Anda di halaman 1dari 4

CREATIVITY AND HUMANITY

Faisal Fahla Ibadilah

226020015

Universitas pasundan

Bandung
1. Latar belakang
Ketika kecil, Tutur pernah melihat hantu wanita menyeramkan. Tetapi itu
hanya terjadi satu kali dan Tutur sangat ketakutan. Sekarang Tutur telah tumbuh
dewasa, Dia tinggal bersama Ibu dan adiknya Sevia, Tutur adalah seorang pelukis
amatir yang berbakat, masih muda, dan tidak percaya dengan hantu maupun
semacamnya. Dia menjadi tulang punggung keluarga. Dia menjual lukisan-lukisannya
untuk biaya hidup. Amanda adalah gadis penyindiri, Dia suka hal-hal horor dan
mistis. Bahkan Amanda memiliki laman situs blognya sendiri yang membahas tentang
hal gaib. Sebuah acara televisi tentang seseorang yang dapat merasakan hantu
dibawakan mbah Moro sangat disukai banyak orang. Tetapi kru mengalami kerasukan
dan pelukis lama tidak mau kembali. Akhirnya Tim produksi mencoba mencari
pelukis baru Di sisi lain, Baharudin, teman baik Tutur bekerja sebagai OB di industri
pertelevisian. Dia mendengar pembicaraan mereka kemudian mengajak Tutur untuk
mencobanya. Awalnya Tutur enggan melakukan pembohongan publik seperti itu,
tetapi karena tuntutan ekonomi akhirnya Dia mau melakukannya. Sebenarnya Mbah
Moro dulunya benar-benar orang pintar tetapi karena wanita, ilmunya telah hilang.
Tutur sama sekali tidak memiliki ilmu untuk melukis hantu. Tetapi ketika matanya
tertutup, tiba-tiba Dia melihat sosok Kuntilanak. Meskipun dalam keadaan takut, Dia
mencoba melukisnya Tutur begitu terkejut, bahwa Dia dapat melihat hantu. Acara
yang dibawakan tutur juga sangat pecah, menjadi viral, dan ratingnya naik. Tutur
mendapat banyak tawaran iklan. Sedangkan Udin sudah tidak menjadi OB melainkan
manajer dari Tutur. Seiring waktu yang digambar Tutur hanya hantu kuntilanak saja.
Produser film ingin tutur mencoba hal lain. Akhirnya Tutur penasaran dan ingin
melakukan penyelidikan kenapa Dia hanya dapat melihat hantu kuntilanak saja.
Hingga akhirnya Dia dipertemukan dengan Amanda, yang ahli dalam masalah ini.
Dalam prosesnya, Tutur mencoba mencari tahu dan bertanya hantu kuntilanak itu.
Ternyata Dia adalah Ibu kandungnya yang bernama Natasha. Tutur mendapat tugas
dari hantu tersebut untuk datang ke makam kuburannya. Tutur, Amanda, dan Udin
melakukan perjalanan panjang ke makam ibunya di sebuah gudang.

2. Hasil pembahasan
Film Pelukis Hantu cukup tahu memposisikan kapan harus bercanda, kapan
harus serius, dan kapan jump scare hadir. Tak ada ceritanya ketika adegan bercanda
tiba-tiba ada hantu yang muncul atau ketika hantunya muncul tak diselipin dengan
komedi-komedi. Semuanya ditampilkan sesuai porsinya. Memang, ada beberapa jump
scare yang bikin heran. Namun, mungkin akhirnya terlupakan berkat unsur lain. Salah
satu kekurangannya terlihat saat adegan Tutur yang berada di alam gaib. Apalagi
ketika kuntilanaknya pergi dan lukisan-lukisan Tutur menghilang, dirasa efek
visualnya kurang natural.

3. Kesimpulan

Film ini berhasil membawa jalan ceritanya dengan baik. Adegan horror,
komedi, dan drama disajikan dengan pas dan tidak berat sebelah. Film ini berhasil
membuat adegan seram bertambah seram, adegan komedi membuat gelak tawa, dan
adegan drama yang membuat jatuh air mata. Saya menyukai film ini karena film ini
tidak menggabungkan adegan horror dengan unsur komedi, film ini mampu fokus
dengan tujuan ceritanya dan membuat penonton teraduk-aduk emosinya.
4. Kritik
Salah satu kekurangannya terlihat saat adegan Tutur yang berada di alam gaib.
Apalagi ketika kuntilanaknya pergi dan lukisan-lukisan Tutur menghilang, dirasa efek
visualnya kurang natural. Memang pekerjaan yang tak mudah juga untuk membuat
adegan itu terlihat natural. Meski begitu, kesederhanaan penyuntingan menjadikan
film ini ngena pada tujuan.

Anda mungkin juga menyukai