Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. LANDASAN TEORI

1. Anatomi Fisiologi kolumna vertebra servikal

Kolumna vertebralis dibentuk 33 buah tulang vertebra yaitu 7 vertebra servikal,

12 vertebra thorakal, 5 vertebra lumbal, 5 Os sakrum dan 4 Os koksigieus. Masing-

masing vertebra memiliki bentuk anatomis dasar yang sama, namun mempunyai

ciri- ciri regional yang khas sesuai dengan fungsi dari masing- masing vertebra.

Menurut Bajpai (1991), masing- masing bagian mempunyai fungsi khusus, yaitu

a. Korpus vertebra berguna untuk menahan dan menyalurkan berat badan.

b. Foramen vertebra atau kanalis vertebralis sebagai tempat dan perlindungan

medulla spinalis.

c. Prosesus yang menjorok dari arkus neuralis digunakan dalam proses

pergerakan. Prossesus- prossesus ini juga menjadi tempat lekat otot- otot dan

bekerja sebagai sangkutan dari gerak pengungkit dari kerja otot- otot tersebut.

Vertebra servikal merupakan tulang leher yang mempunyai 7 ruas.

Mempunyai badan ruas kecil dan lubang ruasnya besar. Pada taju sayapnya terdapat

lubang tempat lalunya syaraf yang disebut foramen transversalis (foramen

trasversorium). Ruas pertama disebut Atlas struktur seperti cincin yang tidak

memeliki badan dan prosessus spinosus yang sangat pendek atau vestigial.

6
7

Semua vertebra servikalis memiliki foramina transversal untuk lintasan arteri

vertebra. Vertebra serviks pertama dan kedua dimodifikasi untuk menyangga dan

menggerakkan kepala.(Sloane,2004)

Gambar. 2.1 Anatomi Servikal tampak


dari lateral (Hansen, 2003)
Keterangan :
1. Dens
2. Cervical curvature
3. Interverbral foramina
4. Zygapophyseal joint
5. Intervertebral joint
6. Costal facets (
7. Articular pillar formed by articular
processes and intercular parts
8. Spinous processes

a. Vertebra servikal pertama

Vertebra cervicalis pertama dinamakan atlas. Berbeda dengan vertebra

yang lain, atlas tidak mempunyai corpus vertebra tetapi mempunyai massa

lateralis atlantis di kiri dan kanan. Kedua massa lateralis dihubungkan oleh

arcus anterior atlantis dan arcus posterior atlantis. Di pertengahan arcus

anterior terdapat tuberculum anterius dan di belakang terdapat tuberculum

posterius . Di bagian belakang tuberculum anterius terdapat fovea dentis


8

(Wibowo dan Paryana, 2009). Menurut Frank (2012), pada radiograf proyeksi

lateral, akan tampak kolumna vertebra 1 dari arah lateral, arkus posterior

kolumna vertebra cervical 1, dan diskus intervertebra.

Gambar 2.2 Anatomi Os Atlas tampak dari superior


(Hansen, 2003)
Keterangan:
1. Anterior arch 8. Groove for vertebra artery
2. Anterior tubercle 9. Superior articular surface
3. Articular facet for dens 10. Transverse foramen
4. Lateral mass 11. Transverse process
5. Vertebral foramen 12. Tubercle for transverse
6. Posterior arch ligament of atlas
7. Posterior tubercle

b. Vertebra cervical kedua

Disebut dengan axis, mempunyai corpus yang menonjol ke atas

membentuk dens axis. Processus transversus-nya relatif kecil dan mempunyai

tonjolan nyata diujungnya. Menurut Frank, dkk (2012), pada radiograf cervical

lateral, akan menampakkan gambaran processus spinosus, corpus, dan

processus odontoid kolumna vertebra cervical, namunprocessus odontoid akan


9

terlihat samar, karena processus odontoid superposisi dengan kolumna vertebra

servical 1

Gambar 2.3 Os Aksis tampak posterior


(Hansen,2003)
Keterangan:
1. Dens
2. Posterior articular facet
3. Transverse process
4. Spinous process
5. Inferior articular process
6. Lateral mass
7. Superior articular facet

c. Vertebra servikal 3 sampai 6

Ciri-ciri dari vertebra cervical 3-6 adalah corpus kecil dan berbentuk oval

dengan diameter transversal yang lebih panjang. Foramen vertebralis luas dan

berbentuk segitiga, pedikelnya kecil dan berbentuk silinder, lamina panjang dan

sempit.

Processus spinosus kecil dan menjorok ke belakang. Ujungnya terbelah dua

yang puncaknya menjadi dua tuberkulum. Facies dari procesus artikularis

superior menjorok ke atas dan ke belakang berlawanan dengan facies artikularis

inferior yang facies artikularisnya menjorok ke bawah dan ke anterior.

Processus transversus pendek, ramping, menjorok ke lateral dan sedikit ke


10

anterior serta ke belakang, tuberkulum anterior dari vertebra cervical keenam

lebih lebar. Menurut Frank, dkk (2012), kolumna vertebra

Gambar 2.4 Anatomi Servikal ketiga sampai keenam tampak dari


superior (Hansen,2003)
Keterangan :
1. Body 7. Inferior articular facet
2. Transverse process 8. Vertebra foramen
3. Groove for spinal nerve 9. Spinous process
4. Transverse foramen 10.Lamina
5. Pedicle 11.Posterior tubercle
6. Superior articular facet 12. Anterior tubercle
11

d. Vertebra servikal ke tujuh

Vertebra cervicalis ketujuh dinamakan juga vertebrae prominens, berbeda

dengan yang lain karena mempunyai processus spinosus yang panjang

menyerupai vertebra thoracica sehingga mudah diraba dari luar. Selain itu,

tuberculum anterius-nya juga kadang-kadang panjang menyerupai costa

(Wibowo dan Paryana, 2009).

Menurut Frank, dkk (2012), kolumna vertebra cervical 7 akan terlihat jelas

apabila pada proyeksi lateral dilakukan stressing pada bahu.

Gambar 2.5 Anatomi Vertebra Servikal VII tampak dari superior


(vertebra prominens) (Hansen, 2003)

Keterangan :
1. Transverse process 7. Vertebral foramen
2. Groove for spinal nerve 8. Spinous process
3. Transverse foramen 9. Body
4. Pedicle 10. Anterior tubercle
5. Superior articular facet 11. Posterior tubercle
6. Inferior articular facet 12. Lamina
12

2. Patologi sindroma servikal

Sindroma servikal disebut juga dengan nyeri pada leher, nyeri didefinisikan

sebagai emosional yang tidak menyenangkan yang berhubungan dengan kerusakan

jaringan atau potensi yang menyebabkan kaerusakan jaringan.

Sindroma servikal adalah sindrome atau keadaan yang ditimbulkan oleh adanya

iritasi atau kompresi pada radiks syaraf cervical yang ditandai dengan adanya rasa

nyeri pada leher (tengkuk) yang dijalarkan ke bahu dan lengan sesuai dengan radiks

yang terkena. Rasa nyeri yang dijalarkan ini disebut nyeri radikuler, artinya bahwa

rasa nyeri tersebut berpangkal pada tempat perangsangan dan menjalar ke daerah

persyarafan radiks yang terkena, dimana daerah ini sesuai dengan kawasan

dermatom. Manifestasi nyeri tengkuk dapat berlokasi di daerah tengkuk sendiri atau

menyebar ke tempat lain, daerah sebaran yang terbanyak adalah anggota gerak atas

dan kepala. (Orthopost, 2013)

Sindroma servikal merupakan salah satu indikasi dari pemeriksaan vertebra

servikal dimana semacam penyempitan yang sering terdapat pada daerah foramen

intervertebralis, awal dari sindroma yakni nyeri servikal diamana dapat disebabkan :

Proses infeksi, perubahan degeneratif, trauma, tumor, dan kelainan sistemik. Salah

satu penyebab nyeri servikal adalah radikulopati.

Berbagai keadaan yang menyebabkan perubahan struktur anatomi tulang leher

dapat menimbulkan keluhan radikulopati. Ciri khas radikulopati servikal adalah rasa

nyeri radikuler pada leher dan bahu yang menyebar ke lengan, yang akan bertambah
13

pada perubahan posisi leher dan dapat diikuti terbatasnya gerakan leher dan rasa

sakit pada penekanan tulang dan kadang- kadang disertai parestesi pada lengan.

Sering pula gejala nyeri radikuler tersebut tidak teralokasi baik sesuai dermatomal.

Hal ini dikarenakan adanya tumpang tindih daerah pernafasan (Yuda,2005).

a. Penyebab servikal syndrom

Terdapat dua penyebab timbulnya cervical syndrome yaitu :

1) Foramen intervertebralis menyempit

a) Terbentuknya osteofit atau eksostosis yang masuk ke dalam foramen

interveterbralis sehingga dapat menekan radiks.

b) Adanya penipisan dari diskus intervertebralis sehingga keadaan ini akan

mendekatkan jarak kedua pedikel yang membentuk foramen

intervertebralis. Namun demikian adanya penyempitan foramen

intervertebralis harus disesuaikan dengan gejala dan tanda yang

dikeluhkan penderita dan ditemukan dalam pemeriksaan.

2) Foramen intervetrebalis tetap utuh

a) Peradangan dari syarafnya sendiri misal radikulitis

b) Dorongan dari tumor, abses atau pendarahan oleh karena trauma tumor

c) Radiks mengalami tarikan, misalnya pada trauma whiplast (pecut) yaitu

trauma oleh karena anggukan kepala yang intensif yang didahului oleh

tengadahan kepala, dimana radiks dorsalis C5, C6, dan C7 teregangdan

mengalami reksis.
14

d) HNP cervikalis yang paling sering terdapat diantara C5 dan C6 serta

antara C6 dan C7 sehingga menekan radiks C6 dan radiks C7

b. Gejala dan tanda

Sindroma servikal seperti yang kita lihat, adalah istilah umum yang

meliputi semua masalah tulang belakang leher akibat proses degeneratif bukan

tumor, infeksi atau anomali perkembangan. Jika gejala terbatas pada tulang

belakang leher, gangguan disebut sindrom serviks lokal dan pasien dikatakan

menderita sakit leher (sama seperti pasien dengan sindrom lumbal lokal

menderita nyeri punggung bagian bawah. Sakit leher, pada gilirannya terbagi

menjadi dua jenis, sederhana dan kompleks. Nyeri leher sederhana mundur

dengan pesat, perjalanan mana sebagai kompleks leher sakit membawa risiko

menjadi kronis (untuk tanda-tanda bahaya)

Nyeri leher sederhana biasanya mekanis disebabkan, oleh gerakan tiba-tiba

tanpa berpikir, tetapi juga dapat muncul secara spontan pada tengkuk leher.

Rasa sakit biasanya tergantung gerak. Cukup parah, dan jangka pendek, dengan

remisi spontan dalam 3-6 hari. Sebuah jangka waktu lebih lama sangat lebih

memungkinkan jika ada komplikasi faktor psikososial (tanda bahaya) apakah

nyeri tersebut cukup mengganggu tidur, atau jika sudah berlangsung lebih dari

seminggu. Perhatian khusus harus diberikan pada nyeri leher berulang pada

remaja atau orang tua. (Kramer,2009)


15

Syaraf cervikal yang berperan pada persyarafan bahu, lengan sampai jari-

jari adalah syaraf cervikal yang berasal dari segmen-segmen medula spinalis

C5, C6, C7 dan C8. Berdasarkan keterangan di atas, radiks-radiks dari segmen

inilah yang memegang peranan timbulkan cervical syndrome.

Tabel 2.1 Gejala dan tanda dari gangguan masing-masing radiks spinalis

(Orthopost,2013)

Radiks Nyeri Kelemahanotot-otot Gangguan Refleks tendon


dijalarkan dari sensibilitas
leher ke
C5 Bahu bagian SupraspinatusDeltoideus Permukaan Refleks biseps tidak
bawah dan ventral terganggu/menurun
lengan atas Infraspinatus lengan atas
bagian lateral dan bawah
Biseps
C6 Bagian lateral BisepsBrakhiradialis Permukaan Refleks biseps
(radial) lengan ibu jari da menurun/menghilang
bawah tepi radial
dari lengan
C7 Bagian dorsal Triseps Permukaan Refleks triseps
lengan bawah jari telunjuk, menurun/menghilang
jari tengah
dan dorsum
manus
C8 Bagian medial Otot-otot tangan Jari Refleks biseps dan
lengan bawah interosei kelingking triseps tidak
dan jari terganggu
manis
16

3. Prosedur pemeriksaan vertebra servikal

a. Definisi pemeriksaan vertebra servikal

Teknik Pemeriksaan Radiografi Vertebra Servikal adalah teknik

penggambaran vertebra servikal dengan menggunakan sinar- X untuk

memperoleh radiograf guna membantu mengakkan diagnosa (Frank,2012).

b. Indikasi Pemeriksaan vertebra servikal (Rasad,2005)

1) Trauma Hiperfleksi

a) Subluksasi Anterior adalah robekan pada sebagian ligamen di posterior

tulang leher.

b) Bilateral interfacetal dislocation adalah robekan yang terjadi pada

ligamen longitudinal anterior dan kumpulan ligamen di posterior

tulang leher.

c) Flexion tear drop fracture dislocation adalah tenaga fleksi murni

ditambah komponen kompresi menyebabkan robekan pada ligamen

longitudinal anterior dan kumpulan ligamen posterior disertai fraktur

avulsi pada bagian anterior-inferior korpus vertebra.

d) Wedge fracture adalah vertebrae terjepit sehingga berbentuk baji.

Ligamen longitudinal anterior dan kumpulan ligamen posterior utuh

sehingga lesi ini bersifat stabil.


17

e) Clay shoveler’s fracture adalah fleksi tulang leher dimana terdapat

kontraksi ligamen posterior tulang leher mengakibatkan terjadinya

fraktur oblik pada prosesus spinosus; biasanya pada CVI,CVII, atau ThI.

2) Trauma fleksi rotasi

a) Dislokasi interfacetal pada satu sisi

b) Dislokasi anterior corpus vetebrae

3) Trauma hiperextensi

a) Fraktur dislokasi hiperextensi

i) Fraktur predikal, procesus articularis lamina dan procesus spinosus

ii) Fraktur avulsi , korpus vertebrae bagian posterior – inferior

b) Hangmans’s fracture

Fraktur arkus bilateral dan dislokasi anterior C2 terhadap C3

4) Trauma ekstensi-rotasi

Fraktur pada procesus artikularis satu sisi

5) Fraktur komposisi vertikal

a) Bursting fraktur dari atlas ( Jeffer son’s fracture )

b) Bursting fraktur vertebrae cervikal tengah dan bawah.

6) Spondylolisthesis

Pergerakan kedepan satu vertebrae dengan yang lain.

7) Spondylolysis

Putusnya vertebrae
18

8) Sindroma Servikal

adalah kumpulan beberapa gejala yang timbul akibat adanya gangguan di

daerah leher yang menyebabkan tekanan atau iritasi rangsangan pada akar

saraf servikal.

c. Persiapan Alat dan Bahan (Frank,2012)

1. Pesawat X-Ray.

2. Kaset dan film yang berukuran 18 x 24 cm.

3. Grid ukuran 18 x 24 cm.

4. Marker.

5. Apron dan prosessing.

d. Persiapan Pasien

Pada pemeriksaan ini tidak memerlukan persiapan khusus sebelum

dilakukan pemeriksaan, namun harus memberikan penjelasan pada pasien

tentang hal-hal yang perlu dilakukan selama pemeriksaan, seperti pasien tidak

boleh bergerak waktu melakukan pemeriksaan dan sebelum melakukan

pemeriksaan pasien dianjurkan untuk melepas benda-benda logam yang dapat

mengganggu gambaran radiograf (Frank, 2012).


19

e. Proyeksi Pemeriksaan Radiografi Vertebra Servikal

Menurut Frank (2012), pada pemeriksaan radiografi vertebra cervikal

dilakukan dengan menggunakan beberapa proyeksi antara lain: Antero-

posterior (AP) axial,, lateral oblik kanan dan kiri, lateral arah sinar horizontal.

1) Proyeksi AnteroPosterior (AP) axial (Frank, 2012)

Proyeksi AP axial ini digunakan untuk memperlihatkan patologi yang

melibatkan cervikal bagian tengah dan bagian bawah cervikal (cervikal tiga

(CIII) – cervikal tujuh (CVII)).

a) Posisi Pasien

Posisi pasien supine atau erect dengan kedua lengan ada di samping

tubuh.

b) Posisi Objek

Mid Sagital Plane (MSP) diatur sejajar dengan pusat sinar dan

pertengahan meja. Kepala diatur sehingga bidang oklusal dasar kepala,

mastoid tip tegak lurus dengan kaset. Kepala dan thorak dipastikan tidak

terjadi rotasi.

c) Pengaturan Sinar Pusat (Central Ray)

Sumbu Sinar disudutkan 15-20º chepalad. Titik bidik menuju lower

margin dari kartilago tiroid menembus cervikal 4. Kaset berukuran 18 x

24 cm. FFD 100 cm. Pada saat eksposi pasien tahan napas. Kolimasi

diatur sampai batas soft tissue leher.


20

d) Kriteria Radiograf

Tampak korpus vertebra cervikal 3 sampai dengan thorakal 2 atau

thorakal 3. Celah anterior pedikel dan diskus intervertebra terihat jelas.

Gambar 2.6 Proyeksi AP axial (Frank, 2012)

1 Keterangan :

1. Occipital Bone
2. Intervertebal Disk space
3. Spinous Process
4. 7th Cervical
2
3
4

Gambar 2.7 Radiograf Anteroposterior (AP)Axial


(Frank,2012)
21

2) Proyeksi Lateral (Frank, 2012)

a) Posisi Pasien

Pasien berdiri dengan posisi lateral

b) Posisi Obyek

Midcoronal Plane (MCP) diluruskan dengan pertengahan kaset.

Batas atas kaset sekitar 3-5 cm di atas Meatus Acoustic Eksternal

(MAE).

c) Pengaturan Sinar Pusat (Central Ray)

Arah sumbu sinar horisontal tegak lurus dengan kaset. Kaset berukuran

18 x 24 cm diletakkan vertikal dengan batas bawah kaset menempel

pada salah satu bahu. Jarak fokus ke film 150-180 cm untuk mengurangi

magnifikasi karena jarak antara obyek dengan kaset jauh. Titik bidik

pada cervikal 4. Pada saat eksposi pasien tahan napas untuk mengurangi

pergerakan.

d) Kriteria Radiograf

Tampak vertebra cervikal 1-7, ruang intervertebra joint, artikularis

pillar, spinosus prosesus, dan zygapophyseal joint.


22

Gambar 2.8 Proyeksi Lateral Arah sumbu Sinar Horisontal (Frank,2012)

Gambar 2.9 Radiograf Lateral (Frank, 2012)


Keterangan :

1. Mandibular rami
2. Body of C3
3. Inferior articular process
4. Superior articular process
5. Intervertebral disk
6. Zygapophyseal joint
7. Vertebra prominens
23

3) Proyeksi Oblik Anteroposterior Kanan dan Kiri (RPO dan LPO)

(Frank, 2012)

a) Posisi Pasien

Berbaring atau berdiri

b) Posisi Objek

Dari posisi anteroposterior dirotasikan ke kanan atau ke kiri sehingga

MSP (Midsagital Plane) membentuk sudut 45º terhadap meja

pemeriksaan. MSP kepala diatur segaris dengan MSP tubuh dan

diganjal. Tangan dan kaki pasien diatur sedemikian rupa sehingga posisi

pasien nyaman. Dagu pasien diekstensikan untuk menghindari

superposisi dengan vertebra akan tetapi bila terlalu ekstensi maka C1

akan superposisi dengan dasar kepala.

c) Pengaturan Sinar Pusat (Central Ray)

Arah sumbu sinar menyudut 15-20º ke kranial dengan titik bidik

menuju ke servikal 4. Kaset berukuran 18 x 24 cm diletakkan vertikal

dengan batas bawah kaset menempel pada salah satu bahu. Jarak fokus

ke film 150-180 cm untuk mengurangi magnifikasi karena jarak antara

obyek dengan kaset jauh. Pada saat eksposi pasien tahan napas untuk

mengurangi pergerakan.
24

d) Kriteria Radiograf

Tampak gambaran vertebra servikal dalam posisi oblik, tampak foramen

intervertebralis kanan untuk LPO dan kiri untuk RPO diskus

intervertebralis membuka, angulus mandibula tidak superposisi dengan

vertebra servikal 1 dan 2 dan vertebra servikal 1 sampai vertebra

thorakal 1 tercakup dalam film.

Gambar 2.10 Proyeksi LPO dengan arah sumbu sinar menyudut 15-
20° ke kranial (Frank, 2012)
25

Gambar 2.11 Radiograf Proyeksi LPO dengan arah sinar menyudut


15-20° ke kranial (Frank, 2012)
4) Proyeksi Oblik Posteroanterior Kanan dan Kiri (RAO dan LAO)

(Frank, 2012)

a) Posisi Pasien

Berbaring atau berdiri menghadap kaset atau membelakangi arah

datangnya sinar.

b) Posisi Objek

Dari posisi antero-posterior dirotasikan ke kanan atau ke kiri sehingga

MSP (Midsagital Plane) membentuk sudut 45º terhadap meja

pemeriksaan. MSP kepala diatur segaris dengan MSP tubuh dan

diganjal.
26

c) Pengaturan Sinar Pusat (Central Ray)

Arah sumbu sinar menyudut 15-20º ke kaudad dengan titik bidik

menuju ke servikal 4. Kaset berukuran 18 x 24 cm diletakkan vertikal

dengan batas bawah kaset menempel pada salah satu bahu. Jarak fokus

ke film 150-180 cm untuk mengurangi magnifikasi karena jarak antara

obyek dengan kaset jauh. Pada saat eksposi pasien tahan napas untuk

mengurangi pergerakan.

d) Kriteria Radiograf

Tampak gambaran vertebra servikal dalam posisi oblik, tampak foramen

intervertebralis kiri untuk LAO dan kanan untuk RAO diskus

intervertebralis membuka, angulus mandibula tidak superposisi dengan

vertebra servikal 1 dan 2 dan vertebra servikal 1 sampai vertebra

thorakal 1 tercakup dalam film.

Gambar 2.12. Proyeksi RAO dengan arah sumbu sinar menyudut


15-20° ke kaudal (Frank, 2012)
27

Gambar 2.13 Radiograf Proyeksi RAO dengan arah sinar menyudut


15-20° ke kaudal (Frank, 2012)
28

B. PERTANYAAN PENELITIAN

1. Bagaimana prosedur pemeriksaan radiografi servikal dengan klinis sindroma

servikal?

2. Apa alasan ketika proyeksi oblik pada pemeriksaan radiografi vertebra servikal

dengan klinis sindroma servikal menggunakan arah sumbu sinar tanpa penyudutan ?

3. Apa kelebihan dan kekurangan dari pemeriksaan radiografi servikal dengan klinis

sindroma servikal pada proyeksi oblik PA yang dilakukan dengan arah sumbu sinar

tanpa penyudutan ?

4. Apa alasan ketika proyeksi oblik pada pemeriksaan radiografi vertebra servikal

dengan klinis sindroma servikal menggunakan FFD 100cm?

5. Apa kelebihan dan kekurangan dari pemeriksaan radiografi servikal dengan klinis

sindroma servikal pada proyeksi oblik PA yang dilakukan dengan FFD 100cm ?

Anda mungkin juga menyukai