Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN STASE PEDIATRI MANAJEMEN FISIOTERAPI

PERSASIVE DEVELOPMENTAL DISORDER NOT


OTHERWISE SPECIFIED (PDD-NOS) ANAK M.N.D DI
RUMAH SAKIT JIWA DR. SOEHARTO HEERDJAN
JAKARTA

Disusun Oleh :

Nanda Putri Wiguna


20220607068

PROGRAM STUDI FISIOTERAPI


FAKULTAS FISIOTERAPI
UNIVERSITAS ESA UNGGUL
2022
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Manusia mengalami proses tumbuh kembang secara terus menerus,
sejak masa konsepsi dan akan berlangsung sepanjang rantang kehidupan.
Pertumbuhan otak yang tercepat terjadi pada trimester ketiga kehamilan
sampai dengan 5-6 bulan pertama setelah lahir. Pada masa ini, terjadi
pembelahan sel-sel otak yang pesat. Setiap gangguan pada masa awal akan
menyebabkan gangguan pada jumlah sel otak dan mielinasi yang tidak
bisa dikejar pada masa pertumbuhan berikutnya. Salah satu penyakit yang
disebabkan oleh adanya kegagalan perkembangan neurologis pada otak
ialah Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD
NOS)
Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD-
NOS) termasuk didalam golongan Pervasive Developmental Disorder
(PDD) yaitu gangguan dengan kondisi dimana ketrampilan sosial,
perkembangan bahasa, dan perilaku yang diharapkan tidak berkembang
dengan sesuai atau hilang pada masa anak-anak (Kaplan & Shadock,
2010).
Prevalensi PDD-NOS diperkirakan 1,8 kali dibandingkan
gangguan autistik, yaitu sekitar 37,1/10.000.( Soetjiningsih, 2015)

Menurut Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia nomor


80 tahun 2013 Bab 1 pasal 1 ayat 2 tentang penyelenggaraan pekerjaan
dan praktif Fisioterapis. “Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan
yang ditujukan kepada individu dan/atau kelompok untuk
mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh
sepanjang rentang kehidupan dengan menggunakan penanganan secara
manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan
mekanis) pelatihan fungsi, komunikasi.” Pada dasarnya pemberian
intervensi atau penatalaksanaan fisioterapi pada kasus ini dapat dilakukan
dengan banyak cara, disesuaikan dengan gejala yang ditemukan dan
tentunya disesuaikan dengan keadaan pasien saat itu.
Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik untuk menjadikan kasus
Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD NOS)
sebagai laporan kasus pada stase pediatri.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud Pervasive Developmental Disorder Not
Otherwise Specified (PDD NOS)?
2. Bagaimana penanganan Pervasive Developmental Disorder Not
Otherwise Specified (PDD NOS) dalam fisioterapi ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan kasus mengenai Pervasive
Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD NOS) ini sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pervasive
Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD NOS).
2. Untuk mengetahui cara penanganan Pervasive Developmental
Disorder Not Otherwise Specified (PDD NOS).
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi
Anak pervasive developmental disorder atau dapat disebut dengan ASD
(Autism Spectrum Disorder) merupakan suatu gangguan atau ketidaknormalan
pada seseorang yang ditandai dengan tidak berkembangnya kemampuan sosial
dan komunikasi yang di iringi dengan perilaku repetitive dan restrictive
(gangguan minat). Pervasive developmental disorder mempunyai empat
klasifikasi, yaitu Autis Disorder, Asperger syndrome, Rett Syndrome, dan PDD-
NOS (Pervasive Development DisorderNot Otherwise Specified). Dimana empat
klasifikasi tersebut merupakan bagian dalam payung gangguan pervasive
developmental disorder. (Volkmar, 2018)
National Information Center for Children and Youth with Disabilities
atau NICHCY merumuskan bahwa PDD – NOS dan autisme sebagai gangguan
perkembangan yang cenderung memiliki karakteristik serupa dan gejalanya
muncul sebelum usia tiga tahun.

B. Etiologi

PDD-NOS diakibatkan oleh abnormalitas neurologis atau adanya


masalah pada sistem syaraf, meski demikian belum ada penyebab spesifik yang
dapat diidentifikasi menjadi penyebab PDD-NOS. Permasalahan tersebut
mempengaruhi kemampuan berkomunikasi, berbahasa, bermain dan
berhubungan dengan orang lain. PDD-NOS ditandai dengan permasalahan
dalam berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain atau bersosialisasi,
memiliki sebagian dari seluruh kriteria autisme, dan mengalami keterlambatan
bahasa serta perkembangan intelektual. Dari semua defisit yang telah
diungkapkan sebelumnya, sosialisasi merupakan gangguan utama yang
menandai PDD (Choi, 2007).

C. Klasifikasi
Pervasive developmental disorder mempunyai empat klasifikasi, yaitu
Autis Disorder, Asperger syndrome, Rett Syndrome, dan PDD-NOS (Pervasive
Development DisorderNot Otherwise Specified). Dimana empat klasifikasi
tersebut merupakan bagian dalam payung gangguan pervasive developmental
disorder, antara lain :
1. Autistic Spectrum Disorder (ASD)
Muncul sebelum usia 3 tahun dengan gejala adanya hambatan dalam
interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta
adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.
2. Asperger’s Syndrome
Hambatan perkembangan interaksi sosial, aktivitas yang terbatas, secara
umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, memiliki tingkat
intelegensi rata-rata hingga di atas rata-rata.
3. Rett’s Syndrome
Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak
laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi
kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan
fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang
berulang-ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun.
4. Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS)
Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila
seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu
(Autisme, Asperger atau Rett Syndrome). (Limijati, 2021)

D. Manifestasi Klinis

a. Gangguan Interaksi Sosial


Pada anak autisme, mereka sering tidak mengindahkan obrolan dari
orang lain, serta beberapa anak juga tidak dapat melakukan tatap mata ketika
berbicara ataupun berdampingan, mereka juga kurang tertarik terhadap interaksi
sosial di lingkungan sekitarnya terutama anak seusianya, mereka sangat suka
dengan pemikiran mereka sendiri sehingga tidak membutuhkan orang lain untuk
diajak bicara.Hal tersebut dikarenakan terdapatnya gangguan pada lobus
parietalis (Griadhi, Ratep, & Westa, 2013).

b. Gangguan Perilaku
Perilaku khas yang hanya dimiliki oleh seorang anak autisme ialah
pengulangan gerakan atau biasa disebut stereotype. Contoh dari perilaku berulang
yang sering muncul yaitu bertepuk tangan dan mengepakkan tangan,
menggoyangkan tubuh ke depan-belakang ataupun ke samping kanan dan kiri,
kemudian melompat-lompat, menggosok kulit bahkan menggaruknya, menyusun
ulang objek yang sudah ditata, mengunyah meskipun tidak ada makanan di
mulutnya dan bahkan dapat menggigit bagian tubuhnya sendiri secara terus
menerus. Stereotype terjadi karena kurangnya sensorik pada anak autisme
(hiposensitif), sehingga dengan bergerak secara terus-menerus mereka akan
mendapatkan stimulasi untuk dirinya sendiri yang tidak muncul ketika mereka
berdiam diri (Leza, Maisyarah, & Rizkika, 2018).

c. Gangguan Fisik
Perkembangan dan pertumbuhan pada anak autisme menjadi terlambat
dan terhambat karena terdapat permasalahan dari neurotransmiter pada otak,
sehingga hal tersebut berdampak ke beberapa aspek salah satunya ialah gangguan
fisik. Permasalahan yang terjadi pada sel saraf di otak tersebut menimbulkan
keterlambatan pada motorik anak, sehingga ketika anak ingin melakukan sesuatu
menjadi susah dan anak akan mudah menyerah ataupun meledakkan emosinya.
Tidak hanya itu, anak autisme juga memiliki gangguan interaksi sosial sehingga
dapat memungkinkan bahwa mereka juga tidak begitu menyukai olahraga
ataupun aktivitas di luar rumah. Hal tersebutlah yang dapat mempengaruhi
kondisi fisik pada anak autis. Komplikasi ataupun penyakit lainnya yang dapat
timbul akibat kurangnya aktivitas fisik pada anak autisme yaitu obesitas,
hipertensi, gangguan kardiovaskular, dan timbulnya nyeri pada sendi (Hale,
2020).

d. Gangguan Sensori
Fungsi dari sistem sensoris ialah memproses segala bentuk stimulasi yang
ada dan menghasilkan gerakan motorik ataupun hasil lainnya pada tubuh kita,
jika terdapat gangguan pada sistem sensoris seperti yang terjadi pada anak
autisme maka terganggu juga respon stimulus yang diterimanya. Sehingga anak
menjadi susah dalam berinteraksi, memberi respon, dan beradaptasi dalam
lingkungannya (Leza, Maisyarah, & Rizkika, 2018).

e. Gangguan Komunikasi
Anak autis sangat kaku ketika akan berbicara dengan orang lain, mereka
susah dalam menyampaikan perasaan yang sekarang sedang mereka rasakan,
namun anak autisme pada kategori tertentu mampu diajarkan untuk berbicara
ataupun mengungkapkan perasaan mereka dengan cara anak dilatih mengulangi
suatu kata ataupun kalimat (Sholehah, 2020).
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
1. Nama : An. M.N.D
2. Tempat/tgl lahir : 22 Oktober 2019 (3 tahun)
3. Alamat :-
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
B. Keluhan Utama
Anak belum mampu mengontrol gerakan, mudah terdistraksi, belum dapat
berbicara dengan jelas juga emosi yang tidak stabil.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat anak berusia 2 tahun 5 bulan, ibu menyadari perkembangan anak
M.N.D sedikit terlambat dibandingkan kakaknya, sehingga dibawa ke RS
Duta Indah, dokter mendiagnosa speech delay dan dirujuk ke RSJ Soeharto
Heerdjan. Sudah melakukan terapi wicara selama 7 bulan dan terapi sensori
integrasi selama 1 bulan. Saat ini anak belum mampu mengontrol gerakan,
mudah terdistraksi, belum dapat berbicara dengan jelas juga emosi yang
tidak stabil
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Disangkal
E. Riwayat Kehamilan
1. Pre-Natal : - Anak ke 2 dari 2 bersaudara
- Lahir tidak direncanakan
- Ibu sering mual dan muntah sampai usia
kehamilan 6 bulan
- BB ibu turun drastis

2. Natal :
- Usia kehamilan 37 minggu
- Langsung menangis

3. Post-natal : - Lahir dengan normal


- Tidak pernah mengalami kejang.
- Tidak ada ikterus
- Tidak pernah jatuh
F. Riwayat Perkembangan

Aktivitas Nilai normal Kemampuan


Angkat kepala 2-3 bulan 3 bulan
Telungkup 4 bulan 4 bulan
Berguling 6 bulan 4 bulan
Duduk 6 bulan 6 bulan
Merangkak 7-8 bulan Tidak melewati
Berdiri 12 bulan 7 bulan
Jalan 13 bulan 9 bulan
Menggenggam 3 bulan Tidak optimal

G. Riwayat Psikososial
- Anak diasuh oleh orang tuanya
- Anak mengonsumsi susu formula sejak lahir sampai sekarang
- Tidak dapat mengonsumsi makanan dengan tekstur keras

H. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : Pasien datang biasa saja tidak menangis,
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Berat badan : 14 kg
4. Lingkar kepala : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Tekanan darah : Tidak dilakukan pemeriksaan
6. Hr : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Rr : Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Suhu : Afebris (36 derajat)
I. Pemeriksaan Khusus
1. Kesan Awal
a. Atensi : Tidak fokus terhadap sesuatu, melakukan gerakan
tidak terarah
b. Motivasi : Hiperaktif
c. Emosi : Tidak stabil (mudah berubah-ubah)
d. Komunikasi : Beberapa kali paham dengan instruksi
2. Inspeksi
a. Statis :
- Pada saat posisi berdiri kaki cenderung pola valgus
- Berdiri bertumpu pada medial kaki
- Wide base of support
- Posisi duduk menggunakan pola W
- Trunk semi fleksi
- Postur cenderung membungkuk
b. Dinamis
- Belum mampu mengontrol gerakan dengan baik
- Kontrol bahaya yang rendah
- Beberapa kali paham dengan instruksi
- Tidak fokus terhadap sesuatu
- Suka mengacak-acak
- Suka mengecas dan menggigit jari
- Adanya gerakan menggeliat
- Fungsi bermain tidak sesuai dengan usianya

3. Palpasi
a. Kurang adanya arkus pada kaki (flat foot)
b. Banyak gerakan menghindar

4. Pemeriksaan Sensorik
a. Taktil : Hiposensitif, banyak gerakan menghindar
b. Proprioseptif : Hiperekstensi pada elbow dan wrist
c. Vestibular : Tidak bisa bertahan dalam waktu lama di atas
papan balance
d. Visual : Dapat mengambil dan melempar barang
e. Auditory : Paham jika dipanggil
f. Gustatory : Mengecas dan menggigit jari

5. Pemeriksaan Perkembangan
Alat ukur : DENVER II

Usia kronologis : 36 bulan

Motorik Kasar Nilai


Loncat jauh Positif
Berdiri satu kaki satu detik Positif
Berdiri satu kaki satu detik Negatif
Lompat satu kaki Negatif
Usia ability : 30 bulan

Motorik Halus Nilai


Mencoret-coret Positif
Ambil manik-manik Positif
Membuat 2 menara Negatif
Membuat 4 menara Negatif
Usia ability : 16 bulan

Bahasa Nilai
Tertawa Positif
Berteriak Positif
Mengoceh Negatif
Ucap satu kata Negatif
Usia ability : 7 bulan

Personal Sosial Nilai


Menirukan kegiatan Positif
Main bola dengan pemeriksa Positif
Minum dari cangkir Negatif
Membantu di rumah Negatif
Usia ability : 14 bulan
Kesimpulan : fungsi bermain tidak sesuai dengan usianya
J. Problem Fisioterapi

Body Function Kode


Hiposensitif B298
Wide base of support B770
Duduk dengan posisi W B789
Gangguan keseimbangan B235
Gangguan oral B398
Fungsi bermain tidak sesuai dengan usianya B1649

Body Structure Kode


Knee Valgus S75011
Flat Foot S75028
Hiperekstensi sendi elbow dan wrist S7308
Tumpuan saat berdiri di medial foot S75023
Gangguan postur S798

Activity Limitation Kode


Tidak mampu mengontrol gerakan D449
Tidak mampu berjalan optimal D4500
Tidak mampu duduk optimal D4200
Participation Restriction Kode
Belum mampu bermain dengan teman D750
seusianya

K. Algoritma

Pervasive Developmental Disorder


Not Otherwise Specified (PDD-
NOS)

BODY ACTIVITY LIMITATION PARTISIPASI


FUNCTION/STRUCTURE Mengontrol gerakan (d449) RETRACTION
Berjalan optimal (d4500)
Hiposensitif (b298) Bermain dengan teman
Duduk optimal (d4200 )
Knee valgus (s75011) seusianya (d750)
Flat foot (s75028)
Tumpuan saat berdiri di medial
foot (s75023)
Wide base of support (b770)
Hiperekstensi pada sendi elbow
dan wrist (s7308 )
Duduk dengan posisi W (b789 )
Gangguan postural (s798)
Gangguan keseimbangan (b2351)
Gangguan oral (b398 )
Fungsi bermain tidak sesuai
dengan usianya (b1649)

ENVIROMENTAL FACTORS PERSONAL PACTORS


Dukungan dari orang tua dan keluarga Asupan gizi yang belum terpenuhi
Program latihan di rumah
Tidak memiliki awareness yang cukup
Tantrum
L. Diagnosa ICF berdasarkan ICD
Anak kesulitan untuk megontrol gerakan ekstremitas bawah, duduk
optimal dan berjalan optimal karena hiposensitif, wide base of support,
duduk dengan posisi W, gangguan keseimbangan, knee valgus, flat foot
dan tumpuan saat berdiri di medial foot, sehingga terbatas dalam
berinteraksi dengan teman usianya yang disebabkan oleh Pervasive
Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD-NOS)

Anak kesulitan untuk megontrol gerakan ekstremitas atas, karena


adanya hiperekstensi pada wrist dan shoulder serta adanya gangguan
postur, sehingga terbatas dalam berinteraksi dengan teman usianya yang
disebabkan oleh Pervasive Developmental Disorder Not Otherwise Specified
(PDD-NOS)

M. Rencana Penatalaksanaan Fisioterapi


1. Jangka Pendek
a. Menyiapkan motorik anak dalam menerima terapi wicara dan
sensori integrasi
b. Meningkatkan sensitivitas terhadap stimulus
c. Penguatan ekstremitas atas
d. Memperbaiki postur ke arah normal
e. Tumpuan saat berdiri di seluruh telapak kaki
f. Base of support selebar bahu
g. Meningkatkan taktil, proprioceptive dan balance
h. Fungsi bermain sesuai dengan usianya
2. Jangka Panjang
a. Berjalan optimal
b. Fungsi bermain sesuai dengan usianya
M. Metode Pemberian Fisioterapi

NO JENIS METODA DOSIS


1. Terapi 1. Neuro Sensor Exercise Frekuensi :
Latihan A. Duduk di dalam kotak yang berisikan biji saga 1x/minggu
B. Sandwhich taktil I : 2 sampai 4
C. Massage repetisi
D. Myofascial release T ; 30 menit
E. Tendon guard
2. Perseptual motor exercise
A. Berjalan di titian
B. Naik turun tangga
C. Lempar bola
D. Loncat di trampolin
E. Berjalan di halang rintang sambil memindahkan bola

N. Uraian Tindakan Fisioterapi


1. Neuro Sensor Exercise
A. Duduk di dalam kotak yang berisikan biji saga
Tujuan : Stimulasi taktil
Posisi OS : Duduk di dalam kotak yang berisikan biji saga
Posisi Fisioterapis: Di belakang OS
Prosedur : OS difasilitasi untuk duduk di dalam kotak yang
berisikan biji saga, sehingga OS dapat merasakan stimulus pada
tubuhnya
B. Sandwhich taktil
Tujuan : Stimulasi taktil dan propioceotive
Posisi OS : Tidur terlentang atau telungkup di matras
Posisi Fisioterapis: Di belakang OS
Prosedur : Posisikan OS tidur terlentang atau telungkup di
matras, taruh beanbag di atas tubuh OS, seperti tumpukan
sandwhich
C. Massage
Tujuan : Meningkatkan sensitivitas terhadap stimulus, stimulasi
deep taktil
Posisi OS : terlentang
Posisi Fisioterapis: di depan OS
Prosedur : FTs menggunakan metode stroking pada bagian back,
upper dan lower extremity. Dapat dilakukan menggunakan oil
D. Myofascia release
Tujuan : Melepaskan ketegangan otot
Posisi OS : telungkup di matras atau bola
Posisi Fisioterapis: di belakang OS
Prosedur : posisikan OS telungkup lakukan gerakan thumb
friction pada bagian punggung OS
E. Tendon guard
Tujuan : Aproksimasi persendian
Posisi OS : terlentang di matras
Posisi Fisioterapis: di depan OS
Prosedur : posisikan OS terlentang, lalu tekuk lutut OS dan
berikan aproksimasi kearah hip. Selanjutnya, luruskan kembali
lutu OS dan berikan aproksimasi kea rah ankle
2. Perceptual Motor Exercise
A. Berjalan di titian
Tujuan : mengoptimalkan tumpuan saat berjalan,
mengoptimalkan base of support, meningkatkan balance,
mengontrol gerakan
Posisi OS : Berdiri
Posisi Fisioterapis: di belakang atau di samping OS
Prosedur : stimulasi OS untuk mengambil bola, lalu jalan di
titian sambil menyeimbangkan badan, lalu taruh bola
B. Naik turun tangga
Tujuan : penguatan core muscle
Posisi OS : berdiri
Posisi Fisioterapis: di belakang OS
Prosedur : OS berdiri di depan tangga, lalu stimulasi OS untuk
naik turun tangga dengan gerakan terkontrol
C. Lempar tangkap bola
Tujuan : meningkatkan kemampuan kontrrol gerakan dan fokus
Posisi OS : berdiri
Posisi Fisioterapis: di depan OS
Prosedur : persiapkan bola di ember, lalu OS berdiri di depan
area permainan bola, instruksikan OS untuk melempar dan
menangkap bola
D. Loncat di trampolin
Tujuan : stimulasi taktil dan propioceptif
Posisi OS : berdiri
Posisi Fisioterapis: di samping OS
Prosedur : instruksikan OS untuk berdiri dan loncat di dalam
trampoline, sambal menghitung jumlah loncatan
E. Berjalan di halang rintang sambil memindahkan bola
Tujuan : meningkatkan balance dan fokus
Posisi OS : berdiri
Posisi Fisioterapis: di belakang OS
Prosedur : stimulasi OS untuk mengambil bola, lalu jalan di
haling rintang, lalu taruh bola dan lakukan berulang

O. Home Program
1. Program mandiri :
a. Melakukan stimulus sensoris dan motorik yang sudah diajarkan
oleh fisioterapis (melakukan massage pada area telapak kaki dan
tangan).
b. Menghindari kebiasaan duduk dalam posisi W
c. Menghindari kebiasaan duduk membungkuk
2. Edukasi :
a. ibu memberikan nutrisi yang cukup untuk anak.
b. Meminta keluarganya untuk tenang (tidak teriak) saat anak sedang
tantrum
c. Mengajak anak untuk bersosialisasi yang terarah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil laporan studi kasus yang telah dijelaskan dalam
pembahasan sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Pervasive developmental disorder mempunyai empat klasifikasi, yaitu Autis
Disorder, Asperger syndrome, Rett Syndrome, dan PDD-NOS (Pervasive
Development DisorderNot Otherwise Specified).

2. PDD-NOS diakibatkan oleh abnormalitas neurologis atau adanya masalah


pada sistem syaraf, meski demikian belum ada penyebab spesifik yang dapat
diidentifikasi menjadi penyebab PDD-NOS. Permasalahan tersebut
mempengaruhi kemampuan berkomunikasi, berbahasa, bermain dan berhubungan
dengan orang lain.

3. Fisioterapi sangat berperan untuk meningkatkan dan memulihkan gejala


yang terlihat pada pasien PDD-NOS dengan memberikan stimulasi sensori
motor dan perceptual motor
B. Saran
Berdasarkan hasil laporan studi kasus yang telah dijelaskan
sebelumnya maka penulis memberikan beberapa saran, yaitu :
1. Melakukan evaluasi home program secara berkala untuk
memastikan program latihan di rumah diberikan sesuai dengan
kondisi dan respon anak
2. Durasi penanganan fisioterapi lebih baik disesuaikan dengan
kondisi anak.
DAFTAR PUSTAKA
Volkmar, F. R. (2018) ‘Pervasive Developmental Disorder NOS’, Encyclopedia of Clinical

Neuropsychology, pp. 2663–2665. doi: 10.1007/978-3-319-57111-9_1585.

ISO et al. (2010) ‘No 主観的健康感を中心とした在宅高齢者における 健康関連指標

に関する共分散構造分析 Title’, Materials Science and Engineering A, 16(6), pp.


1–19. Available at:
http://dx.doi.org/10.1016/j.engfailanal.2008.01.004%0Ahttp://dx.doi.org/
10.1016/j.engfracmech.2008.11.011%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.corsci.2009.12.020%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/
j.corsci.2009.11.044%0Ahttp://dx.doi.org/10.1016/j.biotechadv.2010.07.00.

Soetjiningsih, Windiani, I. G. A. . T. and Adnyana, I. G. A. . N. . S. (2005) ‘Pedoman

Pelatihan Deteksi Dini Dan Diagnosis Gangguan Spektrum Autisme (GSA)’, pp. 1–
3.

Ii, B. A. B. and Pustaka, T. (2002) ‘BAB II Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1’,

(2020), pp. 1–64.

Limijati, (2021, Januari 18) MENGENAL DAN MEMAHAMI ANAK AUTISME. Diakses pada

27 Oktober 2022 melalui https://www.rsia-limijati.com/post/mengenal-dan-


memahami-anak-autisme

Anda mungkin juga menyukai