ANALYSIS OF
THE BLACK CAT
by edgar allan poe
prosa amerika bc
anggota kelompok 2
a. Alkoholisme
b. Perasaan Bersalah
c. Cinta dan Benci
alkoholisme TEMA
Adiksi alkohol yang dimiliki karakter "I" (aku)
yang juga merupakan narator menimbulkan
banyak masalah dalam hidupnya. Karakter
"Aku" menyadari perubahan yang terjadi,
seperti ia yang menjadi temperamental,
tidak peduli pada sekitarnya, serta
menggunakan kata-kata kasar pada istrinya.
Ia juga menyakiti hewan-hewan
peliharaannya, bahkan membunuh Pluto yang
sebelumnya merupakan hewan favoritnya. Ia
sadar bahwa adiksi alkoholnya merugikan
orang-orang sekitarnya dan juga dirinya,
namun ia tidak dapat berhenti.
perasaan bersalah TEMA
(guilt)
Setiap kali "Aku" sadar setelah ia mabuk, ia
merasa bersalah akan hal-hal jahat yang ia
lakukan kepada istri serta hewan
peliharaannya. Rasa bersalah ini juga
direpresentasikan oleh gambaran kucing hitam
yang ia temui di puing-puing sisa kebakaran
rumahnya. Ia dihantui oleh rasa bersalah
karena telah menggantung Pluto.
rasa cinta dan TEMA
benci
Cinta karekter "Aku" terhadap dirinya sendiri
dan kebencian terhadap saingannya.
Menunjukkan bahwa cinta dan benci tidak
dapat dipisahkan dan menunjukkan bahwa
mereka mungkin hanya dua bentuk emosi
manusia yang paling intens. "Aku" mencintai
dirinya sendiri, tetapi ketika perasaan benci
diri muncul dalam dirinya, dia
memproyeksikan kebencian itu ke salinan
imajiner dirinya.
Karakter di dalam karakter
Cerita "Black Cat"
a. "Aku" - Narator
b. Sang Istri
c. Pluto
d. Kucing Hitam
e. Karakter generik
1. karakter aku (narator)
Dulunya baik, taat, manusiawi, dan pecinta hewan
Karakterisasi
“From my infancy I was noted for the docility and humanity of my
disposition.” (hal. 3)
“I was especially fond of animals, and was indulged by my parents
with a great variety of pets.” (hal. 3)
4. kucing hitam
Pengganti Pluto yang "Aku" pungut dan dia gambarkan sebagai monster. Kucing ini
digambarkan sebagai kucing yang menyerupai Pluto, namun memiliki bercak putih
di bulunya.
" ... fully as large as Pluto, and closely resembling him in every respect but one." (hal. 8)
“What added, no doubt, to my hatred of the beast, was the discovery, on the morning
after I brought it home, that, like Pluto, it also had been deprived of one of its eyes.” (hal. 9)
Di akhir cerita, kucing inilah yang membuat kejahatan narator terbuka.
5. Karakter Generik
Polisi ini adalah karakter generik, digambarkan tanpa
Karakterisasi
mendefinisikan karakteristik, fakta bahwa mereka
adalah polisi. Dalam cerita ini, dapat dilihat cara polisi
membuat kita berpikir tentang tema "Keadilan dan
Penghakiman" dalam cerita. Tak satupun dari perilaku
"Aku" sampai dia membunuh istrinya adalah ilegal,
bahkan jika kita menganggap kucing itu secara
alegoris mewakili seorang budak atau seorang anak.
a. Tempat
b. Waktu
c. Suasana
waktu
Malam hari
"On the night of the day on which this most
cruel deed was done,." (hal 6)
Pagi hari
"When reason returned with the
morning..." (hal 5)
Rumah tempat
Merupakan rumah dari karakter "Aku"
"One night, returning home.. ” (hal 5)
Taman
Taman yang berada di sekitar rumah karakter
"Aku", yang merupakan tempay dia menggantung
Pluto.
"Upon the alarm of fire, this garden had been
immediately filled by the crowd-..." (hal 7)
Apartmen (tempat minum) tempat
Merupakan tempat dimana "Aku" bertemu kucing hitam
yang hampir menyerupai Pluto
"..., my attention was suddenly drawn to some black object,
reposing upon the head of one of the immense hogsheads
of gin, or of rum, which constituted the chief furniture of
the apartment." (hal. 8)
Munculnya konflik
Berawal dari kebiasaan baru si karakter "Aku", yaitu minum alkohol
hingga mabuk. Ini menyebabkan perubahan sifat "Aku" yang tidak
memiliki perasaan dan hati nurani.
Peningkatan masalah
Ketika "Aku" pulang dalam keadaan mabuk, Pluto kucing kesayangannya
Konflik menurun
Setelah membunuh Pluto, "Aku" menyadari perbuatan
biadabnya dan dosa besar yang akan menjauhkannya dari
Tuhan. Malamnya, rumah terbakar, teringat Pluto yang ia bunuh
dan berpikir kucingnya sedang balas dendam atas perbuatan
kejinya.
plot
Konflik memuncak
"Aku" menemukan kucing yang warna bulunya mirip dengan Pluto.
Karena kecintaannya terhadap binatang, ia membawa pulang kucing
itu. Suatu hari ia dan istrinya pergi ke gudang, "Aku" hampir jatuh
terjungkal karena kucing itu. Dia sangat marah, mengambil kapak dan
segera membunuh kucing itu namun dicegah oleh sang istri. Hal itu
membuatnya semakin marah dan kapak tersebut mendarat di kepala
istrinya.
plot
Penyelesaian
KArakter "Aku" memiliki cara untuk mengubur jasad istrinya dengan
menyembunyikan jasad di dinding gudang bawah tanah. Ketika polisi
datang kerumahnya untuk penyelidikan, tidak ditemukan sesuatu yang
janggal hingga terdengar suara dari dinding gudang yang membuat
"Aku" ketakutan mendengarnya. Kemudian dinding gudang roboh dan
terlihat jasad istrinya berdiri tegak dengan bersimbah darah serta
kucing hitam di atas kepala istrinya. Akhirnya "Aku" dikurung dan
dihukum mati.
plot
Karakter "Aku" dengan kucing: Karakter "Aku" pulang dalam
keadaan mabuk dan kucing kesayangannya
mengabaikannya. Ia menangkap Pluto dengan kasar dan
Pluto balik menggigitnya. Amarahnya memuncak dengan
mencongkel salah satu mata Pluto.
“..., I aimed a blow at the animal, which, of course, would have proved instantly
fatal had it descended as I wished. But this blow was arrested by the hand of
my wife. Goaded by the interference into a rage more than demoniacal, I
withdrew my arm from her grasp and buried the axe in her brain. She fell dead
upon the spot without a groan.” (hal. 11)
IRONI myself: “Here at least, then, my labor has not been in vain."” (hal.12) Namun
pada akhirnya kejahatannya terbongkar karena suara kucing yang
diselamatkan istrinya.
Ironi lain yang terdapat dalam cerita ini adalah dimana tokoh "Aku" selalu
menganggap kucing hitamnya sebagai ‘iblis’ atau ‘monster’ namun tokoh "Aku"-lah
yang sebenarnya merupakan ‘iblis’ di dalam cerita karena kejahatan-kejahatan
yang dia perbuatan kepada hewan-hewan dan istrinya.
Selain itu kejahatan yang dia lakukan kepada Pluto (menggantung): “One morning, in
cold blood, I slipped a noose about its neck and hung it to the limb of a tree” (hal. 6), itu
merupakan gambaran akhir kehidupannya, dimana narator mendapat hukuman
gantung karena membunuh dan menyembunyikan jasad sang istri:
“Upon its head, with red extended mouth and solitary eye of fire, sat the hideous beast
whose craft had seduced me into murder, and whose informing voice had consigned me
UNSUR
EKSTRINSIK
identifikasi
“Beneath the pressure of torments such as these the feeble remnant of the good within me
succumbed. Evil thoughts became my sole intimates—the darkest and most evil of thoughts. The
moodiness of my usual temper increased to hatred of all things and of all mankind; while from the
sudden, frequent, and ungovernable outbursts of a fury to which I now blindly abandoned myself ” (hal
11)
Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa sisi id dari narator telah mendominasi sisi yang lain
sehingga ia terus melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma sosial di masyarakat.
Penyebab
Superego Lemah
bullying
“My tenderness of heart was even so conspicuous as to make me
ekstrinsik
the jest of my companions.” (hal.3)
Jika sekilas dibaca, orang tua dari tokoh "Aku" adalah orang tua yang baik. Mereka
memberikan apa yang jadi keinginan narator - berbagai hewan peliharaan. Namun di
dalam cerita peran orang tua tokoh "Aku" yang hanya 'indulge' (membiarkan diri untuk
menikmati kesenangan), memanjakan tokoh "Aku" dengan berbagai macam hewan
namun sehabis itu tidak ditemukan lagi adanya peran dari orang tua.
Karena tidak adanya peran orang tua dan pengganti peran orang
tua (teman sebaya) yang dapat mengajarkan dan menguatkan
superego tokoh "Aku", maka dia bertumbuh dengan super ego yang
lemah. Tokoh "Aku" mengalami perubahan sikap dari rasa
penyayang binatang yang lembut menjadi pembunuh kucing yang
jahat.
Disini dapat dilihat superego tokoh "Aku" yang lemah tidak dapat
membatasi egonya melakukan kejahatan, namun masih berperan
dimana dia masih merasa bersalah setelah dia melakukan
kejahatan. Rasa bersalah tokoh "Aku" timbul karena perilaku atau
pikirannya yang dianggap tercela atau jahat. Rasa bersalah ini
timbul diakibatkan dari penilaian pikiran atau perilaku oleh
superego individu, kegagalan individu untuk hidup ideal atau terlalu
dampak masa kecil memberi hati pada dorongan id. Maka superego akan
ke psikologis memerintahkan individu meskipun mendapatkan konsekuensi
narator hukuman.
Di awal cerita tokoh "Aku" masih memiliki superego dimana dia masih merasa
bersalah akan kejahatan-kejahatan yang dia lakukan terhadap hewan-hewan
dan istrinya. Namun adiksi akan alkohol mendorong insting primal tokoh "Aku"
untuk keluar sehingga superego tidak lagi dapat membatasi ego yang keluar:
“I grew, day by day, more moody, more irritable, more regardless of the feelings of
others. I suffered myself to use intemperate language to my wife. At length, I even
offered her personal violence.” (hal. 4)
Disini tokoh "Aku" mulai melakukan kekerasan dalam rumah tangga yang
berawal dari kekerasan verbal kemudian menjadi kekerasan fisik. Superego
dari tokoh "Aku" masih ada namun tidak bisa membatasi ego, dimana dia masih
merasa bersalah karena bersikap tidak sopan dan kasar kepada istrinya.
Semakin lama, superego tokoh "Aku" menipis dimana dia tidak lagi peduli dengan
moral. Superego tokoh "Aku" benar-benar mati ketika ia membunuh pluto.
“My wife had called my attention, more than once, to the character of the mark of
white hair, of which I have spoken, and which constituted the sole visible difference
between the strange beast and the one I had destroyed.” (hal. 10)
“And now was I indeed wretched beyond the wretchedness of mere Humanity. And a
brute beast—whose fellow I had contemptuously destroyed—a brute beast to work
out for me—for me, a man fashioned in the image of the High God—so much of
insufferable woe! ” (hal. 10)
Bahkan di akhir cerita terlihat bahwa tokoh "Aku" secara tidak sadar
menggunakan mekanisme pertahanan ego (displacement dan projection)
yang didominasi id sehingga dia masih menyalahkan kucingnya dan
mengibaratkannya sebagai iblis karena membongkar kejahatannya.
kesimpulan
Cerita pendek “The Black Cat” karya Edgar Allan Poe merupakan cerita yang
menarik untuk dikaji, dimana cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama
(Aku) sehingga pembaca dengan mudah mengetahui dan memahami pikiran dan
perasaan tokoh utama "Aku". Cerita ini membahas tentang isu alkoholisme yang
berakar dari pengalaman masa kecil tokoh "Aku". Adiksi tokoh "Aku" akan alkohol
merupakan hasil dari trauma masa kecilnya, dimana dia mengalami bullying dan tidak
merasakan kehadiran orang tua yang sepenuhnya membuat superego dari tokoh
"Aku" lemah. Tokoh "Aku" hanya bertumbuh dengan mengikuti dan memuaskan
keinginannya bersama hewan-hewan peliharaanya jelas berpengaruh pada
psikologisnya, dimana ia tidak memiliki nilai moral yang kuat sehingga jatuh dalam
ketergantungan alkohol dan membuat dia melakukan hal-hal yang tidak manusiawi
dan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Terima Kasih
https://www.canva.com/design/DAE-ToElolg/XHL3PWjJLlZ2D6OpUWUaRQ/edit?utm_content=DAE-
ToElolg&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton