Anda di halaman 1dari 1

Bird Box (2018) disutradarai oleh Susanne Bier yang diadaptasi dari novel Josh Malerman tahun 2014

dengan judul yang sama, dan diproduksi oleh Netflix yang seketika mendapatkan 45 juta penonton
hanya dalam jangka waktu 7 hari. Dibintangi oleh Sandra Bullock, Trevante Rhodes, Sarah Paulson, dan
juga John Malkovich.

Mengusung genre thriller dan tema post-apocalyptic, Bird Box (2018) mempunyai ide cerita yang hampir
sama dengan A Quiet Place (2018) milik John Krasinski, yang membedakan adalah jika A Quiet Place
(2018) mengandalkan ‘suara’ sebagai inti cerita, Bird Box (2018) menjadikan ‘visual’ sebagai pionnya.
Sandra Bullock sebagai Malorie, yang terlihat selalu menggunakan penutup mata dan membawa dua
anak kecil perempuan dan laki-laki. Berusaha bertahan hidup menggunakan pendengaran mereka
dengan kicauan burung sebagai clue nya.

Memang sulit jika tidak membandingkan Bird Box dengan A Quiet Place. Jika A Quiet Place berfokus
terhadap keberadaan suatu monster yang dapat membahayakan keselamatan hidup apabila mereka
bersuara; Bird Box cenderung menggunakan suatu ‘kekuatan supranaturan’ yang dapat membuat orang
menjadi ‘suicidal’—keinginan untuk membunuh dirinya sendiri—apabila ia melihat lingkungan sekitar,
dan seketika kewarasan mereka hilang, dan kekacauan mulai terjadi.

Berawal dari Malorie yang sedang hamil ditemani oleh kakaknya, Jessica, mendengar berita bahwa
terdapat pembunuhan massal yang menyebar di seluruh Eropa. Hingga ia melihat dengan mata
kepalanya sendiri bahwa orang-orang disekitarnya pun mulai terkena wabah suidical itu, termasuk
Jessica, yang tiba-tiba kehilangan kewarasannya dan dia menyaksikan kakaknya membunuh dirinya
sendiri. Malorie cukup shock dan harus bertahan hidup seorang diri, dan dengan berbagai usaha ia
dapat berkumpul bersama orang-orang yang berhasil survive dari wabah tersebut. Terlihat sekali
berbagai macam karakter manusia yang berhasil bertahan hidup disini. Ada Douglas yang menurut aku
memiliki karakter yang paling rasional. Tak lupa juga, terdapat sedikit love-story Malorie dengan Tom.
Sesi pembangunan karakter disini yang membuat audiens menjadi simpatik terhadap Malorie.
Walaupun ada beberapa scene yang membuat kita kesal karena keputusan Malorie yang secara
sembarangan mau menerima orang baru di dalam rumah survival tersebut—yaitu Olympia, yang sukses
membuat seluruh audiens kesal dengan kecerobohannya dan sikapnya didalam situasi genting seperti
ini.

Hingga akhir film, terasa sekali ada beberapa yang mengganjal. Ketegangan yang dibangun mulai dari
awal cerita sudah cukup menguras emosi, dan akan perlahan menghilang setelahnya. Dan bersiap-siap
untuk merasa bertanya-tanya pada akhir film, karena tidak dijelaskan bahwa bagaimana makhluk jahat
yang menyebabkan wabah ‘suicidal’ itu datang. Padahal masih ada potensi untuk mengembangkan
cerita tersebut menjadi lebih

Bukan film yang buruk, namun juga bukan film yang sangat bagus. It’s a decent movie. Premisnya cukup
bagus (walaupun ada beberapa film serupa dengan premis yang sama) but, I like it so far. Bisa untuk
ditonton bersama teman-teman untuk mendiskusikan teori-teori baru yang tidak dijelaskan dalam film
ini.

Anda mungkin juga menyukai