Anda di halaman 1dari 6

MENGGALI KEBUDAYAAN LOKAL

TARI JARAN BODHAG

DISUSUN OLEH :

LINDA AMBAR WATI (31)

MAILINDA FARA MAILITA (32)

MUTRI NUR IFFAH W. (33)

RIBHATUL MAYSAH (34)

SHERLYTA VINDRA AGUSTIN (35)

SITI AISYAH PUTRI (36)

KATA PENGANTAR
Pertama – tama marilah kita panjatkan puji syukur kepada Allah SWT yang
telah melimpahkan rahmat kepada kita semua sehingga kita masih diberi nikmat
sehat meskipun dalam keadaan seperti sekarang ini. Tak lupa juga sholawat serta
salam semoga tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW
beserta para keluarga dan sahabatnya.

Dalam kesempatan ini, kami mendapat tugas untuk “ menggali informasi


tentang kebudayaan lokal “ yang ada di kota Probolinggo. Makalah ini kami susun
untuk memenuhi nilai tugas sekaligus menambah wawasan tentang kebudayaan
di kota Probolinggo yang perlu kita lestarikan. Makalah ini kami susun
sesederhana mungkin untuk memudahkan para pembaca.

Demikian yang dapat kami sampaikan, apabila di dalam makalah ini


terdapat banyak kekurangan maka kami selaku penulis mohon maaf yang sebesar
besarnya. Akhir kata kami ucapkan terima kasih dan tetap patuhi protokol
kesehatan.

Penyusun

TARI JARAN BODHAG


Jaran Bodhag adalah kesenian tradisional dari wilayah Kabupaten Probolinggo,
Provinsi Jawa Timur. Kesenian ini telah ditetapkan menjadi Warisan Budaya Tak
Benda Indonesia oleh Menteri Pendidikan dan Kebudayaan No.
153992B/MPK.A/DU/2014 pada tanggal 17 Oktober 2014. Hingga saat ini
masyarakat Probolinggo masih melestarikan kesenian Jaran Bodhag. Kesenian ini
biasa dilaksanakan dalam rangka mendampingi arak-arakan acara hajatan,
pernikahan, khitanan dan lain sejenisnya. Istilah Jaran Bodhag dalam Bahasa Jawa
atau Bahasa Madura yaitu Jaran berarti kuda dan Bodhag berarti wadah. Jaran
Bodhag merupakan kuda mainan sebagai bentuk tiruan dari kuda aslinya. Tiruan
kuda ini dibuat dari batang kayu yang dibentuk menyerupai kepala kuda hingga
leher. Kemudian leher kuda mainan itu disambungkan dengan berbagai pelengkap
berupa aksesoris-aksesoris. Kesenian ini disuguhkan berupa arak-arakan di jalan
dan di halaman rumah dengan diiringi lagu musik tradisional gamelan yang terdiri
dari Kenong, Gong, Kendang, dan Sronen. Dengan dua orang Jaran Bodhag
dibawa ada yang sebagai Janis dan adapula sebagai penunggang kuda. tembang-
tembang tradisional mengiringi kesenian Jaran Bodhag, para seniman Jaran
Bodhag memakai pakaian gemerlap dan unik. Rancangan pakaian ini dibuat oleh
para seniman Jaran Bodhag. Kesenian ini awalnya terinspirasi dari kesenian Jaran
Kencak. Beberapa sumber menyebutkan bahwa awal kemerdekaan kesenian ini
berkembang di Indonesia.

Pagelaran Jaran Bodhag terkenal di Kota Probolinggo yang hampir sama dengan
pertunjukan Jaran Kencak. Awalnya masyarakat terinspirasi dari pertunjukan Jaran
Kencak, yaitu pertunjukan Kuda Menari. pertunjukan ini dilakukan dengan kuda
yang telah dilatih untuk menari dengan riasan pakaian beraksesoris lengkap.
Masyarakat wilayah pinggiran atau masyarakat yang kurang mampu
mendambakan pertunjukan yang sama dengan gelar acara Jaran Kencak. Sebab
mereka kurang mampu untuk membeli kuda atau menyewa kuda maka mereka
memilih untuk membuat kuda mainan untuk meniru acara Jaran Kencak. Lalu
dibuatlah kuda tiruan yang dibuat dari kayu, berupa kepala kuda hingga leher kuda
dengan berbagai aksesoris seperti acara Jaran Kencak. Penunggang kuda mainan
itu seolah-olah menaiki kuda dengan berjalan dan berdiri dengan kaki sendiri,
sehingga dari kejauhan tampak menyerupai pagelaran Jaran Kencak dan sekarang
berkembang sebagai Jaran Bodhag.

 Sesajen Kesenian Jaran Bodhag

Seperti kebanyakan kesenian tradisional Jawa Timur lainnya, pertunjukan Jaran


Bodhag juga tidak lepas dari adanya perlengkapan ritual seperti sesajen. Dalam
kesenian ini sesajen yang dihadirkan terbagi menjadi dua macam yaitu sesajen
untuk tuan rumah dan sesajen untuk pemain, gamelan, dan pengantin.

Sesajen untuk pemain, gamelan, dan pengantin biasanya terdiri dari beras putih,
kelapa, ayam mentah dan hidup, dua tandan pisang yang masing-masing jenisnya
sama. Ada juga jajan tujuh rupa, sirih dan pinang, tembakau dan cengkeh, gula dan
kopi, bunga, kopi, santan, jenang putih, jenang merah, lawon atau sewek, perapian
dan kemenyan.

Sementara itu, sesajen untuk tuan rumah atau yang punya hajatan terdiri atas
berbagai macam barang yang digantung pada seutas tali rafia yang masing-masing
ujungnya diikatkan pada tiang. Barang-barang itu kemudian digantung di depan
pentas yang nantinya akan dipakai untuk pertunjukan. Pada saat pertunjukan Jaran
Bodhag, barang-barang itu akan dijadikan sebuah lagu yang berbentuk pantun.

Bentuk lagunya yaitu dengan menyebutkan beberapa barang menjadi satu larik
kemudian diartikan menurut pemikiran dari pemain drama Jaran Bodhag. Kidung
adalah sejenis nyanyian seperti sebuah lirik atau syair yang dinyanyikan. Bahasa
yang digunakan dalam kidungan adalah bahasa sehari-hari masyarakat sekitar,
yaitu bahasa Madura atau bahasa Jawa.

Kidungan Jawa ada Suroboyoan dan Malangan. Syair yang dinyanyikan


biasanya diambil dari sejarah dan pantun. Sementara itu, kidungan Madura terbagi
atas candaan atau cerita lucu dan pantun. Macam-macam kidungan Madura antara
lain angleng, gunung sari, beleng kekek. Namun semua tembang baik Jawa dan
Madura pada awalnya diambil dari gending jula-juli.
Lampiran
Sehubungan dengan adanya covid 19, maka kelompok kami memutuskan untuk
berdiskusi online dengan memanfaatkan teknologi yang ada untuk menjaga
kesehatan dan memutus rantai penyebaran covid. Oleh karena itu, dimohon
pengertiannya.

Anda mungkin juga menyukai