Anda di halaman 1dari 24

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Deskripsi Kasus Yang Di Kaji

1. Definisi

Scoliosis merupakan kondisi dimana kurva tulang punggung kita

membengkok kesisi samping dan bisa kita kenal dengan tipe “S” atau tipe “C”.

Area tulang belakang yang sering terjadi membengkuk pada area toracic lumbal.

Skoliosis adalah deformitas tulang belakang berupa deviasi vertebra ke arah

samping atau lateral. (Rahayussalim, 2007).

Scoliosis kurva C merupakan kondisi dimana kurva tulang punggung kita

membengkok kesisi samping yang berbentuk seperti huruf C yang umumnya di

thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan karena posisi asimetri dalam

waktu lama, kelemahan otot, atau sitting balance yang tidak baik. Scoliosis kurva

S merupakan kondisi dimana kurva tulang punggung kita membengkok kesisi

samping yg berbentuk seprti huruf S lebih sering terjadi pada scoliosis idiophatic,

di thoracal kanan dan lumbal kiri, ada kurva mayor dan kurva kompensatori.

(Rahayussalim, 2007).

6
7

2. Anatomi

a. Struktur tulang vertebra

Tulang vertebra terdiri dari 33 tulang yaitu 7 buah cervivical, 12 buah

tulang thoracal, 5 buah tulang lumbal, 5 buah tulang sacral 4 buah tulang

koqsigeus Tulang cervical, thoracal, dan lumbal masih tetap dibedakan sampai

usia berapapun, tetapi tulang sacral dan koqcigeus satu sama lain menyatu

membentuk dua tulang yaitu tulang sacrum dan koqcigeus. Diskusi

intervertebralis merupakan penghubung antara dua corpus vertebra, sistem otot

ligamentum membentuk jajaran barisan (aligmen) tulang belakang dan

memungkinkan mobilitas vertebra. Vertebra tersusun atas lima bagian yang

masing–masing ruas dipisahkan oleh adanya diskus intervertebralis, vertebra pada

regio ini ditandai dengan korpusnya yang besar, laminannya besar kuat korpusnya

jika dilihat dari atas tampak seperti ginjal dan foramen vertebranya.

Prosesus spinosus vertebra lumbal lebih pendek, tumpul dan mengarah ke

postorior dan processus articularis vertebra lumbal, facet superiornya mengarah ke

posterior medial dan facet inferiornya mengarah ke anterolateral seperti hanya

vertebra lain antar segmen vertebra lumbal juga dipisah oleh discus yang dibentuk

oleh nucleus pulposus pada bagian centralnya dan annulus fibrosus pada bagian

tepinya. Nucleus pulposus merupakan suatu masa gelatinosa yang berfungsi

sebagai peredam gerakan (pearch 2009)

Vertebra mempunyai 4 bagian bentuk tulangnya yang terdiri dari (1) Korpus,

(2) Processus spinosus, (3) Processus stransversus, (4) Foramen vertebralis.


8

1. Korpus

Bentuknya tebal dan sangat kuat yang berbentuk menyerupai ginjal yang

melintang, adapun daratan vertikal dan corpusnya lebih tinggi dibanding dengan

daratan–daratan dorsalnya, sehingga dengan adanya perbedaan tersebut akan

membentuk suatu lengkungan kedepan yang disebut lordosis lumbal dan bagian

antorior yang terdiri dari badan tulang atau corpus vertebralis (struktur yang

terbesar karena mengingat fungsinya sebagai penyangga berat badan.

2. Arkus

Bagian lain vertebra, adalah “lamina” dan “pedikel” yang membentuk

arkus tulang vertebra, yang berfungsi melindungi foramen spinalis. Processus

spinosus merupakan bagian posterior dan vertebra yang bila diraba terasa sebagai

benjolan, berfungsi tempat melekatnya otot–otot punggung. Diantaranya dua buah

tulang vertebra terdapat intervertebralis yang berfungsi sebagai bantalan atau

“shock absorbers” bila vertebra bergerak. Arkus vertebra dibentuk oleh dua kaki

atau pediculus/ pedikel dan dua lamina berfungsi melindungi foramen spinalis,

serta didukung oleh penonjolan atau processus.

3. Foramen Vertebra

Processus spinosus merupakan bagian posterior dari vertebra yang bila

diraba terasa sebagai tonjolan berfungsi tempat melekatnya otot–otot punggung

processus tersebut memebentuk lubang yang disebut forament vertebra, ketika

tulang punggung ini akan membentuk saluran sebagai tempat sumsum tulang

belakang atau medulla spinalis, diantara dua tulang punggung dapat ditemui celah

yang disebut forament intervertebralis.


9

4. Diskus intervertebralis

Diskus intervertebralis merupakan cartilago hyalin yang melekat dengan

corpus vertebra melalui annalus fibrosus bersifat semi permiabel, bagian depan

lebih tebal dari bagian belakang, dibagian dalam disebut nucleus pulposus,

merupakan 40% dari discus dan 80% berisi air sebagai bantalan penghantar da

distributor tekanan, mengandung protein poli shkarida yang dapat mengisap air.

Discus intervertebralis menghubungkan dua ruas tulang belakang yang berdekatan

fungsinya menyatukan ruas tulang belakang yang membentuk columna

vertebralis, memungkinkan adanya gerakan pada tulang belakang, mungkin besar

diskus makin besar gerak.


10

2 8

4
10

Gambar 2.3

Tulang Punggung kolumna Vertebralis dilihat dari ventra, dorsal dan


dari kiri (R. Putz dan R. Pabst, 2007)
11

b. Struktur otot pada vertebra

Stabilitas vertebra ditunjang oleh stabilitas aktif dan stabilitas pasif,

stabilitas aktif terdiri dari otot–otot yang berfungsi untuk menunjang pergerakan

vertebra, sedangkan stabilitas pasif yang berpaeran adalah ligament, berikut di

jelaskan beberapa jenis otot-otot pada vertebra.

1. Rectum abdominis

Rectum abdominis berorigo di cartilago costa 5 – 7 dan berinsertio di crista

pubica otot ini mendapat persarafan dari nervus intercostal 7 -12 yang

berfungsi membengkokkan badan.

2. Internal/Eksternal abdominis

Eksternal berorigo dicosta 5 -12 dan berinsertio di appeneurosis, internal

berorigo di crista illiaca da berinsrtio di costa 3 terakhir mendapat persarsfan

dari nervus intercostalis 8 -12 fungsinya untuk meluruskan badan (Stabilisasi).

3. Illiocostalis lumborum

Berorigo pada labium eksternum crista illiaca dan tulang sacrum berinsertio

pada anguler costa pada seluruh costa dipersarafi oleh rami dorsalis C4–L3

berfungsi sebagai ekstensor columna vertebra.

4. Musculus quadratum lumborum

Otot ini terletak disebelah bawah thorax samping lateral kanan dan kiri

berorigo pada crista illiaca dengan insertio ditepi bawah lumbal ke 1–4

dipersarafi oleh nervus thorax fungsinya untuk fleksi vertebra lumbalis.


12

5. Musculus Latissimus dorsi

Musculus ini bentuknya triangular besar yang menutupi region lumbal dan

separuh bagian bawah region thorax posterior, berorigo dengan membentuk

aponeurosis yang luas sebagai lamina posterior fascia thoracolumbalis, akan

melekat pada procusus spinosus 6 vertebra thorac bagian bawah, insertion

musculus ini melekat di dasar sulcus intertubercularis humeri, fungsi musculus ini

berfungsi untuk gerak ekstensi, adduksi dan medial rotasi brachium, musculus ini

juga berfungsi untuk menarik bahu ke bawah dan kebelakang, nervus musculus ini

mendapat intervensi dari N.thoracodorsalis atau N.subscapularis longus cabang

plexus brachialis, segment n.cervicalis ke-6, 7, dan 8.

6. M. Levator scapulae

Musculus ini letaknya dibagian dorsal dan lateral collum, berorigo dengan

bantuan serabut–serabut tendinosus, musculus ini melekat di processus

transverses atlas dan axis, juga melekad di tuberculum posterius processus

spinosus VC3 dan 4 insertio melekad dimargo vertebralis scapula, antara

angulus superior dan fascies triangular halus diradix spina scapulae, antara

angulus superior dan fascies triangular halus diradix spina scapulae, fungsi

untuk mengangkat scapula, dengan cara menarik kemedial dan rotasi sehingga

menurunkan angulus lateralis, apabila scapula tetap, musculus in berfungsi

untuk menarik collum ke lateral dan rotasi sedikit pada sisi yang sama, nervus

musculus ini mendapat innervasi dar cabang–cabang n. cervikalis ke- 3 dan 4

plexus cervikalis dan seringkali juga oleh cabang–cabang N. dorsalis scapula

yang mengandung serabut–serabut n.cervikalis ke–5.


13

7. M. Rhomboideus minor

Origo muskulus ini melekad dibagian inverior ligamentum nuchae, juga melekat

pada processus spinosus VC7 dan VTh1, Insertio serabut–serabut musculus ini

melekat pada basis fascia trianguler halus di radix spina scapula, biasanya

terpisah dari M. rhomboideus major oleh celah sempit, tetapi seringkali margines

kedua musculus tersebut juga dapat bersatu, fungsi untuk abduksi scapula,

nernus musculus rhomboidea ini diinervasi oleh n. dorsalis scapulae cabang

plexus brachialis, mengandung serabut–serabut N. cervicalis ke-5.

8. M. Trapezius

Origo di protuberantia occipitalis externa dan sepertiga medial line nuchea

superior ossis occipitalis, insertio di serabut-serabut yang suprior berinsertio di

tepi posterior sepertiga lateral clavicula, fungsi semua bagian dari musculus ini

bekerja bersama–sama, menyebabkan rotasi scapula, mengangkat bahu dalam

gerak abduksi penuh an fleksi brachium.

9. M. Teres major

Origo melekat di daerah oval yang terdapat pada facies dorsalis angulus

inferior scapulae, dan dengan melalui septa serabut–serabut nya saling

bercampur dengan serabut–serabut m.Teres minor dan m.infraspinatus

10. Erektor Spine

Erector Spine, merupakan group otot yang luas dan terletak dalam pada facia

lumbodorsal, serta muncul dari suatu aponeurosis pada sacrum, crista illiaca

dan procesus spinosus thoraco lumbal


14

7
8

6 9

10
5

3
4
2

Gambar 2.4 Musculi di Dorsum , Lamina superficialis.(sabota, 2007)


15

c. Ligament

Ligament yang memperkuat persendian di columna vertebralis regio

lumbal adalah :

1) Ligament suprasspinous

Ligament ini menempel pada processus spinosus di daerah apex

vertebra cervikal 7 sampai dengan sacrum, ligament ini kuat

menyerupai tali.

2) Ligament interspinous

Ligament ini terdapat diantara processus spinosus fungsinya

menghambat gerak fleksi dan rotasi.

3). Ligament flavum

Ligament ini menghubungkan antara lamina yang berdekatan

fungsinya memperkuat facet joints.

4). Ligament longitudinal anterior

Ligament ini melekat pada bagian anterior pada tiap discus dan bagian

tengah korpus, dimana tepi corpus lepas, ligament ini ikut mengontrol

gerakan ekstensi.

5). Ligament longitudinal posterior

Ligament ini pada bagian posterior diskus dan tepi korpus, dimana

pada bagian tengah corpus lepas ligament ini berfungsi menjaga sifat

fisiologis diakus serta berfungsi untuk mengontrol gerakan fleksi.


16

6). Ligament intertransversum

Ligament ini menghubungkan processus transversum yang berdekatan

ligament ini di daerah lumbal dan bersifat membranosa.(Regan, 2010 ).

d. Sistem persarafan

Ada 8 pasang saraf cervikal VII yang pertama muncul di atas masing–

masing vertebra cervikal yang bersangkutan, dengan yang kedelapan (C8)

terletak dibawah vertebra C7 dan diatas thorakal pertama, masing–masing saraf

spinal lainnya (TI–12, L1–5, S1–5, dan biasanya 2 saraf koksigeal, koksigeal 1

dan koksigeal 2 muncul dari foramen intervertebralis di bawah vertebra yang

sejenis dan senomor. Kauda equine merupakan akar dorsalis dan ventralis dari

kedua sumsum tulang belakang bagian bawah.

1. Nervus Lumbalis

Nervus lumbalis terdiri dari lima pasang nervus spinal yang berasal dari

segmen medulla spinalis antara vertebra thorakalis ke sembilan dan bagian bawah

vetebra thorakalis ke sebelas. Masing masing saraf lumbalis dibagi atas 1) bagian

primer posterior, yang pecah menjadi cabang medial yang mensarafi otot- otot spinal

multitidius dan cabang lateral yang mensarafi otot–otot sakrospinal dan menjadi

cabang nervus kutaneus sebagai nervus clunialis superior. 2) bagian primer anterior

bersama nervus sakralis dan koqsigeus membentuk pleksus lumbosakralis dan dari

pleksus ini berasal saraf–saraf utama dari lengkung pelvis dan ektremitas bawah

Distribusi nervus lumbalis di antaranya : 1) nervus illiohypogastrikus, 2)

nervus illioinguinalis, 3) nervus genitofemoralis, 4) nervus kutaneus femoralis, 5)

trunkus lumbosakralis, 6) nervus femoralis, 7) nervus obloratorius.


17

1 1
2

Gambar 2.5 Nervus Lumbalis. (Sabota, 2007)


18

2. Pleksus Lumbalis

Pleksus Lumbalis disusun oleh cabang anterior saraf spinal L1,2,3 dan

sebagian L4. Saraf tepi yang berinduk pada Pleksus Lumbalis adalah n. kutaneus

femoralis lateralis, n.femoralis, n.genitofemoralis dan n.obturatorius. (Netter,

2008).

3. Pleksus Sakral

Pleksus sakral dibentuk oleh segmen L4–S3 Saraf tepi besar yang

dipercabangkan dari pleksus sakral adalah: N.Ischiadicus (L4,5 & S1,2) Saraf tepi

terbesar di tubuh manusia pada tungkai atas mensarafi grup otot hamstring.

e. Sistem peredaran darah

1) Sistem peredaran darah arteri

Arteri spinalis anterior arteri ini dibentuk dari penggabungan sepasang

cabang dari arteri vertebralis. Arteri ini berjalan turun sepanjang permukaan

ventral sumsum tulang belakang servikal dan sedikit menyempit dekat T4, Arteri

Spinalis Medialis Anterior Arteri merupakan kelanjutan dari arteri spinalis

anterior dan bawah T4, Arteri Spinalis posterolateral arteri ini berasal dari arteri

vertebralis dan berjalan turun ke segmen servikal bawah dan torakal atas. Atreri

radikularis beberapa (tetapi tidak semua) arteri interkostalis dari aorta

memberikan cabang segmental (radikular) ke sumsum tulang belakang dari T1

sampai L1 cabang yang terbesar, arteri radikularis ventralis magna, juga dikenal

sebagai arteri radikularis memasuki sumsum tulang belakang di antara segmen T8

dan L4. Arteri ini biasanya timbul disisi kiri, dan pada kebanyakan orang,

memberikan sebagian besar suplai darah arteri untuk setengah dari bagian bawah
19

sumsum tulang belakang. Walaupun oklusi pada arteri ini jarang terjadi, oklusi ini

menyebabkan deficit neurologi yang besar (misalnya, paraplegia, hilangnya rasa

pada tungkai, inkontinuitas urin). Beberapa arteri radikularis berasal dari arteri

lumbalis, iliolumblis, dan sakralis lateral yang terdapat di bagian lumbosakral.

Diantanya suatu pembuluh yang basar nampaknya memasuki foramen

intervertebralis pada vertebra L2 untuk membentuk bagian arteri spinalis anterior

yang paling bawah arteri terminalis yang berjalan sepanjang filum terminalis.

Arteri Spinalis posterior sepasang arteri ini lebih kecih dari pada arteri

Spinalis anterior besar yang tunggal, arteri ini bercabang–cabang pada berbagai

tingkat untuk membentuk pleksus arterialis posterolateralis. Arteri Spinalisu

Posterior menyuplai kolumna putih dorsalis dan bagian posterior dari kolumna

kelabu dorsalis.( Slamet prawirohartono, 2005 )

Arteri sulkalis pada setiap segmen, cabang–cabang dari arteri radikular

yang memasuki foramen intervertebralis menyertai akar saraf dorsalis dan

ventralis. Cabang – cabang ini menyatu langsung dengan arteri spinalis posterior

dan anterior untuk membentuk cincin arteri yang tidak beraturan (suatu korona

arterialis) dengan hubungan–hubungan vertikal. Arteri sulkalis bercabang dari

arteri koronalis pada kebanyakan segmen. Arteri sulkalis anterior muncul

diberbagai tingkat sepanjang sumsum tulang belakang servikalis dan torakal

didalam sulkus ventralis arteri ini menyuplai kolumna ventralis dan lateralis

dikedua sisi sumsum tulang belakang.


20

2) Sistem peredaran darah vena

Pleksus venosus eksternus yang tidak beraturan terletak di dalam ruang

epidural dan berhubungan dengan vena–vena segmental, vena lesi vertebralis dari

kolumna vertebralis, pleksus basilaris dikepala, dan melalui vena pedikularis

pleksus venosus internus yang lebih kecil yang terletak di dalam ruang subaraknoid.

Seluruh drainase darah vena berakhir ke dalam vena cava. Kedua pleksus

membentang sepanjang sumsum tulang belakang. (Istamar syamsuri, 2004).

3. Biomekanik Vertebra

Bila seseorang membungkuk untuk mencoba menyentuh lantai dengan jari

tanpa fleksi lutut, selain fleksi dari lumbal harus dibantu dengan rotasi dari pelvis

dan sendi koxae. Perbandingan antara rotasi pelvis dan fleksi lumbal disebut ritme

lumbal–pelvis. Secara singkat punggung bawah merupakan suatu struktur yang

komplek dimana tulang vertebra, discus intervertebralis, ligamen dan otot akan

bekerjasama membuat manusia tegak, kemungkinan terjadi gerakan dan stabilitas.

Vertebra lumbalis berfungsi menahan tekanan gaya kinetik (dinamik) yang sangat

besar maka dari itu cenderung terkena ruda paksa dan cedera. Ritma lumbal–

pelvis. Pada pelveis yang terkilir, fleksi ekstensi dari verteber lumbalis terutama

terjadi pada segmen L4–L5 dan L5–S1. (Cailliet, 2002). Pada gerakan fleksi trunk

,60% - 70% terjadi pada persendian lumbosacralis (L5 – S1 ). Sedangkan 15 – 20

% terjadi pada persendian L4 – L5 dan 10 % pada L1 – L4. Permukan sendi

bagian lumbal lebih kebidang frontal dan sagital yang mempunyai sudut

permukaan dorsal dan sudut kemiringan ke ventral


21

4. Etiologi

Scoliosis non struktural dapat disebabkan oleh beberapa faktor,

diantaranya adalah :(1) Perbedaan panjang tungkai, (2) Spasme otot belakang

(splint back muscle) dapat terjadi oleh adanya injury pada jaringan lunak

belakang, (3) Kebiasaan postur yang asimetris, seperti :duduk dengan menumpu

berat badan pada satu tungkai atau saat berdiri dengan bertumpuh pada satu kaki,

mengakibatkan fleksibilitas yang asimetris. (Soetjaningsih, 2004)

Penyebab–penyebab scoliosis yang diketahai sekitar dari infeksi sampai

tumor dan penyakit yang langka. Beberapa anak lahir dengan scoliosis tetap, atau

mengalami pada masa kanak- kanak dini karena cacat pada tulang punggungnya.

Scoliosis tidak tetap selalu mengakibatkan masalah- masalah sekunder pada masalah

lain, seperti kelumpuhan tak merata otot –otot punggung, atau panggul miring (sering

kali disebabkan satu tungkai yang lebih pendek). Lengkungan tulang belakang

kerapkali terjadi anak – anak polio, cerebal palsy, muscular dystrophy, spina bifida,

cedera sum–sum tulang belakang athritis dan dislokasi panggul. Pastikan memeriksa

semua anak yang menderita kecacatan itu apakah juga mengalami lengkungan tulang

belakang, lambat laun lengkung tidak tetap menjadi tetap.(Rahayussalim, 2007).

A. Letak dan Bentuk Kurva

Letak kurva bisa di cervical, thoracal, lumbal, atau beberapa area

bentuk kurva

1. Kurva C : umumnya di thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan

karena posisi asimetri dalam waktu lama, kelemahan otot, atau sitting

balance yang tidak baik.


22

B. Derajat Scoliosis

Derajat scoliosis tergantung pada besar sudutnya dan besar rotasinya. Semakin

berat derajat scoliosis maka semakin besar pula dampaknya pada sistem

kardiopulmonal.

C. Klasifikasi dari derajat kurva scoliosis

1. Scoliosis ringan :kurva kurang dari 20º

2. Scoliosis sedang :kurva 20º – 40º /50 º. Mulai terjadi perubahan struktural

vertebra dan costa.

3. Scoliosis berat :lebih dari 40º /50º. Berkaitan dengan rotasi vertebra yang

lebih besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif, dan pada

sudut lebih dari 60 º - 70 º terjadi gangguan fungsi kardiopulmonal bahkan

menurunnya harapan hidup.

5. Patologi

Jenis scoliosis terdiri atas 2, yaitu berbentuk huruf S dan C, lengkung

kesamping (scoliosis –lengkungan berbentuk huruf S) dapat diakibatkan karena

kelempuhan otot – otot punggung yang tidak merata atau karena panggul miring yang

disebabkan satu tungkai lebih pendek, kadang–kadang penyebabnya tidak diketahui.


23

Gambar 2.2

Gambar 2.1 Hasil Rongent


24

6. Tanda dan gejala

Pada kebanyakan kasus, pada mulanya penderita tidak merasakan adanya

gangguan, kemudian pada kondisi yang lebih parah baru dirasakan adanya ketidak

seimbangan posisi thorax, scapula yang menonjol pada satu sisi, posisi bahu yang

tidak horizontal, panggul yang tidak simetris, dan kadang-kadang penderita

merasakan pegal-pegal pada daerah punggung (Liklukaningsih, 2009).

7. Komplikasi

Skoliosis dapat menimbulkan komplikasi–komplikasi yang berbahaya. Ini

disebabkan karena struktur vertebra adalah struktur yang penting dan berdekatan

dengan berbagai struktur krusial linnya. Komplikasi–komplikasi yang dapat

timbul antara lain, (1) Gangguan jantung dan dan paru karena adanya perubahan

struktur ribcage, (2) Gangguan punggung terkait dengan struktur terlibat misalnya

spasme otot, saraf terjepit yang menyebabkan nyeri, fatigue, ataupun muscle
25

weakness, (3) deformitas berat memperburuk penampilan, (4) penyakit sendi

degenerative.

8. Prognosis

Prognosis tergantung kepada penyebab, lokasi dan beratnya kelengkungan.

Semakin besar kelengkungan scoliosis, semakin tinggi resiko terjadinya progresivitas

sesudah masa pertumbuhan anak. Scoliosis ringan yang hanya diatasi dengan brace

memiliki prognosis baik dan cenderung tidak menimbulkan masalah jangka panjang

selain kemungkinan timbulnya sakit punggung pada saat usia penderita semakin

bertambah. Penderita scolisis idiopatik yang menjalani pembedahan juga memiliki

prognosis yang baik dan bisa hidup secara aktif dan sehat.

Penderita scoliosis neuromuskuler selalu memiliki penyakit lainnya yang

serius seperti cerebral palsy atau distrofi otot. Karena itu tujuan dari pembedahan

biasanya adalah memungkinkan anak bisa duduk tegak pada kursi roda. Bayi yang

menderita scoliosis kongenital memiliki sejumlah kelainan bentuk yang

didasarinya, sehingga penanganannya pun tidak mudah dan perlu dilakukan

beberapa kali pembedahan.

B. Problematika fisioterapi

Problematika fisioterapi yang dihadapi oleh penderita scoliosis adalah

berkaitan dengan impairment, fungcional limitation, dan disability. Impaiment

adalah problematik yang menjadi penyebab tidak dapat dilakukan gerak yang

normal oleh pasien pada kondisi ini yang menjadi masalah impairment adalah (1)

adanya nyeri pada punggung sebelah kanan, (2) adanya spasme otot m. levator
26

scapula dan m. tranpezius dan adanya keterbatasan lingkup gerak gendi pada

trunk, (3) adanya penurunan kekuatan otot, (4) adanya perubahan posture pada

tulang belakang.

Fungcionallimitation atau keterbatasan adalah masalah aktifitas

keseharian penderita Scoliosis dapat berupa (1) Adanya nyeri saat berjalan (2)

Nyeri saat aktifitas jongkok, (3) Tidak bisa melakukan aktifitas yang berat

seperti mengangkat dan lain sebagainya. Disability adalah masalah yang banyak

dijumpai dilingkungan sehari–hari terutama berhubungan dengan pekerjaan dan

hobby.

C. Tujuan Fisioterapi

Adapun tujuan fisioterapi pada kasus Scoliosis adalah (1) Mengurangi

nyeri, (2) Mengurangi spasme otot dan meningkatkan Lingkup Gerak Sendi pada

trunk, (3) Meningkatkan kekuatan otot-otot punggung, serta mengembalikan

posture tulang belakang.

D. Modalitas Fisioterapi

Adapun teknologi intervensi fisioterapi berupa:

1. Short Wave Diathermy

SWD adalah alat yang menggunakan energi elektromagnetik yang

dihasilkan oleh arus bolak balek frekuensi tinggi. Frekuensi yang diperolehkan

pada pemakaian SWD adalah 13.66 MHz, 27,33 MHz dan 40,98 MHz panjang

gelombang yang sesuai dengan frekuensi SWD yang sering digunakan adalah
27

27,33 MHz (dengan panjang gelombang 11 m atau sering juga disebut energi

elektromagnetik 27 MHz.

Arus frekuensi tinggi adalah arus listrik bolak balik yang frekuensinya

lebih dari 500.000 cycle/detik yang tidak memberikan rangsangan terhadap

saraf sensorik maupun motoric. Arus ini sering juga disebut arus oscialasi.

Continuous SWD utamanya meimbulkan efek thermal, sehingga

menghasilkan efek fisiologi berupa peningkatan sirkulasi darah dan proses

metabolisme,(paul hooper, 2002).

1. Dengan demikian indikasi SWD adalah :

a) Kondisi-kondisi post traumatic dan post-operasi seperti,arthrothy,

kontusio, ditorsio, hematoma.

b) Gangguan-gangguan lain seperti, ankylopoietik spondylosis, myalgia,

neuralgia yang masih akut.

2. Kontrak indikasi pada SWD adalah :

Pemasangan besi pada tulang, tumor atau kangker, pacemaker pada

jantung, tuberculosis pada sendi, RA pada sendi, kondisi mentruasi dan

kehamilan.

Efek – efek terapeutik nergy alektromaknetik 27 MHz antara lain

(1) Meningkatkan sirkulasi darah

Dengan timbulnya panas yang dihasilkan oleh SWD (EEM &

MHz) akan menimbukankan vasolidatasi local pada pembuluh darah

sehingga perendaran darah akan lebih lancar dan supply zat–zat yang

dibutuhkan oleh proses metabolisme akan adanya panas yang disebabkan


28

oleh pemberian SWD pada jaringan pengikat seperti tendon, ligament dan

kapsul sendi maka akan meningkatkan elastisitas jaringan pengikat sebagai

bagian penyusun sendi maka struktur sekitar sendi akan kendor dan

kekakuan sendi berkurang.

(2) Mengurangi rasa nyeri

Akibat penekanan ujung–ujung saraf sensoris pada persendian

(nociceptor) akan mengakibatkan rasa nyeri yang diakibatkan oleh aktivitas

nociceptor yang meningakat. Pemberian SWD (EEM 27 MHz) dapat

memberikan efek sedative dan analgetik pada ujung–ujung sensoris oleh

karena pengaruh thermal (panas). Sehingga merangsang therno receptor

terjadi pada dumping terhadap aktivitas nociceptor .

(3) Mengurangi spasme dan menimbulkan relaksasi otot

Akibat adanya rasa otot–otot akan mengadakan productive spasme.

Sehingga otot–otot akan tegang (spasme). Pemberian SWD akan

menyebabkan otot–otot menjadi rileks dan kondisi otot menjadi baik.

2. Bugnet exercise

Bagnet exercise adalah suatu metode pengobatan yang berdasarkan

kesnggupan dan kecenderungan manusia untuk mempertahankan sikap badan

melawan kekuatan dari luar. Bugnet exercise merupakan metode latihan

resistance postural diperkenalkan oleh madame bugnet 1948, lalu dikembang

oleh Mw van Guenteran, et al 1952. Awalnya untuk terapi scoliosis, dan

merupakan reflek gaya dari luar menggunakan peran reflek primitive, mis

hand grips, righting reflek, etc ,Tujuan adanya keharmoniasan dalam


29

kelompok jaringan otot dengan efek perbaikan dari otot yang diterapi

kemudian memperkuat otot – otot yang lemah sehingga memberbaiki fungsi

dari seluruh alat gerak, memperbaiki muscle imbalance, sehingga terjadi

keharmonisan kondraksi simultan, memperkuat otot lemah dalam satu fungsi

oleh otot yang kuat, meningkatkan fungsi stabilitas aktif, meningkatkan fungsi

posisi tubuh, memberikan keseimbangan duduk dan berdiri. (Garden, 2005).

Ciri-ciri dan teknik Metode Bugnet ini, kontraksi otot tidak individual

tetap dalam kerja fungsional kontraksi simultan. Dilatih untuk pertahankan

sikap dan close chain isometric max dengan tahanan max meningkat teknik

untuk menimbulkan reflek dan mempertahankan posisi dan sikap tubuh

(Chintya alan, 2012) diberikan tahanan dan manipulasi muskular kontraksi

otot menyeluruh secara isometrik, ritmis, meningkatkan tahanan dari luar.

Pengaturan posisi awal diikuti kerja otot extermitas dalam close chain

stimulasi otot berupa manipulasi dan regangan. Latihan secara grup otot dalam

pola saling terkait (Chintya Alam, 2012).

Anda mungkin juga menyukai