PENDAHULUAN
Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam ilmu
kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara (philosofische Gronslag). Dalam
kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara Republik Indonesia.
Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan serta penjabarnya senantiasa
berdasarkan nilai nilai yang terkandung dalam sila sila Pancasila.
Dalan konteks inilah maka Pancasila murupakan suatu asas kerohanian negara, sehingga
merupakan suatu sumber nilai, norma dan kaidah baik moral maupun hukum dalam negara
Republik Indonesia. Kedudukan Pancasila yang demikian ini justru mewujudkan fungsinya yang
pokok sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang manifestasinya dajibarkan dalam suatu
peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu pancasila merupakan sumber hukum dasar
negara baik yang tertulis yaitu Undang Undang Dasar negara maupun hukum dasar tidak atau
convensi.
Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu
segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam suatu sistem peraturan
perundang-undangan. Dalam pengertian inilah maka negara dilaksanakan berdasarkan suatu
konstitusi atau Undang-Undang Dasar Negara. Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi
negara, hak dan kewajiban warga negara, keadilan sosial dan lainnya diatur dalam suatu Undang-
Undang Dasar negara. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila dalam konteks
ketatanegaraan Republik Indonesia.
Bagi bangsa Indonesia setelah melakukan reformasi terutama dalam bidang hukum
undang-undang dasar bagi Negara republic Indonesia disebut sebagai undang-undang dasar
Negara republic Indonesia tahun 1945. Dalam uud Negara republic Indonesia tahun 1945
terkandung didalamnya pembukaan uud 1945 beserta pasal-pasalnya yaitu sujumlah 37 pasal
serta aturan peralihan berjumlah 3 pasal dan aturan tambahan berjumlah 2 pasal.
Dalam pembahasan ini tidak dapat dilepaskan dengan eksistensi Pembukaan UUD 1945,
yang merupakan deklarasi bangsa dan Negara Republik Indonesia, yang memuat pancasila
sebagai dasar Negara, tujuan Negara serta bentuk Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu,
Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan
yang sangat penting karena merupakan staasfundamentalnorm (kaidah Negara yang
fundamental), dan berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN
Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terdiri atas empat alinea, dan setiap alinea
memiliki spesifikasi jikalau berdasarkan isinya. Alinea pertama, kedua dan ketiga memuat
golongan pernyataan yang tidak memiliki hubungan kausal dan organis dengan pasal-pasalnya.
Bagian tersebut memuat serangkaian pernyataaan yang menjelaskan peristiwa yang mendahului
terbentuknya Negara Indonesia, apapun bagian keempat (alinea IV) memuat dasar-dasar
fundamental Negara yaitu : tujuan Negara, ketentuan UUD Negara, bentuk Negara, dan dasar
filsafat Negara pancasila. Oleh karena itu, alinea IV ini memiliki hubungan “kausal organis”
dengan pasal UUD 1945, sehingga erat hubungannya dengan isi pasal-pasal UUD 1945 tersebut.
Sebagaimana isi yang terkandung dalam penjelasan resmi pembukaan UUD 1945,
maka konsekuensinya nilai-nilai yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945
selanjutnya harus dikongkritisasikan kedalam pasal-pasal UUD 1945 dan selanjutnya
dalam realisasinya kemudian dijabarkan dalam perturan-peraturan hukum positif
dibawahnya, seperti Ketetapan MPR, Undang-Undang, peraturan pemerintah pengganti
undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan perundang-undangan yang lainnya.
2.1.2 Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Adanya Tertib Hukum Indonesia
1) Adanya kesatuan subjek, yaitu penguasa yang mengadakan peraturan hukum. Hal
ini terpenuhi dengan adanya suatu Pemerintahan Negara Republik Indonesia
(Pembukaan UUD 1945 al. IV).
2) Adanya kesatuan asas kerohanian, yang merupakan suatu dasar dari keseluruhan
peraturan-peraturan hukum, yang merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Hal in terpenuhi oleh adanya dasar filsafat Negara pancasila sebagaimana
tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945.
3) Adanya kesatuan daerah, dimana peraturan-peraturan hukum itu berlaku,
terpenuhi oleh kalimat seluruh tumpah darah Indonesia, sebagaimana tercantum
dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945.
4) Adanya kesatuan waktu, dimana seluruh peraturan-peraturan hukum itu berlaku.
Hal ini terpenuhi dengan kalimat pada alinea IV Pembukaan UUD 1945, “…
maka disusunlah kemerdekaan Negara Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia.” Hal ini menunjukkan saat mulai
berdirinya Negara Republik Indonesia yang disertai dengan suatu tertib hukum,
sampai seterusnya selama kelangsungan hidup Negara RI.
Didalam suatu tertib hukum terdapat urutan-urutan susunan yang bersifat hirarkis,
dimana UUD (pasal-pasalnya) bukanlah merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi. Di
atasnya masih terdapat suatu norma dasar yang menguasai hukum dasar termasuk UUD
maupun konvensi yang pada hakikatnya memiliki kedudukan hukum yang lebih tinggi
yang dalam ilmu hukum tatanegara disebut sebagai staatsfundamentalnorm.
Maka kedudukan pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia adalah
sebagai berikut :
Dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD 1945 (batang tubuh UUD 1945),
maka pembukaan UUD 1945 mempunyai hakikat dan kedudukan sebagai berikut:
2.1.4 Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat Pada Kelangsungan Hidup Negara
Republik Indonesia 17 Agustus 1945
a. Menurut tata hukum suatu peraturan hukum hanya dapat diubah atau dihapuskan
oleh penguasa atau peraturan hukum yang lebih tinggi tingkatannya dari pada
penguasa yang menetapkannya. Dalam masalah ini pembukaan UUD 1945
sebagai Staatsfundamentalnorm dari segi terjadinya ditentukan oleh pembentuk
negara, yaitu suatu lembaga yang menentukan dasar-dasar mutlak negara, bentuk
negara, tujuan negara, kekuasaan negara bahkan yang menentukan dasar filsafat
negara Pancasila. Setelah negara terbentuk semua penguasa negara adalah
merupakan alat perlengkapan negara yang kedudukannya lebih rendah dari pada
pembentuk negara. Oleh karena itu semua ketentuan hukum yang merupakan
produk dari alat perlengkapan negara pada hakikatnya di bawah pembentuk
negara dan tidak berhak meniadakan pembukaan UUD 1945 sebagai
Staatsfundamentalnorm.
b. Pembukaan UUD 1945 hakikatnya merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi
di negara Republik Indonesia. Dalam ilmu hukum tatanegara, suatu ketentuan
hukum di bawah pembukaan UUD 1945, secara yuridis tidak dapat meniadakan
Pembukaan UUD 1945. Selain itu karena dalam pembukaan UUD 1945
terkandung faktor-faktor mutlak (syarat-syarat mutlak) bagi adanya suatu tertib
hukum di Indonesia. Konsekuensinya Pembukaan UUD 1945 mempunyai
kedudukan yang tetap dan terlekat pada negara dan secara hukum tidak dapat
diubah.
c. Secara material hakikat isi yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945
senantiasa terlekat pada kelangsungan hidup negara Republik Indonesia. Dari
segi isinya Pembukaan UUD 1945 adalah merupakan pengejawantahan
Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia yang satu kali terjadi.
2.2 Pengertian Isi Pembukaan UUD 1945
Dalam alinea pertama tersebut terkandung suatu pengakuan tentang nilai ‘hak
kodrat’, yaitu yang tersimpul dalam kalimat “Bahwa kemerdekaan adalah hak segala
bangsa”. Hak kodrat adalah hak yang merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa,
yang melekat pada manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam
pernyataan tersebut ditegaskan bahwa kemerdekaan adalah hak segala ‘bangsa’, bukan
hak individu saja sebagaimana deklarasi negara liberal. Oleh karena sifatnya sebagai hak
kodrat, maka bersifat mutlak dan asasi dan hak tersebut merupakan hak moral juga. Oleh
sifatnya yang mutlak dan asasi maka ‘wajib kodrat’ dan ‘wajib moral’ bagi penjajah yang
merampas kemerdekaan bangsa lain untuk memberikan hak kemerdekaan tersebut.
Pelanggaran terhadap hak kemerdekaan tersebut adalah tidak sesuai dengan hakikat
manusia (peri kemanusiaan) dan hakikat adil (peri keadilan) dan atas pelanggar tersebut
maka harus dilakukan suatu pemaksaan, yaitu bahwa penjajahan harus dihapuskan.
Deklarasi kemerdekaan atas seluruh bangsa di dunia yang terkandung dalam
alinea pertama tersebut, adalah merupakan suatu pernyataan yang bersifat universal. Oleh
karena itu pernyataan ini merupakan prinsip bagi bangsa Indonesia dalam pergaulan
internasional dalam merealisasikan hak asasi manusia baik sebagai individu maupun
sebagai makhluk sosial yaitu manusia dalam kesatuannya sebagai bangsa.
Alinea kedua ini sebagai suatu konsekuensi logis dari pernyataan kemerdekaan
pada alinea pertama. Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia di samping sebagai
suatu bukti objektif atas penjajahan pada bangsa Indonesia, juga sekaligus mewujudkan
suatu hasrat yang kuat dan bulat untuk menentukan nasib sendiri, terbebas dari kekuasaan
bangsa lain.
Hasil dari perjuangan bangsa Indonesia itu terjelma dalam suatu Negara Indonesia
Menyusun suatu negara atas kemampuan dan kekuatan sendiri dan selanjutnya untuk
menuju pada suatu cita-cita bersama yaitu suatu masyarakat yang berkeadilan dan
berkemakmuran. Demi terwujudnya cita-cita tersebut maka bangsa Indonesia harus
merdeka, bersatu dan mempunyai suatu kedaulatan.
Pengertian negara yang “merdeka” adalah negara yang benar-benar bebas dari
kekuasaan bangsa lain, dapat menentukan nasibnya sendiri bukan negara protektorat jadi
suatu negara bangsa dan negara yang benar-benar bebas dari kekuasaan dan campur
tangan bangsa lain.
“Adil” yaitu negara yang mewujudkan keadilan dalam kehidupan bersama. Hal
ini menyangkut terwujudnya keadilan antara negara terhadap sesama warga negara,
antara warga negara terhadap negaranya serta keadilan antar sesama warga negara dalam
menggunakan dan pemenuhan hak dan kewajiban baik dalam bidang hukum maupun
moral.
Pernyataan kembali proklamasi yang tercantum dalam alinea III tidak dapat
dilepaskan dengan pernyataan pada alinea I dan II, sehingga alinea III merupakan suati
titik kulminasi, yang pada akhirnya dilanjutkan pada alinea VI yaitu tentang pendirian
negara Indonesia.
Adapun isis pokok yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat
adalah meliputi empat hal yang merupakan prinsip-prinsip pokok kenegaraan, yaitu:
(a) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini
dalam hubungannya dengan tujuan negara hukum adalah mengandung
pengertian negara hukum formal.
(b) Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal ini dalam hubungannya dengan pengertian tujuan negara hukum
adalah mengandung pengertian negara hukum material.
Tujuan Umum
Tujuan negara yang bersifat umum ini dalam arti lingkup kehidupan
sesama bangsa di dunia. Tujuan negara tersebut realisasinya dalam
hubungannya dengan politik luar negeri Indonesia, yaitu di antara bangsa-
bangsa di dunia ikut melaksanakan suatu ketertiban dunia yang berdasarkan
pada prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial. Hal inilah
yang merupakan dasar politik luar negeri yang bebas dan aktif.
Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan asas hukum. Negara yang
bersifat konstitusional, di mana mengharuskan bagi negara Indonesia untuk
diadakannya UUD Negara dan ketentuan inilah yang merupakan sumber hukum
bagi adanya UUD 1945. Ketentuan yang terdapat dalam keempat inilah yang
merupakan dasar yuridis bahwa pembukaan UUD 1945 merupakan sumber bagi
adanya UUD 1945, sehingga dengan demikian Pembukaan UUD 1945 memiliki
kedudukan lebih tinggi dari pada pasal-pasal UUD 1945.
3) Tentang Bentuk Negara
“ dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
1) Alinea I
Dalam alinea ini terdapat suatu pernyataan yang bersifat umum yaitu suatu
hak kemerdekaan setiap bangsa di dunia. Kemerdekaan dalam pengertian ini
bukanlah kemerdekaan individualis namun merupakan suatu kemerdekaan bangsa.
Jadi kemerdekaan individu deletakkan dalam kaitannya dengan kemerdekaan bangsa.
Kemerdekaan tersebut merupakan suatu hak kodrat, yaitu hak yang melekat pada
kodrat manusia dan bukanlah merupakan hak hukum.
Sehingga disebut juga sebagai hak kodrat dan hak moral. Konsekuensinya
merupakan wajib kodrat dan wajib moral bagi setiap penjajah untuk memberikan
kemerdekaan pada bangsa jajahannya. Berdasarkan ilmu logika maka pernyataan
pada alinea I ini merupakan suatu premis mayor (pernyataan yang bersifat umum).
2) Alinea II
3) Alinea III
Isi alinea ke VI merupakan tindak lanjut dari alinea sebelumnya. Isi yang
terkandung dalam alinea VI yang merupakan konsekuensi logis atas kemerdekaan
yaitu meliputi pembentukan pemerintahan negara yang meliputi empat prinsip negara
yaitu :
2.3 Nilai-nilai Hukum Tuhan, Hukum Kodrat dan Hukum Etis Yang Terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945
Dalam pembukaan UUD 1945 alinea I, II, III terkandung nilai-nilai hukum kodrat
dan hukum tuhan dan hukum etis (alinea III) yang kemudian dijelmakan dalam alinea VI
yang merupakan dasar bagi pelaksanaan dan penjabaran hukum positif Indonesia. Hal itu
dapat dirinci sebagai berikut :
2.3.1 Alinea I
Kalimat “ kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa “ adalah merupakan hak
moral, dan oleh karena sifatnya yang mutlak dan melekat pada kodrat manusia
maka juga merupakan suatu hak kodrat. Maka konsekuensinya dalam pembukaan
alinea I ini terkandung pengakuan adanya hukum kodrat yang merupakan hukum
moral.
2.3.2 Alinea II
Kalimat “ Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa “ adalah merupakan
suatu pengakuan adanya hukum Tuhan. Adapun kalimat “ dengan didorong oleh
keinginan luhur “ adalah merupakan adanya suatu hukum moral atau hukum etis.
2.3.4 Alinea VI
Menurut alinea VI ini Pancasila seagai asas-asas dasar umum dari hukum
atau dalam istilah filsafat hukum disebut sebagai hukum filosofis.
Empat pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945. Menurut
oenjelasan undang-undang dasar ini. Merupakan penjelasan logis dari inti alenea keempat
pembukaan UUD 1945 atau dengan lain perkataan bahwa keempat pokok pikiran tersebut
tidak lain adalah merupakan penjabaran dari Dasar filsafat Negara pancasila.
Prinsip negara bagaimana terkandung dalam pokok-pokok pikiran tersebut
menunjukkan kepada kita bahwa dalam kehidupan bernegara walaupun didasarkan pada
peraturan hukum, juga harus didasarkan pada moralitas negara indonesia mendasarkan
pada komitmen-komitmen moral religius serta moral kemanusiaan yang beradab, karena
dalam kehidupan bernegara pada hakikatnya untuk mencapai tujuan kemanusiaan yang
bermartabat luhur.
2.5 Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan batang tubuh undang-undang dasar
1) Bagian pertama, kedua dan ketiga pembukaan UUD 1945 merupakan segolongan
pernyataan yang tidak mempunyai hubungan ‘kausal organis’ dengan batang
tubuh UUD 1945.
2) Bagian keempat, pembukaan UUD 1945 mempunyai hibungan yang bersifat
‘kausal organis’ dengan batang tubuh UUD 1945. Yang mengcap beberapa segi
sebagai berikut.
a) Undang-undang dasar ditenntukan akan ada
b) Yang diatur dalam UUD, adalah tentang pembentukan pemerintahan
negara yang memenuhi berbagai persyaratan dan meliputi segala aspek
penyelenggaraan negara.
c) Negara indonesia ialah berbentuk republik yang berkedaularan rakyat.
d) Ditetapkanya dasar kerohanian negara ( dasar filsafat negara pancasila)
Atas dasar sifat-sifat tersebut maka dalam hubungannya dengan batang tubuh
UUD 1945, menepatakan pembukaan UUD 1945 alinea IV pada kedudukan yang amat
penting. Bahkan boleh dikatakan bahwa sebenarnya hanya alinea IV pembukaan UUD
1945 inilah yang menjadi inti sari pembukaan dalam arti yang sebenarnya. Hal ini
sebagaimana termuat dalam penjelasan resmi pembukaan dalam berita Republik
Indonesia tahunn II, No 7, yang hampir keseluruhannya mengenai begian keempat
pembukaan UUD 1945 ( pidato Prof. Mr. Dr. Soepomo tanggal 15 juni 1945 didepan
rapat badan peneyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan indonesia )
Inti dari pepmbukaan UUD 1945, pada hakikatnya terdapat dalam alinea IV.
Sebab segala aspek penyelenggaraan pemerintahan negara yang berdasarkan pancasila
terdapat pada pembukaan alinea IV.
Oleh karena iu justru dalam pembukaan itulah secara formal yuridis paancasila
ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia. Maka hubungan antara
pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal balik sebagai berikut:
1) Pernyataan bangsa indonesia bai kepada diri sendiri, maupun kepada dunia luar.
Bahwa bangsa indonesia telah merdeka
2) Tindakan-tindakan yang segera harus dilaksanakan berhubungan dengan
persyaratan kemerdekaan tersebut