Anda di halaman 1dari 26

BAB 4

HASIL DAN PEMBAHASAN

Hasil dan pembahasan dari pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal
4-26 Januari 2019 tentang Hubungan Sikap dan Peran terhadap dukungan keluarga
dalam perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya. Metode yang digunakan adalah menggunakan metode korelasional dan data
penelitian diperoleh dengan memberikan kuesioner kepada responden pasien usia
17-56 tahun di ruang Nusa Indah dan Keluarga Pasien. Data yang disajikan terdiri
dari 2 macam yaitu data umum dan data khusus. Data umum yang merupakan
karakteristik subjek penelitian yaitu data demografi meliputi, usia, Jenis Kelamin
pendidikan terakhir dan Pekerjaan. Dalam data khusus yaitu karakteristik adalah
Dukungan Keluarga, Peran dan Sikap pasien di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.

4.1 Hasil Penelitian


Hasil penelitian Hubungan Sikap dan Peran terhadap dukungan keluarga
dalam perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya. Responden pada penelitian ini berjumlah 35 responden, pengumpulan data
diambil pada tanggal.
4.1.1 Karakteristik tempat penelitian
Perkembangan RSUD dr Doris Sylvanus dimulai pada tahun 1959 dengan
adanya kegiatan klinik di rumah bapak Abdul Gapar Aden, Jl. Suta Negara Nomor
447 yang dikelolanya sendiri dibantu oleh isterinya, Ibu Lamus Lamon. nama
dr. Doris Sylvanus sendiri diambil nama seorang dokter pertama asli Kalimantan
Tengah. Kesehatan Propinsi Kalimantan Tengah dan pada tahun 1961 pindah lagi
di Jl Bahutai Dereh (sekarang Jl. dr. Sutomo Nomor 9) dan berubah menjadi rumah
sakit kecil berkapasitas 16 tempat tidur yang dilengkapi dengan peralatan
kesehatan beserta laboratorium. Sampai dengan tahun 1973 Rumah Sakit Palangka
Raya masih dibawah pengelolaan/milik Pemerintah Dati II Kodya Palangka Raya
dan selanjutnya dialihkan pengelolaannya/menjadi milik Pemerintah Propinsi

51
52

Dati I Kalimantan Tengah. Rumah sakit terus dikembangkan menjadi 67 tempat


tidur dan pada tahun 1977 secara resmi menjadi rumah sakit kelas D (sesuai
dengan klasifikasi Departemen Kesehatan RI). Kapasitas terus meningkat menjadi
100 tempat tidur pada tahun 1978. Pada tahun 1980 kelas rumah sakit ditingkatkan
menjadi kelas C sesuai dengan kriteria Departemen Kesehatan RI dan SK
Gubernur Kalimantan Tengah Nomor 641/ KPTS/ 1980 dengan kapasitas 162
tempat tidur. 19 tahun kemudian pada tahun 1999 sesuai Perda Nomor 11 tahun
1999 RSUD dr. Doris Sylvanus kelasnya ditingkatkan menjadi kelas B non
pendidikan walaupun belum diterapkan secara operasional karena pejabatnya
belum dilantik. Dengan dilantiknya pejabat pengelola pada 1 Mei 2001, maka
kelas B non pendidikan mulai diberlakukan secara operasional. Pada Tahun 2011
RSUD dr. Doris Sylvanus terakreditasi 12 pelayanan dan menjadi Badan Layanan
Umum Daerah. Tahun 2014 Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus sudah menjadi
Rumah Sakit Pendidikan sesuai dengan SK Menteri Kesehatan RI Nomor HK
02.03/I/0115/2014 Tentang penetapan RSUD dr. Doris Sylavnus sebagai Rumah
Sakit Pendidikan. Dan pada tahun 2015 Rumah Sakit dr. Doris Sylvanus sudah
memiliki 306 tempat tidur. Sedangkan sampai dengan bulan Desember 2017
jumlah tempat tidur di RSUD dr. Doris Sylvanus berjumlah 357 tempat tidur.

Gambar 4.1 Gedung I RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun 2019
53

Secara geografis RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya dibangun di atas
lahan seluas ± 4.5 Ha dengan luas bangunan 17.554 M² yang beralamat di jalan
Tambun Bungai No. 04 Palangka Raya dengan batas-batas wilayah sebagai
berikut:

1. Sebelah utara berbatasan dengan jalan Dr. Soetomo


2. Sebelah timur berbatasan dengan jalan Suprapto
3. Sebelah barat berbatasan dengan jalan A. Yani
4. Sebelah selatan berbatasan dengan jalan Tambun Bungai
4.1.1.1 Visi, Misi, Motto Dan Tujuan RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya

1) Visi
Menjadi Rumah Sakit pendidikan unggulan di Kalimantan
2) Misi
(1) Meningkatkan pelayanan yang bermutu prima dan berbasis Ilmu
Pengetahuan dan Teknologi Kedokteran (IPTEKDOK)
(2) Meningkatkan Sumber Daya Manusia yang profesional dan berkomitmen
tinggi
(3) Meningkatkan prasarana dan sarana yang modern
(4) Meningkatkan manajemen yang efektif dan efisien
(5) Meningkatkan kualitas pendidikan dan penelitian di bidang kedokteran dan
kesehatan
3) Motto
Bajenta Bajorah artinya Memberikan pelayanan dan pertolongan kepada
semua orang dengan baik, ramah tamah, tulus hati dan kasih sayang
4) Tujuan
Menjadi rumah sakit pendidikan unggulan di Kalimantan dalam pelayanan
medis khususnya bidang Kebidanan dan Kandungan serta dalam bidang
service excellence
1.1.1.2 Logo RSUD dr. Doris Sylvanus
Gambar di bawah ini merupakan logo dari RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
54

Gambar 4.3 Logo RSUD dr. Doris Sylvanus

Arti Logo RSUD dr. Doris Sylvanus

1. Palang Hijau : Lambang Kesehatan


2. 5 Garis Lengkung
1) 5 : Pancasila
2) Garis Lengkung : Menggambarkan aliran
sungai yang banyak terdapat
di Kalimantan Tengah
dimana sebagian besar
masyarakatnya masih
bergantung dari sungai
sebagai sumber
kehidupannya.
3) Warna Merah Putih Garis Lengkung : Menggambarkan semangat
yang terus mengalir
berdasarkan Pancasila
4) Warna Dasar Putih : Lambang Ketulusan
5) Sudut Lancip Pada Bingkai : Menggambarkan ketegasan
dalam pengambilan
keputusan
6) Sudut Tumpul Pada Bingkai : Menggambarkan
fleksibilitas dalam
pelayanan.
55

Gambar 4.2 Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya Tahun
2019
1. Profil ruang Nusa Indah
1) Tujuan Keperawatan
“Memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan berbagai macam
kasus penyakit saraf, THT, Mata, dan Gigi Mulut, Mengacu pada Standar Asuhan
Keperawatan dan Standar Operational Prosedur dan peraturan yang berlaku”.
2) Motto
Bajenta Bajorah. Memberikan pelayanan dan pertolongan kepada semua
orang dengan ramah tamah, tulus hati dan kasih sayang.
3) Sifat Kekaryaan Ruang
(1) Fokus Telaah
Ruang Nusa Indah merupakan ruang rawat inap dengan kasus penyakit saraf,
THT, Mata dan Gigi mulut. Ruang nusa indah menggunakan Metode Asuhan
Keperawatan yang di adopsi dari SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan
Keperawatan Profesional). Ruangan ini menggunakan pola Modifikasi Tim-
Primer (Moduler) yang mana terbagi atas 2 Tim/Grup. Masing-masing Tim/Grup
diketuai oleh perawat primer dan selanjutnya beranggotakan Perawat Asosiate
atau perawat pelaksana.
(2) Lingkup Garapan
56

Ruang nusa indah atau ruang rawat inap dengan kasus penyakit saraf, THT,
Mata dan Gigi mulut.Ruang ini diperuntukan bagi pasien dewasa pria ataupun
wanita yang menderita penyakit saraf, THT, Mata dan Gigi mulut. Beberapa
contoh 10 penyakit terbanyak pada bulan Agustus dan September yang sering
ditemukan di Ruang Nusa Indah adalah ODS/ODD, Stroke Hemoragik, Cidera
kepala ringan, Stroke non hemoragik, Hipertensi.
(3) Basis Intervensi
Dalam menerapkan basis intervensi, ruang Nusa indah (Penyakit saraf, THT,
Mata dan Gigi mulutsudah mempunyai Standar Prosedur Operasional (SPO) dan
Standar asuhan keperawatan (SAK) untuk proses tindakan keperawatan. Standar
operasional prosedur yang sudah ada di ruangan Nusa Indah meliputi :
1. SPO pemeriksaan EKG
2. SPO pemasangan Infus
3. SPO pemasangan NGT dan pemberian makanan lewat sonde
4. SPO perawatan luka
5. SPO resusitasi jantung-paru
6. SPO memberikan obat melalui rectum
7. SPO mengambil darah vena
8. SPO memasang kateter
9. SPO pemasangan venflon
10. SPO pemasangan tranfusi darah
11. SPO penatalaksanaan suction
12. SPO terapi oksigen
13. SPO manajemen nyeri
14. SPO pelaksanaan ROM (Range of Motion)
15. SPO pemberian nebulizer
16. SPO perencanaan pasien pulang
Standar asuhan keperawatan (SAK) ruang Nusa Indah (Penyakit saraf, THT,
Mata dan Gigi mulut) diantaranya :
1. SAK Peningkatan Tekanan Intra Kranial
2. SAK nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
3. SAK ketidakefektifan pola nafas
4. SAK hipertermia
57

5. SAK gangguan ADL (Activity Daily Living)


6. SAK perubahan perfusi jaringan perifer/ serebral
7. SAK nyeri
8. SAK (Aktual/Resiko) kelebuhan volume cairan tubuh
9. SAK (Aktual/Resiko) kerusakan integritas kulit/jaringan
10. SAK (Aktual/Resiko) kekurangan volume cairan tubuh
11. SAK kecemasan
12. SAK Intoleransi aktivitas.
3.1.2.4 Model Layanan
Model Asuhan Keperawatan yang digunakan di Ruang Nusa Indah adalah
SP2KP (Sistem Pemberian Pelayanan Keperawatan Profesional) berdasarkan SK
Menkes No. 188.4/0146/Kep-KUM/2012 yang merupakan perkembangan dari
MPKP (Model Praktek Keperawatan Profesional) dimana dalam SP2KP ini terjadi
kerjasama professional antara Perawat Primer (PP) dan Perawat Asosiate (PA)
serta tenaga kesehatan lainnya. Metode modifikasi tim-primer yang terdiri dari:
Kepala ruangan, perawat primer dan perawat associate.
4) Kapasitas Unit Ruangan
Ruang Nusa Indah terdiri dari 1 ruang nurse stasion, 1 ruang mahasiswa, 1
ruang bimbingan, 1 ruang Dokter Muda, 1 ruang kepala ruangan, 6 ruang yang
berisi 20 tempat tidur 1 dapur dan 7 WC dan kamar mandi.
58

4.2 Data umum


Data umum yang biasa digunakan meliputi usia, Jenis Kelamin, Pendidikan
terakhir dan Pekerjaan. Data umum dari penelitian ini meliputi usia dan
pendidikan. Berikut akan disajikan data umum responden dalam bentuk tabel.
4.2.1 Karakteristik Responden Berdasarkan Usia
Data responden berdasarkan usia terlihat dibawah diagram dibawah ini.
4 responden
11%

21 responden
60%

17-24 tahun
10 responden
29% 25-35 tahun
> 36 tahun

Sumber: Data primer 2019


Diagram 4.1 Karakteristik responden berdasarkan usia di ruang Nusa Indah
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Berdasarkan diagram diatas menunjukan dari 35 (100%) responden


didapatkan, bahwa responden pada rentang usia 17-24 tahun berjumlah 21
responden (60%), responden pada rentang usia 25-35 tahun berjumlah berjumlah
10 responden (29%), responden pada rentang usia >36 tahun berjumlah 4
responden (11%). Dominan responden yaitu responden dengan rentang usia 17-24
tahun sebanyak 21 responden (60%).
59

4.2.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin


Data responden berdasarkan jenis kelamin terlihat di dalam diagram di
bawah ini.

13 responden
37%
22 responden
63%

Laki-laki
Perempuan

Sumber: Data primer 2019


Diagram 4.2 Karakteristik responden berdasarkan jenis kelamin di ruang Nusa
Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa dari 35 responden (100%)


yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22 responden (63%), yang berjenis
kelamin perempuan sebanyak 13 responden (37%). Jadi dominan responden yang
didapatkan yaitu responden berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22 responden
(63%).
60

4.2.3 Karakteristik Responden Berdasarkan Pendidikan


Data responden berdasarkan pendidikan terlihat di dalam diagram di bawah
ini.

5 responden 7 responden
14% 20%
5 responden
14%

8 responden
23%
10 responden SD
29% SMP
SMA
PT
Tidak Sekolah

Sumber: Data primer 2019


Diagram 4.3 Karakteristik responden berdasarkan pendidikan di ruang Nusa
Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa dari 35 responden (100%)


yang berpdendidikan SD sebanyak 7 responden (20%), yang berpendidikan SMP
sebanyak 8 responden (23%), yang berpendidikan SMA sebanyak 10 responden
(29%), yang berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 5 responden (14%), dan
yang tidak sekolah sebanyak 5 responden (14%).
61

4.2.4 Karakteristik Responden Berdasarkan Pekerjaan


Data responden berdasarkan pekerjaan terlihat di dalam diagram di bawah
ini.
5 responden
15%
12 responden
34%

PNS
18 responden
Swasta
51%
Petani

Sumber: Data primer 2019


Diagram 4.4 Karakteristik responden berdasarkan jumlah keluarga di ruang Nusa
Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Berdasarkan diagram di atas menunjukan bahwa dari 35 responden (100%)


yang bekerja sebagai PNS sebanyak 12 responden (34%), yang bekerja swasta
sebanyak 18 responden (51%), yang bekerja sebagai petani sebanyak 5 responden
(15%).
62

4.3 Data khusus


Data khusus adalah penyajian variabel secara terperinci. Tujuan data khusus
adalah mempermudah untuk melakukan penyajian data dalam bentuk tabel
ataupun gambar. Data khusus dalam penelitian ini terdiri dari Sikap, Peran dan
Dukungan Keluarga di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
4.3.1 Karakteristik Berdasarkan Sikap
Data responden berdasarkan kategori Sikap dapat dilihat di dalam diagram
di bawah ini.

14 responden 21 responden
40% 60%

Sikap Positif
Sikap Negatif

Sumber: Data primer 2019


Diagram 4.5 Karakteristik responden berdasarkan Sikap di Ruang Nusa Indah
RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.

Berdasarkan diagram di atas, diketahui dari 35 responden (100%) didapatkan


sebanyak 21 responden yang memiliki sikap positif (60%), sebanyak 14 responden
yang memiliki sikap negatif (40%). Dominan responden berdasarkan sikap yaitu
responden dengan sikap positif sebanyak 21 responden (80%).
63

4.3.2 Karakteristik Responden Berdasarkan Peran Keluarga


Data responden berdasarkan kategori Peran Keluarga dapat dilihat di dalam
diagram di bawah ini.
3 responden
9% 12 responden
34%

20 responden
57% Sangat Baik
Baik
Tidak Baik

Sumber: Data primer 2019


Diagram 4.6 Karakteristik responden berdasarkan peran keluarga terhadap
perawatan pasien stroke di ruang nusa indah RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya .

Berdasarkan diagram di atas, diketahui bahwa dari 35 responden (100%)


didapatkan sebanyak 12 responden memiliki peran keluarga sangat baik (34%),
sebanyak 20 responden memiliki peran keluarga baik (57%) dan sebanyak 3 orang
responden memiliki peran keluarga tidak baik (9%). Dominan responden
berdasarkan peran keluarga yaitu responden yang memiliki peran keluarga Baik
sebanyak 20 responden (83%).
64

4.3.3 Karakteristik Berdasarkan Dukungan Keluarga


Data responden berdasarkan kategori Dukungan Keluarga dapat dilihat di
dalam diagram di bawah ini.
2 responden 9 responden
6% 26%

24 responden
68% Sangat Baik
Baik
Tidak Baik

Sumber: Data primer 2019


Diagram 4.7 Karakteristik responden terhadap dukungan keluarga terhadap
pasien stroke di ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.

Berdasarkan diagram di atas, diketahui dari 35 responden (100%)


didapatkan sebanyak 9 responden yang memiliki dukungan keluarga sangat baik
(26%), sebanyak 24 responden yang memiliki dukungan keluarga baik (68%) dan
sebanyak 2 responden yang memiliki dukungan keluarga tidak baik (6%).
Dominan responden berdasarkan dukungan keluarga yaitu responden dengan
dukungan keluarga baik sebanyak 24 responden (23%).
65

4.3.4 Analisa Uji Bivariat


4.3.4.1 Analisa Hubungan Sikap dan peran terhadap dukungan keluarga dalam
perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus
Palangka Raya.
Tabel 4.1 Tabulasi silang (crosstabulation) hubungan sikap terhadap dukungan
keluarga dalam perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD
dr. Doris Sylvanus Palangka Raya
Dukungan keluarga Total
Sangat baik Baik Tidak baik
Sikap positif 8 (62%) 5 (38%) 0 (0%) 13(100%)
Sikap
Sikap negatif 1(5%) 19 (86%) 2 (9%) 22 (100%)
Total 9 (26%) 24 (67%) 2 (6%) 35 (100%)

Dari 35 responden yang memiliki sikap positif 13 responden (100%)


diantaranya dengan responden yang memiliki dukungan keluarga sangat baik 8
responden (62%), yang memiliki dukungan keluarga baik 5 responden (38%), dan
yang memiliki dukunga tidak baik 0 responden (0%).
Dari 35 responden yang memiliki sikap negatif 22 responden (100%)
diantaranya dengan responden yang memiliki dukungan keluarga sangat baik 1
responden (5%), yang memiliki dukungan keluarga baik 19 responden (86%), dan
yang memiliki dukunga tidak baik 2 responden (9%).
Tabel 4.2 Tabulasi silang (crosstabulation) hubungan peran terhadap dukungan
keluarga dalam perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya
Dukungan keluarga Total
Sangat baik Baik Tidak baik
Sangat baik 8 (67%) 4 (33%) 0 (0%) 12 (100%)
Peran
Baik 1 (5%) 19 (95%) 0 (0%) 20 (100%)
keluarga
Tidak baik 0 (0%) 1 (33%) 2 (67%) 3 (100%)
Total 9 (26%) 24 (69%) 2 (6%) 35 (100%)

Dari 35 responden yang memiliki peran keluarga sangat baik 12 responden


(100%) diantaranya dengan responden yang memiliki dukungan keluarga sangat
66

baik 8 responden (67%), yang memiliki dukungan keluarga baik 4 responden


(33%), dan yang memiliki dukungan keluarga tidak baik 0 responden (0%).
Dari 35 responden yang memiliki peran keluarga baik 20 responden (100%)
diantaranya dengan responden yang memiliki dukungan keluarga sangat baik 1
responden (5%), yang memiliki dukungan keluarga baik 19 responden (95%), dan
yang memiliki dukungan keluarga tidak baik 0 responden (0%).
Dari 35 responden yang memiliki peran keluarga tidak baik 3 responden
(100%) diantaranya dengan responden yang memiliki dukungan keluarga sangat
baik 0 responden (0%), yang memiliki dukungan keluarga baik 1 responden
(33%), dan yang memiliki dukungan keluarga tidak baik 2 responden (6%).
4.3.4.2 Analisa uji statistik Hubungan Sikap dan peran terhadap dukungan
keluarga dalam perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr.
Doris Sylvanus Palangka Raya.
Tabel 4.3 uji statistik Hubungan Sikap terhadap dukungan keluarga dalam
perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
Sikap Dukungan
keluarga
Correlation
1.000 .623**
coefficient
Sikap
Sig. (2-tailed) . .000
Spearman's N 35 35
rho Correlation
.623** 1.000
Dukungan coefficient
keluarga Sig. (2-tailed) .000 .
N 35 35
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Uji statistik Spearman Rank menunjukkan bahwa nilai p value < α yaitu
0,000 < 0,05 sehingga H1 diterima menunjukkan hubungan yang signifikan dan
bermakna antara Hubungan Sikap terhadap dukungan keluarga dalam perawatan
pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
67

Tabel 4.4 uji statistik Hubungan peran terhadap dukungan keluarga dalam
perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
Peran Dukungan
keluarga keluarga
Correlation
1.000 .729**
Peran Coefficient
keluarga Sig. (2-tailed) . .000
Spearman's N 35 35
rho Correlation
.729** 1.000
Dukungan Coefficient
keluarga Sig. (2-tailed) .000 .
N 35 35
*. Correlation is significant at the 0.05 level (2-tailed).

Uji statistik Spearman Rank menunjukan bahwa nilai p value < α yaitu 0,000
< 0,05 sehingga H2 diterima menunjukkan hubungan yang signifikan dan
bermakna ada hubungan Peran dengan dukungan keluarg adalam perawatan pasien
stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya.
68

4.4 Pembahasan
4.4.1 Sikap keluarga dalam perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah
RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.
Diketahui bahwa dari dari 35 responden (100%) didapatkan sebanyak 21
(60%) responden yang memiliki sikap positif, dengan pendidikan SD 3 responden,
SMP 5 responden, SMA 7 responden, Perguruan Tinggi 3 responden, dan yang
tidak sekolah sebanyak 3 responden serta dengan pekerjaan sebagai PNS sebanyak
7 responden, yang bekerja swasta sebanyak 11 responden, yang bekerja sebagai
petani sebanyak 3 responden. Sebanyak 14 (40%) responden yang memiliki sikap
negatif dengan tingkat pendidikan SD sebanyak 4 responden, yang berpendidikan
SMP sebanyak 3 responden, yang berpendidikan SMA sebanyak 3 responden,
yang berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 2 responden, dan yang tidak
sekolah sebanyak 2 responden serta pekerjaan sebagai PNS 5 responden, sebagai
swasta 7 responden, dan sebagai petani 2 responden.
Berdasarkan Teori Sikap adalah pernyataan evaluasi terhadap suatu objek,
orang atau peristiwa. Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam
psikologi sosial yang membahas unsur sikap, baik sebagai individu maupun
kelompok. Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses
terbentuknya sikap, maupun perubahan. Banyak pula penelitian telah dilakukan
terhadap sikap, kaitannya dengan efek dan perannya dalam pembentukan karakter
dan sistem hubungan antar kelompok, serta pilihan-pilihan yang ditentukan
berdasarkan lingkungan dan pengaruhnya terhadap perubahan (Budiman, 2014:
14). Faktor yang mempengaruhi sikap seseorang antara lain pengalaman pribadi,
pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh kebudayaan, media massa,
lembaga pendidikan dan factor emosional. Pengalaman pribadi adalah dasar dari
pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah meninggalkan kesan yang kuat.
Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa terdapat kesamaan antara fakta
dan teori didapatkan bahwa responden dominan memiliki sikap positif terhadap
perawatan pasien stroke. Hal tersebut menurut peneliti dapat disebabkan karena
ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap responden yaitu antara lain
pengalaman pribadi yang berkesan terhadap responden baik yang terjadi dimasa
lampau, pengaruh orang lain yang dianggap penting dalam kehidupan responden
(orang tua, anak, kakak, adik), pengaruh kebudayaan mempengaruhi perilaku
69

manusia dalam berinteraksi dengan manusia lainnya, media massa sebagai sarana
mendapatkan informasi dalam pembentukan sikap, lembaga pendidikan sebagai
suatu sistem mempunyai pengaruh dalam pembentukan sikap dikarenakan
meletakkan dasar pengertian dan konsep moral dalam individu, dan faktor
emosional. Kadang-kadang sesuatu bentuk sikap merupakan pernyataan yang
didasari oleh emosi yang berfungsi sebagai penyaluran frustasi atau pengalihan
bentuk mekanisme pertahanan ego. Pengalaman pribadi adalah dasar dari
pembentukan sikap, pengalaman pribadi responden haruslah meninggalkan kesan
yang kuat bagi responden itu sendiri. Hal ini dikarenakan responden memiliki
hubungan yang baik terhadap keluarga responden sehingga mempengaruhi sikap
respon dimana keluarga tersebut memiliki peran penting didalam keluarga.

4.4.2 Peran keluarga dalam perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah
RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.
Diketahui bahwa dari 35 responden (100%) didapatkan sebanyak 12 (34%)
responden memiliki peran keluarga sangat baik, dengan pendidikan SD 1
responden, SMP 3 responden, SMA 3 responden, Perguruan Tinggi 3 responden,
dan tidak sekolah 2 responden, serta pekerjaan PNS 5 responden, pekerjaan swasta
6 responden dan petani 1 responden. Sebanyak 20 responden (57%) memiliki
peran keluarga baik, dengan pendidikan SD 6 responden, SMP 3 responden, SMA
7 responden, Perguruan Tinggi 2 responden dan tidak sekolah 2 responden, serta
dengan pekerjaan 7 responden PNS, pekerjaan Swasta 9 responden, dan pekerjaan
petani 5 rsponden. Sebanyak 3 (9%) orang responden memiliki peran keluarga
tidak baik dengan tingkat pendidikan SMP sebanyak 2 responden dan tidak
sekolah 1 responden, serta pekerjaan sebagai swasta 3 responden.
Pengertian peranan secara umum peranan adalah perilaku yang dilakukan
aoleh seseorang terkait oleh kedudukannya dalam struktur sosial atau kelompok
sosial dimasyarakat, artinya setiap orang memiliki peranan masing-masing sesuai
dengan kedudukan yang dia milik di dalam kamus besar bahasa indonesia “peran
berarti perangkat tingkah atau karakter yang diharapkan atau dimiliki oleh orang
yang berkedudukan dalam masyarakat, sedangkan peranan adalah tindakan yang
dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa” soerjono soekarno (2007:213).
Faktor yang mempengaruhi peran seseorang, terdiri dari Faktor kelas sosial,
70

Faktor bentuk keluarga, dan Faktor tahap perkembangan, Faktor model.


Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Keluarga merupakan unsur penting dalam
perawatan anak mengingat anak adalah bagian dari keluarga. Kehidupan anak
dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan anak harus
mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam
kehidupan anak (Wong, dkk, 2002). Menurut penelitian Intan (2013), dapat
diketahui bahwa sebagian besar keluarga mempunyai peran keluarga yang baik
dalam merawat pasien stroke yaitu sebanyak 23 orang (63,9%) dan peran keluarga
yang buruk dalam merawat pasien stroke sebnyak 6 orang (16,1%). Fungsi tubuh
yang rusak akibat adanya gejala sisa pada klien stroke akan mengakibatkan ketidak
percayaan diri penderita sehingga berpengaruh pada konsep diri penderita. Peran
dan dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke yang baik menumbuhkan
kepercayaan diri klien sehingga klien dapat memiliki konsep diri yang tinggi.
Dari hasil penelitian yang didapatkan bahwa terdapat kesamaan antara fakta
dan teori didapatkan bahwa responden dominan memiliki peranan baik. Hal
tersebut menurut peneliti dapat disebabkan karena ada beberapa faktor yang dapat
mempengaruhi peran faktor yang mempengaruhi peran seseorang, terdiri dari
Faktor kelas sosial pendapatan seseorang dari segi finansial akan mempengaruhi
stastus ekonomi, Faktor bentuk keluarga dengan orang tua lengkap yaitu dengan
adanya ayah dan ibu akan mempengaruhi pertumbuhan dan perkembangan
anggota keluarga, dan Faktor tahap perkembangan tahap perkembangan kelurga
dimulai dari terjadinya pernikahan yang menyatukan dua pribadi yang berbeda,
Faktor model infomasi yang diterima individu terkait dengan masalah sehari-hari
dalam masyarakat akan menyebabkan masalah peran pada diri individu tersebut
sehingga akan terjadi transisi peran dan konflik peran. Hal ini dikarenakan peranan
keluarga dalam perawatan pasien stroke baik karena kekeluargaan mereka yang
memiliki hubungan erat diantara keluarga mereka.
71

4.4.3 Dukungan keluarga dalam perawatan pasien stroke di Ruang Nusa


Indah RSUD dr Doris Sylvanus Palangka Raya.
Diketahui dari 35 responden (100%) didapatkan sebanyak 9 responden yang
memiliki dukungan keluarga sangat baik (26%), sebanyak 24 responden yang
memiliki dukungan keluarga baik (68%) dan sebanyak 2 responden yang memiliki
dukungan keluarga tidak baik (6%) dengan tingkat pendidikan dari 35 responden
(100%) yang berpendidikan SD sebanyak 7 responden (20%), yang berpendidikan
SMP sebanyak 8 responden (23%), yang berpendidikan SMA sebanyak 10
responden (29%), yang berpendidikan Perguruan Tinggi sebanyak 5 responden
(14%), dan yang tidak sekolah sebanyak 5 responden (14%) dengan jenis kelamin
35 responden (100%) yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 22 responden
(63%), yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 13 responden (37%) dengan
pekerjaan 35 responden (100%) yang bekerja sebagai PNS sebanyak 12 responden
(34%), yang bekerja swasta sebanyak 18 responden (51%), yang bekerja sebagai
petani sebanyak 5 responden (15%).
Menurut Saputa 2014 (Friedman, 2001:79) Dukungan keluarga adalah
nasihat, sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita sakit.
Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota
keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap
memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan. Menurut Saputra 2014
(Purnawan, 2003:72), faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
adalah faktor internal, faktor emosi, spiritual, faktor eksternal, faktor sosiol
ekonomi, dan latar belakang budaya. Memiliki pemahaman dan respon terhadap
perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Pendidikan atau tingkat pengetahuan.
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel
intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan
pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir
seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan
untuk menjaga kesehatan dirinya. Menurut penelitian Apriyani (2013), dapat
diketahui bahwa sebagian besar keluarga mempunyai dukungan keluarga yang
baik dalam merawat pasien stroke yaitu sebanyak 23 orang (63,9%) dan dukungan
keluarga yang buruk dalam merawat pasien stroke sebnyak 6 orang (16,1%).
72

Fungsi tubuh yang rusak akibat adanya gejala sisa pada klien stroke akan
mengakibatkan ketidak percayaan diri penderita sehingga berpengaruh pada
konsep diri penderita. Dukungan keluarga dalam merawat pasien stroke yang baik
menumbuhkan kepercayaan diri klien sehingga klien dapat memiliki konsep diri
yang tinggi.
Dari hasil penelitian yang didapatkan menunjukan bahwa terdapat kesamaan
antara fakta dan teori didapatkan bahwa responden dominan memiliki dukungan
baik. faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah faktor internal
seperti memiliki pemahaman dan respon terhadap perubahan kesehatan yang
berbeda-beda, pendidikan atau tingkat pengetahuan, keyakinan seseorang terhadap
adanya dukungan, faktor emosi juga mempengaruhi keyakinan terhadap adanya
dukungan dan cara melaksanakannya, spiritual dapat terlihat dari bagaimana
seseorang menjalani kehidupannya, mencakup nilai dan keyakinan yang
dilaksanakan hubungan dengan keluarga atau teman dan kemampuan mencari
harapan dan arti dalam hidup, faktor eksternal yaitu praktik dikeluarga cara
bagaimana keluarga memberikan dukungan biasanya mempengaruhi penderita
dalam melaksanakan kesehatannya, faktor sosiol ekonomi dapat meningkatkan
risiko terjadinya penyakit dan mempengaruhi cara seseorang mendefinisikan dan
bereaksi terhadap penyakitnya, dan latar belakang budaya mempengaruhi
keyakinan, nilai dan kebiasaan individu, dalam memberikan dukungan termasuk
cara pelaksanaan kesehatan pribadi. Hal ini dikarenakan dukungan keluarga dalam
menangani pasien stroke baik karena kedekatan antara keluarga terhadap pasien
penderita stroke akan berdampak pada baiknya dukungan terhadap perawatan
pasien stroke.

4.4.4 Analisis Hubungan Sikap dengan dukungan keluarga dalam perawatan


pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr Doris Sylvanus Palangka
Raya.
Uji statistik Spearman Rank menunjukkan bahwa nilai p value < α yaitu
0,000 < 0,05 yang Ha diterima menunjukkan Hubungan Sikap dengan dukungan
keluarga dalam perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
Berdasarkan Teori Sikap adalah pernyataan evaluasi terhadap suatu objek,
orang atau peristiwa. Sikap (attitude) merupakan konsep paling penting dalam
73

psikologi sosial yang membahas unsur sikap, baik sebagai individu maupun
kelompok. Banyak kajian dilakukan untuk merumuskan pengertian sikap, proses
terbentuknya sikap, maupun perubahan. Banyak pula penelitian telah dilakukan
terhadap sikap, kaitannya dengan efek dan perannya dalam pembentukan karakter
dan sistem hubungan antar kelompok, serta pilihan-pilihan yang ditentukan
berdasarkan lingkungan dan pengaruhnya terhadap perubahan (Budiman, 2014:
14). Menurut Saputa 2014 (Friedman, 2001:79) Dukungan keluarga adalah
nasihat, sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita sakit.
Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota
keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap
memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan.
Dari hasil penelitian yang didapatkan dibandingkan antara teori dan fakta,
ditemukan adanya persamaan Hubungan Sikap dengan dukungan keluarga dalam
perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya. Didapatkan bahwa responden dominan memiliki sikap positif terhadap
perawatan pasien stroke. Hal tersebut menurut peneliti dapat disebabkan karena
ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi sikap responden yaitu antara lain
pengalaman pribadi, pengaruh orang lain yang dianggap penting, pengaruh
kebudayaan, media massa, lembaga pendidikan dan faktor emosional. Pengalaman
pribadi adalah dasar dari pembentukan sikap, pengalaman pribadi haruslah
meninggalkan kesan yang kuat. Pengalaman pribadi dapat mempengaruhi sikap
seseorang hal ini dikarenakan responden memiliki hubungan yang baik terhadap
keluarga sehingga mempengaruhi sikap orang lain dimana keluarga tersebut
memiliki peran penting didalam keluarga. Didapatkan bahwa responden dominan
memiliki dukungan baik. Diperoleh dari faktor internal, faktor emosi, spiritual,
faktor eksternal, faktor sosiol ekonomi. Hal ini dikarenakan dukungan keluarga
dalam mengangani pasien stroke baik karena kedekatan antara responden terhadap
pasien penderita stroke berdampak pada baiknya dukungan yang diberikan
responden terhadap perawatan pasien stroke. Karena sikap sejalan dengan
dukungan keluarga terhadap pasien stroke. Semakin baik sikap responden maka
akan semakin baik pula dukungan yang diberikan.
74

4.4.5 Analisis Hubungan Peran dengan dukungan keluarga dalam perawatan


pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka
Raya.
Uji statistik Spearman Rank menunjukkan bahwa nilai p value < α yaitu
0,000 < 0,05 yang Ha diterima menunjukkan Hubungan peran dengan dukungan
keluarga dalam perawatan pasien stroke di Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris
Sylvanus Palangka Raya.
Pergertian peranan secara umum perananan adalah perilaku yang dilakukan
aoleh seseorang terkait oleh kedudukannya dalam struktur sosial atau kelompok
sosial dimasyarakat, artinya setiap orang memiliki peranan masing-masing sesuai
dengan kedudukan yang dia milik di dalam kamus besar bahasa indonesia “peran
berarti perangkat tingkah atau karakter yang diharapkan atau dimiliki oleh orang
yang berkedudukan dalam masyarakat, sedangkan peranan adalah tindakan yang
dilakukan oleh seorang dalam suatu peristiwa” soerjono soekarno (2007:213).
Faktor yang mempengaruhi peran seseorang, terdiri dari Faktor kelas sosial,
Faktor bentuk keluarga, dan Faktor tahap perkembangan, Faktor model.
Lingkungan adalah segala sesuatu yang ada disekitar individu, baik lingkungan
fisik, biologis, maupun sosial. Keluarga merupakan unsur penting dalam
perawatan anak mengingat anak adalah bagian dari keluarga. Kehidupan anak
dapat ditentukan oleh lingkungan keluarga, untuk itu keperawatan anak harus
mengenal keluarga sebagai tempat tinggal atau sebagai konstanta tetap dalam
kehidupan anak (Wong, dkk, 2002).
Menurut Saputa 2014 (Friedman, 2001:79) Dukungan keluarga adalah
nasihat, sikap, tindakan dan penerimaan keluarga terhadap penderita sakit.
Keluarga juga berfungsi sebagai sistem pendukung bagi anggotanya dan anggota
keluarga memandang bahwa orang yang bersifat mendukung, selalu siap
memberikan pertolongan dengan bantuan jika diperlukan. Menurut Saputra 2014
(Purnawan, 2003:72), faktor-faktor yang mempengaruhi dukungan keluarga
adalah Faktor Internal, Faktor Emosi, Spiritual, Faktor Eksternal, Faktor Sosiol
ekonomi, dan Latar Belakang Budaya. Memiliki pemahaman dan respon terhadap
perubahan kesehatan yang berbeda-beda. Pendidikan atau tingkat pengetahuan.
Keyakinan seseorang terhadap adanya dukungan terbentuk oleh variabel
intelektual yang terdiri dari pengetahuan, latar belakang pendidikan, dan
75

pengalaman masa lalu. Kemampuan kognitif akan membentuk cara berfikir


seseorang termasuk kemampuan untuk memahami faktor-faktor yang
berhubungan dengan penyakit dan menggunakan pengetahuan tentang kesehatan
untuk menjaga kesehatan dirinya.
Jika dibandingkan antara teori dan fakta, ditemukan adanya persamaan
Hubungan Peran dengan dukungan keluarga dalam perawatan pasien stroke di
Ruang Nusa Indah RSUD dr. Doris Sylvanus Palangka Raya. Didapatkan bahwa
responden dominan memiliki peranan baik. Hal tersebut menurut peneliti dapat
disebabkan karena ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi peran faktor
yang mempengaruhi peran seseorang, terdiri dari Faktor kelas sosial, Faktor
bentuk keluarga, dan Faktor tahap perkembangan, Faktor model. Hal ini
dikarenakan peranan keluarga dalam perawatan pasien stroke baik karena
kekeluargaan mereka yang memiliki hubungan erat diantara keluarga mereka.
Didapatkan bahwa responden dominan memiliki dukungan baik. faktor-faktor
yang mempengaruhi dukungan keluarga adalah faktor internal, faktor emosi,
spiritual, faktor eksternal, faktor sosiol ekonomi, dan latar belakang budaya. Hal
ini dikarenakan dukungan keluarga dalam mengangani pasien stroke baik karena
kedekatan antara keluarga terhadap pasien penderita stroke akan berdampak pada
baiknya dukungan terhadap perawatan pasien stroke. Semakin baik keluarga
dalam mengambil peranan dalam perawatan pasien stroke maka akan baik pula
dukungan keluarga yang diberikan.
76

4.5 Keterbatasan Penelitian


Adapun keterbatasan yang ditemukan pada saat melakukan penelitian, yaitu:
1. Dalam penelitian ini terdapat kendala dari responden, yaitu setiap responden
memiliki waktu luang yang berbeda-beda untuk menjawab kuesioner,
sehingga tidak maksimal dalam pengisian kuesioner.
2. Penelitian ini hanya dilakukan di ruangan Nusa Indah dan terdapat responden
yang menolak saat untuk dilakukan penelitian sehingga tidak dapat
digeneralisasikan.

Anda mungkin juga menyukai