SPECTRUM
DISORDER
Pembimbing: (ASD)
dr. Purnama Fitri, Sp. A (K)
Presentan:
Agung Saputra KEPANITRAAN KLINIK ILMU KESEHATAN ANAK DAN REMAJA
RUMAH SAKIT UMUM PUSAT FATMAWATI
FAKULTAS KEDOKTERAN UIN JAKARTA
PERIODE AGUSTUS – OKTOBER 2019
Autism Spectrum Disorder
01 DEFINISI, ETIOLOGI, EPIDEMIOLOGI
04 TATALAKSANA
05 KOMPLIKASI, PROGNOSIS
DEFINISI
Autism Spectrum Disorder (ASD) adalah suatu kondisi
abnormalitas dengan karakteristik berkurangnya kemampuan
dalam menjalin komunikasi sosial dan interaksi sosial, serta
ditandai dengan adanya masalah perilaku seperti perilaku yang
berulang (repetitive) dan kurangnya ketertarikan terhadap
lingkungan sekitarnya.
The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition. 2013
ETIOLOGI
- Helen Elaine V. Emerging Roles for the
Gut Microbiome in Autism Spectrum
Disorder. 2017
- Guillaume Huguet, Genetic Causes of
Autism Spectrum Disorders.2016
EPIDEMIOLOGI
Usia terdiagnosa autisme paling banyak antara 1-2 tahun (53%) dan
sebagian besar status gizinya normal (46,7%) tetapi ada pula
subyek (40%) yang mengalami obesitas. Subyek mengalami
penurunan perilaku autisme (26,7%) ketika diet bebas gluten dan
Casein. - Badan Pusat Statistik. 2015. Statistik Autisme di Indonesia. ILO Jakarta
- Mulyadi, Kresno dan Rudy Sutadi. 2014. Autism is Curable. Jakarta: PT Elex Media Komputindo
- Pratiwi AR. 2014. Hubungan Skor Frekuensi Diet Bebas Gluten Bebas Casein dengan Perilaku Autis.
Journal of Nutrition College.
KLASIFIKASI
- Kalpan & Shadock. 2015. Synopsis of Psychiatry: Behavioral Science
Berdasrakan Etiologi:
1. Simptomatik
2. Kriptogenik
3. Idiopatik
1. Autism Spectrum Disorder tanpa gangguan perkembangan intelektual dan dengan atau tanpa
gangguan fungsi berbahasa
2. Autism Spectrum Disorder dengan gangguan perkembangan intelektual dan dengan atau tanpa
gangguan fungsi berbahasa
3. Autism Spectrum Disorder tanpa gangguan perkembangan intelektual dan dengan gangguan
fungsi berbahasa
4. Autism Spectrum Disorder dengan gangguan perkembangan intelektual dan dengan gangguan
fungsi berbahasa
5. Autism Spectrum Disorder tanpa gangguan perkembangan intelektual dan dengan
- ICD 11. 2018
Qiang liu, Mo-Xian Chen. 2019. Rational use of mesenchymal stem cells in the treatment of autism spectrum disorders.
Volume II, Issue 2. WJSC. DOI: 10.4252/wjsc.VII.i2.55
PATOFISIOLOGI
Watts TJ. The pathogenesis of autism. Clin Med Pathol. 2008; 1: 99-103.
PATOFISIOLOGI
Fucillo Mark V. 2016. Striatal Circuit as a Common Node for Autism Pathophysiology. Volume X, Article 27. Frontiers in
Neuroscience. DOI: 10.3389/fnins.2016.00027
MANIFESTASI KLINIS
Frank-Briggs A. 2012. Autism in Children: Clinical Features,
Management and Challenges. The Nigerian Health Journal.
12(2): 27-30.
Perilaku
Perilaku Ritualistik &
Kompulsif Perilaku
Terbatas
APPROACH ASD
Subramanyam AA, Mukherje A. 2019. Clinical Practice Guidelines for Autism Spectrum Disorders. Indian Journal of
Psychiatry. India: Wolters Kluwer. DOI: 10.4103/psychiatry.Indianjpsychiatry_542_18
Gejala Awal
ASD
The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition. 2013
DIAGNOSIS ASD
2. Defisit dalam komunikasi nonverbal yang digunakan untuk interaksi so
sial, memulai interaksi nonverbal, misalnya: komunikasi verbal dan
nonverbal yang tidak terintegrasi, adanya keanehan dalam kontak mata dan ba
hasa tubuh, atau sulit dalam memahami dan menggunakan bahasa tubuh, tidak
mampu menunjukkan ekspresi wajah dan komunikasi nonverbal.
3. Defisit dalam membangun, mempertahankan dan memahami relasi,
tidak mampu memulai hubungan, contoh: sulit menyesuaikan perilaku
sesuai dengan berbagai konteks sosial, sulit berbagi dalam bermain imajinatif,
tidak adanya minat untuk bermain dalam kelompok.
The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition. 2013
DIAGNOSIS
B. Pola perilaku yang terbatas dan repetitif, minat dan aktifitas yang terbatas, yang termanifestasi sedikitnya dua
dari perilaku berikut:
1. Adanya gerakan stereotipe dan repetitif, menggunakan objek atau bahasa (contoh: gerakan stereotipe
2. sederhana, membariskan mainan atau membalik objek, ekolalia, frase idiosyncratic).
2. Perhatian yang berlebihan pada kesamaan, rutinitas yang kaku atau pola perilaku verbal dan non
verbal yang diritualkan (contoh: stres yang berlebihan pada perubahan kecil, merasa kesulitan pada
situasi transisi, pola berpikir yang kaku, ucapan ritual, harus pada rute yang sama dan makanan yang
sama setiap hari).
3. Sangat terbatas (highly restricted) dan terpaku yang tidak biasa (abnormal), fokus dan frekuensi yang
berlebihan (contoh: ketertarikan yang kuat atau senang pada objek yang tidak biasa dan minat yang
terbatas).
4. Hyper atau hypoaktif pada input sensori atau keterarikan yang tidak biasa pada aspek sensori dari
lingkungan (contoh: tidak perduli terhadap rasa nyeri/temperatur, respon negatif pada suara atau
tekstur tertentu, mencium bau berlebihan atau menyentuh benda-benda, daya tarik visual terhadap
cahaya atau gerakan). The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition. 2013
DIAGNOSIS
C. Simptom sudah muncul pada masa awal periode perkembangan
(walau tidak semua terpenuhi atau mungkin dapat ditutupi dengan
strategi belajar dikemudian hari).
D. Symptom disebabkan oleh gangguan klinis yang signifikan
dalam kehidupan sosial, pekerjaan atau fungsi penting area hidup
yang lainnya.
E. Gangguan ini tidak disebaban oleh gangguan kecerdasan
(intellectual developmental disorder), atau global developmental
delay, intelectual disability dan autism spectrum disorder
frequently co-occure, untuk membuat diagnosa autis, intellectual
disabilty dan social communication maka harus diperhatikan level perke
mbangan secara umum.
The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition. 2013
DERAJAT ASD
The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition. 2013
DERAJAT ASD
The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition. 2013
DERAJAT ASD
Joaquin Fentes. 2014. Modified Checklist for Autism in Toddlers, Revised with Follow-Up (M-CHAT-R/F)T.
Kliegman, RM, Marcdante, KJ, 2019. Nelson Essential of Pediatrics, Eight Edition, International Edition. USA: ELSEVIER
DIAGNOSIS BANDING
Subramanyam AA, Mukherje A. 2019. Clinical Practice Guidelines for Autism Spectrum Disorders. Indian Journal of
Psychiatry. India: Wolters Kluwer. DOI: 10.4103/psychiatry.Indianjpsychiatry_542_18
TATALAKSANA
Goals Therapy pada ASD
1 2 3 4 5
Tingkatkan Fokus pada Kurangi dan Belajarlah untuk Belajar mengenali
dan, bila kekuatan dan akhirnya rileks dan fokus pemicu lingkungan
perlu, kemba kemampuan ketika mengalami yang berhubungan
menghentikan
tekanan ekstrem dengan
ngkan saat semua
terkait komunikasi minat yang tidak
keterampilan keterbatasan perilaku yang biasa atau pola
bahasa dan pemecahan sosial atau
merugikan perilaku yang
komunikasi masalah. perilaku berulang.
diri sendiri. berulang.
dasar. . The Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorder, Fifth Edition. 2013
TATALAKSANA
01
a. Pendekatan 02 Bebas Gluten
Perilaku dan dan Kasein
Komunikasi REHAB
b. Terapi okupasi MEDIK
c. Terapi wicara
d. Terapi Sosio 03 Jika terdapat gejala
Integrasi simptomatik
Co marbid dengan
Skizofrenia anti psikotik
Depresi Anti depresan
DIET DRUGS Kejang benzodiazepin
Hiperaktif
- Centers for Disease Control and Prevention (CDC). 2015. Autism Spectrum Disorder (ASD). USA methylphenidate
- Pratiwi AR. 2014. Hubungan Skor Frekuensi Diet Bebas Gluten Bebas Casein dengan
Perilaku Autis. Journal of Nutrition College.
KOMPLIKASI
Kim, S. K. (2015). Recent update of autism spectrum disorders. Korean Journal of
Beberapa komplikasi yang dapat muncul pada penderita autisme antara lain:
1. Masalah sensorik
Pasien dengan autisme dapat sangat sensitif terhadap input sensorik. Sensasi
biasa dapat menimbulkan ketidaknyamanan emosi. Kadang-kadang, pasien
autisme tidak berespon terhadap beberapa sensasi yang ekstrim, antara lain
panas, dingin, atau nyeri.
Pediatrics, 58(1), 8–14. doi:10.3345/kjp.2015.58.1.8
2. Kejang
Kejang merupakan komponen yang sangat umum dari autisme. Kejang sering
dimulai pada anak-anak autisme muda atau remaja.
3. Masalah kesehatan Mental
Menurut National Autistic Society, orang dengan ASD rentan terhadap depresi,
kecemasan, perilaku impulsif, dan perubahan suasana hati.
4. Tuberous sclerosis
Gangguan langka ini menyebabkan tumor jinak tumbuh di organ, termasuk otak.
Hubungan antara sclerosis tuberous dan autisme tidak jelas. Namun, tingkat
autisme jauh lebih tinggi di antara anak-anak dengan tuberous sclerosis
dibandingkan mereka yang tanpa kondisi tersebut.
PROGNOSIS
Prognosis anak autisme dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu:18
1. Berat ringannya gejala atau kelainan otak
2. Usia, diagnosis dini sangat penting oleh karena semakin muda umur ana
k saat dimulainya terapi semakin besar kemungkinan untuk berhasil.
3. Kecerdasan, semakin cerdas anak tersebut, semakin baik prognosisnya.
4. Bicara dan Bahasa, 20% anak autisme tidak mampu berbicara seumur hi
dup, sedangkan sisanya mempuinyai kemampuan bicara dengan kefasih
an yang berbeda-beda.
5. terapi yang intensif dan terpadu
Gitayanti, H, Sylvia, D. Elvira. 2014. Buku Ajar Psikiatri. Edisi ke 3 Jakarta:
Badan Penerbit FK UI.
TERIMAKASIH
Semoga Bermanfaat …