatu garis kontinu
sepanjang tipe belakang corpus vertebrae. Periksa juga diantara vertebra terutama
carilah adanya penyempitan.

GAMBARAN VERTEBRA NORMAL

Vertebra yang normal memiliki curvatura kedepan pada daerah cervical, curvatura ke
belakang ( khypose) pada daerah thoracal dan curvatura ke depan ( lordose) pada
daerah lumbal. Bila ada bagian vertebra yang melurus atau mempunyai curvatura
yang berlawanandengan yang disebut diatas , maka carilah penyebabnya

IV. KELAINAN RADIOLOGIS

2
CERVICAL

Tidak terbentuknya pedicle pada facies artikularis


Biasanya asimptomatis, hanya terlihat secara radiologis sebagai penyebaran dari
foramen intervertebralis tanpa tanda-tanda kerusakan daerah disekitarnya
Dislokasi atlantoaxial joint
Akibat dari trauma, pertumbuhan ligamentum transversum dari atlas yang tidak
sempurna
Kelainan pada craniovertebral joint
Blodi vertebra
Fusi dari dua atau lebih vertebra, kadang-kadang disertai arcus vertebra dan
processus spinosus dan bahkan sering pada costanya
Kelainan akibat trauma:
Trauma hiperfleksi
1. Subluksasi anterior, tandanya antara lain terdapat angulasi ke
posterior ( kifosis local pada tempat kerusakan ligament ) jarak
antara processus spinosus melebar dan terjadi subluksasi sendi
pofiseal
2. Bilateral interfacetal dislokasi, tampak dislokasi anterior corpus
vertebra dan dislokasi total sendi apofiseal
3. Flexion tear drop fracture dislocation
4. Wedge fracture, vertebra terjepit sehingga berbentuk taji
5. Clay shovelars fracture, kontraksi ligament posterior tulang leher
mengakibatkan fraktur oblique pada processus spinosus, biasanya
pada CI-II atau Th I.
Trauma flexi-rotasi
1. Terjadi dislokasi interfacetal pada satu sisi
2. Tampak dislokasi anterior corpus vertebra
Trauma hiperekstensi
1. Fraktur dislokasi hiperekstensi, dapat terjadi fraktur pedicle,
procesus artikularis, lamina da processus spinosus
2. Hargman’s fracture, terjadi fraktur bilateral dan dislokasi anterior
C2 terhadap C3.
Trauma ekstensi-rotasi
Terjadi fraktur pada processus artikularis satu sisi
Fraktur kompresi vertical
Terjadi akibat diteruskannya tenaga trauma melalui kepala, condylus
occipital ke tulang leher

THORACAL DAN LUMBAL

Cleft vertebra dan hemivertebra

3
Tidak adanya fusi atau sebagian yang fusi darii separuh kiri/kanan dari corpus
vertebra
Diastematcmyella
Medulla spinalis yang terpecah menjadi dua disekitar fibrous spur yang timbul
dari posterior corpus vertebra
Sakralisasi dari L5 dan lumbalisasi dari S1
Sakralisasi dapat terjadi antara satu atau dua processus transverses dangan corpus
dari sacrum, bila hanya satu processus disebut hemissakralisasi. Lumbalisasi bila
S1 bergabung dengan L5
Sakralisasi dari L5 dan lumbalisasi dari S1’
Sakralisasi dapat terjadi antara satu atau dua processus transversus dangan corpus
dari sacrum, bila hanya satu processus disebut hemisakralisasi. Lumbalisasi bila
S1 bergabung dengan L5
Spina bifida Occulta
Celah pada prosses spinosus merupakan hasil penutup kanalis vertebra yang tidak
lengkap, kadang bersamaan dengan meningocele, tersering pada regio
lumbosacralis
Spondylolysisi interartikularis
Kelainan pada pars inter artikularis dan dapat menyebabkan corpus vertebra
terdorong ke depan, pergeseran ini disebut spindylolysis
Kelainan akibat trauma
Fraktur vertebra thorakal bagian atas biasanya karena konvulsi dan mengenai
vertebra Th III, Th I, Th IV dan Th V. Fraktur vertebra thoracal bagian tengah
bawah dan bagian vertebra lumbalis disebabkan trauma berupa fleksi yang
mendadak
Curvatura yang abnormal
Disebabkan sekunder oleh penyakit atau idiopatik, macamnya:
1. Skoliosis : Rotasi dari satu atau eberapa vertebra dari longitudinal axis
2. Lordosis : Kecekungan yang meningkat ke arah posterior
3. Kifosisi : Pembengkokan dari vertebra ke arah posterior
Spondylylolisthesis
Corpus vertebra tergelincir ke depan di atas satu corpus dibawahnya,
berhubungan dengan kelainan osifikasi pada pars interartikularis arcus vertebra.
Sering terjadi padad sambungan lumbo sacral dan antara L IV dan L V
Perubahan kontur corpus vertebra
Berupa penyempitan satu sisi dari corpus vertebra atau penipisan corpus vertebra
yang difus
Spondylisis
Terjadi akibat dari degenerasi discus intervertebralis yan ditandai dengan
penyempitan ruang discus dan pembentukan osteofit dan sklerosis yang sering
timbul pada permukaan corpus vertebra yang berdekatan

4
DAFTAR PUSTAKA
1. Rasad Sjahriar,Radiologi Diagnostik,Departemen Radiologi Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia,Jakarta.edisi kedua.2005

2. Malueka Ghazali R.Radiologi Diagnostik.Pustaka Cendekia.Jakarta.2006

Anda mungkin juga menyukai