Anda di halaman 1dari 9

ANALISIS NOVEL SENYUMAN BINTANG KARYA

DAFFANIA CAHYANI MELALUI TEORI ROLAND BARTHES


(KAJIAN SEMIOTIKA)

Diah Putri Ifani


Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, Universitas Lampung
diahputriifani.96@gmail.com

ABSTRACT

Literary work is a form of someone's expression based on a reality through


writing. Literary works can be assumed as an art of expression that can be
created by everyone, both children and adults. One of the works of children's
literature can be found in the books Little-Little Got Work or commonly
abbreviated as KKPK. The semiotics studied by Roland Barthes seeks to find out
the relationship between the signifier and the signified in a sign. Apart from that,
Roland Barthes also sees the other side of marking, namely the existence of myths
that mark people's lives. This research method uses a descriptive analysis method.
The object that became the data in this study was Daffania Cahyani's Smile
Bintang novel, while the source of this research was through KKPK books. The
data collection technique used is document study by analyzing the signs in the
novel Smile Star according to Roland Barthes' theory in the form of myths
equipped with an analysis of denotative and connotative meanings.

Keywords: myth, denotation, connotation

ABSTRAK

Karya sastra adalah bentuk ungkapan seseorang berdasarkan suatu kenyataan


melalui tulisan. Karya sastra dapat diasumsikan sebagai seni pengungkapan yang
dapat diciptakan semua orang, baik anak-anak, maupun orang dewasa. Salah satu
karya sastra anak dapat ditemukan pada buku-buku Kecil-Kecil Punya Karya atau
biasa disingkat KKPK. Semiotika yang dikaji Roland Barthes berusaha mencari
tahu hubungan penanda dengan petanda dalam sebuah tanda. Selain itu, Roland
Barthes juga melihat sisi lain dari penandaan, yaitu adanya mitos yang menandai
kehidupan masyarakat. Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif
analis. Objek yang menjadi data dalam penelitian ini adalah novel Senyuman
Bintang karya Daffania Cahyani, sedangkan sumber penelitian ini melalui buku-
buku KKPK. teknik pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen
dengan menganalisis tanda-tanda dalam novel Senyuman Bintang menurut teori
Roland Barthes berupa mitos dengan dilengkapi analisis makna denotasi, dan
konotasi.

Kata Kunci: mitos, denotasi, konotasi

PENDAHULUAN

Karya sastra adalah bentuk ungkapan seseorang berdasarkan suatu


kenyataan melalui tulisan. Sebuah karya sastra diciptakan bukan semata-mata
tidak memiliki tujuan atau maksud tertentu, melainkan agar pembaca dapat
mengambil suatu pelajaran di dalamnya. Wujud karya sastra dapat berupa puisi,
prosa, dan drama. Karya sastra dapat diasumsikan sebagai seni pengungkapan
yang dapat diciptakan semua orang, baik anak-anak, maupun orang dewasa.
Dengan demikian, anak-anak pun bisa disebut sebagai seorang sastrawan.

Salah satu karya sastra anak dapat ditemukan pada buku-buku Kecil-Kecil
Punya Karya atau biasa disingkat KKPK. KKPK merupakan jenis buku yang di
dalamnya terdapat karya sastra anak berupa cerpen atau novel. Pada artikel ini,
fokus analisis kajian yang dibahas adalah salah satu buku novel KKPK ciptaan
Daffania Cahyani yang berjudul Senyuman Bintang. Tidak dapat dipungkiri, novel
merupakan salah satu bentuk karya sastra yang kini menjadi kegemaran semua
kalangan tanpa terkecuali. Novel adalah karya sastra berbentuk prosa yang
memuat cerita nyata dalam kehidupan masyarakat. Ratna (2009) mengatakan
“Novel adalah jenis karya sastra yang cocok untuk merepresentasikan kehidupan
manusia (Thamimi, 2016). Hampir sama dengan cerita pendek atau cerpen, hanya
saja novel lebih meluas karena terdiri atas beberapa bab di dalamnya.
Novel Senyuman Bintang karya Daffania Cahyani ini memiliki maksud di
dalamnya. Daffania Cahyani berusaha menyampaikan maksud tersebut melalui
tanda-tanda yang ditulisnya. Untuk mengetahui makna dari tanda tersebut,
dibutuhkannya suatu ilmu yang disebut dengan semiotika. Dikutip dari pernyataan
Bagus (2000: 985), semiotika berasal dari kata semiotic dalam bahasa Inggris dan
dalam bahasa Yunani semeion yang berarti tanda atau teori mengenai tanda-tanda.
Menurut pendapat Sausure, semiotika atau semiologi adalah ilmu yang fokus
kajiannya berupa tanda-tanda dalam kehidupan masyarakat (Yelly, 2019). Dalam
kajian semiotika, Djoko Pradopo (1995) menjelaskan bahwa karya sastra
dianalisis sebagai suatu sistem tanda dan mencari tahu adanya kesepakatan yang
kemungkinan menjadikan karya sastra tersebut memiliki sebuah makna.

Adapun salah satu bahasan semiotika dimunculkan oleh Roland Barthes.


Semiotika yang dikaji Roland Barthes berusaha mencari tahu hubungan penanda
dengan petanda dalam sebuah tanda. Selain itu, Roland Barthes juga melihat sisi
lain dari penandaan, yaitu adanya mitos yang menandai kehidupan masyarakat.
Dengan begitu, dalam kajian dalam artikel ini membahas semiotika Roland
Barthes pada novel Senyuman Bintang karya Daffania Cahyani.

METODE PENDAHULUAN

Metode penelitian ini menggunakan metode deskriptif analis. Menurut


Ratna (2007: 39) metode deskriptif analis adalah metode yang dilakukan dengan
cara menganalisis dan menguraikan data untuk mendeskripsikan suatu objek yang
sedang diteliti serta menjadikannya pusat perhatian penelitian. Objek yang
menjadi data dalam penelitian ini adalah novel Senyuman Bintang karya Daffania
Cahyani, sedangkan sumber penelitian ini melalui buku-buku Kecil-Kecil Punya
Karya (KKPK) yang diterbitkan oleh PT Mizan Pustaka. Adapun teknik
pengumpulan data yang digunakan adalah studi dokumen dengan menganalisis
tanda-tanda dalam novel Senyuman Bintang menurut teori Roland Barthes berupa
mitos dengan dilengkapi analisis makna denotasi, dan konotasi. Hasil analisis
digambarkan melalui tabel yang kemudian dilengkapi pembahasan setelahnya.
HASIL DAN PEMBAHASAN

Novel Senyman Bintang merupakan salah satu seri Kecil-Kecil Punya


Karya (KKPK) yang diciptakan oleh Daffania Cahyani yang kerap disapa Fani.
Fani lahir di Sidoarjo, pada 20 Maret 2002. Gadis ini memiliki hobi membaca,
menulis, dan mendengarkan musik. Melalui hobinya dia tertarik untuk
menerbitkan bukunya di penerbit DAR! Mizan.

Novel ini diceritakan dengan sudut pandang orang pertama sebagai tokoh
sampingan. Orang pertama yang bercerita adalah Andin atau lengkapnya Handini
Gita Anastasya. Andin menceritakan tentang salah satu sahabatnya yang bernama
Bintang. Bintang adalah sahabat yang baik. Bintang orang yang humoris, tak
pernah mengeluh, dan selalu tersenyum. Akan tetapi, suatu saat sikap Bintang
berubah menjadi melankolis karena penyakitnya. Akhir dari cerita ini Bintang
meninggal dunia karena penyakit yang dideritanya.

Dari hasil analisis novel Senyuman Bintang karya Daffania Cahyani,


ditemukan adanya tanda mitos yang kemudian dikembangkan dua tingkat
pertandaan menurut Roland Barthes, yaitu tingkat denotasi dan konotasi di bawah
ini:

Mitos

Menurut Roland Barthes dalam bukunya Mythologies, mitos adalah


penandaan sebuah bentuk. Apabila suatu objek mengandung maksud, maka objek
tersebut menjadi mitos. Mitos adalah kisah yang disepakati berdasarkan
kebudayaaan atau pemahaman dari kenyataan atau alam. Mitos menurut barthes
adalah sebuah konsep berpikir untuk memahami suatu hal. Selain itu, Barthes juga
mengatakan bahwa mitos tidak ditentukan materinya, melainkan objeknya
(Zaimar, 2008: 58). Dalam novel Senyuman Bintang ditemukan beberapa mitos, di
antaranya:

No Mitos Penanda Petanda


1 Jam bebas untuk refreshing Jam bebas ini Jam bebas
selalu ada setiap difeninisikan
Selasa. Khusus sebagai waktu yang
utuk kelas 6. tidak terdapat mata
Mungkin untuk pelajaran yang
refreshing. Kelas dilakukan dalam
6, kan, selalu kelas.
berhadapan dengan
buku-buku
pelajaran.
2 Bel berbunyi “Oke. Kalian mau Bel berbunyi
ke kelas mana?” diartikan sebagai
tanya Icha ketika tanda masuk kelas.
bel berbunyi.

Pada mitos yang pertama, jam bebas yang diyakini anak kelas enam adalah
tanda refreshing. Hal ini dipercaya karena jam bebas terjadi setiap hari Selasa,
padahal adanya jam bebas bisa saja digunakan untuk pergi ke perpustakaan untuk
menambah wawasan, berdiskusi mengenai hal yang bermanfaat, dsb. Oleh karena
itu, jam bebas untuk refreshing dalam novel ini dapat dikatakan sebagai mitos.

Mitos yang kedua, bel berbunyi yang diyakini semua siswa sebagai tanda
bahwa sudah waktunya masuk kelas. Hal ini dipercaya karena setiap bel berbunyi,
semua siswa akan berbondong-bondong masuk ke kelas masing-masing,
meskipun tidak ada perintah dari guru, padahal bisa saja bel dibunyikan sebagai
bentuk kesengajaan atau untuk memberi peringatan hal lain. Oleh karena itu, bel
berbunyi sebagai tanda masuk kelas dianggap sebagai mitos.

Denotasi

Denotasi adalah pertandaan yang menguraikan hubungan antara penanda


dan petanda berdasarkan kenyataan dengan menghasilkan makna gamblang,
langsung, dan akurat. Berikut adalah denotasi yang terdapat dalam novel
Senyuman Bintang karya Daffania Cahyani.

Denotasi
No
Penanda Petanda
1 Kalau aku berhadapan dengan Apabila Andin mengerjakan tugas
Matematika, langsung nyerah, atau ulangan Matematika, Andin
deh! Guling-guling aja di lantai. menyerah karena tidak begitu
mahir.
2 Kami pun menuju ke saung Dalam Kamus Besar Bahasa
bersama. Letaknya di halaman Indonesia, saung didefinisikan
sekolah. sebagai sebuah bangunan kecil.
Dari kutipan novel Senyuman
Bintang karya Daffania Cahyani,
saung yang didatangi Andin dan
sahabat-sahabatnya berada di
halaman sekolah.
3 Selain jam bebas, setiap Selasa Jam bebas didefinisikan sebagai
kami juga mendapatkan pelajaran waktu luang yang tidak terdapat
eskul dan kelas bebas. Pokoknya, mata pelajaran dan bisa digunakan
pada Selasa, kami hanya belajar untuk melakukan apa saja. Hal ini
dua pelajaran. Sosial dan dipertegas oleh Andin bahwa pada
Kewarganegaraan. hari Selasa, kelasnya hanya
terdapat dua mata pelajaran, yaitu
Sosial dan Kewarganegaraan serta
sisanya adalah jam bebas.
4 Setiap jam bebas, kami selalu Jam bebas selalu digunakan Andin
pergi ke perpustakaan. dan sahabat-sahabatnya untuk pergi
ke perpustakaan.
5 Aku memilih-milih novel yang Dalam perpustakaan Andin
ada di rak. Ini dia! Aku menemukan sebuah novel dan
menemukan sebuah novel. kemudian segera di abaca.
6 Perpustakaan di sekolahku ada Kutipan di samping dikatakan oleh
kafenya. Andini bahwa perpustakaan di
sekolahnya terdapat kafe.
7 Aku menunjuk kelas melukis. Kutipan di samping adalah
Kelas melukis sudah ramai. pernyataan yang dikatakan Andin

bahwa kelas melukis yang ingin dia


datangi sudah ramai.
Konotasi

Konotasi adalah pertandaan yang menguraikan hubungan penanda dengan


petanda, tetapi makna di dalamnya tidak gambling, tidak langsung, dan tidak
akurat karena menimbulkan makna lain. Berikut adalah konotasi yang terdapat
dalam novel Senyuman Bintang karya Daffania Cahyani.

Denotasi
No
Penanda Petanda
1 Aku berjalan malas menuju Berjalan malas didefinisikan
mereka. sebagai berjalan yang tidak
bersemangat. Berjalan malas yang
dimaksud bukan malas berjalan,
melainkan berjalan dengan kurang
bergairah.
2 Badanku masih gemetar usai Badan gemetar yang dmaksud
ulangan Matematika jadwal bukan badannya yang gemetar,
terakhir. melainkan merasa lemas setelah
mengerjakan ulangan Matematika.
3 Berbeda dengan Bintang dan Berantem dengan angka yang
Icha. Mereka, sih, jago berantem dimaksud bukan berarti Bintang
dengan angka. dan Icha benar-benar berantem
dengan angka, melainkan keduanya
paham soal-soal yang berhubungan
dengan angka dan mampu
menyelesaikannya.
4 Aku menggigit cheese cake, lalu Pada kutipan di samping, yang
jeli cokelat. Senyumku langsung dimaksud Andin senyum
mengembang. mengembang bukan benar-benar
berarti senyumnya mengembang.

Akan tetapi, setelah makan cheese


cake dan jeli cokelat membuat
hatinya senang hingga
memunculkan senyuman.
5 “Yoi!” kata Icha. “Lima hari lagi Pada perkataan Icha, yang
persahabatan kita menginjak umur dimaksudnya bukan benar-benar
ketujuh.” persahabatannya yang menginjak
umur ketujuh, melainkan hubungan
persahabatannya sudah selama
tujuh tahun.
6 “Enggak. Bermain dengan angka Kutipan novel di samping
itu menyenangkan!” balas diungkapkan oleh Bintang bukan
Bintang. berarti dia benar-benar bermain
dengan angka, melainkan dirinya
suka dengan pelajaran menghitung
dan baginya hal itu menyenangkan.
7 Mama hanya mengangguk pelan. Kutipan di samping diungkap oleh
Aku segera menuju ke bagian Andin bukam berarti hal yang
souvenir. Hm … banyak barang dilihatnya memang bau cewek,
yang berbau ‘cewek’ di situ. akan melainkan segala barang yang
berada di tempat itu merupakan
koleksi cewek pada umumnya.

SIMPULAN

Karya sastra adalah bentuk ungkapan seseorang berdasarkan suatu


kenyataan melalui tulisan. Sebuah karya sastra diciptakan bukan semata-mata
tidak memiliki tujuan atau maksud tertentu, melainkan agar pembaca dapat
mengambil suatu pelajaran di dalamnya. Untuk mengetahui makna dari tanda
yang terdapat pada karya sastra, dibutuhkannya suatu ilmu yang disebut dengan
semiotika. Dari hasil analisis novel Senyuman Bintang karya Daffania Cahyani,
ditemukan adanya tanda mitos yang kemudian dikembangkan dua tingkat
pertandaan menurut Roland
Barthes, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Mitos adalah penandaan sebuah
bentuk. Apabila suatu objek mengandung maksud, maka objek tersebut menjadi
mitos. Denotasi adalah pertandaan yang menguraikan hubungan antara penanda
dan petanda berdasarkan kenyataan dengan menghasilkan makna gamblang,
langsung, dan akurat, sedangkan konotasi adalah pertandaan yang menguraikan
hubungan penanda dengan petanda, tetapi makna di dalamnya tidak gambling,
tidak langsung, dan tidak akurat karena menimbulkan makna lain.

DAFTAR PUSTAKA

Bagus, L. 2000. Kamus Filsafat. Jakarta: Gramedia Pustaka utama.


Barthes, R. 1972. Mythologies. New York: The Noonday Press.
Cahyani, D. 2016. Kecil-Kecil Punya Karya: Senyuman Bintang. Bandung: DAR!
Mizan.
Ratna, N. K. 2007. Estetika Sastra dan Budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
Thamimi, M. 2016. Semiotik dalam Novel “Surat Kecil untuk Tuhan” Karya Agnes
Davonar. Jurnal Pendidikan Bahasa, Vol. 5, No. 1, Juni 2016.
Yelly, P. 2019. Analisis Makhluk Superior (Naga) dalam Legenda Danau Kembar
(Kajian Semiotika Roland Barthes: Duna Pertandaan Jadi Mitos). Jurnal
Serunai Bahasa Indonesia, Vol. 16. No. 2, Oktober 2019.
Zaimar, Okke K.S. 2008. Semiotik dan Penerapannya dalam Karya sastra.
Jakarta: Pusat Bahasa.

Anda mungkin juga menyukai