Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Sebagai dasar negara, Pancasila merupakan suatu asas kerohanian yang dalam ilmu
kenegaraan populer disebut sebagai dasar filsafat negara (philosofische Gronslag). Dalam
kedudukan ini Pancasila merupakan sumber nilai dan sumber norma dalam setiap aspek
penyelenggaraan negara, termasuk sebagai sumber tertib hukum di negara Republik Indonesia.
Konsekuensinya seluruh peraturan perundang-undangan serta penjabarnya senantiasa
berdasarkan nilai nilai yang terkandung dalam sila sila Pancasila.

Dalan konteks inilah maka Pancasila murupakan suatu asas kerohanian negara, sehingga
merupakan suatu sumber nilai, norma dan kaidah baik moral maupun  hukum dalam negara
Republik Indonesia. Kedudukan Pancasila yang demikian ini justru mewujudkan fungsinya yang
pokok sebagai dasar negara Republik Indonesia, yang manifestasinya dajibarkan dalam suatu
peraturan perundang-undangan. Oleh karena itu pancasila merupakan sumber hukum dasar
negara baik yang tertulis yaitu Undang Undang Dasar negara maupun hukum dasar tidak atau
convensi.

Negara Indonesia adalah negara demokrasi yang berdasarkan atas hukum, oleh karena itu
segala aspek dalam pelaksanaan dan penyelenggaraan negara diatur dalam suatu sistem peraturan
perundang-undangan. Dalam pengertian inilah maka negara dilaksanakan berdasarkan suatu
konstitusi atau Undang-Undang Dasar Negara. Pembagian kekuasaan, lembaga-lembaga tinggi
negara, hak dan kewajiban warga negara, keadilan sosial dan lainnya diatur dalam suatu Undang-
Undang Dasar negara. Hal inilah yang dimaksud dengan pengertian Pancasila dalam konteks
ketatanegaraan Republik Indonesia.

Bagi bangsa Indonesia setelah melakukan reformasi terutama dalam bidang hukum
undang-undang dasar bagi Negara republic Indonesia disebut sebagai undang-undang dasar
Negara republic Indonesia tahun 1945. Dalam uud Negara republic Indonesia tahun 1945
terkandung didalamnya pembukaan uud 1945 beserta pasal-pasalnya yaitu sujumlah 37 pasal
serta aturan peralihan berjumlah 3 pasal dan aturan tambahan berjumlah 2 pasal.
Dalam pembahasan ini tidak dapat dilepaskan dengan eksistensi Pembukaan UUD 1945,
yang merupakan deklarasi bangsa dan Negara Republik Indonesia, yang memuat pancasila
sebagai dasar Negara, tujuan Negara serta bentuk Negara Republik Indonesia. Oleh karena itu,
Pembukaan UUD 1945 dalam konteks ketatanegaraan Republik Indonesia memiliki kedudukan
yang sangat penting karena merupakan staasfundamentalnorm (kaidah Negara yang
fundamental), dan berada pada hierarki tertib hukum tertinggi di Negara Indonesia.
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1 Kedudukan dan Fungsi Pembukaan UUD 1945

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 bersama-sama dengan pasal-pasal Undang-


Undang Dasar 1945, disahkan oleh PPKI pada tanggal 18 Agustus 1945, dan di undangkan
dalam Berita Republik Indonesia Tahun II No. 7. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dalam
ilmu hukum mempunyai kedudukan di atas pasal-pasal Undang-Undang Dasar 1945.
Konsekuensinya keduanya memiliki kedudukan hukum yang berlainan, namun keduanya terjalin
dalam suatu hubungan kesatuan yang kausal dan organis.

Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 terdiri atas empat alinea, dan setiap alinea
memiliki spesifikasi jikalau berdasarkan isinya. Alinea pertama, kedua dan ketiga memuat
golongan pernyataan yang tidak memiliki hubungan kausal dan organis dengan pasal-pasalnya.
Bagian tersebut memuat serangkaian pernyataaan yang menjelaskan peristiwa yang mendahului
terbentuknya Negara Indonesia, apapun bagian keempat (alinea IV) memuat dasar-dasar
fundamental Negara yaitu : tujuan Negara, ketentuan UUD Negara, bentuk Negara, dan dasar
filsafat Negara pancasila. Oleh karena itu, alinea IV ini memiliki hubungan “kausal organis”
dengan pasal UUD 1945, sehingga erat hubungannya dengan isi pasal-pasal UUD 1945 tersebut.

2.1.1 Pembukaan UUD 1945 dalam Tertib Hukum Indonesia


Kedudukan pembukaan UUD 1945 dalam kaitannya dengan tertib hukum
Indonesia memiliki dua aspek yang sangat fundamental yaitu: pertama, memberikan
faktor-faktor mutlak bagi terwujudnya tertib hukum Indonesia, dan kedua, memasukkan
diri dalam tertib hukum Indonesia sebagai tertib hukum tertinggi.
Dalam kedudukan dan fungsi pancasila sebagai dasar Negara Republik Indonesia,
pada hakikatnya merupakan suatu dasar dan asas kerhanian dalam setiap aspek
penyelenggaraan Negara termasuk dalam penyusunan tertib hukum Indonesia. Maka
kedudukan Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945 adalah
sebagai sumber dari segara sumber hukum Indonesia.
Berdasarkan penjelasan tentang isi pembukaan UUD 1945, yang termuat dalam
Berita Republik Indoensia tahun II No. 7, dijelaskan bahwa pembukaan UUD 1945 yang
didalamnya terkandung pokok-pokok pikiran, yang meliputi suasana kebatinan dari UUD
Negara Indonesia, serta mewujudkan suatu cita-cita hukum, yang menguasai hukum
dasar tertulis (UUD) maupun hukum dasar yang tidak tertulis (convensi). Adapun
pokoko-pokok pikiran tersebut dikongkritisasika dalam pasal-pasal UUD 1945. Dalam
pengertian ini maka dapat disimpulkan bahwa pembukaan UUD 1945 adalah sebagai
sumber hukum positif Indonesia.

Sebagaimana isi yang terkandung dalam penjelasan resmi pembukaan UUD 1945,
maka konsekuensinya nilai-nilai yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945
selanjutnya harus dikongkritisasikan kedalam pasal-pasal UUD 1945 dan selanjutnya
dalam realisasinya kemudian dijabarkan dalam perturan-peraturan hukum positif
dibawahnya, seperti Ketetapan MPR, Undang-Undang, peraturan pemerintah pengganti
undang-undang, peraturan pemerintah dan peraturan perundang-undangan yang lainnya.

Dengan demikian seluruh peraturan perundang-undangan di Indonesia harus


bersumber pada pembukaan UUD 1945 yang didalamnya terkandung asas Kerohanian
Negara atau dasar filsafat Negara RI.

2.1.2 Pembukaan UUD 1945 Memenuhi Syarat Adanya Tertib Hukum Indonesia

Dalam alinea keempat Pembukaan UUD1945, termuat unsur-unsur yang menurut


ilmu hukum disyaratkan bagi adanya suatu tertib hukum di Indonesia (rechts order), atau
(legal order), yaitu suatu keterbulatan dan keseluruhan peraturan-peraturan hukum.
Adapun syarat-syarat tertib hukum yang dimaksud adalah meliputi empat hal yaitu :

1) Adanya kesatuan subjek, yaitu penguasa yang mengadakan peraturan hukum. Hal
ini terpenuhi dengan adanya suatu Pemerintahan Negara Republik Indonesia
(Pembukaan UUD 1945 al. IV).
2) Adanya kesatuan asas kerohanian, yang merupakan suatu dasar dari keseluruhan
peraturan-peraturan hukum, yang merupakan sumber dari segala sumber hukum.
Hal in terpenuhi oleh adanya dasar filsafat Negara pancasila sebagaimana
tercantum dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945.
3) Adanya kesatuan daerah, dimana peraturan-peraturan hukum itu berlaku,
terpenuhi oleh kalimat seluruh tumpah darah Indonesia, sebagaimana tercantum
dalam alinea IV Pembukaan UUD 1945.
4) Adanya kesatuan waktu, dimana seluruh peraturan-peraturan hukum itu berlaku.
Hal ini terpenuhi dengan kalimat pada alinea IV Pembukaan UUD 1945, “…
maka disusunlah kemerdekaan Negara Indonesia itu dalam suatu Undang-
Undang Dasar Negara Republik Indonesia.” Hal ini menunjukkan saat mulai
berdirinya Negara Republik Indonesia yang disertai dengan suatu tertib hukum,
sampai seterusnya selama kelangsungan hidup Negara RI.

Didalam suatu tertib hukum terdapat urutan-urutan susunan yang bersifat hirarkis,
dimana UUD (pasal-pasalnya) bukanlah merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi. Di
atasnya masih terdapat suatu norma dasar yang menguasai hukum dasar termasuk UUD
maupun konvensi yang pada hakikatnya memiliki kedudukan hukum yang lebih tinggi
yang dalam ilmu hukum tatanegara disebut sebagai staatsfundamentalnorm.

Maka kedudukan pembukaan UUD 1945 dalam tertib hukum Indonesia adalah
sebagai berikut :

1) Menjadi dasarnya, karena pembukaan UUD 1945 memberikan faktor-faktor


mutlak bagi adanya suatu tertib hukum Indonesia. Hal ini dalam pembukaan
UUD 1945 telah terpenuhi dengan adanya empat syarat adanya suatu tertib
hukum.
2) Pembukaan UUD 1945 memasukkan diri didalamnya sebagai ketentuan hukum
yang tertinggi, sesuai dengan kedudukannya yaitu sebagai asas bagi hukum
dasar baik yang tertulis (UUD), maupun hukum dasar yang tidak tertulis
(konvensi) serta peraturan-peraturan hukum yang lainnya yang lebih rendah.

Berdasakan hakikat kedudukan pembukaan UUD 1945 tersebut dalam tertib


hukum Indonesia, maka Pembukaan UUD 1945 menentukan adanya tertib hukum
Indonesia. Konsekuensinya pembukaan UUD 1945 secara hukum tidak dapat diubah. Hal
ini sesuai dengan Ketetapan No. XX/MPRS/1966, juga ditegaskan dalam Ketetapan No.
V/MPR/1973, Ketetapan No. IX/MPR/1978, serta Ketetapan No. III/MPR/1983.
2.1.3 Pembukaan UUD 1945 Sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental
Pokok kaidah Negara yang Fundamental (Staatsfundamentalnorm), menurut ilmu
hukum tatanegara memiliki beberapa unsure mutlak antara lain dapat dirinci sebagai
berikut:
a. Dari Segi Terjadinya
Ditentukan oleh pembentuk Negara dan terjelma dalam suatu pernyataan lahir
sebagai penjelmaan kehendak pembentuk Negara, untuk menjadikan hal-hal
tertentu sebagai dasar-dasar Negara yang dibentuknya.
b. Dari Segi Isinya
Ditinjau dari segi isinya maka pembukaan UUD 1945 memuat dasar-dasar
pokok Negara sebagai berikut:
1) Dasar tujuan Negara, (baik tujuan umum maupun tujuan khusus)
Tujuan umum:
Tercakup dalam kalimat “… ikut melaksanakan ketertiban dunia
yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan social”. Tujuan umum ini
berhubungan dengan masalah hubungan antar bangsa (pergaulan masyarakat
internasional). Tujuan umum inilah yang merupakan dasar politik lua negeri
Indonesia yang bebas dan aktif.
Tujuan khusus:
Makna ini tercakup dalam kaliamat “… melindungi segenap bangsa
dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk memajukan kesejahteraan
umum mencerdaskan kehidupan bangsa… “. Tujuan khusus ini meliputi
tujuan nasional, sebagai tujuan bersama bangsa Indonesia dalam
membentuk Negara untuk mewujudkan suatu masyrakat yang adil dan
makmur, material maupun spiritual.
2) Ketentuan didadakannya Undang-Undang Dasar Negara
Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat “… maka disusunlah
kemerdekaan kebangsaan indonesia itu dalam suatu Undang-Undang Dasar
Negara Indonesia?. Hal ini merupakan suatu ketentuan bahwa Negara
Indonesia harus berdasarkan pada suatu Undang-Undang Dasar, dan
merupakan suatu dasar yurudis formal bahwa Negara Indonesia adalah
Negara yang berdasarkan atas hukum.
3) Bentuk Negara
Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat “… yang terbentuk dalam
suatu susunan Negara Republik Indonesia yang berkedaulatan rakyat”
4) Dasar filsafat Negara (asas kerohanian Negara)
Pernyataan ini tersimpul dalam kalimat “… dengan berdasar kepada
ketuhanan yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan beradab, persatuan
Indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan
social bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Berdasarkan unsur-unsur yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945, maka
menurut ilmu hukum tatanegara bahwa pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya telah
memenuhi syarat sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental
(staatsfundamentalnorm).

Pokok kaidah Negara yang fundamental tersebut menurut ilmu hukum


mempunyai hakikat dan kedudukan hukum yang tetap, terlekat pada kelangsungan hidup
Negara, dan oleh karena berkedudukan sebagai tertib hukum tertinggi maka secara
hukum tidak dapat diubah, karena mengubah pembukaan UUD 1945 sama halnya dengan
pembubaran Negara Republik Indonesia.

Dalam hubungannya dengan pasal-pasal UUD 1945 (batang tubuh UUD 1945),
maka pembukaan UUD 1945 mempunyai hakikat dan kedudukan sebagai berikut:

1) Dalam hubungannya dengan tertib hukum Indonesia, maka pembukaan UUD


1945 mempunyai hakikat kedudukan yang terpisah dengan batang tubuh UUD
1945. Dalam kedudukan sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental,
pembukaan UUD 1945 mempunyai kedudukan yang lebih tinggi dari pada
batang tubuh UUD 1945.
2) Pembukaan UUD 1945 merupakan suatu tertib hukum tertinggi dan pada
hakikatnya mempunyai kedudukan lebih tinggi dari pada batang tubuh UUD
1945.
3) Pembukaan UUD 1945 merupakan pokok kaidah Negara yang fundamental yang
menentukan adanya UUD 1945, yang menguasai hukum dasar Negara baik yang
tertulis (UUD) maupun tidak tertulis (convensi), jadi merupakan sumber hukum
Negara.
4) Pembukaan UUD 1945 berkedudukan sebagai pokok kaidah Negara yang
fundamental mengandung pokok-pokok pikiran yang harus dijabarkan kedalam
pasal-pasal UUD 1945.

Hakikat dan kedudukan pembukaan UUD 1945 dalam hubungannya dengan


pasal-pasal UUD 1945, diantara para ahli hukum sementara memang terdapat suatu
tinjauan yang berbeda, walupun pada akhirnya tiba pada suatu kesimpulan yang sejalan.
Disatu pihak berpendapat bahwa pembukaan UUD 1945 dengan pasal-pasal itu adalah
merupakan satu kesatuan, sedangkan dipihak lain menyatakan bahwa diantara keduanya
pada hakikat terpisah. Namun demikian karena hakikat kedudukan pembukaan UUD
1945 tersebut secara fundamental dan ilmiah yang memiliki kedudukan yang kuat dan
terlekat pada kelangsungan hidup Negara, maka kedua pendapat tersebut akhirnya tiba
pada suatu keismpulan yang sama sebagai berikut:

1) Sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental, dalam hukum mempunyai


hakikat kedudukan yang tetap kuat dan tidak berubah, terlekat pada
kelangsungan hidup Negara yang telah dibentuk.
2) Pembukaan UUD 1945 sebagai pokok kaidah Negara yang fundamental adalah
berkedudukan yang tertinggi sehingga memiliki kedudukan yang lebih tinggi
dari pada pasal-pasal UUD 1945, sehingga secara hukum dapat dikatakan
terpisah dari pasal-pasal UUD 1945.
Dengan demikian pengertian “terpisah” sebenarnya bukan berarti tidak memiliki
hubungan sama sekali dnegan batang tubuh (pasal-pasal) UUD 1945, akan tetapi justru
antara pembukaan UUD 1945 dengan batang tubuh UUD 1945 terdapat hubungan
‘kausal organis’ dimana UUD harus menciptakan pokok-pokok pikiran yang terkandung
dalam pembukaan UUD 1945.
Pembukaan UUD 1945, tidak dapat dipisahkan dnegan pembentuk Negara, oleh
karena itu isi unsur aparat perlengkapan dan penyelenggara Negara, adalah memiliki
kualitas dibawah pembentuk Negara termasuk MPR, karena eksistensi MPR pada
hakikatnya ditentukan oleh pembentuk Negara. Oleh karena itu sesuai dengan pasal 3 dan
pasal 37 UUD 1945, yang berkaitan kewenangan MPR untuk mengubah UUD 1945, hal
itu hanya berkaitan dengan pasal-pasal UUD 1945 saja dan bukannya berkaitan dengan
pembukaan UUD 1945.
Dalam pengertian inilah maka eksistensi pembukaan UUD 1945 berdasarkan
tinjauan hukum tatanegara memiliki kedudukan hukum yang kuat terlekat pada
kelangsungan hidup Negara Proklamasi 17 Agustus 1945.

2.1.4 Pembukaan UUD 1945 Tetap Terlekat Pada Kelangsungan Hidup Negara
Republik Indonesia 17 Agustus 1945

Berdasarkan hakikat kedudukan Pembukaan UUD 1945 sebagai naskah


Proklamasi yang terinci, sebagai penjelmaan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945,
serta dalam ilmu hukum memenuhi syarat bagi adanya suatu tertib di Indonesia, dan
sebagai Pokok Kaidah Negara yang Fundamental (Staatsfundamentalnorm), maka
pembukaan UUD 1945 memiliki hakikat kedudukan hukum yang kuat bahkan secara
yuridis tidak dapat diubah, terikat pada kelangsungan hidup negara. Hal ini berdasarkan
alasan-alasan sebagai berikut:

a. Menurut tata hukum suatu peraturan hukum hanya dapat diubah atau dihapuskan
oleh penguasa atau peraturan hukum yang lebih tinggi tingkatannya dari pada
penguasa yang menetapkannya. Dalam masalah ini pembukaan UUD 1945
sebagai Staatsfundamentalnorm dari segi terjadinya ditentukan oleh pembentuk
negara, yaitu suatu lembaga yang menentukan dasar-dasar mutlak negara, bentuk
negara, tujuan negara, kekuasaan negara bahkan yang menentukan dasar filsafat
negara Pancasila. Setelah negara terbentuk semua penguasa negara adalah
merupakan alat perlengkapan negara yang kedudukannya lebih rendah dari pada
pembentuk negara. Oleh karena itu semua ketentuan hukum yang merupakan
produk dari alat perlengkapan negara pada hakikatnya di bawah pembentuk
negara dan tidak berhak meniadakan pembukaan UUD 1945 sebagai
Staatsfundamentalnorm.
b. Pembukaan UUD 1945 hakikatnya merupakan suatu tertib hukum yang tertinggi
di negara Republik Indonesia. Dalam ilmu hukum tatanegara, suatu ketentuan
hukum di bawah pembukaan UUD 1945, secara yuridis tidak dapat meniadakan
Pembukaan UUD 1945. Selain itu karena dalam pembukaan UUD 1945
terkandung faktor-faktor mutlak (syarat-syarat mutlak) bagi adanya suatu tertib
hukum di Indonesia. Konsekuensinya Pembukaan UUD 1945 mempunyai
kedudukan yang tetap dan terlekat pada negara dan secara hukum tidak dapat
diubah.
c. Secara material hakikat isi yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945
senantiasa terlekat pada kelangsungan hidup negara Republik Indonesia. Dari
segi isinya Pembukaan UUD 1945 adalah merupakan pengejawantahan
Proklamasi kemerdekaan bangsa Indonesia yang satu kali terjadi.
2.2 Pengertian Isi Pembukaan UUD 1945

2.2.1 Alinea Pertama

Dalam alinea pertama tersebut terkandung suatu pengakuan tentang nilai ‘hak
kodrat’, yaitu yang tersimpul dalam kalimat “Bahwa kemerdekaan adalah hak segala
bangsa”. Hak kodrat adalah hak yang merupakan karunia dari Tuhan Yang Maha Esa,
yang melekat pada manusia sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Dalam
pernyataan tersebut ditegaskan bahwa kemerdekaan adalah hak segala ‘bangsa’, bukan
hak individu saja sebagaimana deklarasi negara liberal. Oleh karena sifatnya sebagai hak
kodrat, maka bersifat mutlak dan asasi dan hak tersebut merupakan hak moral juga. Oleh
sifatnya yang mutlak dan asasi maka ‘wajib kodrat’ dan ‘wajib moral’ bagi penjajah yang
merampas kemerdekaan bangsa lain untuk memberikan hak kemerdekaan tersebut.
Pelanggaran terhadap hak kemerdekaan tersebut adalah tidak sesuai dengan hakikat
manusia (peri kemanusiaan) dan hakikat adil (peri keadilan) dan atas pelanggar tersebut
maka harus dilakukan suatu pemaksaan, yaitu bahwa penjajahan harus dihapuskan.
Deklarasi kemerdekaan atas seluruh bangsa di dunia yang terkandung dalam
alinea pertama tersebut, adalah merupakan suatu pernyataan yang bersifat universal. Oleh
karena itu pernyataan ini merupakan prinsip bagi bangsa Indonesia dalam pergaulan
internasional dalam merealisasikan hak asasi manusia baik sebagai individu maupun
sebagai makhluk sosial yaitu manusia dalam kesatuannya sebagai bangsa.

2.2.2 Alinea Kedua

Alinea kedua ini sebagai suatu konsekuensi logis dari pernyataan kemerdekaan
pada alinea pertama. Perjuangan kemerdekaan bangsa Indonesia di samping sebagai
suatu bukti objektif atas penjajahan pada bangsa Indonesia, juga sekaligus mewujudkan
suatu hasrat yang kuat dan bulat untuk menentukan nasib sendiri, terbebas dari kekuasaan
bangsa lain.

Hasil dari perjuangan bangsa Indonesia itu terjelma dalam suatu Negara Indonesia
Menyusun suatu negara atas kemampuan dan kekuatan sendiri dan selanjutnya untuk
menuju pada suatu cita-cita bersama yaitu suatu masyarakat yang berkeadilan dan
berkemakmuran. Demi terwujudnya cita-cita tersebut maka bangsa Indonesia harus
merdeka, bersatu dan mempunyai suatu kedaulatan.

Pengertian negara yang “merdeka” adalah negara yang benar-benar bebas dari
kekuasaan bangsa lain, dapat menentukan nasibnya sendiri bukan negara protektorat jadi
suatu negara bangsa dan negara yang benar-benar bebas dari kekuasaan dan campur
tangan bangsa lain.

“Bersatu” mengandung pengertian sebagai kedaulatan kesatuan karena unsur


utama negara adalah bangsa. Penegasan tentang asas persatuan ini ditemukan dalam
alinea keempat Pembukaan UUD 1945 dan terkandung dalam pokok pikiran pertama
yang termuat dalam penjelasan resmi diundangkan dalam Berita Republik Indonesia
tahun II No. 7.

“Berdaulat” diartikan dalam hubungannya dengan eksistensi negara yang merdeka,


yang berdiri di atas kemampuan sendiri, kekuatan dan kekuasaannya sendiri, berhak dan
bebas menentukan tujuan dan nasibnya sendiri, dan dalam kedudukannya di antara
sesama bangsa dan negara adalah memiliki derajat yang sama.

“Adil” yaitu negara yang mewujudkan keadilan dalam kehidupan bersama. Hal
ini menyangkut terwujudnya keadilan antara negara terhadap sesama warga negara,
antara warga negara terhadap negaranya serta keadilan antar sesama warga negara dalam
menggunakan dan pemenuhan hak dan kewajiban baik dalam bidang hukum maupun
moral.

Cita-cita bangsa dan negara tentang “kemakmuran” diartikan sebagai pemenuhan


kebutuhan manusia baik material maupun spiritual, jasmaniah maupun rokhaniah. Secara
lebih luas “kemakmuran” diartikan tercapainya tingkatan harkat dan martabat manusia
yang lebih tinggi yang meliputi seluruh unsur kodrat manusia.

2.2.3 Alinea Ketiga

Pernyataan kembali proklamasi yang tercantum dalam alinea III tidak dapat
dilepaskan dengan pernyataan pada alinea I dan II, sehingga alinea III merupakan suati
titik kulminasi, yang pada akhirnya dilanjutkan pada alinea VI yaitu tentang pendirian
negara Indonesia.

Pengakuan ‘Nilai religius’ mengandung makna bahwa negara Indonesia


mengakui nilai-nilai religius, bahkan merupakan suatu dasar negara, sehingga
konsekuensinya merupakan dasar dari hukum positif negara maupun dasar moral negara.

Pengakuan ‘Nilai moral’ mengandung makna bahwa negara dan bangsa


Indonesia mengakui nilai-nilai moral dan hak kodrat untuk segala bangsa. Demikian juga
nilai-nilai moral dan nilai kodrat tersebut merupakan asas bagi kehidupan kenegaraan
bangsa Indonesia.

‘Pernyataan kembali proklamasi’ dimaksudkan sebagai penegasan dan rincian


lebih lanjut naskah proklamasi 17 Agustus 1945.
2.2.4 Alinea Keempat

Adapun isis pokok yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945 alinea keempat
adalah meliputi empat hal yang merupakan prinsip-prinsip pokok kenegaraan, yaitu:

1) Tentang Tujuan Negara


 Tujuan Khusus

Tujuan khususnya adalah sebagai realisasi dalam hubungannya


dengan politik dalam negeri Indonesia yaitu :

(a) Melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah darah Indonesia. Hal ini
dalam hubungannya dengan tujuan negara hukum adalah mengandung
pengertian negara hukum formal.
(b) Memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa.
Hal ini dalam hubungannya dengan pengertian tujuan negara hukum
adalah mengandung pengertian negara hukum material.
 Tujuan Umum

Tujuan negara yang bersifat umum ini dalam arti lingkup kehidupan
sesama bangsa di dunia. Tujuan negara tersebut realisasinya dalam
hubungannya dengan politik luar negeri Indonesia, yaitu di antara bangsa-
bangsa di dunia ikut melaksanakan suatu ketertiban dunia yang berdasarkan
pada prinsip kemerdekaan, perdamaian abadi serta keadilan sosial. Hal inilah
yang merupakan dasar politik luar negeri yang bebas dan aktif.

2) Tentang Ketentuan Diadakannya UUD Negara

Negara Indonesia adalah negara yang berdasarkan asas hukum. Negara yang
bersifat konstitusional, di mana mengharuskan bagi negara Indonesia untuk
diadakannya UUD Negara dan ketentuan inilah yang merupakan sumber hukum
bagi adanya UUD 1945. Ketentuan yang terdapat dalam keempat inilah yang
merupakan dasar yuridis bahwa pembukaan UUD 1945 merupakan sumber bagi
adanya UUD 1945, sehingga dengan demikian Pembukaan UUD 1945 memiliki
kedudukan lebih tinggi dari pada pasal-pasal UUD 1945.
3) Tentang Bentuk Negara

Negara Indonesia adalah Republik yang berkedaulatan rakyat. Negara dari,


oleh dan untuk rakyat. Dengan demikian hal ini merupakan suatu norma dasar
negara bahwa kekuasaan adalah di tangan rakyat.

4) Tentang Dasar Filsafat Negara

Ketentuan ini terdapat pada anak kalimat sebagai berikut:

“ dengan berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil
dan beradab, persatuan Indonesia, dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan mewujudkan
suatu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.

Tujuan Pembukaan UUD 1945

Berdasarkan susunan pembukaan UUD 1945, maka dapat dibedakan empat


macam tujuan sebagaimana terkandung dalam empat alinea dalam pembukaan UUD
1945, sebagai berikut :

1) (Alinea I) untuk mempertanggungjawabkan bahwa pernyataan kemerdekaan


sudah selayaknya, karena berdasarkan atas hak kodrat yang bersifat mutlak dari
moral bangsa Indonesia untuk merdeka.
2) (Alinea II) untuk menetapkan cita-cita bangsa Indonesia yang ingin dicapai
dengan kemerdekaan yaitu, terpeliharanya secara sungguh-sungguh kemerdekaan
dan kedaulatan negara, kesatuan bangsa, negara dan daerah atas keadilan hukum
dan moral bagi diri dan pihak lain serta kemakmuran bersama yang berkeadilan.
3) (Alinea III) untuk menegaskan bahwa proklamasi kemerdekaan menjadi
permulaan dan dasar hidup kebangsaan dan kenegaraan bagi seluruh orang
Indonesia, yang luhur dan suci dalam lindungan Tuhan Ynag Maha Esa.
4) (Alinea VI) untuk melaksanakan segala sesuatu itu dalam perwujudan dasar-dasar
tertentu yang tercantum dalam alinea VI pembukaan UUD 1945, sebagai
ketentuan pedoman dan penegasan tetap dan praktis yaitu dalam ralisasi hidup
bersama dalam suatu negara Indonesia yang berdasarkan pancasila.
Hubungan Logis Antar Alinea dalam Pembukaan UUD 1945

1) Alinea I

Dalam alinea ini terdapat suatu pernyataan yang bersifat umum yaitu suatu
hak kemerdekaan setiap bangsa di dunia. Kemerdekaan dalam pengertian ini
bukanlah kemerdekaan individualis namun merupakan suatu kemerdekaan bangsa.
Jadi kemerdekaan individu deletakkan dalam kaitannya dengan kemerdekaan bangsa.
Kemerdekaan tersebut merupakan suatu hak kodrat, yaitu hak yang melekat pada
kodrat manusia dan bukanlah merupakan hak hukum.

Sehingga disebut juga sebagai hak kodrat dan hak moral. Konsekuensinya
merupakan wajib kodrat dan wajib moral bagi setiap penjajah untuk memberikan
kemerdekaan pada bangsa jajahannya. Berdasarkan ilmu logika maka pernyataan
pada alinea I ini merupakan suatu premis mayor (pernyataan yang bersifat umum).

2) Alinea II

Berdasarkan penjelasan alinea I pernyataan dalam alinea II menurut ilmu


logika merupakan suatu premis minor (yang bersifat khusus). Kemerdekaan tersebut
dijelmakan dalam suatu negara yaitu negara yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil
dan makmur.

3) Alinea III

Sebagai konsekuensinya maka bangsa Indonesia menyatakan kemerdekaannya


itu atas kekuatannya sendiri yang didukung oleh seluruh rakyat. Demikian pula
merupakan suatu tindakan yang luhur dan suci. Karena melaksanakan dan
merealisasikan hak kodrat dan hak moral akan terwujudnya kemerdekaan.
Keseluruhannya itu hanya mungkin terwujud karena atas karunia dan rahmat Tuhan
Yang Maha Esa. Menurut ilmu logika pernyataan dalam alinea ketiga ini merupakan
suatu konklusio atau merupakan suatu kesimpulan.
4) Alinea VI

Isi alinea ke VI merupakan tindak lanjut dari alinea sebelumnya. Isi yang
terkandung dalam alinea VI yang merupakan konsekuensi logis atas kemerdekaan
yaitu meliputi pembentukan pemerintahan negara yang meliputi empat prinsip negara
yaitu :

(1) Tentang tujuan negara, yang tercantum dalam kalimat “ melindungi


segenap bangsa dan seluruh tumpah darah indonesia dan untuk memajukan
kesejahteraan umum mencerdaskan kehidupan bangsa “ (yang merupakan
tujuan khusus) dan “ ikut melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan
kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial “ ( merupakan tujuan
umum atau internasional).
(2) Tentang hal ketentuan diadakannya UUD 1945 Negara, yaitu berbunyi “
maka disusunlah kemerdekaan kebangsaan Indonesia itu dalam suatu
Undang-Undang Dasar Negara Indonesia “
(3) Tentang hal bentuk negara, yang termuat dalam suatu pernyataan “ yang
terbentuk dalam suatu susunan Negara Republik Indonesia yang
berkedaulatan rakyat “
(4) Tentang dasar filsafat (dasar kerokhanian) negara, dalam kalimat “ dengan
berdasar kepada Ketuhanan Yang Maha Esa, kemanusiaan yang adil dan
beradab, persatuan Indonesia dan kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat
kebijaksanaan dalam permusyawaratan perwakilan, serta dengan
mewujudkan suatu bgi seluruh rakyat Indonesia “

Seluruh isi yang terdapat pada alinea ke VI tersebut pada hakikatnya


merupakan suatu pernyataan tentang pembentukan pemerintahan negara Republik
Indonesia yang berdasarkan Pancasila.

2.3 Nilai-nilai Hukum Tuhan, Hukum Kodrat dan Hukum Etis Yang Terkandung dalam
Pembukaan UUD 1945

Dalam pembukaan UUD 1945 alinea I, II, III terkandung nilai-nilai hukum kodrat
dan hukum tuhan dan hukum etis (alinea III) yang kemudian dijelmakan dalam alinea VI
yang merupakan dasar bagi pelaksanaan dan penjabaran hukum positif Indonesia. Hal itu
dapat dirinci sebagai berikut :

2.3.1 Alinea I

Kalimat “ kemerdekaan itu adalah hak segala bangsa “ adalah merupakan hak
moral, dan oleh karena sifatnya yang mutlak dan melekat pada kodrat manusia
maka juga merupakan suatu hak kodrat. Maka konsekuensinya dalam pembukaan
alinea I ini terkandung pengakuan adanya hukum kodrat yang merupakan hukum
moral.

2.3.2 Alinea II

Kalimat “ Dan perjuangan pergerakan kemerdekaan Indonesia telah


sampailah kepada saaat yang berbahagia dengan selamat sentosa menghantarkan
rakyat Indonesia ke depan pintu gerbang kemerdekaan negara Indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur “.

2.3.3 Alinea III

Kalimat “ Atas berkat rahmat Allah Yang Maha Kuasa “ adalah merupakan
suatu pengakuan adanya hukum Tuhan. Adapun kalimat “ dengan didorong oleh
keinginan luhur “ adalah merupakan adanya suatu hukum moral atau hukum etis.

2.3.4 Alinea VI

Menurut alinea VI ini Pancasila seagai asas-asas dasar umum dari hukum
atau dalam istilah filsafat hukum disebut sebagai hukum filosofis.

Berdasarkan kedudukannya maka urutan-urutannya adalah hukum Tuhan, hukum


kodrat, dan hukum etis. Kemudian sebagaimana kita ketahui dilanjutkan pada alinea ke VI
terdapat asas kerokhanian negara (Pancasila) dan dalam hal ini sebagai hukum filosofis.
Kemudian di atas dasar filsafat Pancasila didirikan negara Indonesia dan selanjutnya
realisasi pelaksanaan dalam negara Indonesia dikongkritisasikan kedalam hukum positif
Indonesia.
Hubungan keempat hukum tersebut adalah bahwa hukum Tuhan, hukum kodrat,
dan hukum etis berturut-turut merupakan sumber bahan dan sumber nilai bagi negara dan
hukum positif Indonesia. Sedangkan hukum filosofis adalah merupakan pedoman-pedoman
dasar dalam bentuk dan sifat tertentu yang disimpulkan dari hukum tUhan, hukum kodrat,
dan hukum etis. Adapun Pancasila sebagai hukum filosofis adalah merupakan sumber
bentuk dan sifat. Kwmudian dalam pelaksanaannya secara aktif yaitu memberikan dan
mewujudkan nilai-nilai hukum tersebut untuk menjabarkannya dalam hukum positif
Indonesia dengan menyesuaikan berdasarkan keadaan, kebutuhan, kepentingan, tempat,
waktu, dan kebijaksanaan.

2.4 Pokok-Pokok Yang Terkandung Dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945


Berdasarkan isi dari penjelasan resmi pembukaan UUD 1945 tersebut bahwa
dengan pokok-pokok pemikiran tersebut nilai-nilai yang terkandung dalam pembukaan
UUD 1945 dijelmakan atau dijabarkan secara normatif dalam pasal-pasal UUD 1945
pokok-pokok pikran tersebut adalah sebagai berikut.
2.4.1 Pokok pikiran pertama

Negara melindungi segenap bangsa indonesia dan seluruh tumpah darah


indonesia dengan berdasarkan asas persatuan dengan mewijudkan keadilan
sosial bagi seluruh rakyat indonesia.

Pokok pikiran ini mnegaskan bahwa dalam ‘pembukaan’ diterima aliran


penertian negara persatuan. Negara yang melindungi dan meliputi segebap bangsa
dan wilayah seluruhnya. Jadi negara mengatasi segala faham golongan. Mengatasi
segala faham perorangan. Negara menurut pengertian pembukaaan UUD 1945
tersebut menghendaki persetuan. Meliputi segenap bangsa indonesia seluruhnya.
Hal ini menunjukkan pokok pikiran persatuan. Dengan pengertian yang lazim.
Negara penyelenggaraan negara dan setiap warga negara wajib megutamakan
kepentingan negara diatas kepentingan golongan ataupun perorangan. Pokok
pikiran ini merupakan penjabaran sila ketiga pancasila.
2.4.2 Pokok pikiran kedua:

Negara hendak mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.


Pokok pikiran ini menempatkan suatu tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai
dalam pembukaan, dan merupakan suatu kausa finalis (sebab tujuan), sehingga
dapat menentukan jalan serta aturan-aturan mana yang harus dilaksanakan dalam
undang-undang dasar untuk mencapai tujuan itu yang disadari dengan bekal
persatuan. Ini merupakan pokok pikiran keadilan sosial yang disadarkan pada
kesadaran bahwa manusia mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk
menciptakan keadilan sosial dalam kehidupan masyarakat. Pokok pikiran
inimerupakan penjabaran sila kelima pancasila.

2.4.3 Pokok pikiran ketiga

Negara yang berkedaulatan rahyat. Berdasarkan atas kerakyatan dan


permusyawaratan/perwakilan

Pokok pikiran ini dalam ‘pembukaan’ mengandung konsekuaensi logis


bahwa sistem negara yang terbentuk dalam undang-undang dasar harus
berdasarkan atas kedaulatan rakyat dan berdasarkan
permusyawaratan/perwakilan. Memang aliran ini sesuai dengan sifat masyarakat
indonesia ini adalah pokok pikiran kedaulatan rakyat. Yang menyatakan bahwa
kedaulatan ditangan rakyat dan dilakukan sepenuhnyaoleh majelis
permusyawaratan rakyat. Pokok pikiran inlah yang merupakan dasar politik
negara. Pokok pikiran ini merupakan penjabaran sila keempat pancasila.

2.4.4 Pokok pikiran keempat

Negara berdasarkan atas ketuhana yang maha Esa. Menurut dasar


kemanusiaan yang adli dan beradab

Pokok pikiran keempat dalam ‘pembukaan’ ini mengandung konsekuensi


logis bahwa undang-undang dasar harus mengandung isi yang mewajibkan
pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara. Untuk memelihara budi pekerti
kemanusiaan yang luhur. Hal ini menegaskan pokok pikiran ketuhanan Yang
Maha Esa. Yang mengandung pengertian taqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa.
Dan pokok pikiran kemanusiaan yang adlil dan berdab yangmengandung
pengertian menjunjung tinggi harkat dan martabat manusia atau nilai
kemanusiaan yang luhur. Pokok pikiran keempat ini meripakan Dasar moral
negara yang pada hakikatnya merupakan suatu penjabaran dari sila pertama dan
sila kedua pancasila.

Empat pokok pikiran yang terkandung dalam pembukaan UUD 1945. Menurut
oenjelasan undang-undang dasar ini. Merupakan penjelasan logis dari inti alenea keempat
pembukaan UUD 1945 atau dengan lain perkataan bahwa keempat pokok pikiran tersebut
tidak lain adalah merupakan penjabaran dari Dasar filsafat Negara pancasila.
Prinsip negara bagaimana terkandung dalam pokok-pokok pikiran tersebut
menunjukkan kepada kita bahwa dalam kehidupan bernegara walaupun didasarkan pada
peraturan hukum, juga harus didasarkan pada moralitas negara indonesia mendasarkan
pada komitmen-komitmen moral religius serta moral kemanusiaan yang beradab, karena
dalam kehidupan bernegara pada hakikatnya untuk mencapai tujuan kemanusiaan yang
bermartabat luhur.

2.5 Hubungan antara Pembukaan UUD 1945 dengan batang tubuh undang-undang dasar

Pembukaan UUD 1945 mempunyai fungsi hubungan langsung yang bersifat


kausal organis dengan batang tubuh UUD 1945, karena isi dalampembukaan dijabarkan
ke dalam pasal-pasal UUD 1945 maka pembukaan UUD 1945 yang memuat dasar filsafat
negara dan undang-undang dasar merupakan satu kesatuan. Walaupun dapat dipisahkan,
bahkan merupakan rangkaian kesatuan nilai dan norma yang terpadu.
Rangkaian isi, arti makna yang terkandung dalam masing-masing alinea dalam
pembukaan UUD 1945, melukiskan adanya rangkaian peristiwa dan keadaan yang
berkaitan dengan berdirinya negara indonesia melalui pernyataan kemerdekaan
kebangsaan indonesia. adapun rangkaian makna yang terkandung dalam pembukaan
UUD 1945adalah sebagai berikut.
1) Rangkaian peristiwa dan keadaan dan mendahului terbentuknya negara, yang
merupakan rumusan dasar-dasar pemikiran yang menjadi latar belakang
pendorong bagi kemerdekaan kebangsaan indonesia dalam wujud terbentuknya
negara indonesia (alineia I, II, dan III pembukaan)
2) Yang merupakan ekspresi dari peristiwa dan keadaan setelah negara indonesia
terwujud (alinea keempat pembukaan)

Perbedaan pengertian serta pemisahan antara kedua macam peristiwa tersebut


ditandai pengertian yang terkandung dalam anak kalimat, “kemudian dari pada itu” pada
bagian keempat pembukaan UUD 1945, sehingga dapat ditentukan sifat hubungan antara
masing-masing bagian pembukaan dengan batang tubuh UUD 1945, adalah sebagai
berikut.

1) Bagian pertama, kedua dan ketiga pembukaan UUD 1945 merupakan segolongan
pernyataan yang tidak mempunyai hubungan ‘kausal organis’ dengan batang
tubuh UUD 1945.
2) Bagian keempat, pembukaan UUD 1945 mempunyai hibungan yang bersifat
‘kausal organis’ dengan batang tubuh UUD 1945. Yang mengcap beberapa segi
sebagai berikut.
a) Undang-undang dasar ditenntukan akan ada
b) Yang diatur dalam UUD, adalah tentang pembentukan pemerintahan
negara yang memenuhi berbagai persyaratan dan meliputi segala aspek
penyelenggaraan negara.
c) Negara indonesia ialah berbentuk republik yang berkedaularan rakyat.
d) Ditetapkanya dasar kerohanian negara ( dasar filsafat negara pancasila)

Atas dasar sifat-sifat tersebut maka dalam hubungannya dengan batang tubuh
UUD 1945, menepatakan pembukaan UUD 1945 alinea IV pada kedudukan yang amat
penting. Bahkan boleh dikatakan bahwa sebenarnya hanya alinea IV pembukaan UUD
1945 inilah yang menjadi inti sari pembukaan dalam arti yang sebenarnya. Hal ini
sebagaimana termuat dalam penjelasan resmi pembukaan dalam berita Republik
Indonesia tahunn II, No 7, yang hampir keseluruhannya mengenai begian keempat
pembukaan UUD 1945 ( pidato Prof. Mr. Dr. Soepomo tanggal 15 juni 1945 didepan
rapat badan peneyelidik usaha-usaha persiapan kemerdekaan indonesia )

2.6 Hubungan antara pembukaan UUD 1945 dengan pancasila

Inti dari pepmbukaan UUD 1945, pada hakikatnya terdapat dalam alinea IV.
Sebab segala aspek penyelenggaraan pemerintahan negara yang berdasarkan pancasila
terdapat pada pembukaan alinea IV.
Oleh karena iu justru dalam pembukaan itulah secara formal yuridis paancasila
ditetapkan sebagai dasar filsafat Negara Republik Indonesia. Maka hubungan antara
pembukaan UUD 1945 adalah bersifat timbal balik sebagai berikut:

2.6.1 Hubungan secara formal

Jadi berdasarkan tempat terdapatnya pancasila secara formal dapat


disimpulkan sebagai berikut:

1) Bahwa rumusan pancasila sebagai dasar egara republik indonesia adalah


seperti yang tercantum dalam pembukaan UUD 1945 alinea IV
2) Bahwa pembukaan UUD 1945, berdasarkan pengertian ilmiah merukan
pokok kaidah negara yang fundamental dan terhadap tertib hukum
indonesia mempunyai dua macam kedudukan yaitu:
a) Sebagai dasarnya, karena pembukaan UUD 1945 itulah yang
memberikan faktor-faktor mutlak bagi adanya tertib hukum
indonesia
b) Memasukkan dirinya ini dalam tertib hukum tersebut sebagai tirtib
hukum tertinggi
3) Bahwa dengan demikian pembukaan UUD 1945 berkedudukan dan
berfungsi, selain sebagai mukadimah dari pembukaan UUD 1945 dalam
kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Juga berkedudukan sebagai suatu
yang bereksistensi sendiri, yang hakikat kedudukan hukumnya berbeda
dengan pasal-pasalnnya. Karena pembukaan UUD 1945 yang intinya
adalah pancasila adalah tidak tergantung pada batang tubuh UUD 1945,
bahkan sebagai sumbernya.
4) Bahwa pancasila dengan demikian dapat disimpulkan mempunyai hakikat,
sifat, kedudukan, dan fungsi sebagai pokok kaidah negara yang
fundamental, yang menjelmakan dirinya sebagai dasar kelangsungan hidup
negara republik indonesia yang diproklamirkan tanggal 17 agustus 1945
5) Bahwa pancasila sebagai inti pemmbukaan UUD 1945, dengan demikan
mempunnyai kedudukann yang kuat,tetap dan tidak dapat diubah dan
terlekat pada kelangsunga hidup negara republik indonesia

Dengan demikian pancasila sebagai subtansi esensial dari pembukaan dan


mendapatkan kedudukan formal yuridis dalam pembukaan. Sehingga baik
rumusan maupun yirisdiksinya sbagai dasar negara adalah sebagaimana terdapat
dalam pembukaan UUD 1945. Maka perumusan yang yang menyimpang dari
pembukaan tersebut adalah sama halnya dengan mengubah secara tidak sah
pembukaan UUD 1945, bahkan berdasarkan hukum positif sekalipun hal ini
sebagaimana ditentukan dalam ketetapan MPRS No. XX/MPRS/1966, (juncto
Tap No. V/MPR/1973)

2.6.2 Hubungan secara material

Berdasarkan urut-urutan tertib hukum indonesia pembukaan UUD 1945


adalah sebagai tertib hukum yang tertinggi, adapun tertib hukum indonesia
bersumberkan pada pancasila, atau dengan lain perkataan pancasila sebagai
sumber tertib hukum indonesia. Hal ini berarti secara material tertib hukum
indonesia dijabarkan dari nilai-nilai yang terkandung dalam pancasila. Pancasila
sebagai sumber tertib hukum indonesia meliputi sumber nilai, sumber materi,
sumber bentuk dan sifat.

2.7 Hubungan antara pembukaan undang-undang dasar 1945 dengan proklamasi 17


agustus 1945
Kebersatuan antara proklamasi dengan pembukaan UUD 1945 tersebut dapat
dijelaslan sebagai berikut.
1) Disebutkannya kembali pernyataan proklamasi kemerdekaan dalam alinea ketiga
pembukaan menunjukkan bahwa antara proklamasi dengan pembukaan
merupakan suatu rangkaian yang tidak dapat dipisah-pisahkan.
2) Ditetapkannya pembukaan UUD 1945 pada tanggal 18 agustus 1945 bersama-
sama dengan ditetapkannya UUD, presiden dan wakil presiden merupakan
realisasi tindak lanjut dari proklamasi
3) Pembukaan UUD 1945 pada hakikatnya adalah merupakan suatu pernyataan
kemerdekaan yang lebih terinci dari adanya cita-cita luhur yang menjadi semangat
pendorong ditegakkanya kemerdekaan, dalam bentuk negara indonesia yang
merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dengan berdasarkan asas
kerohanian pancasila.

Berdasarkan sifat kesatuan antara pembukaan UUD 1945 dengan proklamasi


kemerdekaan 17 Agustus 1945, maka sifat hubungan antara pembukaan dengan
proklamasi adalah.sebagai berikut

1) Memeberikan penjelasan terhadap dilaksanakannya proklamasi pada tanggal 17


Agustus 1945, yaitu menegakkan hak kodrat dan hak moral dari setiap bangsa
akan kemerdekaan, dan demi inilah maka bangsa indonesia berjuang terus
menerus sampai bangsa indonesia mencapai pintu gerbang kemerdekaan ( bagian
pertama dan kedua pembukaan )
2) Memberikan penegasan terhadap dilaksanakan proklamasi 17 Agustus 1945,
yaitu bahwapejuangan gigih bangsa indonesia dalam menegakkan hak kodrat dan
hak moral itu adalah sebagai gugatan dihadapkan bangsa-bangsa didunia terhadap
adanya penjajahan atas bangsa indonesia, yang tidak sesuai dengan
perikemanusiaan dan kepribadian. Bahwa perjuangan bangsa indonesia itu telah
diridhoi oleh Tuhan Yang Maha Kuasa dan kemudian bangsa indonesia
memproklamirkan kemerdekaannya ( bagian ketiga pembukaan )
3) Memberikan pertanggungjawaban terhadap dilaksanakan proklamasi 17 Agustus
1945, yaitu bahwa kemerdekaan indonesia yang diperoleh melalui perjuangan
luhur, disusun dalam suatu undang-undang dasar negara indonesia yang terbentuk
dalam suatu susunan negara republik indonesia yang berkedaulatan rakyat dengan
berdasarkan : ketuhanan yang maha esa, kemanusiaan yang adli an beradab,
persatuan indonesia, kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam
permusyawaratan/perwakilan, serta dengan mewujudkan suatu keadilan sosial
bagi seluruh rakyat indonesia (bagian keempat pembukaan UUD 1945 )

Proklamasi pada hakikatnya bukan merupakan tujuan, melainkan prasyarat untuk


tercapainya tujuan bangsa dan negara, maka proklamasi memiliki dua macam makna
sebagai berikut.

1) Pernyataan bangsa indonesia bai kepada diri sendiri, maupun kepada dunia luar.
Bahwa bangsa indonesia telah merdeka
2) Tindakan-tindakan yang segera harus dilaksanakan berhubungan dengan
persyaratan kemerdekaan tersebut

Seluruh makna proklamasi tersebut dirinci dan mendapat pertanggungjawaban dalam


pemnukaan UUD 1945, sebagai berikut

1) Bagisan pertama proklamasi, mendapatkan penegasan dan penjelasan pada bagian


pertama proklamasi mendapatkan penegasan dan penjelasan
2) Bagian kedua proklamasi, yaitu suatu pembentukan negara republik indonesia
yang berdasarkann pancasila, sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD
1945 alinea IV adapun prinsip-prinsip negara yang terkandung dalam pembukaan
tersebut meliputi empat hal, pertama :tujuan negara yang akan dilasanakan oleh
pemerintajan negara. Kedua : ketentuann diadakan UUD negara, sebagai landasan
konstitusional pembentukan pemerintahan negara. Ketiga : bentuk negara republik
yang berkedaulatan rakyat dan keempat : asas kerohanian atau dasar filsafat
negara pancasila

Hal ini menunjukkan hubungan antara proklamasi dengan pembukaan merupakan


suatu kesatuan yang utuh, dan apa yang terkandung dalam pembukaan adalah merupakan
amanat dari seluruh rakyat indonesia tatkala mendirikan negara dan untuk mewujudkan
tujuan bersama. Oleh karena itu merupakan suatu tanggung jawabmoral bagi seluruh bangsa
untuk memelihara dan merealisasikannya.

Anda mungkin juga menyukai