Anda di halaman 1dari 47

group 2

ANALYSIS OF
THE BLACK CAT
by edgar allan poe

prosa amerika bc
anggota kelompok 2

Odetta Dinanti (13020119130075)


Aghnia Herliani Z. (13020119140125)
Hadassah Yael L. M. (13020119140140)
Sekar Kinanti C. N. (13020119140149)
RANGKUMAN CERITA
Menceritakan mengenai pengakuan karakter Aku (narator) sebelum dia dieksekusi mati karena
kejahatan yang dia lakukan. Di awal pengakuannya, narator bercerita pengalaman semasa
kecilnya bahwa dia terkenal sebagai anak yang sangat baik dan berperikemanusiaan. Dia juga
bercerita bahwa dia sangat menyukai hewan, dan orang tuanya juga memanjakannya dengan
memperbolehkannya untuk memelihara berbagai macam hewan. Ia bahkan berkata bahwa ia
lebih menghargai kesetiaan persahabatan dengan binatang peliharaannya daripada dengan
sesama manusia. Kemudian dia bercerita mengenai pernikahannya, dimana dia menikah muda
dan sangat bahagia karena istrinya sangat pengertian dan melengkapi dirinya. Ia memiliki
binatang peliharan favorit, yaitu kucing hitam bernama Pluto. Namun, rasa sayangnya terhadap
Pluto makin hari berkurang semenjak ia menjadi pecandu alkohol. Ia menjadi pribadi yang
pemarah dan bahkan melampiaskannya ke istri serta binatang-binatang peliharaannya. Pada
suatu malam, ia pulang dengan keadaan mabuk dan berpapasan dengan Pluto. Sang kucing
menghindarinya, namun sang narator langsung mencengkram paksa Pluto. Sesuai instingnya,
Kucing itu pun menggigit tangannya sebagai pertahanan diri, namun sang narator tiba-tiba naik
pitam dan menusuk mata Pluto menggunakan pisau dari dalam kantongnya. Setiap ia minum
alkohol, ia akan menjadi emosional dan melampiaskannya ke hal-hal sekitarnya sampai suatu hari
berujung pada ia menggantung Pluto di pohon yang bertempat di taman rumahnya.
RANGKUMAN CERITA
Pada malam yang sama saat Pluto digantung, rumah keluarga narator terbakar.
Keesokan harinya, ia menyaksikan sekelompok tetangga berkumpul di sekitar
reruntuhan yang masih tersisa. Ia pun penasaran dan mendatanginya. Ia terkejut
saat mendapati seekor kucing hitam besar dengan tali di lehernya, yang persis
seperti Pluto sebelum ia mati. Narator pun dihantui dengan kebetulan ini selama
berbulan-bulan. Suatu malam, saat keluar dengan keadaan mabuk, narator
berpapasan dengan benda hitam di atas tong besar yang ternyata merupakan
kucing hitam baru menyerupai Pluto tetapi dengan percikan putih di bulunya. Ia pun
mengadopsi kucing hitam itu. Kucing baru ini pun menjadi hewan kesayangan baru
narator yang menggantikan Pluto. Namun, seakan mengikuti pola sebelumnya, rasa
sayang narator pada kucing itu pun lama-lama tergantikan oleh rasa benci. Rasa
bencinya kian meningkat saat ia menyadari bahwa pola bulu putih di tubuh kucing itu
menyerupai tiang eksekusi untuk hukuman mati seakan-akan menggambarkan
bagaimana sang narator membunuh Pluto.
RANGKUMAN CERITA
Suatu hari, narator turun ke ruang bawah tanah bersama istrinya tapi ia hampir tersandung
kucing. Ia pun langsung naik pitam dan mengambil kapak untuk menyerang kucing itu, tetapi
istrinya berusaha menghentikannya. Narator pun kesal akan tindakan sang istri kemudian ia
mengarahkan kapaknya ke wanita itu dan membunuhnya di tempat. Narator pun panik dan
memutuskan untuk mengubur tubuh istrinya di dinding bawah tanahnya. Ia pun berhasil
menyembunyikan jejak kejahatannya. Kucing hitam yang ia hendak bunuh tadi telah pergi, ia
berasumsi bahwa kucing itu kabur ketika melihat kemarahannya. Pada hari keempat setelah
pembunuhan, polisi tiba-tiba datang di tempat tinggal narator. Narator dengan tenang
mengarahkan polisi masuk ke rumahnya, bahkan ke ruang bawah tanah. Narator berusaha
setenang mungkin mengalihkan perhatian mereka dan hal ini membuat polisi tidak curiga
pada narator walaupun berada tepat di tempat kejadian perkara. Ia bahkan membanggakan
tentang dindingnya yang kokoh dan membuktikannya dengan mengetuk dindingnya
menggunakan sebuah tongkat. Akan tetapi saat ia mengetuk dindingnya, terdengar suara
kucing yang mengeong dengan nyaring. Oleh karena itu, polisi langsung curiga dan
membongkar dinding itu dan menemukan mayat istri serta kucing hitam yang duduk di atas
kepalanya.
tema di dalam tema
Cerita "Black Cat"

a. Alkoholisme
b. Perasaan Bersalah
c. Cinta dan Benci
alkoholisme TEMA
Adiksi alkohol yang dimiliki karakter "I" (aku)
yang juga merupakan narator menimbulkan
banyak masalah dalam hidupnya. Karakter
"Aku" menyadari perubahan yang terjadi,
seperti ia yang menjadi temperamental,
tidak peduli pada sekitarnya, serta
menggunakan kata-kata kasar pada istrinya.
Ia juga menyakiti hewan-hewan
peliharaannya, bahkan membunuh Pluto yang
sebelumnya merupakan hewan favoritnya. Ia
sadar bahwa adiksi alkoholnya merugikan
orang-orang sekitarnya dan juga dirinya,
namun ia tidak dapat berhenti.
perasaan bersalah TEMA
(guilt)
Setiap kali "Aku" sadar setelah ia mabuk, ia
merasa bersalah akan hal-hal jahat yang ia
lakukan kepada istri serta hewan
peliharaannya. Rasa bersalah ini juga
direpresentasikan oleh gambaran kucing hitam
yang ia temui di puing-puing sisa kebakaran
rumahnya. Ia dihantui oleh rasa bersalah
karena telah menggantung Pluto.
rasa cinta dan TEMA
benci
Cinta karekter "Aku" terhadap dirinya sendiri
dan kebencian terhadap saingannya.
Menunjukkan bahwa cinta dan benci tidak
dapat dipisahkan dan menunjukkan bahwa
mereka mungkin hanya dua bentuk emosi
manusia yang paling intens. "Aku" mencintai
dirinya sendiri, tetapi ketika perasaan benci
diri muncul dalam dirinya, dia
memproyeksikan kebencian itu ke salinan
imajiner dirinya.
Karakter di dalam karakter
Cerita "Black Cat"

a. "Aku" - Narator
b. Sang Istri
c. Pluto
d. Kucing Hitam
e. Karakter generik
1. karakter aku (narator)
Dulunya baik, taat, manusiawi, dan pecinta hewan
Karakterisasi
“From my infancy I was noted for the docility and humanity of my
disposition.” (hal. 3)
“I was especially fond of animals, and was indulged by my parents
with a great variety of pets.” (hal. 3)

lalu berubah menjadi alkoholik. Setelah menjadi alkoholik,


narator menjadi emosional dan kasar terhadap istri serta
binatang peliharaannya.
“But my disease grew upon me—for what disease is like Alcohol!—
and at length even Pluto, who was now becoming old, and
consequently somewhat peevish—even Pluto began to experience
the effects of my ill temper.” (hal. 5)
Sampai pada akhirnya narator karena tidak bisa mengontrol
emosi, dia membunuh Pluto dan Istrinya.
2. my wife (sang istri)
Sang istri digambarkan sebagai pasangan yang
Karakterisasi
melengkapi si "Aku". Ia merupakan seorang yang
pengertian dan penuh perhatian akan suaminya.
Salah satu contohnya adalah ia setuju untuk memiliki
binatang peliharaan karena ia tahu akan suaminya
yang menyayangi hewan sedari kecil.

"I married early, and was happy to find in my wife a


disposition not uncongenial with my own. Observing my
partiality for domestic pets, she lost no opportunity of
procuring those of the most agreeable kind." (hal 4)

Namun dia nantinya menjadi korban pembunuhan


karakter "Aku".
3. pluto
Pluto merupakan kucing peliharaan milik karakter "Aku". Tubuhnya besar
Karakterisasi
dan bulu hitamnya cantik. Ia disebutkan sebagai salah satu binatang
favoritnya yang selalu mengikuti tuannya.
“This latter was a remarkably large and beautiful animal, entirely
black, and sagacious to an astonishing degree” (hal. 4) “Pluto—this
was the cat’s name—was my favorite pet and playmate.” (hal. 4)
Namun juga merupakan korban kekejaman (dicekik, dicungkil matanya,
serta dibunuh) dari narator.

4. kucing hitam
Pengganti Pluto yang "Aku" pungut dan dia gambarkan sebagai monster. Kucing ini
digambarkan sebagai kucing yang menyerupai Pluto, namun memiliki bercak putih
di bulunya.
" ... fully as large as Pluto, and closely resembling him in every respect but one." (hal. 8)
“What added, no doubt, to my hatred of the beast, was the discovery, on the morning
after I brought it home, that, like Pluto, it also had been deprived of one of its eyes.” (hal. 9)
Di akhir cerita, kucing inilah yang membuat kejahatan narator terbuka.
5. Karakter Generik
Polisi ini adalah karakter generik, digambarkan tanpa
Karakterisasi
mendefinisikan karakteristik, fakta bahwa mereka
adalah polisi. Dalam cerita ini, dapat dilihat cara polisi
membuat kita berpikir tentang tema "Keadilan dan
Penghakiman" dalam cerita. Tak satupun dari perilaku
"Aku" sampai dia membunuh istrinya adalah ilegal,
bahkan jika kita menganggap kucing itu secara
alegoris mewakili seorang budak atau seorang anak.

Orang tua, dimana hanya digambarkan dalam


cerita sebagai orang tua yang terkesan baik
dengan memberikan "Aku" yang dia inginkan,
namun setelah itu tidak muncul lagi.
Sudut Pandang
Cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama, dimana tokoh utama atau
protagonis merupakan narator dari cerita "The Black Cat".
Sudut pandang orang pertama dapat ditandai dengan penggunaan kata ganti orang
pertama: I, Me, My, We, Us, Our
“But to-morrow I die, and to-day I would unburden my soul”
(hal. 3)
“We had birds, gold-fish, a fine dog, rabbits, a small monkey,
and a cat.” (hal. 4)
“One day she accompanied me, upon some household errand,
into the cellar of the old building which our poverty compelled
us to inhabit.” (hal. 11)
Latar di dalam latar
Cerita "Black Cat"

a. Tempat
b. Waktu
c. Suasana
waktu
Malam hari
"On the night of the day on which this most
cruel deed was done,." (hal 6)

Pagi hari
"When reason returned with the
morning..." (hal 5)
Rumah tempat
Merupakan rumah dari karakter "Aku"
"One night, returning home.. ” (hal 5)

Taman
Taman yang berada di sekitar rumah karakter
"Aku", yang merupakan tempay dia menggantung
Pluto.
"Upon the alarm of fire, this garden had been
immediately filled by the crowd-..." (hal 7)
Apartmen (tempat minum) tempat
Merupakan tempat dimana "Aku" bertemu kucing hitam
yang hampir menyerupai Pluto
"..., my attention was suddenly drawn to some black object,
reposing upon the head of one of the immense hogsheads
of gin, or of rum, which constituted the chief furniture of
the apartment." (hal. 8)

Ruang bawah tanah


"One day she accompanied me, upon some household
errand, into the cellar of the old building which our poverty
compelled us to inhabit" (hal 11)
suasana
Mencekam, saat narator membunuh istrinya
"Uplifting an axe, and forgetting, in my wrath,
the childish dread which had hitherto stayed my
hand, I aimed a blow at the animal, which, of
course, would have proved instantly fatal had it
descended as I wished. But this blow was
arrested by the hand of my wife. Goaded by the
interference into a rage more than demoniacal, I
withdrew my arm from her grasp and buried
the axe in her brain. She fell dead upon the spot
without a groan" (hal 11)
Eksposisi
Sejak kecil, karakter "Aku" memiliki sifat yang baik, lemah lembut dan
penyayang binatang. "Aku" menikah dengan seorang wanita yang juga
memiliki sifat yang sama. Mereka memelihara beberpa binatang yaitu,
burung, ikan, anjing, kelinci, kera dan kucing.

Munculnya konflik
Berawal dari kebiasaan baru si karakter "Aku", yaitu minum alkohol
hingga mabuk. Ini menyebabkan perubahan sifat "Aku" yang tidak
memiliki perasaan dan hati nurani.

Peningkatan masalah
Ketika "Aku" pulang dalam keadaan mabuk, Pluto kucing kesayangannya

plot mengabaikannya. Dengan perasaan kesal, ia menangkap Pluto dengan


kasar dan Pluto balik menggigitnya. Amarah karakter "Aku" memuncak
dengan mencongkel salah satu mata Pluto.
Konflik memuncak
Luka Pluto memulih, namun Pluto takut dan lama-kelamaan
menjauhi "Aku" membuat rasa sedihnya berubah menjadi kesal
kembali dan akhirnya memutuskan untuk membunuh dan
menggantung Pluto.

Konflik menurun
Setelah membunuh Pluto, "Aku" menyadari perbuatan
biadabnya dan dosa besar yang akan menjauhkannya dari
Tuhan. Malamnya, rumah terbakar, teringat Pluto yang ia bunuh
dan berpikir kucingnya sedang balas dendam atas perbuatan
kejinya.
plot
Konflik memuncak
"Aku" menemukan kucing yang warna bulunya mirip dengan Pluto.
Karena kecintaannya terhadap binatang, ia membawa pulang kucing
itu. Suatu hari ia dan istrinya pergi ke gudang, "Aku" hampir jatuh
terjungkal karena kucing itu. Dia sangat marah, mengambil kapak dan
segera membunuh kucing itu namun dicegah oleh sang istri. Hal itu
membuatnya semakin marah dan kapak tersebut mendarat di kepala
istrinya.

plot
Penyelesaian
KArakter "Aku" memiliki cara untuk mengubur jasad istrinya dengan
menyembunyikan jasad di dinding gudang bawah tanah. Ketika polisi
datang kerumahnya untuk penyelidikan, tidak ditemukan sesuatu yang
janggal hingga terdengar suara dari dinding gudang yang membuat
"Aku" ketakutan mendengarnya. Kemudian dinding gudang roboh dan
terlihat jasad istrinya berdiri tegak dengan bersimbah darah serta
kucing hitam di atas kepala istrinya. Akhirnya "Aku" dikurung dan
dihukum mati.

plot
Karakter "Aku" dengan kucing: Karakter "Aku" pulang dalam
keadaan mabuk dan kucing kesayangannya
mengabaikannya. Ia menangkap Pluto dengan kasar dan
Pluto balik menggigitnya. Amarahnya memuncak dengan
mencongkel salah satu mata Pluto.

Karakter "Aku" dengan istrinya: Karakter "Aku" hampir


jatuh saat menuruni tangga karena kucing, dengan amarah

konflik ia berniat membunuh kucing dengan kapak namun dicegah


sang istri dan berujung dengan karakter "Aku" membunuh
man against man sang istri.

Perasaan bersalah karakter "Aku" setelah mencongkel


salah satu mata Pluto, namun ia juga merasa lega(/senang)
karena melakukan tindakan tersebut. Seakan ia bingung
dengan perasaan yang harus bersalah atau senang.

Karakter "Aku" yang berpikir keras untuk menyingkirkan


jasad istrinya. Banyak sekali pikiran untuk mengubur jasad
istrinya. Pertama, ia berpikir membawa jasad istrinya
keluar rumah tapi berpikir lagi bagaimana jika ada yang
melihat. Lalu berpikir untuk memotong-motong tubuh
istrinya kemudian dibakar. Bagaimana jika menggali lubang

konflik di lantai gudang bawah tanah, atau dibuang di sumur, atau


dibungkus dalam kardus. Setelah berpikir, ia memutuskan
man against himself mengubur jasad sang istri didinding gudang bawah tanah
seperti yang dilakukan biarawan pada zaman
pertengahan.
Karakter "Aku" vs adiksinya. Konflik yang paling jelas
terlihat dari cerita ini adalah konflik internal yang
dihadapi karakter "Aku" dengan ketergantungannya
akan alkohol. Semenjak ia minum alkohol, ia berubah
menjadi pribadi yang lebih buruk. Hal ini terjadi karena
alkohol mengeluarkan impuls primitif yang tersembunyi
di bawah ketidak sadarannya. Walaupun dia hidup
dalam adiksinya, namun dia sebenarnya sadar bahwa

konflik adiksinya adalah “disease” yang menimbulkan korban.


Namun dia tidak dapat melawannya dan jatuh lebih
man against himself dalam adiksinya.

Unsur intrinsik lain Lainnya


di dalam Cerita
"Black Cat"
a. Simbol
b. Tone
c. Ironi
Kucing hitam itu sendiri tidak hanya
simbol
melambangkan sebagai sesuatu yang jahat (
jelmaan penyihir) atau pembawa sial:
"the ancient popular notion, which regarded all black
cats as witches in disguise. " (hal.4),
namun juga mewakili makna yang ingin
disembunyikan tokoh "Aku". Kucing hitam juga
melambangkan alkoholisme tokoh "Aku". Itu juga
melambangkan dosa atau hal-hal buruk yang
muncul akibat adiksi alkohol yang ingin
disembunyikan sang tokoh "Aku".
tone
Tone dari cerita pendek "The Black Cat"
karya Edgar Allan Poe adalah ironis,
karena tokoh "Aku" sebagai narator
menceritakan perbuatan mengerikannya
dengan cara penyampaian yang
sebenarnya (menyampaikan fakta yang
berbeda dari opini atau dugaan),
mengklaim bahwa dia tidak marah atau
gila, walaupun sangat jelas bagi pembaca
bahwa dia memiliki kejiwaan yang tidak
stabil.
Niat jahat yang tokoh "Aku" tujukkan kepada hewannya (kucing hitam)
akhirnya mengarahkannya untuk membunuh sang istri yang ingin
menyelamatkan hewan itu.

“..., I aimed a blow at the animal, which, of course, would have proved instantly
fatal had it descended as I wished. But this blow was arrested by the hand of
my wife. Goaded by the interference into a rage more than demoniacal, I
withdrew my arm from her grasp and buried the axe in her brain. She fell dead
upon the spot without a groan.” (hal. 11)

Tokoh "Aku" kemudian memutilasi dan berusaha menyembunyikan jasad


istrinya dan berpikir telah berhasil menyembunyikan bukti (jasad)
kejahatannya dengan sempurna. “I looked around triumphantly, and said to

IRONI myself: “Here at least, then, my labor has not been in vain."” (hal.12) Namun
pada akhirnya kejahatannya terbongkar karena suara kucing yang
diselamatkan istrinya.
Ironi lain yang terdapat dalam cerita ini adalah dimana tokoh "Aku" selalu
menganggap kucing hitamnya sebagai ‘iblis’ atau ‘monster’ namun tokoh "Aku"-lah
yang sebenarnya merupakan ‘iblis’ di dalam cerita karena kejahatan-kejahatan
yang dia perbuatan kepada hewan-hewan dan istrinya.

Selain itu kejahatan yang dia lakukan kepada Pluto (menggantung): “One morning, in
cold blood, I slipped a noose about its neck and hung it to the limb of a tree” (hal. 6), itu
merupakan gambaran akhir kehidupannya, dimana narator mendapat hukuman
gantung karena membunuh dan menyembunyikan jasad sang istri:
“Upon its head, with red extended mouth and solitary eye of fire, sat the hideous beast
whose craft had seduced me into murder, and whose informing voice had consigned me

IRONI to the hangman.” (hal. 14).


UNSUR
EKSTRINSIK
identifikasi

Analisis Ekstrinsik menggunakan Teori Tripartit Freud


Cerita "The Black Cat" dapat dianalisis melaui
aspek psikologi. Menggunakan Teori Tripartit
psikoanalisis
Freud (ID, EGO, SUPEREGO), dapat dibahas
psikologi dari tokoh "Aku"

Id, ego, dan superego merupakan fungsi


penting dalam pola perilaku manusia.
1. Id, fungsi dasar yang dimiliki manusia (segala
nafsu yang ingin dituruti tanpa peduli
dampaknya). Id juga sebagai sumber energi
manusia.
2. Ego, bertugas memenuhi dan memuaskan Id
dengan cara yang lebih manusiawi ataupun lebih
bermoral.
3. Superego, aspek moral dan nilai-nilai di
masyarakat yang membatasi Id dan memaksa
ego bertindak sesuai dengan moral.
Dalam cerita ini, kita dapat menganalisis psikologi dari narator, dimana id narator itu lebih
mendominasi daripada super egonya sehingga perwujudan ego menuruti keinginan nafsu
narator (melakukan kekerasan). Adiksi alkohol dari narator mendorong kuat insting primal
dari alam bawah sadarnya. Mengapa superego narator tidak dapat berkembang dengan
baik? Hal ini dikarenakan pengalaman masa kecil narator yang tidak diselesaikan. Narrator
tidak mendapatkan cukup pendidikan moral dalam keluarga saat masa kecilnya sehingga
aspek superego dalam dirinya tidak dapat berkembang sepenuhnya dan tidak berfungsi
dengan baik saat ia dewasa.

“Beneath the pressure of torments such as these the feeble remnant of the good within me
succumbed. Evil thoughts became my sole intimates—the darkest and most evil of thoughts. The
moodiness of my usual temper increased to hatred of all things and of all mankind; while from the
sudden, frequent, and ungovernable outbursts of a fury to which I now blindly abandoned myself ” (hal
11)

Dari kutipan diatas dapat dilihat bahwa sisi id dari narator telah mendominasi sisi yang lain
sehingga ia terus melakukan hal-hal yang bertentangan dengan norma sosial di masyarakat.
Penyebab
Superego Lemah
bullying
“My tenderness of heart was even so conspicuous as to make me
ekstrinsik
the jest of my companions.” (hal.3)

Sekilas mungkin terlihat sebagai candaan biasa dikalangan


anak-anak, namun jika kita lihat bahwa tokoh "Aku" setelah itu
menarik diri kepada kesenangannya dengan hewan dan tidak
berinteraksi dengan manusia. Ini merupakan bukti bahwa
yang dilakukan oleh teman-teman itu adalah indikasi
pembulian. Tokoh "Aku" pun membandingkan kasih sayang dan
kesetiaan yang diberikan hewan peliharaannya jauh lebih
besar daripada kemunafikan orang-orang di sekitarnya.

“There is something in the unselfish and self-sacrificing love of a


brute, which goes directly to the heart of him who has had frequent
occasion to test the paltry friendship and gossamer fidelity of mere
Man” (hal 3-4)
n O T E ng S
an figur ora
dir
Ketidakha
tu a narator
“I was especially fond of animals, and was indulged by my parents with a great variety
of pets.” (hal.3)

Jika sekilas dibaca, orang tua dari tokoh "Aku" adalah orang tua yang baik. Mereka
memberikan apa yang jadi keinginan narator - berbagai hewan peliharaan. Namun di
dalam cerita peran orang tua tokoh "Aku" yang hanya 'indulge' (membiarkan diri untuk
menikmati kesenangan), memanjakan tokoh "Aku" dengan berbagai macam hewan
namun sehabis itu tidak ditemukan lagi adanya peran dari orang tua.

Kemudian tokoh "Aku" hanya bertumbuh dan berinteraksi bersama hewan-


hewannya, dimana dia hanya bertumbuh di dalam kepuasannya:
“With these I spent most of my time, and never was so happy as when feeding and
caressing them. This peculiarity of character grew with my growth, and, in my manhood,
I derived from it one of my principal sources of pleasure.” (hal.3)
n O T E ng S
an figur ora
dir
Ketidakha
tu a narator

Disini orang tua tokoh "Aku" hanya memanjakannya sehingga dia


hanya bertumbuh dengan memuaskan keinginan (memelihara hewan-
hewan peliharaan), bahkan orang tua-nya tidak berusaha membuat
tokoh "Aku" untuk bersosialisasi atau mengajarkan pentingnya
berinteraksi dengan orang lain sehingga tokoh "Aku" hanya sering
berinteraksi sama hewan.
Ketidakhadiran dari orang tua dari tokoh "Aku" yang seharusnya
memegang banyak peran dari pertumbuhannya merupakan salah satu
faktor dimana dia bertumbuh menjadi pribadi yang anti sosial dan
tidak stabil.
Masa kanak-kanak adalah masa yang sangat penting untuk membangun dan
memperkuat superego seseorang karena superego terbentuk berdasarkan nilai
moral yang diajarkan oleh keluarga. Oleh karena itu peran keluarga (orang tua)
sangatlah penting untuk pertumbuhan superego, dimana orang tua
mengajarkan aspek moral dan nilai-nilai di masyarakat yang membatasi Id dan
memaksa ego bertindak sesuai dengan moral.
Di usia sekolah, anak akan memasuki dunia sosial yang sesungguhnya. Jika
hubungan sebelumnya dengan orang tua kurang dekat, maka pada usia ini, anak
akan mencari figur pengganti yang biasanya adalah teman sebayanya. Namun
narator sudah terlanjur menghindari interaksi sosial dengan teman sebayanya
karena pembullian.
Peran yang hilang tanpa adanya figur pengganti, membuat anak akan sulit
menerima dunia luar. Ia akan menganggap dunia luar sesuatu yang berbahaya,
tidak aman, dan sebagainya. Pada kasus yang berat, anak bisa menjadi anti
sosial, mengalami gangguan kecemasan atau kepribadian. Sama seperti yang
dialami tokoh "Aku" di dalam cerita "The Black Cat"
Dampak Masa Kecil
ke Psikologis
Narator

Karena tidak adanya peran orang tua dan pengganti peran orang
tua (teman sebaya) yang dapat mengajarkan dan menguatkan
superego tokoh "Aku", maka dia bertumbuh dengan super ego yang
lemah. Tokoh "Aku" mengalami perubahan sikap dari rasa
penyayang binatang yang lembut menjadi pembunuh kucing yang
jahat.

Disini dapat dilihat superego tokoh "Aku" yang lemah tidak dapat
membatasi egonya melakukan kejahatan, namun masih berperan
dimana dia masih merasa bersalah setelah dia melakukan
kejahatan. Rasa bersalah tokoh "Aku" timbul karena perilaku atau
pikirannya yang dianggap tercela atau jahat. Rasa bersalah ini
timbul diakibatkan dari penilaian pikiran atau perilaku oleh
superego individu, kegagalan individu untuk hidup ideal atau terlalu
dampak masa kecil memberi hati pada dorongan id. Maka superego akan
ke psikologis memerintahkan individu meskipun mendapatkan konsekuensi
narator hukuman.
Di awal cerita tokoh "Aku" masih memiliki superego dimana dia masih merasa
bersalah akan kejahatan-kejahatan yang dia lakukan terhadap hewan-hewan
dan istrinya. Namun adiksi akan alkohol mendorong insting primal tokoh "Aku"
untuk keluar sehingga superego tidak lagi dapat membatasi ego yang keluar:
“I grew, day by day, more moody, more irritable, more regardless of the feelings of
others. I suffered myself to use intemperate language to my wife. At length, I even
offered her personal violence.” (hal. 4)

Disini tokoh "Aku" mulai melakukan kekerasan dalam rumah tangga yang
berawal dari kekerasan verbal kemudian menjadi kekerasan fisik. Superego
dari tokoh "Aku" masih ada namun tidak bisa membatasi ego, dimana dia masih
merasa bersalah karena bersikap tidak sopan dan kasar kepada istrinya.
Semakin lama, superego tokoh "Aku" menipis dimana dia tidak lagi peduli dengan
moral. Superego tokoh "Aku" benar-benar mati ketika ia membunuh pluto.
“My wife had called my attention, more than once, to the character of the mark of
white hair, of which I have spoken, and which constituted the sole visible difference
between the strange beast and the one I had destroyed.” (hal. 10)
“And now was I indeed wretched beyond the wretchedness of mere Humanity. And a
brute beast—whose fellow I had contemptuously destroyed—a brute beast to work
out for me—for me, a man fashioned in the image of the High God—so much of
insufferable woe! ” (hal. 10)

Semenjak itu dia mulai melakukan banyak kekerasan yang menghilangkan


moralnya.
"The moodiness of my usual temper increased to hatred of all things and of all
mankind; while from the sudden, frequent, and ungovernable outbursts of a fury to
which I now blindly abandoned myself, my uncomplaining wife, alas, was the most
usual and the most patient of sufferers." (hal. 11)
Id yang mendominasi ego-nya membuat tokoh "Aku" mulai melakukan
kekerasan hingga membunuh dan tidak merasa bersalah lagi. Sehingga dia
termakan emosi ketika istrinya menghalangi niatnya untuk membunuh kucing
hitam yang ia pungut, ia membunuh istrinya tanpa rasa bersalah. Kemudian,
dia berusaha menutupi kesalahannya dengan menyembunyikan jasad sang
istri, dan bahkan merasa senang sekali ketika dia merasa berhasil
menyembunyikan jasad istrinya.
“I looked around triumphantly, and said to myself: “Here at least, then, my labor
has not been in vain.”” (hal. 12)

Bahkan di akhir cerita terlihat bahwa tokoh "Aku" secara tidak sadar
menggunakan mekanisme pertahanan ego (displacement dan projection)
yang didominasi id sehingga dia masih menyalahkan kucingnya dan
mengibaratkannya sebagai iblis karena membongkar kejahatannya.
kesimpulan
Cerita pendek “The Black Cat” karya Edgar Allan Poe merupakan cerita yang
menarik untuk dikaji, dimana cerita ini menggunakan sudut pandang orang pertama
(Aku) sehingga pembaca dengan mudah mengetahui dan memahami pikiran dan
perasaan tokoh utama "Aku". Cerita ini membahas tentang isu alkoholisme yang
berakar dari pengalaman masa kecil tokoh "Aku". Adiksi tokoh "Aku" akan alkohol
merupakan hasil dari trauma masa kecilnya, dimana dia mengalami bullying dan tidak
merasakan kehadiran orang tua yang sepenuhnya membuat superego dari tokoh
"Aku" lemah. Tokoh "Aku" hanya bertumbuh dengan mengikuti dan memuaskan
keinginannya bersama hewan-hewan peliharaanya jelas berpengaruh pada
psikologisnya, dimana ia tidak memiliki nilai moral yang kuat sehingga jatuh dalam
ketergantungan alkohol dan membuat dia melakukan hal-hal yang tidak manusiawi
dan sesuai dengan norma yang berlaku di masyarakat.
Terima Kasih
https://www.canva.com/design/DAE-ToElolg/XHL3PWjJLlZ2D6OpUWUaRQ/edit?utm_content=DAE-
ToElolg&utm_campaign=designshare&utm_medium=link2&utm_source=sharebutton

Anda mungkin juga menyukai