Emy Sohilait
Dosen Pendidikan Matematika
STKIP Gotong Royong Masohi
sohilaitemy@gmail.com
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan lintasan belajar (Learning Trajectory) dalam
memahami konsep Perbandingan Senilai. Lintasan belajar tersebut menggunakan pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik (PMR) dengan masalah kontekstual dalam bentuk soal cerita sebagai penggunaan
konteks yang merupakan titik awal (starting point) pembelajaran matematika. Subjek penelitiannya adalah
siswa kelas VIIC SMP Negeri 1 Masohi yang berjumlah 30 orang dan seorang guru yang mengajar di kelas
tersebut (guru model). Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian desain (design research)
yang meliputi preliminary design, teaching experiment, dan retrospective analysis. Pengumpulan data
dilakukan melalui melalui observasi, dokumentasi, hasil kerja LKS, dan mewawancarai siswa. Data
dianalisis dengan cara membandingkan Hyphotetical Learning Trajectory (HLT) dengan apa yang terjadi
selama proses pembelajaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan konteks dalam bentuk soal
cerita dapat mendukung pemahaman siswa pada konsep perbandingan senilai dari tahap informal ke tahap
formal.
Pendahuluan
Metode Penelitian
Penelitian ini mengggunakan metode design research.
Pada design research terjadi proses siklik (berulang) yaitu dari
eksperimen pemikiran (thought experiment) kemudian ke
eksperimen pembelajaran (instruction experiment) dalam
bentuk diagram dengan ilustrasi ide percobaan dari
(Gravemeijer dan Cobb, 2006). Diagram alir pelaksanaan
eksperimen pada design research seperti gambar berikut ini:
Teaching Experiment
Kegiatan pembelajaran sebelum masuk dalam tahap
pemberian masalah kontekstual (contextual problem) sesuai
dengan prinsip-prinsip pendekatan PMRI, guru terlebih dahulu
melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai konteks beras
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Guru
menanyakan “siapakah diantara kalian yang pernah disuruh
ibu untuk membeli beras atau mengukur beras untuk
memasak?. Benda apakah yang digunakan penjual atau kalian
sendiri pada waktu mengukur beras?.” Dari pertanyaan yang
diberikan ada beragam jawaban yang diberikan siswa, salah
satunya jawaban dari Inggrid “saya pernah melihat ibu saya
mengukur beras menggunakan cupa (canting)”. Hal ini
sebagaimana ditunjukan pada gambar di bawah ini.
3
memasak kg beras setiap hari dan di dapur tersedia 1 kampil
4
yang berisi 25 kg beras. Pada hari keberapa ibu harus membeli
beras lagi?. Pada tahap pemberian masalah kontekstual ini
terlihat tiap kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan
permasalahan di atas pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 1
yang telah dibagikan.
3
(canting), maka kg beras itu berapa cupa?”. Melalui
Kel 6 4
pertanyaan ini kemudian siswa diberikan sebuah wadah yang
diasumsikan berisi 25 kg beras, 1 buah canting besar berukuran
1 kg dan 4 buah canting kecil. Kemudian menyuruhnya untuk
membagi 1 kg beras kedalam empat buah canting kecil.
3
Jawaban dari siswa setelah melakukan kegiatan ini adalah kg
4
beras di masak setiap hari maka dibutuhkan 3 canting kecil
1
yang berukuran dan sisanya 1 canting atau kg.
4
Tahap menyelesaikan masalah kontekstual (Aktivitas
pembelajaran 1)
Pada aktivitas ini, siswa diberi kebebasan untuk mencari
cara/tehknik membagi beras dalam membantu ibu menemukan
(a) (b)
(c) (d)
Gambar 5. Unit-unit Geometri yang Digunakan Siswa
Menyelesaikan LKS 1 (kelompok 1 (a), kelompok 4 (b),
kelompok 5 (c), kelompok 7 (d))
1
kotak kecil didalamnya (diasumsikan tiap kotak berisi kg
4
beras) yang sama besar dimana 3 kotak kecil diarsir dan satu
kotak tidak diarsir (sisa).
Kelompok 4 menyelesaikan dengan cara membagi 25 kg beras
dengan menggambar kotak-kotak kecil diasumsikan tiap kotak
1
berisi kg beras.
4
Kelompok 5 menyelesaikan dengan cara menggunakan
3
kalender untuk membagi 25 kg beras dengan per harinya kg.
4
Kelompok 7 menyelesaikan dengan cara menggambarkan
3
canting-canting beras yang diasumsikan tiap canting berisi
4
kg beras.
3
kecil yang berisi kg beras, kelompok 5 menggambarkan
4
3
kalender dengan membagi kg beras setiap hari, kelompok 7
4
menggambarkan canting-canting beras dengan tiap canting
1
berisi kg beras.
4
Sedangkan cara yang digunakan kelompok 2, kelompok
3, kelompok 6, dan menggunakan model semi formal (model
for) untuk menyelesaikan masalah kontekstual. Kelompok 2
langsung menyelesaikan masalah kontektual dengan
menggunakan persamaan matematika, kelompok 3 kurang tepat
dalam menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan
karena disebabkan jawaban akhir mereka dibagi tujuh (mungkin
saja dalam pemikiran siswa berbicara tentang hari berarti
mengarah dalam situasi “1 minggu = 7 hari”), jawaban
kelompok 6 salah dalam membagi beras setiap hari. Hal ini
menandakan bahwa siswa belum memahami konsep pembagian
dan bilangan pecahan dengan baik.
Berikut ini merupakan hasil kerja dari tujuh kelompok
dalam menyelesaikan LKS 1.
(a) (b)
(c) (d)
(e) (f)
(g)
Retrospective Analysis
Bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan dan
menyempurnakan jawaban yang kurang tepat dari aktivitas
dilakukan menuju konsep Perbandingan Senilai. Siswa
diberikan tes hasil belajar untuk dikerjakan secara mandiri
dalam mengembangkan pengetahuan dan konsep yang telah
dipelajari. Gambar di bawah ini merupakan iceberg
pembelajaran konsep Perbandingan Senilai yang telah
dilaksanakan.
Membagi 1 kg beras
Tersedia 25 kg beras di Pengukuran,
kedalam kotak segiempat
dapur, jika ¾ kg dimasak pembagian,
setiap hari. Maka pada bilangan
hari keberapa persediaan Seminar Pendidikanmatematikapecahan,
UMM 2019
beras akan habis? penjumlahan,
geometri,
perbandingan
12
Menggambarkan kotak
kecil berukuran ¼ kg
Membagi dengan
Membagi beras dengan
kalender
unit geometri
Menggambarkan canting
kecil berukuran ¼ kg
Aktivitas Penghbung
Bilangan
Menuliskan hasil membagi Menggunakan pecahan senilai,
beras menurut bilangan persamaan matematika aljabar,
pecahan senilai formal perbandingan
dua besaran
Formal
Kesimpulan
1. Pada pembelajaran konsep perbandingan senilai, konteks
membagi beras secara adil berperan penting untuk mendukung
kemampuan siswa melalui strategi yang dibuat, dimana akan
menjadikan siswa termotivasi mengikuti pembelajaran. Sebagai
titik awal pembelajaran dan pemfasilitasian pengalaman serta
pengetahuan awal untuk stimulasi pemikiran siswa muncul
penalaran terhadap konsep perbadningan senilai dan juga
mendukung kemampuan siswa dalam menyelesaikan