Disusun Oleh :
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang diatas maka dapat
dirumuskan masalah sebagai berikut :
1. Apa yang dimaksud Pervasive Developmental Disorder Not
Otherwise Specified (PDD NOS)?
2. Bagaimana penanganan Pervasive Developmental Disorder Not
Otherwise Specified (PDD NOS) dalam fisioterapi ?
C. Tujuan
Tujuan dari penulisan laporan kasus mengenai Pervasive
Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD NOS) ini sebagai
berikut :
1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan Pervasive
Developmental Disorder Not Otherwise Specified (PDD NOS).
2. Untuk mengetahui cara penanganan Pervasive Developmental
Disorder Not Otherwise Specified (PDD NOS).
BAB II
KAJIAN TEORI
A. Definisi
Anak pervasive developmental disorder atau dapat disebut dengan ASD
(Autism Spectrum Disorder) merupakan suatu gangguan atau ketidaknormalan
pada seseorang yang ditandai dengan tidak berkembangnya kemampuan sosial
dan komunikasi yang di iringi dengan perilaku repetitive dan restrictive
(gangguan minat). Pervasive developmental disorder mempunyai empat
klasifikasi, yaitu Autis Disorder, Asperger syndrome, Rett Syndrome, dan PDD-
NOS (Pervasive Development DisorderNot Otherwise Specified). Dimana empat
klasifikasi tersebut merupakan bagian dalam payung gangguan pervasive
developmental disorder. (Volkmar, 2018)
National Information Center for Children and Youth with Disabilities
atau NICHCY merumuskan bahwa PDD – NOS dan autisme sebagai gangguan
perkembangan yang cenderung memiliki karakteristik serupa dan gejalanya
muncul sebelum usia tiga tahun.
B. Etiologi
C. Klasifikasi
Pervasive developmental disorder mempunyai empat klasifikasi, yaitu
Autis Disorder, Asperger syndrome, Rett Syndrome, dan PDD-NOS (Pervasive
Development DisorderNot Otherwise Specified). Dimana empat klasifikasi
tersebut merupakan bagian dalam payung gangguan pervasive developmental
disorder, antara lain :
1. Autistic Spectrum Disorder (ASD)
Muncul sebelum usia 3 tahun dengan gejala adanya hambatan dalam
interaksi sosial, komunikasi dan kemampuan bermain secara imaginatif serta
adanya perilaku stereotip pada minat dan aktivitas.
2. Asperger’s Syndrome
Hambatan perkembangan interaksi sosial, aktivitas yang terbatas, secara
umum tidak menunjukkan keterlambatan bahasa dan bicara, memiliki tingkat
intelegensi rata-rata hingga di atas rata-rata.
3. Rett’s Syndrome
Lebih sering terjadi pada anak perempuan dan jarang terjadi pada anak
laki-laki. Sempat mengalami perkembangan yang normal kemudian terjadi
kemunduran/kehilangan kemampuan yang dimilikinya; kehilangan kemampuan
fungsional tangan yang digantikan dengan gerakkan-gerakkan tangan yang
berulang-ulang pada rentang usia 1 – 4 tahun.
4. Pervasive Developmental Disorder – Not Otherwise Specified (PDD-NOS)
Merujuk pada istilah atypical autism, diagnosa PDD-NOS berlaku bila
seorang anak tidak menunjukkan keseluruhan kriteria pada diagnosa tertentu
(Autisme, Asperger atau Rett Syndrome). (Limijati, 2021)
D. Manifestasi Klinis
b. Gangguan Perilaku
Perilaku khas yang hanya dimiliki oleh seorang anak autisme ialah
pengulangan gerakan atau biasa disebut stereotype. Contoh dari perilaku berulang
yang sering muncul yaitu bertepuk tangan dan mengepakkan tangan,
menggoyangkan tubuh ke depan-belakang ataupun ke samping kanan dan kiri,
kemudian melompat-lompat, menggosok kulit bahkan menggaruknya, menyusun
ulang objek yang sudah ditata, mengunyah meskipun tidak ada makanan di
mulutnya dan bahkan dapat menggigit bagian tubuhnya sendiri secara terus
menerus. Stereotype terjadi karena kurangnya sensorik pada anak autisme
(hiposensitif), sehingga dengan bergerak secara terus-menerus mereka akan
mendapatkan stimulasi untuk dirinya sendiri yang tidak muncul ketika mereka
berdiam diri (Leza, Maisyarah, & Rizkika, 2018).
c. Gangguan Fisik
Perkembangan dan pertumbuhan pada anak autisme menjadi terlambat
dan terhambat karena terdapat permasalahan dari neurotransmiter pada otak,
sehingga hal tersebut berdampak ke beberapa aspek salah satunya ialah gangguan
fisik. Permasalahan yang terjadi pada sel saraf di otak tersebut menimbulkan
keterlambatan pada motorik anak, sehingga ketika anak ingin melakukan sesuatu
menjadi susah dan anak akan mudah menyerah ataupun meledakkan emosinya.
Tidak hanya itu, anak autisme juga memiliki gangguan interaksi sosial sehingga
dapat memungkinkan bahwa mereka juga tidak begitu menyukai olahraga
ataupun aktivitas di luar rumah. Hal tersebutlah yang dapat mempengaruhi
kondisi fisik pada anak autis. Komplikasi ataupun penyakit lainnya yang dapat
timbul akibat kurangnya aktivitas fisik pada anak autisme yaitu obesitas,
hipertensi, gangguan kardiovaskular, dan timbulnya nyeri pada sendi (Hale,
2020).
d. Gangguan Sensori
Fungsi dari sistem sensoris ialah memproses segala bentuk stimulasi yang
ada dan menghasilkan gerakan motorik ataupun hasil lainnya pada tubuh kita,
jika terdapat gangguan pada sistem sensoris seperti yang terjadi pada anak
autisme maka terganggu juga respon stimulus yang diterimanya. Sehingga anak
menjadi susah dalam berinteraksi, memberi respon, dan beradaptasi dalam
lingkungannya (Leza, Maisyarah, & Rizkika, 2018).
e. Gangguan Komunikasi
Anak autis sangat kaku ketika akan berbicara dengan orang lain, mereka
susah dalam menyampaikan perasaan yang sekarang sedang mereka rasakan,
namun anak autisme pada kategori tertentu mampu diajarkan untuk berbicara
ataupun mengungkapkan perasaan mereka dengan cara anak dilatih mengulangi
suatu kata ataupun kalimat (Sholehah, 2020).
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
1. Nama : An. M.N.D
2. Tempat/tgl lahir : 22 Oktober 2019 (3 tahun)
3. Alamat :-
4. Jenis Kelamin : Laki-Laki
5. Agama : Islam
6. Pekerjaan Ibu : Ibu Rumah Tangga
B. Keluhan Utama
Anak belum mampu mengontrol gerakan, mudah terdistraksi, belum dapat
berbicara dengan jelas juga emosi yang tidak stabil.
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Saat anak berusia 2 tahun 5 bulan, ibu menyadari perkembangan anak
M.N.D sedikit terlambat dibandingkan kakaknya, sehingga dibawa ke RS
Duta Indah, dokter mendiagnosa speech delay dan dirujuk ke RSJ Soeharto
Heerdjan. Sudah melakukan terapi wicara selama 7 bulan dan terapi sensori
integrasi selama 1 bulan. Saat ini anak belum mampu mengontrol gerakan,
mudah terdistraksi, belum dapat berbicara dengan jelas juga emosi yang
tidak stabil
D. Riwayat Penyakit Dahulu
Disangkal
E. Riwayat Kehamilan
1. Pre-Natal : - Anak ke 2 dari 2 bersaudara
- Lahir tidak direncanakan
- Ibu sering mual dan muntah sampai usia
kehamilan 6 bulan
- BB ibu turun drastis
2. Natal :
- Usia kehamilan 37 minggu
- Langsung menangis
G. Riwayat Psikososial
- Anak diasuh oleh orang tuanya
- Anak mengonsumsi susu formula sejak lahir sampai sekarang
- Tidak dapat mengonsumsi makanan dengan tekstur keras
H. Pemeriksaan Umum
1. Keadaan umum : Pasien datang biasa saja tidak menangis,
2. Kesadaran : Compos Mentis
3. Berat badan : 14 kg
4. Lingkar kepala : Tidak dilakukan pemeriksaan
5. Tekanan darah : Tidak dilakukan pemeriksaan
6. Hr : Tidak dilakukan pemeriksaan
7. Rr : Tidak dilakukan pemeriksaan
8. Suhu : Afebris (36 derajat)
I. Pemeriksaan Khusus
1. Kesan Awal
a. Atensi : Tidak fokus terhadap sesuatu, melakukan gerakan
tidak terarah
b. Motivasi : Hiperaktif
c. Emosi : Tidak stabil (mudah berubah-ubah)
d. Komunikasi : Beberapa kali paham dengan instruksi
2. Inspeksi
a. Statis :
- Pada saat posisi berdiri kaki cenderung pola valgus
- Berdiri bertumpu pada medial kaki
- Wide base of support
- Posisi duduk menggunakan pola W
- Trunk semi fleksi
- Postur cenderung membungkuk
b. Dinamis
- Belum mampu mengontrol gerakan dengan baik
- Kontrol bahaya yang rendah
- Beberapa kali paham dengan instruksi
- Tidak fokus terhadap sesuatu
- Suka mengacak-acak
- Suka mengecas dan menggigit jari
- Adanya gerakan menggeliat
- Fungsi bermain tidak sesuai dengan usianya
3. Palpasi
a. Kurang adanya arkus pada kaki (flat foot)
b. Banyak gerakan menghindar
4. Pemeriksaan Sensorik
a. Taktil : Hiposensitif, banyak gerakan menghindar
b. Proprioseptif : Hiperekstensi pada elbow dan wrist
c. Vestibular : Tidak bisa bertahan dalam waktu lama di atas
papan balance
d. Visual : Dapat mengambil dan melempar barang
e. Auditory : Paham jika dipanggil
f. Gustatory : Mengecas dan menggigit jari
5. Pemeriksaan Perkembangan
Alat ukur : DENVER II
Bahasa Nilai
Tertawa Positif
Berteriak Positif
Mengoceh Negatif
Ucap satu kata Negatif
Usia ability : 7 bulan
K. Algoritma
O. Home Program
1. Program mandiri :
a. Melakukan stimulus sensoris dan motorik yang sudah diajarkan
oleh fisioterapis (melakukan massage pada area telapak kaki dan
tangan).
b. Menghindari kebiasaan duduk dalam posisi W
c. Menghindari kebiasaan duduk membungkuk
2. Edukasi :
a. ibu memberikan nutrisi yang cukup untuk anak.
b. Meminta keluarganya untuk tenang (tidak teriak) saat anak sedang
tantrum
c. Mengajak anak untuk bersosialisasi yang terarah.
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil laporan studi kasus yang telah dijelaskan dalam
pembahasan sebelumnya dapat diambil beberapa kesimpulan, yaitu :
1. Pervasive developmental disorder mempunyai empat klasifikasi, yaitu Autis
Disorder, Asperger syndrome, Rett Syndrome, dan PDD-NOS (Pervasive
Development DisorderNot Otherwise Specified).
Pelatihan Deteksi Dini Dan Diagnosis Gangguan Spektrum Autisme (GSA)’, pp. 1–
3.
Ii, B. A. B. and Pustaka, T. (2002) ‘BAB II Tinjauan Pustaka BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1’,
Limijati, (2021, Januari 18) MENGENAL DAN MEMAHAMI ANAK AUTISME. Diakses pada