Disusun oleh:
Nurin Nafi’ah (02511840000043)
Ariiq Dzurriat Adam (02511840000112)
Arsya Gading Mahesa (02511840000136)
Hanggoro Putra Pramudya Gianto (02511840000141)
Hana Nisrina (03211840000040)
Djuniar Ali Wardhana (03211840000051)
Amanda Marini Hariono (03211840000057)
DOSEN:
Ainun Nadhif, S.Ag, M.Pdl
Puji syukur kita panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karuniaNya
sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini dengan sebaik-baiknya guna sebagai
informasi tambahan tentang membangun paradigma Qurani dan juga untuk memenuhi
tugas kelompok pendidikan Agama Islam. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada
Nabi Muhammad SAW.
Makalah ini dapat kami selesaikan tepat pada waktunya berkat bantuan dan dukungan
dari pihak-pihak yang tidak dapat kami sebutkan satu persatu. Maka dari pada itu kami
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. Kami sangat berterima kasih kepada
bapak Ainun Nadhif, S.Ag, M.Pdl selaku dosen Pendidikan Agama Islam yang telah
memberikan arahan dan bimbingan kepada kami sehinggga makalah ini dapat kami susun
dengan baik.
Kami menyadari bahwa makalah ini memiliki banyak kekurangan dan kesalahan
sehingga masih sangat jauh dari kata sempurna. Maka daripada itu kritik dan saran sangat
kami harapkan guna penyempurnaan makalah ini kedepannya.
Demikian yang dapat kami sampaikan, semoga makalah ini dapat memberikan manfaat
kepada kami selaku tim penyusun dan kepada pembaca secara khususnya.
Tim Penyusun
i
DAFTAR ISI
ii
3.2.1 Cara Membangun Paradigma Qurani dalam Kehidupan Sehari-hari .........11
3.3 Manfaat Paradigma Qurani dalam Kehidupan Sehari-hari..................................14
BAB IV PENUTUP........................................................................................................16
4.1 Kesimpulan............................................................................................................16
iii
BAB I
PENDAHULUAN
1
Pengembangan eksperimen-eksperimen ilmu pengetahuan berdasarkan paradigma
Al-Qur’an jelas akan memperkaya khazanah ilmu pengetahuan umat manusia.
1.3 Tujuan
1. Mengetahui alasan paradigma Qurani penting dalam kehidupan modern.
2. Mengetahui cara membangun paradigma Qurani dalam kehidupan sehari-hari.
3. Mengetahui paradigma Qurani dapat bermanfaat dalam kehidupan sehari-hari?
1.4 Manfaat
1. Memberikan sumbangan pemikiran dalam ilmu agama Islam.
2. Memberikan wawasan tentang urgensi, cara, dan manfaat paradigma Qurani
dalam kehidupan modern.
3. Menanamkan konsep paradigma Qurani pada generasi di era modern.
2
BAB II
LANDASAN TEORI
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata bangun memiliki arti bangkit,
berdiri (dari duduk, tidur, dan sebagainya), naik, jaga (dari tidur), siuman dari
pingsan, mulai sadar (insaf) akan nasibnya, mulai memuai.
(https://kbbi.web.id/Bangun)
Kata bangun dapat diartikan sebagai mendirikan sesuatu atau sebuah hal yang
sebelumnya belum ada. Dapat dikatakan bahwa membangun merupakan usaha
untuk menciptakan suatu hal yang dirasa penting untuk pengadaannya.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, kata paradigma berarti daftar semua
bentukan dari sebuah kata yang memperlihatkan konjugasi dan deklinasi kata
tersebut, model dalam teori ilmu pengetahuan, kerangka berpikir.
(https://kbbi.web.id/Paradigma)
Dapat disimpulkan bahwa kata paradigma berarti kerangka berpikir atau cara
berpikir seseorang yang didasarkan pada suatu acuan. Acuan kerangka berpikir
dapat berupa berbagai hal. Seperti contohnya dalam pembahasan kali ini kerangka
acuan berpikir adalah Al-Qur’an.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, Al-Qur’an yaitu kitab suci umat
Islam yang berisi firman Allah yang diturunkan kepada Nabi Muhammad saw.
dengan perantaraan malaikat Jibril untuk dibaca, dipahami, dan diamalkan sebagai
petunjuk atau pedoman hidup bagi umat manusia. (https://kbbi.web.id/Al-Qur’an)
3
Sehingga secara umum kata Qurani dapat diartikan sebagai segala sesuatu
tentang Al-Qur’an, bersifat Al-Qur’an dalam artian menjadikan Al-Qur’an sebagai
pedoman, acuan, atau panutan dalam melakukan hal-hal tertentu dalam kehidupan
manusia.
Rujukan pembahasan tentang kehidupan manusia hanya terfokus pada ayat-ayat Al-
Qur’an , hadist-hadist Rasulullah, dan dalil-dalil yang diperoleh dengan cara istimbath.
Istinbath hukum adalah suatu cara yang dilakukan atau dikeluarkan oleh pakar hukum
(fikih) untuk mengungkapkan suatu dalil hukum guna menjawab persoalan-persoalan
yang terjadi. Karena Allah SWT telah berfirman, “ jika kamu berlainan pendapat tentang
sesuatu maka kembalikanlah ia kepada Allah (Al-Qur’an) dan Rasul (sunnahnya).” (An-
nisa’ : 59)
Tidak ada hujjah atau argument siapa pun yang dapat diterima setelah hujjah
Rasulullah SAW. Karena Allah telah berfirman, “ supaya tidak ada alasan bagi manusia
membantah Allah sesudah diutusnya rasul-rasul itu.” (An-nisa’ :165) Disebutkan pula
dalam sebuah hadist shahih dari Rasulullah SAW, beliau bersabda “Maka ikutilah
sunnahkudan sunnah khulafaur-rasyidin yang mendapatkan petunjuk, ikutilah sunnah
mereka dengan sungguh-sungguh.” Dalam pengambilan pendapat selain sunnah
Khulafaur-rasyidin harus dicocokkan dengan Al-Qur’an dan sunnah Rasulullah SAW.
(Haitsam, M, 2007: 2)
Kemudian, karena Al-Qur’an diturunkan dengan bahasa arab maka kita perlu untuk
memahami isinya sebagimana orang arab memahami Al-Qur’an. Berkenaan dengan hal
tersesbut, Allah telah berfirman dalam surah Maryam: 97, “Maka sesungguhnya telah
Kami mudahkan Al-Qur’an itu dengan bahasamu.” Ayat ini mengandung dua macam
pengertian, yaitu: pertama, sesungguhnya Al-Qur’an itu mudah dipahami. Kedua,
sesungguhnya Al-Qur’an turun dengan bahasa rasul yang biasa digunakan untuk
berbicara dan bercakap-cakap. (Haitsam, M, 2007: 4-5)
Maksudnya, Al-Qur’an turun dengan bahasa arab yang berkembang pada waktu itu,
yaitu bahsa orang-orang Quraisy dan orang-orang yang berdomosili di sekitarnya.
Banyak makna kalimat yang dipahami oleh manusia secara umum tidak seperti makna
4
kalimat ketika Al-Qur’an turun atau ketika hadis Nabi muncul. Karena mereka tidak dapat
memahaminya kemudian mereka menginterpretasikan maknanya dengan istilah
kontemporer sebagaimana mereka saat mereka hidup.
Mukjizat para rasul terdahulu adalah bersifat material dan indrawi seperti membelah
laut, mengubah tongkat menjadi ular, menyembuhkan penyakit, dan menghidupkan orang
mati atas izin Allah. Sehingga hujjahnya hanya terbatas untuk orang-orang yang
mendapat kesempatan menyaksikan pada waktu dan tempat tertentu pula.
Adapun mukjizat Islam yang paling besar yang tidak dibatasi oleh ruang dan waktu,
meskipun Rasulullah sudah berpulang ke haribaan Allah, namun mukjizat itu kekal dan
terjamin dari penyimpangan dan perubahan. “Sesungguhnya Kmi-lah yang menurunkan
Al-Qur’an dan sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya.” (Al-hijr: 9)
Dari bukti yang paling jelas yang dapat membangkitkan semangat berpikir adalah
bahwa Al-Qur’an merupakan kitab lamgit satu-satunya, yang ayatnya menyebar luas ke
berbagai penjuru dunia, bergema di udara melalui siaran Internasionalbaik itu
penduduknya memeluk Islam atau tidak.
Al-Qur’an tidak mewajibkan kita untuk beriman kepadanya tanpa berpikir atau
mengamati dan mengkaji terlebih dahulu. Allah tidak menurunkan kitab-Nya kecuali
untuk kita amati ayat-ayatNya yang kekal itu dan kita renungkan keterangan yang
terkandung di dalamnya. Saat kita membaca dan mendengarkannya kita tidak lupa bahwa
Allah memerintahkan kita untuk merenungkan ayat-ayatNya yang jelas. (Adzim, A A,
1989:209-211)
Terdapat paling tidak lima persoalan yang dihadapi umat Islam ketika berhadapan
dengan Al-Qur’an yaitu: pertama, mereka kurang menghayati relevansi untuk masa kini,
sehingga tidak dapat menyajikan Al-Qur’an untuk mengatasi dan memenuhi kebutuhan-
5
kebutuhan masyarakat. Kedua, memiliki kekuatiran bahwa penyajian Al-Qur’an untuk
memenuhi tuntutan masyarakat akan menyimpang dari pendapat yang telah turun-
temurun. Ketiga, diantara cendekiawan yang sebenarnya memiliki kemampuan
berpartisipasi dalam pengembangan pengakajian tafsir Al-Qur’an, sering merasa dirinya
tidak mampu sehingga tidak terdorong untuk melakukan pengkajian tafsir. Keempat,
diantara yang mengetahui seluk beluk tafsir Al-Qur’an selalu menyebarkan momok
persyaratan tafsir yang berat untuk dipenuhi. Kelima, tidak ada upaya untuk memecahkan
masalah tafsir Al-Qur’an itu sendiri sehingga tafsir Al-Qur’an tidak berkembang.
(Fauroni, L dan Muhammad, 2002:24)
Era modern ini kebanyakan manusia menyalah gunakan ajaran agama untuk
kepentingan lain. Penguasa menggunakan atau menafsirkan ajaran agama demi
kekuasaan mereka. Pola pikir tersebut hingga kini mempengaruhi sebagian besar kaum
muslimin. Kasus tersebut adalah satu diantara sekian banyak contoh kekeliruan
pemahaman agama. Sehingga wajar jika agama Islam dijuluki sebagai misunderstood
religion.
Langkah pertama untuk membentuk pola pikir, sikap, dan tingkah laku yang islami
adalah dengan meluruskan kembali pemahaman nilai-nilai agama serta
menyebarluaskannya. Sehingga dapat dipahami dan dihayati oleh umat. Tidak sedikit
pula masyarakat yang perlu interpretasi baru seiring dengan perkembangan zaman dan
kemajuan ilmupengetahuan dan teknologi. Ada beberapa prinsip yang diharapkan dapat
berperan dalam mengubah pola pikir, sikap, dan tingkah laku masyarakat antara lain:
Kedua, para sahabat Nabi SAW. memandang beliau serta memahammi perkataan
dan sikap beliau berbeda-beda. Pada suatu waktu beliau dipandang sebagai nabi dan rasul
yang wajib ditaati, dan pada saat lain beliau dipandang sebagai manusia biasa.
6
Ketiga, perbedaan antara syari’at dan fiqih. Jika syari’at merupakan sesuatu yang
langgeng, maka fiqih adalah penafsiran yang bersifat relatif. (Shihab, M Q, 1992:392-
394)
7
Selain itu Al-Qur’an juga mempunyai banyak sekali bukti yang menyatakan suatu
teori atau kejadian di dunia ini yang baru diketahui di dunia ilmiah ribuan tahun
setelah Al-Qur’an diturunkan seperti teori Big Bang, danau di dasar laut, maupun
garis edar tata surya.
8
BAB III
PEMBAHASAN
Pemikiran dan kesadaran adalah dua hal yang saling behubungan satu sama
lain secara inter-dependesi. Pemikiran di sini bukan hanya yang bersifat tertulis,
tetapi lebih dari itu merupakan sesuatu yang tak tertulis namun dapat terbaca , bukan
hanya hasil - hasil (product) pemikiran, tetapi juga metode - metode berpikir.
Penelaahan ''pemikiran'' yang akhirnya menghasilkan suatu kesimpulan
epistemologis telah dilakukan melalui teori - teori ilmu mutakhir.
Kita harus bisa memahami manfaat dan mudarat modernisasi dengan segala
kemajuannya, serta secara sadar memanfaatkannya untuk mencapai tujuan tujuan -
tujuan ''kita'' dan bukan tujuan - tujuan ''mereka'' (orang - orang barat). Secara ideal
9
kita harus mengembangkan kecakapan khas dalam menciptakan dan memanfaatkan
ilmu pengetahuan dan teknologi modern.
Al-Qur’an bagi umat Islam adalah sumber primer dalam segala segi
kehidupan. Al-Qur’an adalah sumber ajaran teologi, hukum, mistisisme, pemikiran,
pembaharuan, pendidikan, akhlak dan aspek-aspek lainnya. Tolok ukur benar /
salah, baik / buruk, dan indah / jelek adalah Al-Qur’an. Jika mencari sumber lain
dalam menentukan benar /salah, baik / buruk, dan indah / jelek, maka seseorang
diangap tidak konsisten dalam berislam, suatu sikap hipokrit yang dalam pandangan
Al-Qur’an termasuk sikap tidak terpuji. Karena tujuan diturunkannya Al-Qur’an
adalah :
1. Meluruskan akidah manusia,
2. Meneguhkan kemuliaan manusia dan hak-hak asasi manusia,
3. Mengarahkan manusia untuk beribadah secara baik dan benar kepada Allah,
4. Mengajak manusia untuk menyucikan rohani,
5. Membangun rumah tangga yang sakinah dan menempatkan posisi terhormat
bagi perempuan,
6. Membangun umat menjadi saksi atas kemanusiaan,
7. Mengajak manusia agar saling menolong.
10
3.2 Membangun Paradigma Qurani dalam Kehidupan Sehari-Hari
Menurut Al- Faruqi, sebagaimana ditulis oleh Prof. Juhaya S Praja (2002:
73), kunci sukses dunia Islam tentu saja adalah kembali kepada Al-Qur’an. Al-
Faruqi menjabarkannya dengan langkah sebagai berikut.
11
4. Mencari jalan dan upaya untuk menciptakan sintesis kreatif antara warisan
Islam dan pengetahuan modern.
5. Mengarahkan pemikiran Islam pada arah yang tepat yaitu sunatullah.
Manurut Ali Mudlofir yang ditulis dalam jurnal Al-Tahir, Tafsir tarbawi
merupakan upaya untuk mendekatkan pemahaman akan kandungan Al-Qur’an
dari aspek kependidikan, atau dengan kata lain upaya memahami implikasi ayat-
ayat Al-Qur’an dari sisi kependidikan
Menurut Abdullah Nashih Ulwan dalam karyanya, Tarbiyah al-Aulad fi al-
Islam, memetakan paradigma Al-Qur’an mengenai pendidikan Islam dengan
mengelompokkan pada enam sendi atau pilar yang masing-masing sendi ini dapat
dikembangkan menjadi cabang-cabang :
1. Tarbiyah Imaniyah
Pendidikan dalam Islam diarahkan untuk penanaman nilai-nilai keimanan
disertai dengan penguatan aspek-aspek keimanan sehingga menjadi fondasi
spiritual yang kuat bagi kehidupan seseorang. Sehingga, pendidikan dalam Islam
bukan pengusung paham atheism melainkan pendukung adanya paham theisme
atau berketuhanan sebagai pencipta dari segala eksistensi di alam semesta.
Beberapa ayat Al-Qur’an yang merefleksikan pesan-pesan tarbiyah imaniyah:
a. Perintah untuk melakukan penelitian terhadap alam semesta untuk
menghasilkan kebenaran (QS. al-Baqarah: 164, QS. al-Tariq: 5-10, QS.
‘Abasa: 24-32)
b. Menanamkan semangat ketaqwaan dan penghambaan kepada Allah (QS.
al-Zumar: 23, QS. al-Hajj: 34-35, QS. Maryam: 58)
c. Membangkitkan rasa diawasi oleh Allah QS. al-Baqarah: 284.
2. Tarbiyah Khuluqiyah
Pendidikan dalam Islam juga diarahkan sebagai sebuah proses pendidikan
untuk menata kepribadian, akhlak, dan etikan kehidupan sehari-hari. Dalam
perluasannya, akhlak yang mulia merupakan salah satu out put dari pendidikan
islam Beberapa ayat Al-Qur’an yang memberikan contoh seputar tarbiyah
khuluqiyah adalah sebagai berikut:
a. Anjuran untuk menjadikan rasul sebagai teladan QS. al-Ahzab: 21
12
b. Perintah untuk memaafkan, berbuat kebaikan dan berpaling dari kejahatan
QS. al-A’raf: 199, QS. Ali Imran: 134;
c. Menjaga sopan santun dalam pergaulan dengan lawan jenis QS. al-Nur:
30-31.
3. Tarbiyah Jismiyah
Demi tegaknya agama dan peradaban Islam, umat muslim harus memiliki
fisik atau jasmani yang memberinya kekuatan dalam mengemban semangat syiar
nilai-nilai Islam. Di sinilah Al-Qur’an memberi penegasan akan pentingnya
pemeliharaan jasmani.
Berikut contoh ayat yang menerangkan aspek tarbiyah jismiyah di dalam Al-
Qur’an:
a. Pemenuhan kebutuhan Jasmani QS. al-Baqarah: 233;
b. Anjuran berolah fisik/ketahanan fisik QS. al-Anfal: 60
c. Pemeliharaan kesehatan QS. al-Baqarah: 195, QS. al-Nisa’: 29
4. Tarbiyah Aqliyah
Jasmani yang kuat tanpa akal yang sehat hanya akan mereduksi nilai
kemanusiaan karena peradaban manusia dibangun melalui eksplorasi dan kerasi
akal budi manusia. Kemajuan ilmu pengetehuan dan teknologi tidak lepas dari
optimalisasi potensi intelektualitas manusia. Di sinilah tarbiyah aqliyah
memegang peranan penting dalam pendidikan Islam untuk mengingatkan betapa
pentingnya pemeliharaan akal atau intelektualitas. Ada beberapa aspek tarbiyah
‘aqliyah yang termuat di dalam Al-Qur’an, di antaranya:
a. Kewajiban belajar dan melakukan kajian terhadap semuaciptaan Allah,
QS. al-‘Alaq: 1-5, QS. Taha: 114, QS. al-Mujadilah: 11;
b. Penyadaran pikiran akan kebesaran Allah, QS. al-Baqarah: 159- 160;
c. Kewajiban memelihara kesehatan akal, QS. al-Maidah: 90
5. Tarbiyah Nafsiyah
Tarbiyah Nafsiyah ini merujuk pada pemdidikan jiwa atau lebih berkaitan
dengan aspek-aspek mental yang dimiliki manusia. Kombinasi jasmani dan akal
tidak akan lengkap tanpa disertai keberadan mental yang kokoh atau jiwa yang
stabil.
Contoh beberapa ayat Al-Qur’an sebagai berikut:
13
a. Ajaran Islam untuk mengatasi sifat-sifat yang jelek pada manusia QS. al-
Ma’arij: 19-23;
b. Penyadaran untuk mengatasi rasa takut dan kurang percaya diri QS. al-
Baqarah: 155-157;
c. Anjuran untuk bersabar dan bersikap wajar dalam menghadapi berbagai
masalah QS. al-Hadid: 22-23;
d. Larangan untuk saling menghina dan mencemooh QS. Al Hujurat: 11;
e. Anjuran untuk kepekaan/kelembutan hati dan peduli pada kaum yang
lemah QS. al-Duha: 9-10, QS. al-Ma’un: 1-2
6. Tarbiyah Ijtima’iyah
Keberadaan masyarakat atau umat menjadi hal penting dalam Islam karena
tegaknya Islam akan tewujud dengan adanya masyarakat yang menyangga pilar-
pilar Islam dan menjunjung nilai-nilainya. Tarbiyah Ijtima’iyah diarahkan untuk
melengkapi aspek dasar keberadaan manusia yang juga merupakan makhluk
sosial. Pendidikan ini ditujukan untuk mewujudkan tatanan masyarakat yang
bersendikan nilai-nilai sosial yang bersumber dari Al-Qur’an.
Ada beberapa hal yang disinggung oleh Al-Qur’an:
a. Penanaman dasar-dasar pergaulan dalam masyarakat seperti
persaudaraan QS. al-Hujurat: 10, QS. Ali Imran: 103, Kasih sayang QS.
Al-Fath: 29, Itsar atau mendahulukan kepentingan orang lain QS. al-
Hashr: 9 dan saling memaafkan QS. Al-Baqarah: 237.
b. Menjaga dan memelihara hak orang lain seperti hak orang tua QS. Al-
Isra’: 23-24, hak sanak saudara dan kerabat QS. al-Nisa’:> 36, QS. Al-
Isra’: 26 dan hak tetangga QS. al-Nisa’: 36
3.3 Manfaat Membangun Paradigma Qurani
Membangun paradigma Qurani tentunya memiliki manfaat. Manfaat utamanya
adalah meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Sesuatu yang dikerjakan atas nama
Allah SWT pastilah meningkatkan ketakwaan kepada Allah SWT. Ketakwaan meningkat
dikarenakan dalam proses membangun paradigma Qurani pikiran mengacu pada Al-
Qur’an, dimana di Al-Qur’an dijelaskan untuk berbuat baik.
14
dan menjaui laranganNya. Manusia lebih mengetahui apa yang harus dikerjakan dan apa
yang harus dijauhi.
Dengan selalu membaca Al-Qur’an juga manusia akan terhindar dari perbuatan keji
dan mungkar. Al-Qur’an mengingatkan manusia kepada Allah SWT. Oleh karena itu,
Manusia akan berpikir dua kali untuk melakukan perbuatan – perbuatan keji dan mungkar
yang merugikan diri sendiri.
Mendapat pahala dan rasa syukur. Dengan mengimani Al-Qur’an dan kehidupan
mengacu pada Al-Qur’an, dalam hidup pasti tumbuh rasa syukur kepada Allah SWT
karena telah dilindungi olehNya. Membaca Al-Qur’an juga meningkatkan pahala.
15
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Jika melihat kondisi saat sekarang ini beberapa problem yang dihadapkan oleh umat
Islam, salah satunya kurangnya pemahaman terhadap kandungan dan penafsiran Al-
Qur’an dan tidak adanya upaya yang dilakukan untuk memecahkan masalah tersebut.
Sehingga banyak terjadi penyimpangan dan penyalahgunaan terhadap ajaran agama
Islam pada saat ini. Bahkan banyak yang memisahkan ajaran Islam dari aktivitas sehari-
harinya.
Pada zaman dengan teknologi canggih saat ini bisa menjadi pisau bermata dua bagi
pemiliknya, selain memiliki manfaat untuk kemudahan manusia, teknologi juga
memiliki bahaya seperti pengaruh budaya dan kebiasaan. Maka paradigma Qurani
sangat dibutuhkan sebagai jalur petunjuk bagi manusia untuk tetap berada di jalur yang
benar.
16
yang kuat pada generasi muda sehingga hal itu dapat mencegah mereka dari
penyimpangan terhadap ajaran Islam.
4.2 Saran
17
DAFTAR PUSTAKA
A Qadir and Hasan Basari. 2002. Filsafat dan ilmu pengetahuan dalam Islam. Jakarta:
Azhim, Ali Abdul. 1989. Epistemologi dan Aksiologi Ilmu. Bandung: Rosda Offset.
Furoni, Lukman dan Muhammad. 2002. Visi Al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis.
Jakarta: Salemba Diniyah.
Shihab, M Quraisy. 1992. Membumikan Al-Qur’an: Fungsi dan Peran Wahyu dalam
Kehidupan Masyarakat. Bandung: Mizan Pustaka.
18