NIM : 201481010
E-mail : dhava200215@gmail.com
Jaran Bodhag adalah salah satu kesenian khas dari daerah probolinggo, jawa timur.
Kesenian ini telah dimasukkan kedalam warisan budaya takbenda Indonesia pada tahun 2014.
Jaran Bodhag dalam terminology Bahasa jawa yang diartikan sebagai Jaran yang berarti kuda
dan Bodhag Berarti wadah. Yang dimaksudkan sebagai kuda tiruan yang dibuat dari bahan dasar
kayu menyerupai kepala sampai leher kuda. Kemudian leher kayu tersebut disambung dengan
peralatan lengkap dengan aksesoris. Kesenian Jaran Bodhag disajikan dalambentuk arak-arakan
dijalan maupun didepan rumah seseorang dengan diiringi alunan music tradisional gamelan yang
terdiri dari kenong, gong, kendang, dan sronen. Di dalam penyajiannya juga ditampilkan
tembang-tembang tradisi khas Jaran Bodhag dengan pakaian yang penuh dengan gemerlapan,
menarik, unik, yang didesain sendiri oleh pemiliknya dengan segala kemampuan estetiknya. Dan
seperti kebanyakan seni khas jawa timur lainnya, pertunjukkan ini juga tidak lepas dari adanya
perlengkapan ritual seperti sesajen. Dalam kesenian ini sesajen dihadirkan dalam dua macam
yaitu sesajen untuk tuan rumah dan sesajen untuk pemain, gamelan, dan pengantin.
Dalam pertunjukkan Jaran Bodhag strukturnya terdiri dari, pertama, proses Jaran Bodhag
kepala, mendekati panggung kuda menggerakan pinggul dan kepala mengikuti alunan musik.
Kedua, kuda bersama Janis (pengiring kuda) memasuki panggung dengan gerakan kuda
mengangguk-anggukan kepala dan berjalan menyamping menhghadap penonton, kemudian Janis
berjalan sedikit membungkuk sebagai tanda permisi disertai gerakan tangan seperti orang sedang
menari sambil memegang tali kuda kemudian saling berhadap-hadapan. Ketiga, setelah kuda dan
Janis naik keatas panggung maka disusul oleh kuda dan Janis lainnya dengan melakukan gerakan
yang sama seperti diawal tadi. Setelah mereka ada diatas panggung mereka melakukan gerakan
memutar dan diakhiri dengan menghadap penonton. Setelah ini tidak didominasi lagi oleh
gerakan menari tetapi tetembangan. Bagian akhir dari pertunjukkan ini adalah kuda bersama
dengan Janis berpamitan, Janis melakukan gerakan tangan dengan tangan lainnya dengan
memegang tali. Kemudian kuda melakukan geraakan yang sama yaitu mengangguk dan
kesenian Jaran Bodhag seringkali difungsikan sebagai seni pertunjukan yang digelar
dalam sebuah karnaval. Kesenian Jaran Bodhag sebagai kesenian karnaval memiliki keuntungan
yang cukup besar dalam rangka pengembangan dan pelestarian. Hal ini dikarenakan kesenian
Jaran Bodhag menjadi objek sentral yang diperhatikan oleh masyarakat, selain itu dalam
pertunjukan berbasis karnaval dinilai mampu menghadirkan penonton dalam jumlah banyak
sehingga memiliki tingkat efektivitas tinggi dalam upaya mempopulerkan kebudayaan kepada
masyarakat. Jaran Bodhag selain sebagai seni pertunjukan karnaval sebagai pariwisata atau yang
biasa disebut arak-arakandalam berbagai acara peringatan hari besar nasional atau keagamaan,
kesenian pertunjukan ini juga sebagai acara hiburan di kalangan masyarakat Probolinggo. Dalam
acara hajatan ini tidak hanya ditampilkan arak-arakan tetapi juga disisipkan cerita. Dengan
adanya tambahan cerita ini masyarakat semakin terhibur karena tidak hanya menikmati tari-
tarian dan tetembangan saja tetapi juga ada hiburan cerita. Lama durasi pertunjukan sesuai
permintaan pemilik hajat, semakin lama pertunjukan maka tarian dan cerita yang ditampilkan
Kesenian Jaran Bodhag ini sendiri menurut saya bisa dijadikan sebua film dengan melihat
latar belakang bagaimana cerita awalnya pertunjukkan ini dibuat yaitu dari masyarakat pinggiran
wilayah pandalungan. Kesenian ini yang merupakan hasil inovasi dari kesenian jaran kencak.
Nah disini kita bisa mengangkat dimana saat itu masyarakat pandhalungan yang kala itu
merupakan masyarakat pendatang mengalami kesulitan akibat dari naiknya harga untuk
pertunjukkan Jaran Kencak. Dan pada akhirnya semakin lama harganya semakin mahal yang
dimana masyarakat pandhalungan saat itu hanyalah para buruh yang datang bekerja. Dan tujuan
jaran kencak adalah untuk memperingati siklus hidup manusia seperti pernikahan yang hanya
bisa dilakukan sekali seumur hidup. Dan karena mahalnya itu akhirnya di buatlah sebuah ide
untuk membuat kesenian jaran badhog dengan menggunakan bahan sederhana dan mudah
didapat sehingga bisa ditekan biayanya. Serta juga mengurangi biaya untuk alat-alat istrumen
dalam setiap pertunjukkan yang diadakan. Jadi disini kita bisa membuat sebuah film yang
tanda selalu dapat dipersepsi oleh perasaan (sense) dan pikiran (reason) (Hamad, 2004).”
Daftar Pustaka
http://repository.unair.ac.id/45212/
https://youtu.be/tC7xOwrHw4c