Disusun Oleh:
1. M. In’am Nabil (2519005)
2. Anggita Nur Islamiyah (2519014)
3. Muh. Satria Al-Falah (2519023)
Kelas: C
Puji syukur kehadirat Allah SWT.yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah kelompok yang berjudul Makna Iman
kepada Allah dan Malaikat ini tepat pada waktumya. Adapun tujuan dari penulisan makalah
ini adalah untuk memenuhi tugas dosen pada mata kuliah Ilmu Pendidikan.Kami
mengucapkan terimakasih kepada Bapak M. Mujib Hidayat, M.Pd.I selaku dosen Ilmu Kalam
yang telah memberikan tugas makalah ini sehingga dapat menambah wawasan kami
mengenai masalah-masalah keagamaan. Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan
tugas makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan guna
pelajaran kami ke depannya.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A. Latar Belakang ............................................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................................ 1
C. Tujuan .......................................................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................... 2
A. Pengertian Iman............................................................................................................ 2
B. Makna Iman kepada Allah............................................................................................ 3
C. Makna Iman kepada Malaikat...................................................................................... 6
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Permasalahan pokok pendidikan merupakan suatu kendala yang menghalangi
tercapainya tujuan pendidikan. Pada bab ini akan dibahas beberapa hal yang
merupakan permasalahan pendidikan di Indonesia. Adapun permasalahan tersebut
adalah sebagai berikut.Pendidikan merupakan suatu kegiatan yang bersifat umum bagi
setiap manusia di muka bumi ini. Pendidikan tidak terlepas dari segala kegiatan
manusia. Dalam kondisi apapun manusia tidak dapat menolak efek dari penerapan
pendidikan. Pendidikan diambil dari kata dasar didik, yang ditambah imbuhan
menjadi mendidik. Mendidik berarti memelihara atau memberi latihan mengenai
akhlak dan kecerdasan pikiran. Dari pengertian ini didapat beberapa hal yang
berhubungan dengan pendidikan.
Pendidikan mempunyai tugas menyiapkan sumber daya manusia untuk
pembangunan. Langkah pembangunan selalu diupayakan seirama dengan tuntutan
zaman. Perkembangan zaman selalu memunculkan tantangan-tantangan baru. Sebagai
konsekuensi logis, pendidikan selalu dihadapkan pada masalah-masalah baru. Oleh
karena itu, perlu ada rumusan sebagai masalah-masalah pokok yang dapat dijadikan
pegangan oleh pendidik dalam mengemban tugasnya.
B. Rumusan Masalah
1. Apa hakikat berkembangnya masalah pendidikan di Indonesia?
2. Apa saja kategorisasi masalah-masalah pendidikan di Indonesia?
3. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya masalah-masalah
pendidikan di Indonesia?
4. Apa saja upaya untuk menanggulangi masalah-masalah pendidikan di
Indonesia?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui apa hakikat berkembangnya masalah-masalah pendidikan
di Indonesia.
2. Untuk mengetahui apa saja kategorisasi masalah-masalah pendidikan di
Indonesia.
3. Untuk mengetahui apa faktor-faktor yang mempengaruhi berkembangnya
masalah-masalah pendidikan di Indonesia.
4. Untuk mengetahui apa saja upaya untuk menanggulangi masalah-msalah
pendidikan di Indonesia.
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Iman
Iman berasal dari bahasa Arab dari kata dasar amana yu'minu imanan. Artinya
beriman atau percaya. Percaya dalam bahasa Indonesia artinya meyakini atau yakin
bahwa sesuatu (yang dipercaya) itu memang benar atau nyata adanya. Iman dapat
dimaknai iktiraf, membenarkan, mengakui kebenaran yang bersifat khusus. Menurut
WJS. Poerwadarminta iman adalah kepercayaan keyakinan, ketetapan hati atau
keteguhan hati. Abdul Mahmudi menterjemahkan iman dalam bahasa Inggris Faith,
yaitu to know, to believe, to be convinced beyond the last shadow of doubt yang
artinya, mengetahui, mempercayai, meyakini yang didalamnya tidak terdapat
keraguan apapun.
Bila kita perhatikan penggunaan kata iman dalam Alquran, akan mendapatinya
dalam dua pengertian dasar, yaitu: 1) Iman dengan pengertian membenarkan adalah
membenarkan berita yang datangnya dari Allah dan Rasul-Nya. Dalam salah satu
hadis sahih diceritakan bahwa Rasulullah ketika menjawab pertanyaan Malaikat Jibril
tentang iman yang artinya bahwa yang dikatakan iman itu adalah engkau beriman
kepada Allah, malaikat-Nya kitab-kitab-Nya rasul-rasul-Nya, hari kiamat dan engkau
beriman bahwa Qadar baik dan buruk adalah dari Allah SWT. 2) Iman dengan
pengertian amal atau ber-iltizam dengan amal: segala perbuatan kebajikan yang tidak
bertentangan dengan hukum yang telah digariskan oleh syara’. Dalam sebuah ayat
dalam al-quran surat al-hujurat: ayat 15:
2
kekuatan spiritual luar biasa yang dapat membantu orang beriman mengatasi
kegelisahan, ketegangan, dan kesulitan hidup di zaman modern ini. seorang
psikoanalisis A.A Brill berkata bahwa “orang yang beragama secara benar sama
sekali tidak akan menderita penyakit kejiwaan”. Berdasarkan eksperimennya, orang
beragama yang terbiasa mendatangi tempat-tempat ibadah mempunyai kepribadian
yang lebih baik daripada mereka yang tidak beragama atau yang tidak menjalankan
ibadah apapun. Al-quran menjelaskan perasaan aman dan tentram karena adanya iman
di hati dalam surat Ar-Ra'd ayat 28:
﴾۲٨﴿ب
ُ ن ْاُلقُلْو
ُّ طَمِئ ِ هللا أََلا بِِذْكِر
ْ هللا َت ِ ن ُقُلْوُبُهْم ِبِذْكِر
ُّ طَمِئ
ْ َّالِذْينَ آِمُنْوا وََت
Artinya: “Yaitu orang-orang yang beriman dan hati mereka menjadi tentram
dengan mengingat Allah. Ingatlah hanya dengan mengingat Allah.” dari ayat tersebut
jelas bahwa ingat kepada Allah merupakan salah satu cara merefleksikan keimanan
kepada-Nya. Iman kepada Allah juga dapat diwujudkan dengan jalan mengikuti
semua tuntunan yang telah digariskan-Nya. Hal itulah satu-satunya cara untuk
mewujudkan rasa aman bagi manusia dan membebaskannya dari kegelisahan hidup.1
Iman kepada Allah Swt. adalah rukun iman yang pertama. Rukun pertama ini
sangat penting dan memiliki kedudukan tertinggi dalam Islam. Dimana dalam rukun
tersebut, dijelaskan bahwa iman kepada Allah Swt. adalah mempercayainya,
meyakininya dengan sepenuh hati. Percaya bahwa Allah Swt.-lah yang berhak
disembah dan pemilik dari alam semesta ini. dan semua yang terjadi di dunia ini
adalah kehendak dari-Nya. Adapun dalil naqli untuk menguatkan penjelasan diatas :
Artinya: “Dan Tuhan itu, Tuhan Yang Maha Esa. Tidak ada Tuhan selain
Dia. Yang Maha Pemurah dan Maha Penyayang.” (QS. al-Baqarah : 163).
1
IJIEM: Kajian Teori dan Hasil Penelitian Pendidikan, Vol. 2, No. 1, April 2019, hlm. 15-17
3
1. Iman terhadap Keberadaan (Wujud) Allah Swt.
a. Secara fitrah Allah menciptakan setiap makhluk beriman kepada Sang Pencipta.
Dalam firmannya, “Maka hadapkanlah wajahmu dengan lurus kepada
agama (Allah); (tetaplah atas) fitrah Allah yang telah menciptakan manusia
menurut fitrah itu. Tidak ada perubahan pada fitrah Allah.”(QS. Ar Rum: 30)
b. Akal yang kita miliki mengisyaratkan bahwa alam ini ada penciptanya,
sedangkan setiap makhluk baik yang terdahulu maupun akan datang haruslah
ada dzat yang menciptakan dan mengadakannya.
“Apakah mereka diciptakan tanpa sesuatupun ataukah mereka yang
menciptakan (diri mereka sendiri)? Ataukah mereka telah menciptakan langit
dan bumi itu?; sebenarnya mereka tidak meyakini (apa yang mereka
katakan).”(QS. Ath Thur: 35-36)
c. Selain itu, panca indra yang kita miliki adalah salah satu tanda yang menunjukan
akan keberadaan Allah Swt. Kita yang bisa merasakan hangatnya sinar
maahari dan menyaksikan pergantian siang dan malam adalah bukti nyatanya.
“Allah mempergantikan malam dan siang. Sesungguhnya pada yang
demikian itu terdapat pelajaran yang besar bagi orang-orang yang mempunyai
penglihatan.”(QS. An Nur: 44)
d. Adanya syariat mengisyaratkan adanya Allah Swt.
Hukum-hukum terkait kepentingan umat Allah yang tertuliskan dalam
kitab-kitab-Nya melalui para Nabi dan Rasul-Nya, yang mana dari semua itu
adalah bukti nyata bahwa hukum tersebut dibuat oleh Allah Swt.
2. Iman bahwa Allah adalah Tuhan yang Tidak Ada Sekutu Bagi-Nya
Meyakini bahwa Allah Swt. adalah Yang Maha Esa dalam sisi rububiyyah
(ketuhanan) tidak ada sekutu bagi-Nya, dan Esa dalam uluhiyyah (peribadatan)
tidak ada sekutu bagi-Nya. Maka hanya Dia-lah yang berhak untuk disembah.
Menyembah kepada-Nya dengan apa yang semua diperintahkan-Nya tanpa
mempersekutukan-Nya.
4
“(Yang memiliki sifat-sifat yang) demikian itu ialah Allah Tuhan kamu;
tidak ada Tuhan selain Dia; Pencipta segala sesuatu, maka sembahlah Dia; dan Dia
adalah Pemelihara segala sesuatu.”(QS al-An’am: 102)
5
kata ملكyang memiliki jamak مالئكyang artinya adalah risalah atau menyampaikan
pesan. Secara istilah malaikat adalah makhluk Allah yang bersifat ghaib yang
wujudnya tidak dapat dilihat tidak dapat dilihat, didengar, diraba, dicium, atau
dirasakan.
Iman kepada malaikat berarti percaya, yakin bahwa Allah SWT. telah
menciptakan malaikat yang diberi tugas melaksanakan perintah-Nya mengurus
alam semesta. Meyakini bahwa para malaikat adalah hamba-hamba Allah yang
dimuliakan. Malaikat adalah makhluk halus yang bersifat cahaya, yang dapat
menampakkan diri dengan berbagai bentuk yang berbeda-beda juga tidak dapat
diberi sifat laki-laki atau perempuan. mereka tidak mempunyai nafs syahwat, tidak
berayah dan beribu, mereka tidak makan dan minum, dan mereka tidak pernah
melakukan maksiat atau pelanggaran terhadap apa yang diperintahkan dan mereka
melakukan semua yang diperintahkan.4
Jumlah malaikat secara pasti tidak dapat diketahui oleh seluruh manusia
atau makhluk Allah. Yang demikian disebabkan oleh sangat banyak jumlahnya,
dan telah Allah nyatakan dalam sebuah firmanNya bahwa para malaikat tersebut
adalah bagai tantara-tentara Allah.5
ك إِاَّل ه َُو
َ …ۚ َو َما َيعْ َل ُم ُج ُنو َد َر ِّب
Artinya : …Dan tidak ada yang mengetahui tantara Tuhanmu melainkan
Dia sendiri. (Al Muddatstsir : 31)
Tugas dan pekerjaan malaikat berbeda-beda dan hanya 10 malakat yang
wajib kita ketahui. Adapun malaikat yang wajib diketahui oleh setiap pribadi
muslim adalah:
1. Jibril, Dialah yang menjabat kepala atau pemimpin malaikat. Ia mempunyai
tugas yang mulia dari Allah, yakni menyampaikan wahyu kepada Rasul dan
Nabi.
2. Mikail, tugasnya mengatur kesejahteraan umat, misalnya mengantarkan hujan,
angin, rizki kepada seluruh makhluk.
3. Izrail, bertugas mencabut ruh/nyawa semua jenis makhluk, baik manusia, jin,
setan, iblis dan malaikat sendiri apabila tiba saatnya.
4. Munkar, bertugas memeriksa tahap awal perbuatan manusia setelah mati dan
menanyai manusia setelah mati di alam kubur.
5. Nakir, mempunyai tugas yang sama dengan Munkar.
6. Raqib, mencatat semua amal kebaikan manusia (amal baik)
7. Atid, mencatat semua amal keburukan manusia (amal buruk)
8. Israfil, bertugas meniup sangkakala (terompet/shur) pada hari qiamat dan hari
kebangkitan di padang mahsyar.
4
K.Permadi, Iman dan Takwa Menurut Al qur’an, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995) hal.115.
5
Abdurrahaman Habanakah, Pokok-pokok akidah Islam, (Jakarta : Gema Insani Press, 1998) hal.199
6
9. Ridwan, bertugas menjaga surga.
10. Malik, bertugas menjaga neraka.6
6
K.Permadi Iman dan Takwa Menurut Al qur’an, (Jakarta : Rineka Cipta, 1995) hal.115.
7
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan
Nilai keimanan digambarkan dengan cara diyakini dalam hati, dilisankan, dan
ditunjukkan dalam perilaku. Pengokohan nilai keimanan yang meliputi enam nilai
keimanan. Pertama, nilai iman kepada Allah digambarkan dengan keyakinan akan
sifat-sifat Allah bahwa Allah hanya satu, Allah Maha mencintai, Allah Maha
Berkehendak, Allah Maha Pengampun, Allah Maha Mendengar, Allah Maha Melihat,
dan Allah Maha Kuat. Nilai keimanan kepada Allah juga ditandai dengan tunduk dan
takut kepada Allah. Kedua, nilai iman kepada malaikat digambarkan dengan adanya
keyakinan bahwa Allah memiliki malaikat yang patuh dan keyakinan bahwa malaikat
bertugas mencatat amal manusia.
8
DAFTAR PUSTAKA
IJIEM: Kajian Teori dan Hasil Penelitian Pendidikan, Vol. 2, No. 1, April 2019,
hlm. 15-17
Permadi, K. 1995. Iman dan Takwa Menurut Al qur’an, Jakarta : Rineka Cipta, 1995)