Anda di halaman 1dari 13

1

DESAIN PEMBELAJARAN BERBASIS PENDEKATAN PENDIDIKAN MATEMATIKA


REALISTIK DENGAN MENGGUNAKAN MASALAH KONTEKSTUAL

Emy Sohilait
Dosen Pendidikan Matematika
STKIP Gotong Royong Masohi
sohilaitemy@gmail.com

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk menghasilkan lintasan belajar (Learning Trajectory) dalam
memahami konsep Perbandingan Senilai. Lintasan belajar tersebut menggunakan pendekatan Pendidikan
Matematika Realistik (PMR) dengan masalah kontekstual dalam bentuk soal cerita sebagai penggunaan
konteks yang merupakan titik awal (starting point) pembelajaran matematika. Subjek penelitiannya adalah
siswa kelas VIIC SMP Negeri 1 Masohi yang berjumlah 30 orang dan seorang guru yang mengajar di kelas
tersebut (guru model). Metode Penelitian yang digunakan adalah metode penelitian desain (design research)
yang meliputi preliminary design, teaching experiment, dan retrospective analysis. Pengumpulan data
dilakukan melalui melalui observasi, dokumentasi, hasil kerja LKS, dan mewawancarai siswa. Data
dianalisis dengan cara membandingkan Hyphotetical Learning Trajectory (HLT) dengan apa yang terjadi
selama proses pembelajaran. Hasil analisis menunjukkan bahwa penggunaan konteks dalam bentuk soal
cerita dapat mendukung pemahaman siswa pada konsep perbandingan senilai dari tahap informal ke tahap
formal.

Kata Kunci: PMR, Masalah Kontekstual, HLT, Lintasan Belajar

Pendahuluan

Aktivitas manusia selalu membutuhkan pengukuran dan


perhitungan baik yang dilakukan oleh ibu rumah tangga ketika
membagi beras untuk dimasak dengan jumlah yang sama setiap
harinya atau tukang becak yang memperhitungkan jumlah
ongkos yang harus dibayar penumpang berdasarkan jarak
tempuh. Contoh masalah ini terkait dengan materi
Perbandingan Senilai yang diajarkan pada siswa kelas VII
tingkat SMP dengan tujuan siswa mampu dalam menyelesaikan
permasalahan kontekstual terkait dengan materi Perbandingan
Senilai.
Hasil observasi yang dilakukan peneliti di SMP Negeri
1 Masohi, ditemukan bahwa kurangnya kemampuan siswa
dalam memahami konsep Perbandingan Senilai sebagai
implikasi dari pembelajaran Perbandingan Senilai yang banyak
diajarkan secara langsung pada tahap formal secara prosedural

Seminar Pendidikanmatematika UMM 2019


2

maupun langkah-langkah manipulatif. Guru kurang


memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkonstruksi
pengetahuan mereka sendiri, prakteknya pembelajaran
matematika di sekolah pada umumnya, kurang memanfaatkan
realitas dunia nyata untuk mengaplikasikan dan atau
mematematisasi dunia nyata.
Upaya untuk meningkatkan kemampuan siswa dalam
memahami konsep perbandingan senilai sangat diperlukan agar
mereka berhasil dalam pendidikannya. Diantaranya dapat
dilakukan melalui aktivitas yang berdasarkan pengalaman
siswa. Menurut Freudenthal (Gravemeijer,1994) matematika
merupakan aktivitas manusia (human activities) dan
pembelajaran matematika merupakan proses penemuan kembali
(reinvention) dengan cara mereka sendiri. Ditambahkan oleh de
Lange (Sutarto,2005) proses penemuan kembali tersebut harus
dikembangkan melalui penjelajahan berbagai persoalan dunia
real. Masalah konteks nyata (Gravemeijer,1994; Sohilait 2018)
merupakan bagian inti dan dijadikan starting point dalam
pembelajaran matematika. Konstruksi pengetahuan matematika
oleh siswa dengan memperhatikan konteks itu berlangsung
dalam proses yang oleh Freudenthal dinamakan penemuan
terbimbing (guided reinvention). Salah satu pendekatan
pembelajaran matematika yang beorientasi pada matematisasi
pengalaman sehari-hari adalah Pendidikan Matematika
Realistik (PMR) yang diadaptasi dari pemikiran Freudenthal
yang dituangkan dalam Realistic Mathematics Education
(RME). Freudenthal menekankan konsep matematika sebagai
aktivitas manusia. Aktivitas manusia berhubungan dengan
kehidupan nyata dimana istilah nyata bukan hanya berarti
sesuai fakta tetapi juga sebagai suatu situasi permasalahan yang
dihadapi siswa memiliki makna bagi mereka.
Berdasarkan hal tersebut di atas, peneliti akan
mendesain pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
PMR sebagai titik awal (starting point) dalam pembelajaran.
Selanjutnya, akan didesain Hypothetical Learning Trajectory

Seminar Pendidikanmatematika UMM 2019


3

(HLT) yang berisi aktivitas-aktivitas untuk mengkonstruksi


penegtahuan siswa dalam memahami konsep Perbandingan
Senilai. Berbeda dengan penelitian sebelumnya tentang
perbandingan senilai, penelitian ini dilakukan dimana siswa
pertama kali mempelajari perbandingan senilai dengan situasi
awal diberikan dari permasalahan kontekstual berbentuk soal
cerita, yaitu terkait aktifitas rutin yang yang dilakukan oleh para
ibu yaitu memasak beras. Kegiatan membagi beras dengan adil
memiliki aspek keadilan dan menumbuhkan karakter yang jujur
pada siswa serta aspek matematis untuk mendukung
kemampuan siswa dalam memahami konsep perbandingan
senilai melalui strategi yang siswa gunakan.
Membagi beras yang dijadikan soal cerita dalam
pembelajaran matematika telah telah ditemukan bahwa hal itu
memberikan pengaruh yang positif pada pembelajaran
matematika yang lebih bermakna, siswa lebih tertarik untuk
menyelesaikan masalah yang ada hubungan dengan
kehidupannya dan dapat meningkatkan pemahaman siswa
tentang konsep matematika yang dipelajari (Zamal, 1989).
Dengan demikan tujuan yang akan dicapai pada
penelitian ini adalah 1. Mengetahui peranan penggunaan
masalah kontekstual dalam mendukung pemahaman siswa pada
konsep Perbandingan Senilai berbasis pendekatan PMR; 2.
Menghasilkan lintasan belajar (Learning Trajectory) pada
konsep Perbandingan Senilai.

Metode Penelitian
Penelitian ini mengggunakan metode design research.
Pada design research terjadi proses siklik (berulang) yaitu dari
eksperimen pemikiran (thought experiment) kemudian ke
eksperimen pembelajaran (instruction experiment) dalam
bentuk diagram dengan ilustrasi ide percobaan dari
(Gravemeijer dan Cobb, 2006). Diagram alir pelaksanaan
eksperimen pada design research seperti gambar berikut ini:

Seminar Pendidikanmatematika UMM 2019


4

Gambar 1. Proses Siklik dalam Design Research

Gravemeijer & Cobb (2006) menyatakan bahwa ada 3


tahap dalam pelaksanaan penelitian design research, yaitu:
preliminary design, teaching experiment, dan retrospective
analysis.

Hasil dan Pembahasan


Preliminary Design
Peneliti membuat pendesainan aktivitas pembelajaran
merupakan bagian penting untuk acuan pada pelaksanaan
pembelajaran di kelas. Dari hasil preliminary design, maka
didapat rancangan iceberg pembelajaran konsep Perbandingan
Senilai sebagai berikut:

Gambar 2. Rancangan Iceberg Pembelajaran Perbandingan


Senilai
Penerapan dari tahap-tahap pengembangan model dalam
pembelajaran konsep Perbandingan Senilai dijelaskan sebagai
berikut:
1) Tahap contextual problem, pada tahap ini konteks yang dipakai
adalah masalah kontesktual membagi beras.

Seminar Pendidikanmatematika UMM 2019


5

2) Tahap referential (model of), pada tahap ini ditandai dengan


aktivitas membagi beras dan menggambarkan dalam bentuk
unit-unit satuan geometri.
3) Tahap general (model for), pada tahap ini siswa menuliskan
hasil membagi beras dalam bentuk tabel menurut konsep
bilangan pecahan senilai.
4) Tahap formal mathematics, pada tahap ini siswa
mengkonstruksi pengetahuan dan menyimpulkan ketahapan
matematika formal berdasarkan aktivitas yang dilakukan

Teaching Experiment
Kegiatan pembelajaran sebelum masuk dalam tahap
pemberian masalah kontekstual (contextual problem) sesuai
dengan prinsip-prinsip pendekatan PMRI, guru terlebih dahulu
melakukan tanya jawab dengan siswa mengenai konteks beras
yang sangat dekat dengan kehidupan sehari-hari. Guru
menanyakan “siapakah diantara kalian yang pernah disuruh
ibu untuk membeli beras atau mengukur beras untuk
memasak?. Benda apakah yang digunakan penjual atau kalian
sendiri pada waktu mengukur beras?.” Dari pertanyaan yang
diberikan ada beragam jawaban yang diberikan siswa, salah
satunya jawaban dari Inggrid “saya pernah melihat ibu saya
mengukur beras menggunakan cupa (canting)”. Hal ini
sebagaimana ditunjukan pada gambar di bawah ini.

Gambar 3. Antusias Siswa Menjawab Berbagai


Pertanyaan
 Tahap Pemberian Masalah Kontekstual

Dari jawaban siswa di atas, kemudian guru memunculkan


masalah kontekstual yang jika dialami oleh ibu mereka di
rumah. Masalah kontekstual yang diberikan adalah jika ibu

Seminar Pendidikanmatematika UMM 2019


6

3
memasak kg beras setiap hari dan di dapur tersedia 1 kampil
4
yang berisi 25 kg beras. Pada hari keberapa ibu harus membeli
beras lagi?. Pada tahap pemberian masalah kontekstual ini
terlihat tiap kelompok bekerja sama untuk menyelesaikan
permasalahan di atas pada Lembar Kegiatan Siswa (LKS) 1
yang telah dibagikan.

Gambar 4. Kelompok-klompok Bekerjasama


Menyelesaikan Masalah Kontekstual LKS 1

 Tahap menjelaskan masalah kontekstual


Guru memberikan kesempatan kepada siswa yang
belum memahami permasalahan yang diberikan untuk bertanya
tentang masalah kontekstual yang diberikan pada LKS 1. Pada
tahap ini ada siswa yang bertanya “jika 1 kg beras = 4 cupa

3
(canting), maka kg beras itu berapa cupa?”. Melalui
Kel 6 4
pertanyaan ini kemudian siswa diberikan sebuah wadah yang
diasumsikan berisi 25 kg beras, 1 buah canting besar berukuran
1 kg dan 4 buah canting kecil. Kemudian menyuruhnya untuk
membagi 1 kg beras kedalam empat buah canting kecil.

3
Jawaban dari siswa setelah melakukan kegiatan ini adalah kg
4
beras di masak setiap hari maka dibutuhkan 3 canting kecil

1
yang berukuran dan sisanya 1 canting atau kg.
4
 Tahap menyelesaikan masalah kontekstual (Aktivitas
pembelajaran 1)
Pada aktivitas ini, siswa diberi kebebasan untuk mencari
cara/tehknik membagi beras dalam membantu ibu menemukan

Seminar Pendidikanmatematika UMM 2019


7

hari keberapa berasnya akan habis. Awal diskusi berjalan ada


beberapa kelompok yang bingung karena mereka terbiasa
dengan situasi “1 kg beras = 4 cupa (canting)”, hal ini terjadi
karena tidak memperhatikan dengan baik pada waktu guru
menjelaskan ditahap sebelumnya. Melihat hal tersebut, guru
membimbing kelompok yang terlihat bingung dalam
menyelesaikan permasalahan kontekstual pada LKS 1 dengan
memberikan pertanyaan-pertanyaan yang bersifat menuntun
mereka dalam memahami pembagian dan bilangan pecahan.
Dari masalah kontekstual yang diberikan muncul empat macam
strategi siswa dalam menyelesaikan permasalahan yaitu dengan
menggunakan unit satuan, hal ini menunjukan kemampuan
siswa dalam menyelesaikan permasalahan yang dilakukan
dengan menggunakan aktivitas situasional.

(a) (b)

(c) (d)
Gambar 5. Unit-unit Geometri yang Digunakan Siswa
Menyelesaikan LKS 1 (kelompok 1 (a), kelompok 4 (b),
kelompok 5 (c), kelompok 7 (d))

Dari hasil pekerjaan kelompok siswa di atas dapat dilihat


bahwa:
 Kelompok 1 menyelesaikan dengan cara membuat pemisalan
dengan menggambarkan segi empat yang dibagi menjadi 4

1
kotak kecil didalamnya (diasumsikan tiap kotak berisi kg
4

Seminar Pendidikanmatematika UMM 2019


8

beras) yang sama besar dimana 3 kotak kecil diarsir dan satu
kotak tidak diarsir (sisa).
 Kelompok 4 menyelesaikan dengan cara membagi 25 kg beras
dengan menggambar kotak-kotak kecil diasumsikan tiap kotak

1
berisi kg beras.
4
 Kelompok 5 menyelesaikan dengan cara menggunakan

3
kalender untuk membagi 25 kg beras dengan per harinya kg.
4
 Kelompok 7 menyelesaikan dengan cara menggambarkan

3
canting-canting beras yang diasumsikan tiap canting berisi
4
kg beras.

 Tahap membandingkan dan mendiskusikan jawaban


Siswa diberi kesempatan mempresentasikan hasil diskusi
untuk mengeksplorasi lebih lanjut jawaban yang dituliskan pada
LKS 1 serta meluruskan pemahaman mereka agar sesuai
dengan tujuan pembelajaran. Guru mempersilahkan siswa lain
untuk menanggapi hasil pekerjaan dari kelompok yang
melakukan presentasi. Berbagai jawaban siswa strategi yang
berbeda dapat dibahas, sehingga pada akhirnya siswa dapat
memilih strategi yang lebih efektif dalam menyelesaikan
masalah kontekstual tersebut. Pada tahap ini terjadi pertukaran
informasi, ide dan pendapat dari teman sebaya.
Berdasarkan cara siswa menyelesaikan masalah
kontekstual yang diberikan, dapat dilihat ada kelompok yang
mencoba menyelesaikan dengan menggunakan unit satuan
geometri (model of) yaitu pada kelompok 1 dengan
menggambarkan segi empat yang kemudian dibagi menjadi
empat kotak kecil, kelompok 4 menggambarkan kotak-kotak

3
kecil yang berisi kg beras, kelompok 5 menggambarkan
4

Seminar Pendidikanmatematika UMM 2019


9

3
kalender dengan membagi kg beras setiap hari, kelompok 7
4
menggambarkan canting-canting beras dengan tiap canting

1
berisi kg beras.
4
Sedangkan cara yang digunakan kelompok 2, kelompok
3, kelompok 6, dan menggunakan model semi formal (model
for) untuk menyelesaikan masalah kontekstual. Kelompok 2
langsung menyelesaikan masalah kontektual dengan
menggunakan persamaan matematika, kelompok 3 kurang tepat
dalam menyelesaikan masalah kontekstual yang diberikan
karena disebabkan jawaban akhir mereka dibagi tujuh (mungkin
saja dalam pemikiran siswa berbicara tentang hari berarti
mengarah dalam situasi “1 minggu = 7 hari”), jawaban
kelompok 6 salah dalam membagi beras setiap hari. Hal ini
menandakan bahwa siswa belum memahami konsep pembagian
dan bilangan pecahan dengan baik.
Berikut ini merupakan hasil kerja dari tujuh kelompok
dalam menyelesaikan LKS 1.

(a) (b)

(c) (d)

Seminar Pendidikanmatematika UMM 2019


10

(e) (f)

(g)

Gambar 6. Hasil Kerja Masing-masing Kelompok untuk


LKS 1 (kelompok 1 (a), kelompok 2 (b), kelompok 3 (c),
kelompok 4 (d), kelompok 5 (e), kelompok 6 (f), kelompok 7
(g))

Guru kemudian menjelaskan kembali tentang konsep


pembagian dan bilangan pecahan serta bersama-sama dengan
siswa membahas hasil kerja dari kelompok dan membuat
kesimpulan dari berbagai jawaban siswa.

 Tahap refleksi (Aktivitas pembelajaran 3)


Pada aktivitas ini, setelah siswa menggunakan berbagai
macam cara dalam menyelesaikan masalah kontekstual pada
LKS 1, guru memberikan LKS 2 dimana masalah kontekstual
pada LKS 1 dapat diselesaikan dengan menggunakan
persamaan matematika formal (formal mathematics). Dari
jawaban benar yang diberikan kelompok maka dapat diketahui
bahwa siswa sudah memahami materi perbandingan senilai.
Pada tahap ini juga bersama-sama dengan siswa melakukan
konstruksi pengetahuan matematis berdasarkan aktivitas
membagi beras menuju materi Perbandingan Senilai serta
mengaitkan materi lain yang ada hubungannya.

Seminar Pendidikanmatematika UMM 2019


11

Retrospective Analysis
Bersama-sama dengan siswa membuat kesimpulan dan
menyempurnakan jawaban yang kurang tepat dari aktivitas
dilakukan menuju konsep Perbandingan Senilai. Siswa
diberikan tes hasil belajar untuk dikerjakan secara mandiri
dalam mengembangkan pengetahuan dan konsep yang telah
dipelajari. Gambar di bawah ini merupakan iceberg
pembelajaran konsep Perbandingan Senilai yang telah
dilaksanakan.

Gambar 7. Iceberg Pembelajaran Perbandingan Senilai

Iceberg pembelajaran tidak terlepas dari lintasan belajara


(Learning Trajectory) yang memuat rute perjalanan materi
pembelajaran. Gambar di bawah ini merupakan Learning
Trajectory yang dihasilkan dengan menggunakan pendekatan
PMR.
Aktivitas Berdasarkan Pengalaman

Membagi 1 kg beras
Tersedia 25 kg beras di Pengukuran,
kedalam kotak segiempat
dapur, jika ¾ kg dimasak pembagian,
setiap hari. Maka pada bilangan
hari keberapa persediaan Seminar Pendidikanmatematikapecahan,
UMM 2019
beras akan habis? penjumlahan,
geometri,
perbandingan
12

Menggambarkan kotak
kecil berukuran ¼ kg

Membagi dengan
Membagi beras dengan
kalender
unit geometri

Menggambarkan canting
kecil berukuran ¼ kg
Aktivitas Penghbung

Bilangan
Menuliskan hasil membagi Menggunakan pecahan senilai,
beras menurut bilangan persamaan matematika aljabar,
pecahan senilai formal perbandingan
dua besaran
Formal

Mengkonstruksi Besaran akan


Perhitungan formal pengetahuan matematis naik/turun
sejalan dengan
nilai besaran
yang
Aktivitas dibandingakan
Perbandingan
Jalur Pembelajaran Senilai
Pembelajaran

Gambar 8. Learning Trajectory Pembelajaran Perbandingan Senilai

Kesimpulan
1. Pada pembelajaran konsep perbandingan senilai, konteks
membagi beras secara adil berperan penting untuk mendukung
kemampuan siswa melalui strategi yang dibuat, dimana akan
menjadikan siswa termotivasi mengikuti pembelajaran. Sebagai
titik awal pembelajaran dan pemfasilitasian pengalaman serta
pengetahuan awal untuk stimulasi pemikiran siswa muncul
penalaran terhadap konsep perbadningan senilai dan juga
mendukung kemampuan siswa dalam menyelesaikan

Seminar Pendidikanmatematika UMM 2019


13

permasalahan sehari –hari yang berhubungan dengan konsep


perbandingan senilai.
2. Learning trajectory yang dihasilkan adalah lintasan belajar
siswa untuk pemahaman konsep perbandingan senilai yang
berawal dari masalah kontekstual membagi beras secara adil
hingga pada tahap formal penyelesaian dengan menggunakan
konsep perbandingan snilai. Dalam hal ini terdapat dua tahap
yang harus dilalui siswa, yaitu membagi adil dan menuliskan
dalam bentuk tabel dan grafik perbandingan senilai. Dari
semua aktivitas yang dilalui siswa dapat dinyatakan bahwa
siswa dapat memahami konsep perbandingan senilai
berdasarkan learning trajectory yang didesain dan siswa
memberikan beragam strategi dalam menyelesaikan
permasalahannya baik pada tahap contextual problem, model
of, model for dan real math.
Pustaka
Gravemeijer, K. (1994). Developing Realistic Mathematic
Education.Utrecht: Freudenthal Institute.
Gravemeijer, K & Cobb, P. 2006. Design Research From A
Learning Design Perspective artikel dalam Educa-tional Design
Research, pp. 17-55.
Sohilait, E. (2018). Perangkat Pembelajaran Matematika
Menggunakan Pendekatan PMRI dengan Konteks Budaya
Masohi pada Materi Perbandingan Senilai. Tesis.Tidak
diterbitkan. UNIMA, Tondano.
Sutarto, H. 2005. Pendidikan Matematika Realistik. Tulip:
Banjarmasin.

Seminar Pendidikanmatematika UMM 2019

Anda mungkin juga menyukai