PEND
AHUL
UAN
A. LATAR BELAKANG MASALAH
Allah Ta’ala telah memberikan berbagai nikmat-Nya kepada kita semua yang
tentunya harus kita syukuri dengan cara: yang pertama, kita meyakini dalam hati bahwa
nikmat-nikmat tersebut datangnya dari Allah semata, yang merupakan karunia-Nya yang
diberikan kepada kita; yang kedua, mengucapkan rasa syukur kepada-Nya melalui lisan-
lisan kita dengan cara memuji-Nya; dan yang ketiga, mempergunakannya sesuai dengan
apa yang Allah kehendaki.
Di antara nikmat-nikmat yang Allah berikan kepada kita adalah harta dan sehatnya
anggota badan seperti lisan, tangan, kaki dan lainnya. Semua nikmat itu harus kita
gunakan untuk ketaatan kepada Allah,dan berkompetisi dalam meraih kebaikan untuk
kehidupan yang akan datang dengan cara menginfakkan harta yang kita miliki di jalan
kebenaran, membiasakan lisan kita untuk senantiasa berdzikir kepada-Nya dengan
dzikir-dzikir yang telah diajarkan Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam
haditsnya yang shahih, mengucapkan ucapan yang baik, beramar ma’ruf nahi munkar
dan sebagainya.
B. RUMUSAN MASALAH
Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka kami merumuskan beberapa hal yang
akan dibahas pada makalah ini, yaitu :
1. Apa pengertian dari berkompetisi?
2. Apa pengertian kebaikan?
3. Bagaimana penjelasan perintah Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al-Baqarah:148
untuk berkompetisi ?
4. Bagaimana penjelasan perintah Allah SWT dalam Al-Quran Surat Al- Faathir : 32
untuk berkompetisi ?
5. Apa faedah berkompetisi dalam urusan akhirat ?
1
BAB II
PEMB
AHAS
AN
A. PENGERTIAN BERKOMPETISI
Kompetisi adalah kata kerja intransitive yang berarti tidak membutuhkan objek
sebagai korban kecuali ditambah dengan pasangan kata lain seperti against (melawan),
over (atas), atau with (dengan). Tambahan itu pilihan hidup dan bisa disesuaikan dengan
kepentingan keadaan menurut versi tertentu.
Menurut Deaux, Dane dan Wrightsman (1993), kompetisi adalah aktivitas
mencapai tujuan dengan cara mengalahkan orang lain atau kelompok. Individu atau
kelompok memilih untuk bekerja sama atau berkompetisi tergantung dari struktur reward
dalam suatu situasi.
Menurut Chaplin (1999), kompetisi adalah saling mengatasi dan berjuang antara
dua individu, atau antara beberapa kelompok untuk memperebutkan objek yang sama.
B. PENGERTIAN KEBAIKAN
Secara umum kebaikan adalah sesuatu yang diinginkan, yang diusahakan dan
menjadi tujuan manusia. Tingkah laku manusia adalah baik dan benar, jika tingkah laku
tersebut menuju kesempuranan manusia. Kebaikan disebut nilai(value), apabila kebaikan
itu bagi seseorang menjadi kebaikan yang konkrit.Manusia menentukan tingkah lakunya
untuk tujuan dan memilih jalanyang ditempuh. Pertama kali yang timbul dalam jiwa
adalah tujuan itu, dalampelaksanaanya yang pertama diperlukan adalah jalan-jalan itu.
Jalan yangditempuh mendapatkan nilai dari tujuan akhir.Manusia harus mempunyai
tujuan akhir untuk arah hidupnya.
Tujuan harus ada, supaya manusia dapat menentukan tindakan pertama. Jika
tidak,manusia akan hidup secara serampangan. Tetapi bisa juga orang mengatakanhidup
secara serampangan menjadi tujuan hidupnya.Akan tetapi dengan begitu manusia tidak
akan sampai kepada kesempurnaan kebaikan selaras dengan derajat manusia.Untuk
setiap manusia, hanya terdapat satu tujuan akhir. Seluruh manusiamempunyai sifat
serupa dalam usaha hidupnya, yaitu menuntut kesempurnaan.Tujuan akhir selamanya
merupakan kebaikan tertinggi, baik manusia itu mencarinya dengan kesenangan atau
tidak.
Tingkah laku atau perbuatan menjadi baik dalam arti akhlak, apabila membimbing
manusia ke arah tujuan akhir, yaitu dengan melakukan perbuatan yang membuatnya baik
sebagai manusia
َ
2
اللل نإ
Artinya :
Dan bagi tiap-tiap umat ada kiblatnya (sendiri) yang ia menghadap kepadanya. Maka
berlomba-lombalah kamu (dalam berbuat) kebaikan. Di mana saja kamu berada pasti
Allah akan mengumpulkan kamu sekalian (pada hari kiamat). Sesungguhnya Allah
Maha Kuasa atas segala sesuatu.( Q.S Al-Baqarah : 148 )
b) Arti kata dan Identifikasi tajwid
Arti kata
No Lafadz Arti
1. ل كلو Dan bagi tiap tiap ( umat )
2. ةهجو Kiblat
3. وه Ia
4. اهيلوم Menghadap kepadanya
5. اوقبتسا Maka berlomba – lombalah kamu
ف
6. تريخلا Kepada kebaikan
7. ام نيا Dimana saja
8. ونوك Kamu berada
ت
9. تأي Menghadapkan / mengumpulkan
10. الل Dengan / padamu Allah
مكب
11. اعيمج Semua / sekalian
12. الل نا Sesungguhnya Allah
13. لل ُ Atas segala
14. ئيش Ssuatu
15. ري Maha kuasa
دق
3
waqaf )
4. تريخلا -mad layin Al khairat Ada yak sukun didahu lui
(dibacalunak) harakat fathah
- idhar Alif lam ber- temu
qamariyah Alkhairat (dibaca jelas) dengan
huruf kho atau huruf qamariah
d) Kandungan Isi
Setiap umat mempunyai kiblat. Umat Nabi Ibrahim dan Nabi Ismail
menghadap ke ka’bah, Bani Israil dan orang-orang Yahudi menghadap ke Baitul
Maqdis, dan Allah telah memerintahkan supaya kaum muslimin menghadap ka’bah
dalam shalat. Alloh subhaanahu wa ta’aal memberikan ketentuan bagi setiap umat
manusia dalam beribadah kepada-Nya dengan menunjuk arah kiblat yang telah
ditentukan. Manusia yang taat dan patuh terhadap perintah Alloh, tentu akan
melaksanakan dengan penuh taqwa, sedangkan orang yang ingkar akan mencari
dan membuat arah kiblat sendiei sesuai dengan keinginnanya.
Allah akan menghimpun seluruh manusia untuk dihitung dan diberi balasan
atas segala alam perbuatannya. Allah maha kuasa atas segala sesuatu dan tidak ada
yang dapat melemahkannya untuk mengumpulkan seluruh manusia pada hari
pembalasan. Allah subhaanahu wa ta’aala akan dapat menilai dan melihat hamba-
hamba-Nya yang patuh dan taat, demikian juga melihat hamba-hamba-Nya yang
melanggar dan meninggalkan perintah-Nya. Manusia yang selalu berbuat ketaatan
Allah akan membalasnya dengan pahala dan surga, adapun manusia yang lalai dan
meninggalkan perintah Allah maka tempatnya adalah neraka yang apinya selalu
menyala-nyala.
Berlomba-lomba dalam berbuat kebaikan berarti menaati dan patuh untuk
menjalankan perintah Allah dan menjauhi larangannya dengan semangat yang
tinggi. Perbuatan baik sekecil apapun pasti akan mendapat balasannya, demikian
juga perbuatan buruk atau jahat sekecil apapun akan mendapat balasan yang adil
dan setimpal. Tidak ada satupun manusia di hari kiamat yang dapat meloloskan diri
dari pengadilan Allah subhaanahu wa ta’aala.
e) Gambaran Surat Al Baqarah : 148
Setiap umat mempunyai kiblat sendiri-sendiri ( umat Islam kiblatnya Ka;bah,
umat Yahudi kiblatnya Baitul Maqdis)
Setiap manusia supaya menggunakan akal dan kemampuan untuk
berfastabaqul khairat
4
Umat islam tidak boleh malas dalam beramal ( baik untuk diri sendiri/orang
lain )
Setiap orang kelak akan dikumpulkan dan akan dihisab maka harus berhati –
hati setiap melakukan sesuatu
f) Perilaku yang mencerminkan Surat Al Baqarah : 148
Bersikap jujur
Mencintai kebaikan
Menyadari bahwa hanya amal baik yang akan menjadi bekal kehidupan
akherat
Tetap berpegang teguh terhadap keyakinan dalam beragama islam
berhati hati setiap melakukan sesuatu pekerjaan ( karena setiap pekerjaan akan
dimintai pertanggung jawaban )
setiap melakukan sesuatu hendaknya mempunyai arah tujuan yang jelas ( yaitu
mencari ridlo Allah)
banyak berlomba dalam kebaikan , yang kebaikan itu macamnya banyak sekali
.
2. Surat Al –Faathir : 32
a) Lafal dan Arti
قباس مهنمو دصتقم مهنمو هسفنل ملظ مهنمف انداَب نم انيفطصا نيذلا باتكلا انثروأ
مث
)رطاف﴿ريبكلا لضفلا وه كلذ اللل نذإب:٣٢
تاريخلب
Artinya :
Kemudian Kitab itu Kami wariskan kepada orang-orang yang Kami pilih di antara
hamba-hamba Kami, lalu di antara mereka ada yang menganiaya diri mereka sendiri
dan di antara mereka ada yang pertengahan dan di antara mereka ada (pula) yang
b)lebih
Artidahulu
kata dan identifikasi
berbuat kebaikanTajwid
dengan izin Allah. Yang demikian itu adalah karunia
yang
No amat besarLafadz Arti
1. م Kemudian
ث
2. انثروا Kami wariskan
3. َبتكل Kitab
4. نيذلا Orang – orang yang
5. انيفطصا Kami pilih
6. انداَب نم Diantara hamba – hamba kami
7. مهنم Maka diantara mereka
ف
8. ملاظ Zalim / aniaya
9. هسفن Pada dirinya sendiri
ل
10. مهنمو Dan diantara mereka
11. دصتقم Pertengahan
5
12 مهنمو Dan diantara mereka
13 قباس Mendahului
14 تريخلاب Dengan berbuat kebaikan
16 الل Dengan izin Allah
نذاب
17 كلذ Demikian itu
18 وه Ia / adalah
19 ل ض فل ا Karunia
20 ريبكلا Yang besar
6
d) Kandungan isi
Surat ini adalah surat ke 35 dalam Al Qur’an yang berisikan 45 ayat.
Tergolong surat makiyah maka isi ayat ini lebih kepada menerangkan tentang
tingkatan-tingkatan seorang muslim dalam mengamalkan kitab (Al Qur’an). Di ayat
ini disebutkan tiga golongan yang menerima kitab.
Berdasarkan Surat dan ayat di atas Ibnu Taimiyyah membagi manusia ke
dalam tiga derajat kedudukan manusia yaitu :
1. Golongan Dhoolimun li nafsih, yaitu golongan yang selalu mendholimi dan
menganiaya diri sendiri. Mereka merupakan golongan yang durhaka kepada
Allah, dengan meninggalkan perintah-Nya dan mengerjakan larangan-Nya.
Mereka yang menzalimi diri sendiri, yaitu mereka yang tidak menggunkan
Al Qur’an sebagai pedoman hidup. Tandanya, mereka selalu berbuat
kesalahan dan kejahatan. Antara kebaikan dan kejahatan lebih banyak
kejahatannya
2. Golongan Mukhtasid, ialah golongan dari kelompok manusia yang
derajatnya berada pada pertengahan , bersifat cermat dan senantiasa berhati-
hati dengan melaksanakan kewajiban dan menjauhi larangan-larangan-Nya
Orang yang semacam ini kebaikan dan keburukannya kadang seimbang.
Kadang mereka banyak berbuat baik, tetapi banyak pula berbuat salah.
3. Golongan Sabiqun bil khoirot, ialah golongan dari manusia yang
senantiasa aktif dalam melakukan kebaikan yang wajib dan mengerjakan
amalan-amalan yang sunat. Hidupnya istiqomah dan menjauhi perkara-
perkara yang syubhat dan ragu-ragu dalam kehidupan sehari-hari. Mereka
yang beruntung, yaitu mereka yang dengan izin Allah berbuat kebaikan.
Hidupnya senantiasa dihiasi oleh amal shaleh.
Nilai amal shaleh sangat erat kaitannya dengan iman. Amal yang tidak
dengan iman (bukan karena Allah) tidakdidasaridapat memberikan pahala kepada kita
walaupun sebesar langit dan bumi sehingga amalan yang kita lakukan tidak akan
mendapat nilai di sisi Allah. Al Qur’an dalam hal ini antara lain menyatakan sebagai
berikut:
1. orang yang mati dalam kekafiran (tidak bertobat) tidak akan diterima
amalannya
2. orang-orang yang musyrik akan dihapus amalannya
3. amal perbuatan orang kafir akan sia-sia
4. orang kafir akan ditimpakan siksa di dunia dan di akhirat
5. orang kafir dan musyrik akan dimasukkan ke dalam neraka
6. orang yang tidak beriman kepada akhirat hanya mendapatkan kehidupan di
dunia saja.
e) Gambaran Surat Al-Faathir : 32
Allah mewariskan Al Qur ‘an kepada hamba – hambanya yang terpilih
Dalam Al Qur ‘an Allah menggolongkan hamba hamba Nya ( terkait
dengan Al Qur 'an sebagai pegangan hidup) yaitu
7
antara perbuatan baik dan buruk ( golongan ini akan ditempatkan di “A’raf “
yaitu tempat antara surga dan neraka , lalu dengan izin dan kasih sayang Allah
mereka akan dimasukkan ke surga )
- ت اريخلاب قب اس: artinya orang yang terus menerus melakukan kebaikan
Dari ketiga golongan tersebut diatas maka golongan yang ketigalah golongan
yang akan mendapat keberuntungan ( yaitu surga 'adn )
f) Perilaku yang mencerminkan Surat Al- Faathir : 32
1. Menerima Al Qur 'an dengan sepenuh hatidan menjadikan Al Qur ‘an sebagai
pegangan hidup
2. Menjalankan semua ajaran yang ada didalam Al Qur 'an
3. Cepat cepat melakukan perintah baik yang wajib maupun yang sunat , serta
cepat – cepat meninggalkan larangan baik yang haram maupun yang makruh
4. Selalu berkompetisi dalam ibadah ( tidak pernah berhenti )
5. Menghindari perbuatan dlolim ( aniaya)
6. Selalu mencari pahala dengan melakukan amal kebaikan
8
melakukan sebab untuk mendapatkan ampunan dengan melakukan taubat yang tulus,
istighfar yang manfaat, menjauh dari dosa dan jalan-jalannya. Sedangkan berlomba
untuk meraih ridho Allah dilakukan dengan melakukan amalan sholih dan semangat
menggapai ridho Allah selamanya (bukan sesaat). Bentuh dari menggapai ridho Allah
tadi adalah dengan berbuat ihsan (berbuat baik) dalam beribadah kepada Sang Khaliq
dan berbuat ihsan dalam bermuamalah dengan sesama makhluk dari segala segi.”[2]
2. Faedah kedua.
Dalam masalah akhirat seharusnya seseorang berlomba untuk menjadi yang terdepan.
Inilah yang diisyaratkan dalam ayat lainnya,
تاريخلا اوقبتساف
“Berlomba-lombalah dalam kebaikan” (QS. Al Baqarah: 148).
نوسفانتملا سفانت ي ف كلذ يفو
“Dan untuk yang demikian itu hendaknya orang berlomba-lomba.” (QS. Al Muthoffifin:
26). Artinya, untuk meraih berbagai nikmat di surga, seharusnya setiap berlomba-
lomba.Ibnu Rajab Al Hambali rahimahullah menerangkan, “Para sahabat memahami
bahwa mereka harus saling berlomba untuk meraih kemuliaan di surga. Mereka berusaha
menjadi terdepan untuk menggapai derajat yang mulia tersebut. Oleh karena itu, jika di
antara mereka melihat orang lain mendahului mereka dalam beramal, mereka pun
bersedih karena telah kalah dalam hal itu. Inilah bukti bahwa mereka untuk menjadi yang
terdepan.”[3] Hasan Al Bashri rahimahullah mengatakan, “Jika engkau melihat orang
lain mengunggulimu dalam hal dunia, maka kalahkanlah ia dalam hal akhirat.”Wuhaib
bin Al Ward rahimahullah mengatakan, “Jika engkau mampu tidak ada yang bisa
mengalahkanmu dalam hal akhirat, maka lakukanlah.”Sebagian salaf mengatakan, “Jika
engkau mendengar ada yang lebih taat pada Allah darimu, seharusnya engkau bersedih
karena telah kalah dalam hal ini.”[4]
3. Faedah ketiga.
Bagaimanakah luasnya surga? Lihatlah keterangan dalam ayat selanjutnya,
ضرتلاو ءامسلا ضرلع اهضَر ةنجو
“Dan surga yang lebarnya selebar langit dan bumi”. Asy Syaukani rahimahullah
mengatakan, “Jika lebar surga saja selebar langit dan bumi. Lantas bagaimanakah lagi
dengan panjangnya.”[5] Demikianlah luasnya surga. Namun sedikit yang mengetahui hal
ini, sehingga lihatlah sendiri bagaimana dunia begitu dikejar dibanding akhirat. Padahal
jauh sekali antara kenikmatan surga dibanding dunia. Disebutkan dalam sebuah hadits,
dari Sahl bin Sa’ad As Sa’idi, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
اهيف امو ايندلا نم ريخ ةنجلا ُف طوس عضوم
“Satu bagian kecil nikmat di surga lebih baik dari dunia dan seisinya.”[6] Seharusnya
kenikmatan di surga lebih semangat kita raih.
4. Faedah keempat.
Modal surga adalah dengan beriman pada Allah dan Rasul-Nya. Iman yang dimaksud di
sini mencakup iman yang pokok (ushulud diin) dan iman yang di luar pokok agama
(furu’).[7] Dari sini, berarti bukan hanya ushulud diin saja yang wajib diimani. Namun
pada perkara yang di luar pokok agama jika telah sampai ilmunya pada kita, wajib pula
diimani. Contohnya, kita punya kewajiban beriman pada hari akhir secara umum. Namun
jika datang ilmu mengenai perinciannya seperti di antara tanda datangnya kiamat adalah
munculnya Dajjal, maka ini juga patut diimani.
9
5. Faedah kelima
Seseorang tidaklah memasuki surga melainkan dengan rahmat Allah.[8] Sebagaimana
pula disebutkan dalam hadits,
« – اللل لوسر « ةنجلا ه َم ادحأ لخدي نل » لوق ي – صلى ال عليه وسلم. لاق اللل لوسر اي تنأ لو اولاق
تعمس لاق ةريره ابأ نأ ةمحرو لضفب اللل
ل، ُندمغت ي نأ لإ انأ لو
Sesungguhnya Abu Hurairah berkata, ia mendengar Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa
sallam bersabda, “Amal seseorang tidak akan memasukkan seseorang ke dalam
surga.” “Engkau juga tidak wahai Rasulullah?”, tanya beberapa sahabat. Beliau
menjawab, “Aku pun tidak. Itu semua hanyalah karena karunia dan rahmat Allah.”[
9]
Sedangkan firman Allah Ta’ala,
ه سرو لَاب اونمآ نيذ ل تَدأ ضرتلاو ءامسلا ضرلع اهضَر ةنجو
“Surga yang lebarnya selebar langit dan bumi, yang disediakan bagi orang-orang yang
beriman kepada Allah dan rasul-rasul-Nya”. Mungkin ayat ini dapat dipahami bahwa
seseorang memasuki surga karena amalannya yaitu beriman pada Allah dan Rasul-Nya.
Bagaimana mengkompromikannya?.Ada beberapa penjelasan para ulama mengenai hal
1.
ini: Yang dimaksud seseorang tidak masuk surga dengan amalnya adalah peniadaan
masuk surga karena amalan.
2. Amalan itu sendiri tidak bisa memasukkan orang ke dalam surga. Kalau bukan
karena karunia dan rahmat Allah, tentu tidak akan bisa memasukinya. Bahkan
adanya amalan juga karena sebab rahmat Allah bagi hamba-Nya.
3. Amalan hanyalah sebab tingginya derajat seseorang di surga, namun bukan sebab
seseorang masuk ke dalam surga.
4. Amalan yang dilakukan hamba sama sekali tidak bisa mengganti surga yang Allah
beri. Itulah yang dimaksud, seseorang tidak memasuki surga dengan amalannya.
Maksudnya ia tidak bisa ganti surga dengan amalannya. Sedangkan yang
memasukkan seseorang ke dalam surga hanyalah rahmat dan karunia Allah.[10]
6. Faedah keenam.
Beriman dan beramal sholih, itu adalah karunia dan anugerah dari Allah Ta’ala.
Muhammad bin ‘Ali Asy Syaukani rahimahullah mengatakan, “Seorang hamba
dilebihkan dari yang lainnya sesuai dengan kehendak Allah. Tidak ada yang mungkin
dapat menghalangi pemberian Allah dan tidak mungkin ada yang dapat memberi apa
yang Allah halangi. Ketahuilah bahwa kebaikan seluruhnya berada di tangan-Nya.
Allahlah yang benar-benar Maha Mulia, Maha Pemberi dan tidak kikir.”[11]
10
BAB III
PENUTUP
Berlomba-lomba dalam kebaikan dan ketaatan kepada Allah ternyata bukanlah hal
yang mustahil dan aneh bagi orang-orang yang telah merasakan manisnya iman. Bahkan ini
merupakan bentuk rahmat yang agung dan taufik dari Allah yang memudahkan mereka
untuk merasakan indahnya ‘surga dunia yang hakiki’, agar mereka semakin termotivasi dan
bersemangat mengejar tingginya kenikmatan surga di akhirat nanti.
Imam ibnul Qayyim berkata: “Maha suci (Allah ) yang memperlihatkan kepada hamba-
hamba-Nya (yang shaleh) surga-Nya (di dunia) sebelum (mereka) bertemu dengan-Nya (di
akhirat kelak), dan Dia membukakan untuk mereka pintu-pintu surga-Nya di negeri (tempat)
beramal (dunia), sehingga mereka bisa merasakan kesejukan dan keharumannya, yang itu
(semua) menjadikan mereka (termotivasi untuk) mencurahkan (semua) kemampuan mereka
untuk meraihnya dan berlomba-lomba mendapatkannya”[12]
11
DAFTAR PUSTAKA
http://www.scribd.com/doc/64042435/1/A-Pengertian-Kebaikan-Secara-Etika
http://www.bisosial.com/2012/11/pengertian-konpetisi.html
http://referensiislam.blogspot.com/2011/06/berlomba-lomba-dalam-kebaikan.html
12