Anda di halaman 1dari 47

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Anatomi
Columna vertebralis merupakan pilar utama tubuh, dan berfungsi
menyanggah cranium, gelang bahu, ekstremitas superior, dan dinding thorax
serta melalui gelang panggul meneruskan berat badan ke ekstremitas
inferior. Di dalam rongganya terletak medulla spinalis, radix nervi spinales,
dan lapisan penutup meningen, yang dilindungi oleh columna vertebralis.7

Gambar 2.1 Vertebra dilihat dari ventral, dorsal, lateral


Columna vertebralis terdiri atas 33 vertebrae, yaitu 7 vertebra
cervicalis, 12 vertebrae thoracicus, 5 vertebra lumbalis, 5 vertebra sacralis, 4
vertebra coccygis. Struktur columna ini fleksibel, karena columna ini
bersegmen-segmen dan tersusun atas vertebrae, sendi-sendi, dan bantalan
fibrocartilago yang disebut discus intervetebralis.7
Ciri-ciri umum vertebra7
Vertebra tipikal terdiri atas corpus yang bulat di anterior dan arcus
vertebrae di posterior. Keduanya melingkupi sebuah ruang disebut foramen
vertebralis, yang dilalui oleh medulla spinalis dan bungkus-bungkusnya.

Arcus vertebrae terdiri atas sepasang pediculus yang berbentuk silinder,


yang membentuk sisi-sisi arcus, dan sepasang lamina gepeng yang
melengkapi arcus dari posterior.
Arcus vertebrae mempunyai tujuh processus yaitu satu processus
spinosus, dua processus transversus, dan empat processus artikularis.
Processus spinosus atau spina, menonjol ke posterior dari pertemuan
kedua lamina. Processus transversus menonjol ke lateral dari pertemuan
lamina dan pediculus. Processus spinosus dan processus transversus
berfungsi sebagai pengungkit dan menjadi tempat melekatnya otot dan
ligamentum.
Processus articularis superior terletak vertical dan terdiri atas dua
processus articularis superior dan dua processus articularis inferior.
Processus ini menonjol dari pertemuan antara lamina dan pediculus, dan
facies articularisnya diliputi oleh cartilage hyaline.
Kedua processus articularis superior dan sebuah arcus vertebrae
bersendi dengan kedua processus articularis inferior dari arcus yang ada di
atasnya, membentuk sendi synovial. Pediculus mempunyai lekuk pada
pinggir atas dan bawahnya, membentuk incisura vertebralis superior dan
inferior. Pada masing-masing sisi, incisura vertebralis superior sebuah
vertebra dan incisura vertebralis inferior dari vertebra di atasnya membentuk
foramen intervetebrale. Foramina ini pada kerangka yang berartikularis
berfungsi sebagai tempat lewatnya nervi spinales dan pembuluh darah.
Radix anterior dan posterior nervus spinalis bergabung di dalam foramina
ini, bersama dengan pembungkusnya membentuk saraf spinalis segmentalis.

Gambar 2.2 Vertebrae lumbal dilihat dari dorsal, superior, ventral


Ciri-ciri vertebra lumbalis tipikal
Sebuah vertebra lumbalis tipikal mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :7
1. Corpus besar dan berbentuk ginjal
2. Pediculus kuat dan mengarah ke belakang
3. Lamina tebal
4. Foramina vertebrale berbentuk segitiga
5. Processus transversus panjang dan langsing
6. Processus spinosus pendek, rata, dan berbentuk segiempat dan mengarah
ke belakang.
7. Facies articularis processus articularis superior menghadap ke medial dan
facies articularis processus inferior menghadap ke lateral.

Perhatikan bahwa vertebrae lumbalis tidak mempunyai facies articularis


untuk bersendi dengan costae dan tidak ada foramina pada processus
transversus.

Gambar 2.3 Isi canalis vertebralis lumbalis potongan melintang


Os Sacrum7
Os sacrum mempunyai lima vertebra rudimenter yang bergabung
menjadi satu membentuk sebuah tulang berbentuk baji yang cekung di
anterior. Pinggir atas atau basis tulang bersendi dengan vertebra lumbalis V.
Pinggir bawah yang sempit bersendi dengan os coccygis. Di lateral, os
sacrum bersendi dengan dua os coxae untuk membentuk articulation
sacroiliaca. Pinggir anterior dan atas vertebrae S1 menonjol ke depan
sebagai margo posterior apertura pelvis superior dan dikenal sebagai
promontorium sacralis. Promontorium sacralis pada perempuan penting
untuk abstetri, dan digunakan pada waktu menentukan ukuran pelvis.
Terdapat foramina vertebralis dan membentuk canalis sacralis.
Lamina vertebra sacralis kelima dan kadang-kadang juga vertebra sacralis
keempat tidak mencapai garis tengah dan membentuk hiatus sacralis.
Canalis sacralis berisi radix anterior dan posterior nervi spinales sacrales
coccygeales, filum terminale, dan zat-zat fibroadiposa. Juga berisi bagian
bawah spatium subarachnoidea, ke bawah sampai setinggi pinggir bawah
vertebra.

Permukaan anterior dan posterior sacrum mempunyai empat foramina


pada setiap sisi, untuk tempat lewatnya rami anteriores dan posteriores
n.spinalis S1-4.
Discus Invertebralis7
Discus intervetebrlis menyusun seperempat dari panjang columna
vertebralis. Discus ini paling tebal di daerah cervical dan lumbal, tempat
banyak terjadi gerakan columna vertebralis. Struktur ini dapat dianggap
sebagai discus semielastis, yang terletak diantara corpus vertebra yang
berdekatan dan bersifat kaku. Setiap discus terdiri atas bagian pinggir,
annulus fibrosus, dan bagian tengah yaitu nucleus pulposus.
Annulus fibrosus terdiri atas jaringan fibrocartilage, di dalamnya
serabut-serabut kolagen tersusun dalam lamel-lamel yang konsentris. Berkas
kolagen berjalan miring diantara corpus vertebrae yang berdekatan, dan
lamel-lamel yang lain berjalan dalam arah sebaliknya. Serabut-serabut yang
lebih perifer melekat dengan erat pada ligamentum longitudinale anterius
dan posterius columna vertebralis.
Nucleus pulposus pada anak-anak dan remaja merupakan masa
lonjong dari zat gelatin yang banyak mengandung air, sedikit serabut
kolagen, dan sedikit sel-sel tulang rawan. Biasanya berada dalam tekanan
dan terletak sedikit lebih dekat ke pinggir posterior daripada pinggir anterior
discus.Permukaan atas dan bawah corpus vertebra yang berdekatan yang
menempel pada discus diliputi oleh cartilage hyaline yang tipis.
Sifat nucleus pulposus yang setengah cair memungkinkannya berubah
bentuk dan vertebra dapat menjungkit ke depan atau ke belakang di atas
yang lain, seperti pada gerakan fleksi dan ekstensi columna vertebralis
Peningkatan beban kompresi yang mendadak pada columna
vertebralis menyebabkan nucleus pulposus yang semicair ini menjadi
gepeng. Dorongan keluar dari nucleus ini dapat ditahan oleh daya pegas
annulus fibrosus disekelilingnya. Kadang-kadang, dorongan ke luar ini
terlalu kuat bagi annulus, sehingga annulus menjadi robek dan nucleus
pulposus menjadi keluar dan menonjol ke dalam canalis vertebralis, tempat
nucleus ini dapat menekan radix nervus spinalis, nervus spinalis, atau
bahkan medulla spinalis
Dengan bertambahnya umur, kandungan air di dalam nucleus
pulposus berkurang dan digantikan oleh fibrocartilage. Serabut-serabut

collagen annulus berdegenerasi, dan sebagai akibatnya annulus tidak lagi


berada dalam tekanan. Pada usia lanjut, discus ini tipis dan kurang lentur,
dan tidak dapat lagi dibedakan antara nucleus dan annulus.
Ligamentum7
1. Ligamentum longitudinale anterius dan posterius.
Berjalan turun sebagai sebuah pita pada permukaan anterior dan
posterior columna vertebralis dari cranium sampai ke sacrum.
2. Ligamentum supraspinale
Berjalan diantara ujung-ujung processus spinosus yang berdekatan
3. Ligamentum interspinalis
Menghubungkan processus spinosus yang berdekatan
4. Ligamentum intertransversaria
Berjalan diantara processus transversus yang berdekatan
5. Ligamentum flavum
Menghubungkan lamina dari vertebra yang berdekatan

Gambar 2.4 Vertebrae lumbal potongan median skematis


Otot-otot punggung7
Otot-otot punggung dapat dibagi menjadi tiga kelompok utama: 1.
Otot-otot superficialis yang berhubungan dengan cingulum membri

superior,

2. Otot-otot intermedia yang ikut dalam respirasi, dan 3.

Otot-otot profunda yang dimiliki oleh columna vertebralis


Otot-otot superfisial
Otot-otot ini merupakan bagian ekstremitas superior

yaitu,

m.trapezius, m.lattisimus dorsi, m.levator scapulae, dan m.rhomboideus


major dan minor.
Otot-otot intermedia
Otot-otot ini berhubungan dengan respirasi dan terdiri atas m.serratus
posterior superior, m.serratus posterior inferior, dan m.levatores costarum
Otot-otot profunda punggung ( otot-otot postvetebralis )
Otot-otot punggung profunda membentuk kolum jaringan otot yang
lebar dan tebal, yang menempati lekukan di kanan kiri processus spinosus.
Otot-otot ini terbentang dari sacrum sampai cranium. Perlu diketahui bahwa
masa otot majemuk ini terdiri dari berbagai otot terpisah dengan panjang
yang beragam. Masing-masing otot dapat dianggap sebagai sebuah tali,
yang bila ditarik mengakibatkan satu atau beberapa vertebra melakukan
ekstensio atau rotasio terhadap vertebra yang ada dibawahnya. Karena origo
dan insersio berbagai kelompok otot ini saling tumpang tindih, seluruh
daerah columna vertebrallis dapat bergerak dengan mulus.
Fascia profunda punggung7
Pars lumbalis fascia profunda terletak di dalam celah antara
cristailiaca dan costa XII. Bagian ini membentuk aponeurosis kuat daan di
lateral menjadi tempat origo serabut-serabut tengah m.transversus dan
serabut-serabut atas m.obliqus internus dinding abdomen
Di medial, pars lumbalis fascia profunda pecah menjadi tiga lamel.
Lamel posterior menutupi otot-otot profunda punggung dan melekat pada
processus spinosus vertebra lumbalis. Lamel tengah berjalan ke arah medial,
dan melekat pada ujung processus transversus vertebrae lumbalis, lamel ini
terletak di depan otot punggung profunda dan di belakang m.quadratus
lumborum. Lamel anterior berjalan ke medial dan melekat pada permukaan
anterior processus transversus vertebrae lumbalis, lamel ini terletak di depan
m.quadratus lumborum.
Di daerah thoracal, fascia profunda melekat dimedial pada processus
spinosus vertebra dan di lateral pada angulus costae. Fascia ini menutupi
permukaan posterior otot punggung profunda

10

Di daerah cervical, fascia profunda jauh lebih tipis dan tidak ada
kepentingan khusus.
Pendarahan punggung7
Arteri
Di daerah cervical, cabang-cabang yang berasal dari a.occipitalis,
sebuah cabang a.carotis eksterna; dari a.vertebralis, sebuah cabang
a.subclavia; dari a.cervicalis profunda, sebuah cabang dan truncus
costocervicalis, cabang dari a.subclavia; dan dari a.cervicalis ascenden,
sebuah cabang dari a.thyroidea inferior
Di daerah thoracal, cabang-cabang berasal dari aa.intercostales
posteriors, dan di daerah lumbal cabang-cabang dari a.subcostalis dan
lumbalis. Di daerah sacral, cabang-cabang berasal dari a.iliolumbalis dan
a.sacralis lateralis, cabang-cabang dari a.iliaca interna
Vena
Vena-vena yang mengalirkan darah dari struktur-struktur dipunggung
membentuk plexus rumit yang terbentang sepanjang columna vertebralis
dan cranium sampai ke os coccygis. Vena-vena ini dapat dibagi menjadi (a)
yang terletak diluar columna vertebralis dan mengelilinginya membentuk
plexus venosus vertebralis eksternus dan (b) yang terletak di dalam canalis
vertebrlis dan membentuk plexus venosus vertebralis internus. Plexusplexus ini berhubungan secara bebas dengan vena-vena di leher, thorax,
abdomen, dan pelvis. Di atas, plexus ini berhubungan dengan sinus venosus
occipitalis dan basilaris di dalam cavum cranii melalui foramen magnum.
Plexus venosus vertebralis internus terletak di dalam canalis vertebralis
tetapi di luar durameter medulla spinalis. Plexus ini tertanam di dalam
jaringan areolar dan menampung cabang-cabang dari vertebrae dengan
perantaraan vv. basivertebralis dan dari meningen serta medulla spinalis.
Aliran limfe punggung7
Pembuluh-pembuluh limfe profunda mengikuti vena dan bermuara ke
dalam nodi lymphoidei cervicales profundi, mediastinales posterior, aortica
laterals dan sacrales. Pembuluh linfe dari kulit leher bermuara ke nodulus
servicalis, yang berasal dari batang tubuh di atas crista iliaca bermuara ke
nodus axillaris, dan yang berasal dari daerah di bawah crista iliaca bermuara
nodus inguinalis superficialis.
Persarafan punggung7

11

Kulit dan otot-otot pinggang dipersarafi secara segmental oleh rami


posterior 31 pasang saraf spinalis. Rami posterior C1, 6, 7 dan 8 serta L4
dan 5 mempersarafi otot punggung profunda, tetapi tidak mempersarafi
kulitnya. Ramus posterior C2 ( n. occipitalis major ) berjalan ke atas melalui
tengkuk dan mempersarafi kulit kepala rami posteriors berjalan ke bawah
dan lateral dan mempersarafi sebagian kulit, sedikit dibawah tempat
keluarnya foramen intervertabralis. Persarafan kulit yang tumpang tindih
menyebabkan pemotongan satu saraf mengakibatkan berkurangnya sensasi
kulit, tetapi tidak menghilangkannya secara total. Setiap ramus posterior
terbagi menjadi dua, yaitu cabang medial dan lateral.

12

Gambar 2.5 Dermatom manusia


2.2 Definisi Nyeri Punggung Bawah (Low Back Pain)
Nyeri punggung bawah adalah nyeri yang dirasakan daerah punggung
bawah, dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya.
Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah
yaitu di daerah lumbal atau lumbo-sakral dan sering disertai dengan
penjalaran nyeri ke arah tungkai dan kaki.9

13

Low Back Pain menurut perjalanan kliniknya dibedakan menjadi dua


yaitu:10
A. Acute low back pain
Rasa nyeri yang menyerang secara tiba-tiba, rentang waktunya hanya
sebentar, antara beberapa hari sampai beberapa minggu. Rasa nyeri ini dapat
hilang atau sembuh. Acute low back pain dapat disebabkan karena luka
traumatik seperti kecelakaan mobil atau terjatuh, rasa nyeri dapat hilang
sesaat kemudian. Kejadian tersebut selain dapat merusak jaringan, juga dapat
melukai otot, ligamen dan tendon. Pada kecelakaan yang lebih serius, fraktur
tulang pada daerah lumbal dan spinal dapat masih sembuh sendiri. Sampai
saat ini penatalaksanan awal nyeri pinggang akut terfokus pada istirahat dan
pemakaian analgesik.
B. Chronic low back pain
Rasa nyeri yang menyerang lebih dari 3 bulan atau rasa nyeri yang
berulang-ulang atau kambuh kembali. Fase ini biasanya memiliki onset yang
berbahaya dan sembuh pada waktu yang lama. Chronic low back pain dapat
terjadi karena osteoarthritis, rheumatoidarthritis, proses degenerasi discus
intervertebralis dan tumor.
2.3 Epidemiologi
LBP sering dijumpai dalam praktek sehari-hari, terutama di negara-negara
industri. Diperkirakan 70-85% dari seluruh populasi pernah mengalami episode
ini selama hidupnya. Prevalensi tahunannya bervariasi dari 15-45%, dengan point
prevalence rata-rata 30%.11
Di Indonesia, LBP dijumpai pada golongan usia 40 tahun. Secara
keseluruhan, LBP merupakan keluhan yang paling banyak dijumpai (49%). Pada
negara maju prevalensi orang terkena LBP adalah sekitar 70-80%. Pada buruh di
Amerika, keluhan LBP meningkat sebanyak 68% antara tahun 1971-1981.12
Sekitar 80-90% pasien LBP menyatakan bahwa mereka tidak melakukan
usaha apapun untuk mengobati penyakitnya, jadi dapat disimpulkan bahwa LBP
meskipun mempunyai prevalensi yang tinggi, namun penyakit ini dapat sembuh
dengan sendirinya.12
2.4 Etiologi Nyeri Punggung Bawah9,13,14
1. Trauma

14

2. Proses degeneratif
Spondilosis
Hernia Nukleus Pulposus (HNP)
Osteoarthritis
Stenosis Spinal
3. Akibat penyakit inflamasi
Rheumatoid arthritis
Spondilitis angkilopoetika
4. Akibat gangguan metabolisme
5. Akibat neoplasma
Tumor benigna
Tumor maligna
6. NPB akibat kelainan kongenital
Spina bifida
Spondilolistesis
7. Nyeri punggung bawah sebagai referred pain
8. Psikoneurotik
9. Infeksi
2.5 Faktor risiko Nyeri Punggung Bawah2,15,16,17
Faktor risiko untuk nyeri punggung bawah antara lain adalah usia, jenis
kelamin,

pekerjaan,obesitas,

aktivitas,

kebiasaan

merokok,

riwayat

cedera/trauma, dan riwayat keluarga.


a. Usia
Usia merupakan faktor yang memperberat terjadinya nyeri
punggung bawah, sehingga biasanya diderita oleh orang berusia lanjut
karena penurunan fungsi-fungsi tubuhnya terutama tulangnya sehingga
tidak lagi elastis seperti diwaktu muda. Penelitian telah memperlihatkan
bahwa risiko dari nyeri punggung bawah meningkat pada pasien yang
semakin tua, Tetapi saat ini sering ditemukan orang berusia muda sudah
terkena nyeri punggung bawah. Bahkan anak-anak dan remaja saat ini
semakin berisiko mengalami nyeri punggung akibat menghabiskan
terlalu banyak waktu membungkuk di depan komputer atau membawa
tas sekolah yang berat dari dan ke sekolah.
Nyeri punggung bawah merupakan keluhan yang berkaitan erat
dengan usia. Keluhan ini jarang dijumpai pada kelompok usia 0-20
tahun, hal ini berhubungan dengan beberapa faktor etiologi tertentu
yang lebih sering dijumpai pada usia yang lebih tua. Biasanya nyeri ini
mulai dirasakan pada mereka yang berusia decade kedua dan insiden
tertinggi dijumpai pada decade kelima. Bahkan keluhan nyeri punggung

15

bawah ini semakin lama semakin meningkat hingga usia sekitar 55


tahun.
b. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan memiliki risiko yang sama terhadap
keluhan nyeri punggung bawah sampai umur 60 tahun. Namun pada
kenyataannya jenis kelamin seseorang dapat mempengaruhi timbulnya
nyeri punggung bawah, karena pada wanita keluhan ini lebih sering
terjadi misalnya pada saat mengalami siklus menstruasi, selain itu
proses menopause juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang
akibat penurunan hormon estrogen sehingga memungkinkan terjadinya
nyeri punggung bawah.
c. Pekerjaan
Faktor risiko di tempat kerja yang banyak menyebabkan gangguan
otot rangka terutama adalah kerja fisik berat, penanganan dan cara
pengangkatan barang, gerakan berulang, posisi atau sikap tubuh selama
bekerja, getaran, dan kerja statis. Oleh karena itu, riwayat pekerjaan
sangat diperlukan dalam penelusuran penyebab nyeri punggung bawah.
Pada pekerjaan tertentu, misalnya seorang kuli pasar yang biasanya
memikul beban di pundaknya setiap hari. Pekerja kantoran, pengemudi,
dan penjahit di suatu perusahaan dimana sikap kerja yang statis dan
lama dengan posisi duduk memiliki risiko nyeri punggung bawah.
d. Indeks Massa Tubuh (IMT)
Indeks Massa Tubuh (IMT) merupakan sebuah metode sederhana
yang digunakan untuk mengklasifikasikan berbagai tingkatan dari berat
badan. Indeks Massa Tubuh (IMT) didefinisikan sebagai pembagian
antara berat badan dalam satuan kilogram dengan kuadrat tinggi badan
dalam satuan meter.
Indeks Massa Tubuh seseorang yang berlebih risiko timbulnya
nyeri punggung bawah lebih besar karena peningkatan beban yang
ditumpu oleh sendi vertebrae. Rumus Indeks Massa Tubuh (IMT)
sebagai berikut :
BB (kg)
IMT =
(TB (m))2

16

Adapun klasifikasi Indeks Massa Tubuh yang ditetapkan oleh


World Health Organization (WHO) yaitu sebuah badan kesehatan
dunia, dapat dilihat pada tabel dibawah ini:
Tabel 2.1 Klasifikasi Berat Badan yang diusulkan berdasarkan IMT pada
Penduduk Asia Dewasa (IOTF, WHO 2000)

Menurut penelitian Putri Perdani (2010) dengan desain penelitian


kasus kontrol terhadap 110 responden didapat orang yang mempunyai
postur tubuh piknik berisiko 6,9 kali (OR=6,9 ) untuk timbulnya nyeri
punggung bawah. Dengan adanya berat badan berlebih, terutama beban
ekstra di daerah perut dapat menyebabkan tekanan pada daerah tersebut
meningkat.
e. Aktivitas fisik
Aktifitas fisik adalah setiap gerakan tubuh yang meningkatkan
pengeluaran tenaga dan energi.Sikap tubuh yang salah merupakan
penyebab nyeri punggung bawah yang sering tidak disadari oleh
penderitanya. Kebiasaan seseorang seperti duduk, berdiri, tidur,
mengangkat beban pada posisi yang salah dapat menyebabkan nyeri
punggung bawah. Misalnya seorang pelajar/ mahasiswa yang seringkali
membungkukkan punggungnya pada waktu menulis.
Selain dari sikap tubuh yang salah, duduk yang monoton lebih dari
5 jam dapat meningkatkan risiko timbulnya nyeri punggung bawah.
Semakin lama seseorang duduk monoton maka semakin meningkat
risiko nyeri punggung bawah
Menurut penelitian Diana Samara 2004 duduk lama terutama lebih
dari 4 jam dan sikap duduk yang salah seperti membungkuk dapat

17

menyebabkan nyeri punggung bawah. Bila keadaan ini dibiarkan


berlanjut dapat mengakibatkan gangguan pada diskus intervertebralis.
Menurut Panel of Musculoskeletal Disorders and the Workplace
(2001) bentuk gangguan muskuloskeletal yang terjadi sebagai akibat
dariketidakseimbangan antara beban dan toleransi.
Menurut Departemen Kesehatan (2009) mengangkat beban
sebaiknya tidak melebihi dari aturan yaitu laki-laki dewasa sebesar 1520 kg dan wanita (16-18 tahun) sebesar 12-15 kg.
Pengelompokkan berat beban pada penelitian ini diambil dari
penelitian yang sudah ada sebelumnya, dimana Studi kohort yang
dilakukan oleh Andreas Holtmann et al pada tahun 2004 di Denmark
pada 2.235 mahasiswa baru wanita keperawatan tanpa riwayat nyeri
punggung bawah. Kemudian faktor risiko beban kerja fisik yang berat
dengan kejadian nyeri punggung bawah dinilai pada satu dan dua tahun
setelah lulus. Hasil penelitian menunjukkan bahwa beban kerja fisik
yang berat memiliki risiko lebih tinggi terkena nyeri punggung bawah
daripada beban kerja fisik yang rendah. Adapun beban yang diangkat
adalah sebuah batang dengan sudut 60 derajat ( up to 7 kg), menengah
(8 - 30 kg) dan berat (lebih dari 30 kg).16
f. Merokok
Perokok ataupun mantan perokok lebih berisiko terkena nyeri
punggung bawah dibandingkan dengan yang bukan perokok. Kebiasaan
merokok

akan

menurunkan

kapasitas

paru-paru,

sehingga

kemampuannya untuk mengkonsumsi oksigen akan menurun. Bila


orang tersebut dituntut untuk melakukan tugas yang menuntut
pengerahan tenaga, maka akan mudah lelah karena kandungan oksigen
dalam darah rendah.
Menurut Holm and Nachemson rokok tidak hanya mengganggu
sistem sirkulasi tetapi juga menyebabkan penurunan kapasitas cairan,
merusak sel yang baru dan hasil metabolisme dalam diskus
intervetebralis.
Gyntelberg mengemukakan bahwa seorang perokok yang terkena
bronchitis kronik merangsang timbulnya nyeri punggung bawah yang
berulang. Peningkatan tekanan intraspinal saat batuk dan atherosclerosis
aorta menyebabkan nyeri punggung bawah

18

Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu


perkalian jumlah rata-rata batang rokok yang dihisap sehari dikalikan
lama merokok dalam tahun :
- Ringan : 0-200 batang
- Sedang : 200-600 batang
- Berat : >600 batang
g. Riwayat cedera/trauma
Riwayat cedera/trauma merupakan salah satufaktor risiko nyeri
punggung bawah. Seseorang yang pernah mengalami cedera/trauma
sebelumnya

berisiko

dikarenakan

faktor

untuk

mengalaminyeri

kekambuhan

atau

karena

punggung

bawah

cedera

tersebut

berlangsung kronis.
h. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga terbukti meningkatkan faktor risikonyeri
punggung bawah. Mekanisme genetik yang mendasari degenerasi
diskus sehingga memberikan persepsi nyeri di daerah punggung yaitu
Interleukin-1 secara khusus memberikan kontribusi untuk degenerasi
diskus dengan cara menginduksi enzim sehingga merusak proteoglycan
yang terkait dalam mediasi nyeri.
2.6 Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah18,19,20
Tulang belakang merupakan struktur yang kompleks, dibagi ke dalam
bagian anterior dan bagian posterior. Bentuknya terdiri dari serangkaian
badan silindris vertebra, yang terartikulasi oleh diskus intervertebral dan
diikat bersamaan oleh ligamen longitudinal anterior dan posterior.
Berbagai struktur bangunan peka nyeri terdapat di punggung bawah.
Bangunan tersebut adalah periosteum, 1/3 bangunan luar anulus fibrosus,
ligamentum, kapsula artikularis, fasia dan otot. Semua bangunan tersebut
mengandung nosiseptor yang peka terhadap berbagai stimulus (mekanikal,
termal, kimiawi). Bila reseptor dirangsang oleh berbagai stimulus lokal,
akan menyebabkan pengeluran berbagai mediator inflamasi dan substansi
lainnya, yang menyebabkan timbulnya persepsi nyeri, hiperalgesia maupun
alodinia yang bertujuan mencegah pergerakan untuk memungkinkan
perlangsungan proses penyembuhan.
Salah satu mekanisme untuk mencegah kerusakan atau lesi yang lebih
berat ialah spasme otot yang membatasi pergerakan. Spasme otot ini

19

menyebabkan iskemia dan sekaligus menyebabkan munculnya titik picu


(trigger points), yang merupakan salah satu kondisi nyeri
Lengkungan tulang belakang akan menyerap goncangan vertical saat
berlari atau melompat. Otot otot abdominal dan thorak sangat penting pada
aktivitas mengangkat beban. Mengangkat beban berat pada posisi
membungkuk

menyamping

menyebabkan

otot

tidak

mampu

mempertahankan posisi tulang belakang thorakal dan lumbal, sehingga pada


saat facet join lepas disertai tarikan dari samping, terjadi gesekan pada
kedua permukaan facet sendi menyebabkan ketegangan otot di daerah
tersebut yang akhirnya menimbulkan keterbatasan gesekan pada tulang
belakang. Obesitas, masalah postur, masalah struktur dan peregangan
berlebihan pendukung tulang dapat berakibat nyeri punggung.
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas
fibrokartilago dengan matrik gelatinus. Pada lansia akan menjadi
fibrokartilago yang padat dan tak teratur.
Diskus lumbal bawah, L4-L5 dan L5-S1, menderita stress mekanis
paling berat dan perubahan degenerasi terberat. Penonjolan faset akan
mengakibatkan penekanan pada akar saraf ketika keluar dari kanalis
spinalis, yang menyebabkan nyeri menyebar sepanjang saraf tersebut.
2.7 Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah berdasarkan sumber nyeri
1. Nyeri punggung bawah Spondilogenik
Nyeri yang disebabkan karena gangguan pada tulang vertebra
(osteogenik) diskus (diskogenik), miofasial (miogenik), sendi dan
jaringan lunaknya. Gangguan pada tulang seperti radang atau infeksi
misalnya

spondilitis

tuberkulosa,

osteoporosis,

spondilolistesis

(bergesernya korpus vertebra terhadap korpus vertebra dibawahnya), ada


beberapa kelainan kongenital seperti spina bifida, gangguan pada diskus
intervetebralis

(diskogenik)

seperti

HNP, spondilosis,

spondilitis

ankylocing, gangguan pada miofasial (miogenik) seperti ketegangan otot


dan spasme otot.
2. Nyeri punggung bawah Viserogenik
Nyeri yang disebabkan karena gangguan pada organ dalam, misalnya
kelainan ginjal, kelainan ginekologik, dan tumor retroperitoneal. Nyeri

20

punggung akibat gangguan organ ini merupakan nyeri yang bersifat


reffered pain (nyeri alih ).
3. Nyeri punggung bawah Vaskulogenik
Nyeri yang disebabkan karena gangguan pembuluh darah, misalnya
aneurisma pada aorta abdominalis dapat disebabkan oleh penyumbatan
pada percabangan aorta bisa juga terjdi penyumbatan pada arteri iliaka
komunis. dan gangguan peredaran darah.
4. Nyeri Punggung Bawah Neurogenik
Keadaan patologis pada saraf yang berada di sepanjang punggung bawah
dapat berupa tumor, peradangan, perlengketan atau penyempitan kanalis
spinalis yang bisa menekan atau mendesak saraf-saraf didaerah itu.
5. Nyeri Punggung Bawah Psikogenik
Nyeri ini tanpa didahului oleh kelainan organik tetapi ditimbulkan oleh
kondisi psikis penderita seperti depresi, kecemasan
(PERDOSSI)
2.8 Hernia Nukleus Pulposus
2.8.1 Definisi HNP
Hernia adalah protrusi atau penonjolan dari sebuah organ atau
jaringan melalui lubang yang abnormal.Nukleus pulposus adalah massa
setengah cair yang terbuat dari serat elastis putih yang membentuk bagian
tengah dari diskus intervertebralis.21,22
Hernia Nukleus Pulposus (HNP) merupakan suatu gangguan yang
melibatkan ruptur annulus fibrosus sehingga nukleus pulposis menonjol
(bulging) dan menekan kearah kanalis spinalis.21,22,23

Gambar 2.6 Penampang korpus vertebra.


2.8.2

Epidemiologi

21

Prevalensi HNP berkisar antara 1 2 % dari populasi. Usia yang


paling sering adalah usia 30 50 tahun. Pada penelitian HNP paling sering
dijumpai pada tingkat L4-L5; titik tumpuan tubuh di L4-L5-S1. Penelitian
Dammers dan Koehler pada 1431 pasien dengan herniasi diskus lumbalis,
memperlihatkan bahwa pasien HNP L3-L4 secara bermakna dari usia tua
dibandingkan dengan pasien HNP L4-L5.24
HNP merupakan salah satu penyebab dari nyeri punggung bawah
yang penting. dan merupakan salah satu masalah kesehatan yang utama.
Inside HNP di Amerika Serikat adalah sekitar 5% orang dewasa. Kurang
lebih 60-80% individu pernah mengalami nyeri punggung dalam
hidupnya. Nyeri punggung bawah merupakan 1 dari 10 penyakit terbanyak
di Amerika Serikat dengan angka prevalensi berkisar antara 7,6-37%
insidens tertinggi dijumpai pada usia 45-60 tahun. Pada penderita dewasa
tua, nyeri punggung bawah mengganggu aktivitas sehari-hari pada 40%
penderita dan menyebabkan gangguan tidur pada 20% penderita akan
mencari pertolongan medis, dan 25% diataranya perlu rawat inap untuk
evaluasi lebih lanjut.24
2.8.3

Etiologi
Hernia nukleus pulposus dapat disebabkan oleh beberapa hal berikut :

2.8.4

Degenerasi diskus intervertebralis

Trauma minor pada pasien tua dengan degenerasi

Trauma berat atau terjatuh

Mengangkat atau menarik benda berat

Faktor resiko

1. Faktor Resiko yang tidak dapat dirubah yakni umur, jenis kelamin, dan
riwayat trauma sebelumnya
2. Faktor resiko yang dapat diubah diantaranya pekerjaan dan aktivitas, olah
raga tidak teratur, latihan berat dalam jangka waktu yang lama, merokok,
berat badan berlebih, batuk lama dan berulang.
2.8.5

Patomekanisme

22

HNP atau herniasi diskus intervertebralis, yang sering puladisebut sebagai


Lumbar Disc Syndrome atau Lumbosacral radiculopathies adalah penyebab
tersering nyeri pugggung bawah akut, kronik atau berulang. Penonjolan, ruptur,
pergeseran adalah istilah yang digunakan pada nucleus yang terdorong keluar
diskus. Apabila nucleus mendapat tekanan, sedangkan nucleus berada diantara dua
end plate dari korpus vertebra yang berahadapan dan dikelilingi oleh annulus
fibrosus maka tekanan tersebut menyebabkan nucleus terdesak keluar, yang
disebut Hernia Nucleus Pulposus.
Herniasi diskus dapat terjadi pada midline, tetapi lebih sering terjadi pada
satu sisi. Keluhan nyeri dapat unilateral, bilateral atau bilateral tetapi lebih berat
ke satu sisi. Penyebabnya sering oleh karena trauma fleksi, dan terutama trauma
berulang dapat mengenai ligamentum longitudinal posterior dan annulus fibrosus
yang telah mengalami proses degenarasi. Sciatica, yang ditandai dengan nyeri
yang menjalar ke arah kaki sesuai dengan distribusi dermatof saraf yang terkena,
adalah gejala yang pada umumnya terjadi dan ditemukan pada 40% dari pasien
dengan HNP.
Hernia Nukleus Pulposus terbagi dalam 4 grade berdasarkan keadaan herniasinya,
dimana ekstrusi dan sequestrasi merupakan hernia yang sesungguhnya,
yaitu:22,23,5,26
1. Protrusi diskus intervertebralis : nukleus terlihat menonjol ke satu arah tanpa
kerusakan annulus fibrosus.
2. Prolaps diskus intervertebral : nukleus berpindah, tetapi masih dalam lingkaran
anulus fibrosus.
3. Extrusi diskus intervertebral : nukleus keluar dan anulus fibrosus dan berada di
bawah ligamentum, longitudinalis posterior.
4. Sequestrasi diskus intervertebral : nukleus telah menembus ligamentum
longitudinalis posterior

23

Gambar 2.7 Grading dari Hernia Nucleus Pulposus


2.9 Spondilolistesis27,28,29,30
Spondylolisthesis berasal dari bahasa yunani yaitu Spondylo artinya
vertebra dan Listhesis

yang artinya pergeseran. Spondilolisthesis adalah

pergeseran vertebra kedepan terhadap segment yang lebih rendah,yang biasa


terjadi pada lumbal vertebra ke 4 atau ke 5 akibat kelainan pada pars
interartikularis. Spondylolisthesis menunjukkan suatu pergeseran kedepan satu
korpus vertebra bila dibandingkan dengan vertebra yang terletak dibawahnya.
Umumnya terjadi pada pertemuan lumbosacral (lumbosacral joints) dimana L5
bergeser (slip) diatas S1, akan tetapi hal tersebut dapat terjadi pada tingkatan yang
lebih tinggi. Spondylolisthesis pada cervical sangat jarang terjadi.Defek pada
tulang umumnya terjadi pada masa kanak-kanak lanjut.Biasanya akibat stres
fraktur

yang

terjadi

akibat

tekanan

berlebihan

pada

arkus

laminar

vertebra.Tekanan yang berlebihan tersebut umumnya akibat posisi berdiri keatas


atau aktivitas atletik yang menggunakan penyangga punggung (misalnya senam,
sepakbola, dan lain sebagainya). 27,28,29,30
2.9.1

2.9.2

Etiologi :
Bersifat multifactorial
Faktor predisposisinya antara lain gravitasi, tekanan rotasional dan
stress fraktur / tekanan kosentrasi tinggi pada sumbu tubuh
Epidemiologi
Usia , 5% pada umur 5-7 tahun dan meningkat sampai 6-7% pada

umur 18 tahun.
Seks , Pria>wanita perbandinagn 2:1

24

Suku bangsa, Orang berkulit putih 6,4%, > orang yang berkulit hitam
2,8%.

2.9.3

Klasifikasi
Lima tipe utama spondylolisthesis (Wiltse et al, 1976):
1. Tipe I ( Diplastik )
Bersifat sekunder akibat kelainan kongenital pada
permukaan sakral superior dan permukaan L5 inferior atau
keduanya dengan pergeseran vertebra L5.
2. Tipe II ( Isthmic atau Spondilolitik )
Pergeseren satu vertebra yang lesinya terletak pada
bagian isthmus atau pars interartikularis.
3. Tipe IIA
Disebut juga lytic atau stress spondilolisthesis akibat
mikro fraktiur rekuren yang disebabkan oleh hipereksetensi
sering terjadi pada pria
4. Tipe IIB
Terjadi akibat mikro-fraktur pada pars interartikularis pars
interartikularis meregang dimana fraktur mengisinya dengan
tulang baru.
5. Tipe IIC
Sangat jarang terjadi, dan disebabkan oleh fraktur akut
pada bagian pars

interartikularis diperlukan Pencitraan

radioisotop diperlukan dalam menegakkan diagnosis kelainan


ini.
6. Tipe III ( degeneratif )
Akibat degenerasi permukaan sendi lumbal. Perubahan
pada permukaan sendi tersebut akan mengakibatkan pergeseran
vertebra ke depan atau ke belakang. Tipe spondylolisthesis ini

25

sering dijumpai pada orang tua, tidak terdapatnya defek dan


pergeseran vertebra tidak melebihi 30%.

7. Tipe IV(traumatik )
Berhubungan dengan fraktur akut pada elemen posterior
(pedikel, lamina atau permukaan / facet) dibandingkan dengan
fraktur pada bagian pars interartikularis.
8. Tipe V(patologik )
Terjadi karena kelemahan struktur tulang sekunder akibat
proses penyakit seperti penyakit Pagets, Giant Cell Tumor, dan
2.9.4

tumor atau penyakit tulang lainnya.


Patofisiologi
Spondylolisthesis displastik sangat jarang, akan tetapi cenderung
berkembang secara progresif, dan sering berhubungan dengan defisit
neurologis berat. Sangat sulit diterapi karena bagian elemen posterior dan
prosesus transversus cenderung berkembang kurang baik, meninggalkan
area

permukaan

kecil

untuk

fusi

posterolateral.Spondylolisthesis

isthmic

(juga

pada

bagian

disebut

dengan

spondylolisthesis spondilolitik) merupakan kondisi yang paling sering


dijumpai dengan angka prevalensi 5-7%.kebanyakan spondylolisthesis
isthmik tidak bergejala, akan tetapi insidensi timbulnya gejala tidak
diketahui. Dengan mempelajari perkembangan pergeseran tulang vertebra
pada usia pertengahan, mendapatkan banyak yang mengalami nyeri
punggung, akan tetapi kebanyakan diantaranya tidak mengalami/tanpa
spondylolisthesis isthmik.
Sistem grading Myerding (1932)
Untuk menilai beratnya pergeseran

didasarkan pada pengukuran

jarak dari pinggir posterior dari korpus vertebra superior hingga pinggir
posterior korpus vertebra inferior yang terletak berdekatan dengannya pada
foto X ray lateral. Jarak tersebut kemudian dilaporkan sebagai panjang
korpus vertebra superior total:

26

o
o
o
o
o

Grade 1 adalah 0-25%


Grade 2 adalah 26-50%
Grade 3 adalah 51-75%
Grade 4 adalah 76-100%
Grade 5 adalah lebih dari 100%

Gambar 2.8 Grade spondilolidthesis


Faktor

biomekanik

sangat

penting

perannya

dalam

perkembangan spondilolisis menjadi spondylolisthesis. Tekanan /


kekuatan gravitasional dan postural akan menyebabkan tekanan yang
besar pada pars interartikularis. Lordosis lumbal dan tekanan
rotasional dipercaya berperan penting dalam perkembangan defek
litik pada pars interartikularis dan kelemahan pars inerartikularis
pada pasien muda. Terdapat hubungan antara tingginya aktivitas
selama masa kanak-kanak dengan timbulnya defek pada pars
interartikularis. Faktor genetik juga berperan penting.Pada tipe
degeneratif, instabilitas intersegmental terjadi akibat penyakit diskus
degeneratif atau facet arthropaty. Proses tersebut dikenal dengan
spondilosis. Pergeseran tersebut terjadi akibat spondilosis progresif
pada 3 kompleks persendian tersebut. Umumnya terjadi pada L4-L5,
dan wanita usia tua yang umumnya terkena. Cabang saraf L5

27

biasanya tertekan akibat stenosis resesus lateralis sebagai akibat


hipertropi ligamen atau permukaan sendi.Pada tipe traumatik, banyak
bagian arkus neural yang terkena/mengalami fraktur akan tetapi tidak
pada bagian pars interartikularis, sehingga menyebabkan subluksasi
vertebra yang tidak stabil.
Spondylolisthesis patologis terjadi akibat penyakit yang
mengenai tulang, atau berasal dari metastasis atau penyakit
metabolik tulang, yang menyebabkan mineralisasi abnormal,
remodeling abnormal serta penipisan bagian posterior sehingga
menyebabkan pergeseran (slippage).Kelainan ini dilaporkan terjadi
pada penyakit Pagets, tuberkulosis tulang, Giant Cell Tumor, dan
metastasis tumor.
2.10

Spondilolis Lumbalis
Spondilosis lumbalis dapat diartikan perubahan pada sendi tulang belakang

dengan ciri khas bertambahnya degenerasi discus intervertebralis yang diikuti


perubahan pada tulang dan jaringan lunak, atau dapat berarti pertumbuhan
berlebihan dari tulang (osteofit), yang terutama terletak di aspek anterior, lateral,
dan kadang-kadang posterior dari tepi superior dan inferior vertebra centralis.31
Spondilosis lumbalis merupakan perubahan degeneratif yang menyerang
vertebra lumbal atau diskus intervertebralis, sehingga menyebabkan nyeri lokal
dan kekakuan, atau dapat menimbulkan gejala-gejala spinal cord lumbal, cauda
equina atau kompresi akar saraf lumbosacral.32
2.10.1 Etiologi
Beberapa penelitian menyebutkan bahwa spondilosis terjadi karena
adanya proses degeneratf. Adapun faktor-faktor yang dapat meningkatkan
resiko spondilosis lumbalis adalah:33
1. Kebiasaan postur yang buruk
2. Stres mekanik akibat gerakan mengangkat, membawa atau memindahkan
barang

28

3. Herediter

2.10.2 Patogenesis
Kolumna vertebralis dapat dianggap sebagai sebuah batang elastis yang
tersusun atas banyak unit rigid (vertebra dan unit fleksibel (diskus
intervertebralis) yang diikat satu sama lain oleh kompleks sendi faset,
ligament-ligament dan otot paravertebralis. Konstruksi yang unik ini
memungkinkan fleksibilitas dan memberikan perlindungan yang maksimal
terhadap sumsum tuang belakang. Lengkungan tulang belakang akan menyerap
goncangan saat lari atau melompat.34
Diskus intervertebralis akan mengalami perubahan sifat ketika usia
bertambah tua. Pada orang muda, diskus terutama tersusun atas fibrokartilago
dengan matriks gelatinus. Pada lansia akan menjadi fibrokartilago yang padat
dan tak teratur. penonjlan faset dapat mengakibatkan penekanan pada akar
saraf ketika keluar dari kanalis spinalis yang menyebabkan nyeri menyebar
sepanjang saraf tersebut.33,35
2.11

Skoliosis36
Skoliosis adalah kelainan bentuk tulang belakang yang melengkung

abnormal ke lateral, yang dapat terjadi pada daerah thorakal, lumbal, dan
jarang pada daerah cervical. Kurva yang terbentuk mungkin cembung ke kanan
(lebih sering pada daerah thorakal) atau ke kiri (lebih sering pada daerah
lumbal). Biasanya, kelainan ini disertai dengan adanya rotasi dari vertebra yang
terlibat.
2.11.1 Epidemiologi Skoliosis
Pada suatu populasi, hampir 2%nya mengalami skoliosis. Jika ada salah
satu anggota keluarga yang mengalami skoliosis, kemungkinan terjadinya
skoliosis pada anggota keluarga lain akan semakin besar (sekitar 20%). Dari
seluruh

kasus

skoliosis

yang

terjadi,

85%

di

antaranya

berupa

skoliosis idiopatik. Sekitar 4% dari seluruh anak-anak usia 10 tahun hingga 14

29

tahun mengalami skoliosis. Dan 40 % sampai 60% di antaranya ditemukan


pada anak perempuan.

2.11.2 Etiologi Skoliosis


Penyebab skoliosis dibedakan menjadi :

Idiopatik
Skoliosis idiopatik merupakan bentuk skoliosis yang paling
banyak terjadi. Skoliosis ini terjadi pada orang sehat dengan
penyebab yang tidak diketahui.
Skoliosis idiopatik dapat dibedakan menjadi 4 :

Infantile

: lahir 3 tahun

Juvenile

: 4 10 tahun

Adolescent : 11 tahun ke atas

Adult

: saat sudah tercapai bone maturity

Neuromuskular
Skoliosis yang disebabkan karena gangguan pada sistem saraf
dan penyakit otot (myopathy). Kelainan pada upper motor neuron
contohnya adalah cerebral palsy, spinocerebellar degeneration,
tumor di spinal cord, trauma di spinal cord). Sedangkan, kelainan
pada lower motor neuron contohnya adalah poliomielitis dan atrofi
otot spinal. Penyakit otot (myopathy) contohnya adalah dunchenne
muscular dystrophy, arthrogryposis.

Kongenital
Skoliosis yang disebabkan karena adanya abnormalitas
perkembangan vertebra selama trimester pertama kehamilan yang
menyebabkan deformitas struktural dari tulang belakang. Skoliosis
kongenital ini bisa berupa kegagalan formasi vertebra parsial atau
total (wedge vertebrae / hemivertebrae), kegagalan segmentasi

30

vertebra parsial atau total (unsegmented bars), atau kombinasi


keduanya.

Sindroma genetik
Anak-anak

dengan

sindroma

tertentu,

seperti

neurofibromatosis dan Marfan syndrome mempunyai risiko lebih


tinggi mengalami deformitas tulang belakang.

Degeneratif
Skoliosis degeneratif terjadi pada orang dewasa yang lebih
tua. Skoliosis ini disebabkan oleh perubahan-perubahan pada
tulang belakang dengan adanya pelemahan dari ligamen-ligamen
dan jaringan-jaringan lunak lain yang normal dari tulang belakang
digabungkan dengan pembentukan spur yang abnormal dapat
menjurus pada suatu lekukan dari spine yang abnormal.

Compensatory scoliosis
Skoliosis yang terjadi pada orang dengan panjang kaki yang
tidak sama. Perbedaan panjang kaki sekecil 0,5 cm dapat
menyebabkan terjadinya skoliosis.

2.11.3 Klasifikasi Skoliosis


Skoliosis diklasifikasikan secara umum menjadi 2, yaitu skoliosis
struktural dan non-struktural.

Skoliosis struktural
Suatu kurvatura lateral spine yang irreversible dengan rotasi
yang menetap. Rotasi ini menyebabkan saat foward bending
costa menonjol membentuk hump di sisi convex. Sebaliknya dada
lebih menonjol di sisi concave. Skoliosis struktural tidak dapat
dikoreksi dengan posisi atau usaha penderita sendiri.
Skoliosis struktural dapat disebabkan oleh :

idiopatik

neuromuskular

kongenital

Skoliosis non-struktural

31

Skoliosis non-struktural dapat disebut juga sebagai skoliosis


fungsional atau skoliosis postural. Skoliosis ini merupakan suatu
kurvatura lateral spine yang reversibel dan cenderung terpengaruh
oleh posisi. Di sini tidak ada rotasi vertebra. Umumnya foward /
side bending atau posisi supine / pronasi dapat mengoreksi
scoliosis ini. Skoliosis ini dapat disebabkan oleh berbagai hal ang
membuat tulang belakang cenderung bengkok ke satu sisi.
Skoliosis non-struktural dapat disebabkan oleh :
-

Skoliosis postural : disebabkan karena kebiasaan


postur tubuh yang buruk

Spasme otot dan nyeri : nyeri pada spinal nerve


root (skoliosis skiatik), nyeri pada tulang
punggung (inflamasi, keganasan), nyeri pada
abdomen.

Perbedaan panjang tungkai bawah

2.11.4 Kurva Skoliosis


Berdasarkan derajat kurvanya, skoliosis dapat dibedakan menjadi 3, yaitu
skoliosis ringan, sedang, dan berat.

Skoliosis ringan : kurva < 20 o

Skoliosis sedang : kurva 20 40 / 50 . Mulai terjadi perubahan


struktural vertebra dan costa.

Skoliosis berat : > 40 /50 . Berkaitan dengan rotasi vertebra yang


lebih besar, sering disertai nyeri, penyakit sendi degeneratif.
Pada

sudut

>

60

70

terjadi

gangguan

fungsi kardiopulmonal, bahkan menurunnya harapan hidup.


Kurva skoliosis bisa berbentuk C atau S. Kurva C umumnya
di thoracolumbal, tidak terkompensasi, kemungkinan karena posisi asimetri
dalam waktu lama, kelemahan otot, atau keseimbangan duduk yang tidak baik.
Kurva S lebih sering terjadi pada skoliosis idiopatik, di thoracal kanan dan
lumbal kiri, dan umumnya struktural.
Berdasarkan letaknya, kurva bisa terjadi di cervical, thorakal, dan lumbal,
atau kombinasi. Lokasi ini ditentukan dari sisi konveksitas kurva dan tinggi

32

apex. Apex kurva adalah vertebra yang letaknya paling jauh dari garis tengah
tulang belakang. Pada kurva cervical, apex ada di antara C1 C6, kurva
cervicothoracic apexnya antara C7 T1, kurva thorakal apexnya antara T2
T11, kurva thorakolumbal apexnya antara T12 L1, kurva lumbal apexnya
antara L2 L4, dan kurva lumbosakral bila apexnya L5 ke bawah.
Kurva mayor / kurva primer adalah kurva yang paling besar, dan biasanya
struktural. Kurva ini umumnya terjadi pada skoliosis idiopatik terletak antara
vertebra T4 - T12. Kurva kompensatori adalah kurva yang lebih kecil, bisa
struktural maupun non-struktural. Kurva ini membuat bahu penderita sama
tingginya. Kurva mayor double

jika sepadan besar dan keparahannya,

biasanya keduanya kurva struktural.

Gambar 2.9 Kurva Skoliosis


2.12 Penegakkan diagnosis Nyeri Punggung Bawah16,37
a. Anamnesis
Mengingat struktur punggung bawah yang sangat berdekatan
dengan organ lain yang terletak di dalam rongga perut serta rongga
pelvis, dan juga mengingat banyaknya faktor penyebab nyeri punggung
bawah, maka anamnesis terhadap setiap keluhan nyeri punggung bawah
akan merupakan sederetan daftar pertanyaan yang harus diajukan kepada
penderita atau pengantarnya. Daftar pertanyaan tersebut diharapkan
dapat mengurangi adanya kemungkinan hal-hal yang terlewatkan dalam
anamnesis. Daftar pertanyaan tersebut antara lain apakah terjadi secara
akut atau kronis, disebabkan oleh trauma langsung atau tidak langsung,
keganasan/operasi tumor, bekerja dengan sikap yang salah, mengangkat

33

beban yang berat, riwayat trauma, riwayat keluarga, memiliki perasaan


cemas atau gelisah, atau memiliki rasa kesemutan pada tungkai.
Awitan
Penyebab mekanis nyeri punggung bawah menyebabkan nyeri
mendadak yang timbul setelah posisi mekanis yang merugikan.
Mungkin terjadi robekan otot, peregangan fascia atau iritasi permukaan
sendi. Keluhan karena penyebab lain timbul bertahap.
Lama dan frekuensi
Nyeri punggung bawah akibat sebab mekanik berlangsung
beberapa

hari

sampai

beberapa

bulan.

Herniasi

diskus

bias

membutuhkan waktu 8 hari sampai resolusinya. Degenerasi diskus dapat


menyebabkan rasa tidak nyaman kronik dengan eksaserbasi selama 2-4
minggu
Lokasi dan penyebaran
Kebanyakan nyeri punggung bawah akibat gangguan mekanis atau
medis terutama terjadi di daerah lumbosacral. Nyeri yang menyebar ke
tungkai bawah atau hanya di tungkai bawah mengarah ke iritasi akar
saraf. Nyeri yang menyebar ke tungkai disebabkan peradangan sendi
sacroiliaka. Nyeri psikogenik tidak mempunyai pola penyebaran yang
menetap
Faktor yang memperberat/memperingan
Pada lesi mekanis keluhan berkurang saat istirahat. Pada penderita
HNP duduk agak bungkuk memperberat nyeri. Batuk, bersin atau
maneuver valsava akan memperberat nyeri pada penderita tumor, nyeri
lebih berat atau menetap jika berbaring
Kualitas/intensitas
Penderita perlu menggambarkan intensitas nyeri serta dapat
membandingkannya dengan berjalannya waktu. Harus dibedakan antara
nyeri punggung bawah dengan nyeri tungkai, mana yang lebih dominan
dan intensitas dari masing-masing nyerinya, yang biasanya nyeri
radikuler. Nyeri pada tungkai yang lebih banyak dari nyeri punggung
bawah dengan rasio 80-20% menunjukkan adanya radikulopati dan
mungkin memerlukan suatu tindakan operasi. Bila nyeri nyeri punggung
bawah lebih banyak daripada nyeri tungkai, biasanya tidak menunjukkan

34

adanya suatu kompresi radiks dan juga biasanya tidak memerlukan


tindakan operatif.
Gejala nyeri punggung bawah yang sudah lama dan intermitten,
diselingi oleh periode tanpa gejala merupakan gejala khas nyeri
punggung bawah yang terjadinya secara mekanis
b. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik nyeri punggung bawah meliputi : inspeksi,
palpasi, dan tes provokasi.
1. Inspeksi
Pemeriksaan dimulai dengan inspeksi dan bila pasien tetap berdiri
dan menolak untuk duduk, maka sudah harus dicurigai adanya suatu
herniasi diskus. Gerakan aktif pasien harus dinilai, diperhatikan gerakan
mana yang membuat nyeri dan juga bentuk columna vertebralis,
berkurangnya lordosis serta adanya scoliosis. Berkurang

sampai

hilangnya lordosis lumbal dapat disebabkan oleh spasme otot


paravertebral.
2. Palpasi
Tentukan apakah adanya nyeri mendadak, nyeri local waktu di
palpasi. Adanya nyeri (tenderness) pada kulit bias menunjukkan adanya
kemungkinan suatu keadaan psikologis di bawahnya (psychological
overlay).

Kadang-kadang

bias

ditentukan

letak

segmen

yang

menyebabkan nyeri dengan menekan pada ruangan intervetebralis atau


dengan cara menggerakkan ke kanan dan ke kiri processus spinosus
sambil melihat respons pasien. Pada spondilolistesis yang berat dapat
diraba adanya ketidakrataan (step-off) pada palpasi ditempat/level yang
terkena. Penekanan dengan jari jempol pada processus spinosus
dilakukan untuk mencari adanya fraktur pada vertebra.
3. Tes provokasi16,38
Tes provokasi yang dapat dilakukan yaitu tes lasegue, tes patrick dan
kontrapatrick.
Secara klinis tanda lasegue dilakukan dengan fleksi pada lutut
terlebih dahulu, lalu di panggul sampai 90o lalu dengan perlahan-lahan
dan dilakukan ekstensi lutut dan gerakan ini akan menghasilkan nyeri
pada tungkai pasien terutama di betis (tes yang positif) dan nyeri akan
berkurang bila lutut dalam keadaan fleksi. Terdapat modifikasi tes ini

35

dengan mengangkat tungkai dengan lutut dalam keadaan ekstensi


(straight leg rising), modifikasi-modifikasi tanda laseque yang lain semua
dianggap positif bila menyebabkan suatu nyeri radikuler.

Gambar 2.10 Gambar tes lasegue


Test Patrick, tes ini dilakukan untuk mendeteksi kelainan di pinggang dan
pada sendi sakro iliaka. Tindakan yang dilakukan adalah fleksi, abduksi,
eksorotasi dan ekstensi.

Gambar 2.11 Gambar tes patrick


Test Kebalikan Patrick, dilakukan gerakan gabungan dinamakan fleksi,
abduksi, endorotasi, dan ekstensi meregangkan sendi sakroiliaka. Test Kebalikan
Patrick positif menunjukkan kepada sumber nyeri di sakroiliaka.
Tes Bragard: Modifikasi yang lebih sensitif dari tes laseque. Caranya sama
seperti tes laseque dengan ditambah dorsofleksi kaki.
Tes Sicard: Sama seperti tes laseque, namun ditambah dorsofleksi ibu jari
kaki.
Tes valsava: Pasien diminta mengejan/batuk dan dikatakan tes positif bila
timbul nyeri

36

2.13

Pemeriksaan penunjang dengan alat-alat16,39


Pemeriksaan ini bertujuan untuk membantu dalam penegakkan diagnosis

nyeri punggung bawah. Adapun pemeriksaan penunjang yang dilakukan adalah :


X-ray, myelografi, MRI
1. X-ray
X-ray adalah gambaran radiologi yang mengevaluasi tulang,sendi,
dan luka degeneratif pada spinal.Gambaran X-ray sekarang sudah
jarang dilakukan, sebab sudah banyak peralatan lain yang dapat
meminimalisir waktu penyinaran sehingga efek radiasi dapat
dikurangi. X-ray merupakan tes yang sederhana, dan sangat
membantu untuk menunjukan keabnormalan pada tulang. Seringkali
X-ray merupakan penunjang diagnosis pertama untuk mengevaluasi
nyeri punggung, dan biasanya dilakukan sebelum melakukan tes
penunjang lain seperti MRI atau CT scan. Foto X-ray dilakukan pada
posisi\anteroposterior (AP ), lateral, dan bila perlu oblique kanan dan
kiri.

Gambar 2.12 Vertebra lumbal


2. Myelografi
Myelografi adalah pemeriksan X-ray pada spinal cord dan canalis
spinal. Myelografi merupakan tindakan infasif, yaitu cairan yang
berwarna medium disuntikan ke kanalis spinalis, sehingga struktur
bagian dalamnya dapat terlihat pada layar fluoroskopi dan gambar Xray. Myelogram digunakan untuk diagnosa pada penyakit yang
berhubungan dengan diskus intervertebralis, tumor spinalis, atau
untuk abses spinal.
3.Computed Tornografi Scan ( CT- scan ) dan Magnetic Resonance
Imaging (MRI )

37

CT-scan merupakan tes yang tidak berbahaya dan dapat digunakan


untuk pemeriksaan pada otak, bahu, abdomen, pelvis, spinal, dan
ekstemitas. Gambar CT- scan seperti gambaran X-ray 3 dimensi.
MRI dapat menunjukkan gambaran tulang belakang yang lebih
jelas daripada CT-scan. Selain itu MRI menjadi pilihan karena tidak
mempunyai efek radiasi. MRI dapat menunjukkan gambaran tulang
secara sebagian sesuai dengan yang dikehendaki. MRI dapat
memperlihatkan diskus intervertebralis, nerves, dan jaringan lainnya
pada punggung.

Gambar 2.13 Hernia nucleus pulposus


2.14

Problematika Fisioterapi
Problematik pada kasus nyeri punggung bawah miogenic terbagi dalam 3

hal, yaitu impairment, fungsional limitation, dan disability.


1. Impairment
Impairment yang dijumpai berupa terdapat nyeri menjalar dari pinggang
hingga tungkai dan adanya penurunan kekuatan otot tungkai.
2. Fungsional Limitation
Fungsional Limitation merupakan gangguan keterbatasan dan penurunan
fungsioanl dalam hal ini bisa di karenakan adanya gangguan atau kesulitan dalam
mengambil sesuatu di lantai, membungkukkan badan, saat duduk/ berdiri lama
karena adanya nyeri.
3. Dissability
Problematik yang berhubungan dengan disability adalah adanya gangguan
dalam kesehariannya dan sangat tergantung dengan pekerjaan, aktivitas dan
kehidupan sosialnya dengan masyarakat.
2.15

Penatalaksanaan40

38

Tujuan utama dari penatalaksanaan kasus NPB adalah untuk menghilangkan


nyeri, mempertahankan dan meningkatkan mobilitas, menghambat progresivitas
penyakit, dan mengurangi kecacatan. Penatalaksanaan untuk NPB (termasuk NPB
yang diakibatkan oleh HNP) yaitu: Terapi konservatif meliputi tirah baring
disertai obat analgetik dan obat pelemas otot. Terapi non- medikamentosa berupa
fisioterapi, diatermi/kompres panas/dingin, korset lumbal maupun traksi pelvis.
Tujuan tirah baring untuk mengurangi nyeri mekanik dan tekanan intradiskal,
lama yang dianjurkan adalah 2-4 hari. Tirah baring terlalu lama akan
menyebabkan otot melemah. Pasien dilatih secara bertahap untuk kembali ke
aktivitas biasa. Pasien harus tidur di atas kasur yang keras, berlapis papan di
bawahnya supaya kasur tidak melengkung selama beberapa minggu sampai 3
bulan. Pada keadaan nyeri akut biasanya dapat digunakan kompres dingin,
termasuk bila terdapat edema. Untuk nyeri kronik dapat digunakan kompres panas
maupun dingin. Korset lumbal tidak bermanfaat pada NPB akut namun dapat
digunakan untuk mencegah timbulnya eksaserbasi akut atau nyeri pada NPB
kronis. Sebagai penyangga, korset dapat mengurangi beban pada diskus serta
dapat mengurangi spasme. Menurut panel penelitian di Amerika dan Inggris traksi
pelvis tidak terbukti bermanfaat. Penelitian yang membandingkan tirah baring,
korset dan traksi dengan tirah baring dan korset saja tidak menunjukkan
perbedaan dalam kecepatan penyembuhan. Salah satu pilar penanganan NPB
adalah dengan exercise atau latihan untuk otot perut dan punggung.
Penatalaksanaan yang belum benar terbukti memberikan hasil karena kurangnya
evidence adalah exercise untuk otot punggung, aerobic conditioning, injeksi
steroid secara epidural, korset, agen fisik dan modalitas lainnya seperti es, panas,
diatermi gelombang pendek, dan ultrasound.

Operasi bertujuan untuk

menghilangkan penekanan dan iritasi pada saraf sehingga nyeri dan gangguan
fungsi akan hilang. Harus dilakukan terutama jika sudah ada kelainan neurologik
yang semakin memburuk misalnya paresis otot tungkai bawah, gangguan otonom
(miksi, defekasi, seksual), paresis otot tungkai bawah, dan bila terapi konservatif
gagal.
Teknologi Intervensi Fisioterapi

39

a. nfra Red (IR) Dasarnya Infra Red mempunyai efek fisiologis meningkatkan
proses metabolism, vasodilatasi pembuluh darah, pengaruh terhadap saraf
sensoris, pengaruh terhadap jaringan otot dan mengaktifkan kerja kelenjar
keringat, juga mempunyai efek terapeutik mengurangi rasa sakit, Relaksasi
Otot, Meningkatkan Suplai Darah, Menghilangkan Sisa-Sisa Hasil
Metabolisme.
b. Transcutaneous Elektrical Nerve Stimulation (TENS) Transcutaneous
Elektrical Nerve Stimulation (TENS) secara umum adalah setiap aplikasi
listrik melalui elektrode non invasif yaitu menempelkannya di permukaan
kulit (Johnson, 2003 dikutip Parjoto, 2006). Sedang arus TENS adalah arus
yang mempunyai parameter tertentu yang berkaitan dengan jenis arus, bentuk
gelombang, durasi stimulus, frekuensi arus, amplitudo maupun modulasi
gelombang (Parjoto, 2006). Penggunaan TENS utamanya adalah untuk
memodulasi/mengurangi besaran nyeri pada berbagai kondisi nyeri baik akut,
sub-akut ataupun kronis. Dalam hubungannya dengan pengurangan nyeri
TENS ada kelebihan yang dimiliki oleh TENS dibanding obat-obatan yaitu
tidak adanya efek samping maupun addiksi (Johnson, M, 2003). TENS
konvensional menghasilkan efek analgesia melalui mekanisme segmental
yaitu dengan jalan mengaktivasi serabut - yang selanjutnya akan
menginhibisi neuron nosiseptif di tanduk belakang (kornu posterior) medula
spinalis. Menurut Johnson (2003) ciri-ciri TENS konvensional adalah sebagai
berikut; (1) pola pulsa kontinyu, (2) frekuensi pulsa 80 100 ppd, (3) durasi
pulsa 100 200 detik, (4) amplitudo atau intensitas pulsa sampai timbul
rasa kesemutan yang kuat tapi masih nyaman, (5) durasi terapi 30 menit,
(6)penempatan elektrode pada daerah nyeri, dermatom, atau bundel saraf di
area nyeri.
c. Traction
Tarikan pada badan (punggung) untuk kontraksi otot.
d. Terapi William flexion exercise
William flexion exercise dikenalkan oleh dr Paul Williams pada tahun 1937
yang ditujukan untuk pasien kronik Low Back Pain (LBP) dengan kondisi
degenerasi korpus vertebra sampai pad adegenerasi diskus. Program ini
telah berkembang dan banyak ditujukan pada laki-laki di bawah usia 50-an
dan wanita di bawah usia 40-an yang mengalami lordosis lumbal berlebihan,

40

penurunan segmen diskus antara segmen lumbal dan gejala-gejala kronik


LBP.
William flexion exercise adalah program latihan yang terdiri dari 7 macam
gerakan yang menonjolkan pada penurunan lordosis lumbal (terjadi fleksi
lumbal). William flexion exercise telah menjadi dasar dalam mananjemen
nyeri pinggang bawah selama beberapa tahun untuk mengobati beberapa
problem nyeri pinggang bawah berdasarkan temuan diagnosis. Program ini
digunakan ketika penyebab gangguan berasal dari facet joint (kapsul
ligament), otot serta degenerasi korpus dan diskus.
Metode latihan ini bertujuan untuk mengurangi nyeri dan memberikan
stabilisasi lower trunk melalui perkembangan secara aktif pada otot
abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring sehingga terjadi peningkatan
fleksibilitas/elastisitas pada group otot fleksor hip dan lower back
(sacrospinal).

Selain

itu,

latihan

ini

berguna

untuk

mengembalikan/menyempurnakan keseimbangan kerja antara group otot


postural fleksor dan ekstensor.
Adapun prosedur pelatihannya adalah:
a. Latihan I
Posisi pasien tidur terlentang dengan kedua lutut fleksi dan kaki datar
diatas bed/lantai. Datarkan punggung bawah melawan bed tanpa
kedua tungkai mendorong ke bawah. kemudian pertahankan 5-10
detik. Gerakan ini bertujuan untuk penguluran otot-otot ekstensor
trunk, mobilisasi sendi panggul dan penguatan otot perut.

Gambar 2.14. Teknik William flexion exercise I


b. Latihan II

41

Posisi awal sama dengan nomor 1. Pasien diminta untuk


mengkontraksikan otot perut dan memfleksikan kepala sehingga dagu
menyentuh dada dan bahu terangkat dari matras. Kemudian tahan 5-10
detik. Ulangi sebanyak 10 kali. Gerakan ini bertujuan untuk
penguluran otot-otot ekstensor trunk, penguatan otot-otot perut, dan
otot sternocleidomastoideus.

Gambar 2.15. Teknik William flexion exercise II


c. Latihan III
Posisi awal sama dengan nomer I. Pasien diminta untuk
memfleksikan salah satu lutut ke arah dada sejauh mungkin kemudian
kedua tangan mencapai paha belakang dan menariknya ke dada. Pada
waktu bersamaan fleksikan kepala hingga menyentuh dagu menyentuh
dada dan bahu lepas dari matras. Tahan selama 5 detik. Latihan
diulangi pada tungkai yang lain kemudian gerakan diulang sebanyak
10 kali. Gerakan ini bertujuan untuk merapatkan lengkungan pada
lumbal, penguluran otot-otot ekstensor trunk, sendi panggul, sendi
sakroiliaka dan otot-otot hamstring.

Gambar 2.16. Teknik William flexion exercise III


d. Latihan IV

42

Posisi awal sama dengan latihan I. Pasien diminta untuk


melakukan yang sama dengan nomer 3, tetai kedua lutut dalam posisi
menekuk, dinaikan ke atas dan ditarik dengan kedua tangan ke arah
dada. Fleksikan kepala dan naikan bahu dari matras, tahan 5-10 detik
dan ulangi 10 kali. Gerakan ini bertujuan untuk merapatkan
lengkungan pada lumbal, penguluran otot-otot ekstensor trunk, sendi
panggul, sendi sakroiliaka dan otot-otot hamstring.

Gambar 2.17. Teknik William flexion exercise IV


e. Latihan V
Gerakan berupa latihan dimulai dengan posisi awal seperi
seorang pelari cepat pada titik startnya yaitu satu tungkai dalam fleksi
maksimal pada sendi lutut dan paha, sedang tungkai yang lain dalam
keadaan lurus di belakang. Kemudian pada posisi tersebut tekan badan
ke depan dan ke bawah, tahan 5 hitungan dan rileks. Ulangi hingga 10
kali. Gerakan ini bertujuan mengulur / streching otot-otot fleksor hip
dan fascia latae.

Gambar 2.18. Teknik William flexion exercise V


f. Latihan VI
Posisi awal berdiri menempel dan membelakangi dinding
dengan tumit 10-15 cm di depan dinding, lumbal rata dengan dinding.

43

Kemudian satu tungkai melangkah ke depan tanpa merubah posisi


lumbal pada dinding, tahan 10 hitungan dan rileks. Ulangi hingga 10
kali. Bila latihan terlalu berat, lamanya penahanan dapat dikurangi.
Gerakan ini bertujuan untuk penguatan otot quadriceps, otot perut dan
ekstensor trunk.

Gambar 2.19. Teknik William flexion exercise VI

e. Latihan untuk Spondilosis dan Spondilolisthesis

Gambar 2.20 latihan Spondilosis dan Spondilolistesis

44

f. Latihan untuk scoliosis 41

Gambar 2.21 Latihan Skoliosis

g. Proper Back Position

45

Gambar 2.22 Proper Back Position dan Proper Lifting and


Carrying Thenique
2.16

Ortotik Prostetik 41,4


Lumbal Korset adalah ikat pinggang orthopedis, yang dapat berfungsi

sebagai Protective, Supportive, Corrective serta Skeletal Substitution. Penggunaan


lumbal korset telah cukup dikenal sebagai aksesoris dan juga untuk membentuk
postur tubuh, namun sejak pertama kali dipakai, lumbal korset diketahui berguna
untuk kesehatan, walau tujuan pastinya belum diketahui. Pemakaian lumbal korset
telah diketahui manfaatnya dalam memperbaiki postur tubuh dan juga menjaga
stabilitas sendi lumbal, karena dengan pemakaian lumbal korset tersebut tubuh
akan tersangga dengan baik sehingga gerakan-gerakan yang tidak diinginkan atau
gerakan-gerakan yang ekstrim dapat terhindarkan (terutama gerak fleksi lumbal).
Pemakaian lumbal korset yang ketat akan memberikan tekanan pada
abdominal sehingga ketika melakukan gerakan akan mengurangi tekanan intra
diskal sampai 30%, dengan demikian otot para lumbal akan lebih rileks, sehingga
spasme berkurang, stabilitas otot akan tercapai. Diharapkan pemakaian lumbal
korset akan mengurangi keluhan yang timbul seperti adanya nyeri saat melakukan
gerakan pada lumbal.

46

Gambar 2.23 Korset Lumbal


Milwaukee brace (cervical thoracic lumbar - sacral orthosis)
Alat ini dapat digunakan untuk hampir semua kurvatura. Alat ini tidak
hanya mempertahankan tulang belakang dalam posisi lurus, tetapi juga
mendorong pasien agar menggunakan otot-ototnya sendiri untuk menyokong dan
mempertahankan proses perbaikan tersebut. Penyangga harus dipakai 16 - 23 jam
sehari. Alat penyangga ini harus terus digunakan sampai ada bukti objektif yang
nyata akan adanya kematangan rangka dan berhentinya pertumbuhan tulang
belakang selanjutnya.

Gambar 2.24 Milwaukee brace


Boston brace ( thoracic lumbal sacral orthosis )
Suatu penyangga yang memberikan sokongan lumbal atau torakolumbal
yang rendah (terbatas untuk skoliosis dengan apex di vertebra T8 ke bawah).
Penyangga ini digunakan selama 16-23 jam sehari sampai skeletal penderita

47

matur. Terapi ini bertujuan untuk mencegah dan memperbaiki deformitas yang
tidak dikehendaki oleh pasien.

Gambar 2.25 Boston brace


Charleston night bending brace
Alat ini hanya digunakan pada waktu malam (saat tidur) kurang lebih 8
jam per malam. Alat ini akan memberikan tahanan dan menekuk penderita ke arah
yang berlawanan dengan kurvatura.

Gambar 2.26 Charleston night bending brace


2.17

Pencegahan
Agar kita tetap sehat, khususnya agar tidak terkena LBP walaupun

usia sudah lanjut, perlu dilakukan hal-hal sebagai berikut :


1. Olah raga yang teratur dimana frekuensi / jumlah dan
intensitasnya harus cukup, jangan berlebihan. Bagi yang
berbakat LBP, dianjurkan untuk berenang, dan sebaiknya jangan
meloncat-loncat.

48

2. Mengatur makanan dengan menghindari makanan-makanan


yang mengandung banyak lemak, asam urat, dll, agar
memperlambat

terjadinya

pengapuran

tulang

belakang.

Disamping itu usahakan jangan sampai terjadi kelebihan berat


badan.
3. Hidup dalam lingkungan yang sehat dengan udara yang bersih
dan menghindari polusi yang berlebihan.
4. Hidup yang teratur, mengatasi stress, serta menjalani hidup dan
beragama dengan sungguh-sungguh
2.18

Komplikasi
Skoliosis merupakan komplikasi yang paling sering ditemukan

pada penderita nyeri punggung bawah.Hal ini terjadi karena pasien selalu
memposisikan tubuhnya kearah yang lebih nyaman tanpa mempedulikan
sikap tubuh normal. Hal ini didukung oleh ketegangan otot pada sisi
vertebra yang sakit.

2.19

Prognosis
Kelainan

nyeri

punggung

bawah

ini

prognosisnya

baik,

umumnya sembuh dalam beberapa minggu jika dilakukan tindakan


terapi secara dini. Strain otot membaik dengan mengendalikan aktifitas
fisik. Tirah Baring

sedikitnya 2 hari menunjukkan

mengurangi nyeri

punggung.

Ketika

nyeri

efektifitas dalam

berkurang,

pasien

dianjurkan untuk melakukan aktifitas fisik ringan, dan aktifitas mulai


ditingkatkan setelah beberapa hari selama nyeri tidak bertambah.

49

Anda mungkin juga menyukai