GANGGUAN KEBUTUHAN ELIMINASI AKIBAT PATOLOGIS SISTEM
PERSYARAFAN
DISUSUN OLEH KELOMPOK 5 TK 2.1 :
1. NI KOMANG AYU SETIAWATI (P07120121001)
2. I GUSTI AYU GITA CYNTIA DEWI (P07120121009) 3. NI MADE DWI LINA SETIAWATI (P07120121014) 4. NI NYOMAN WIDYA SWARI SUTA (P07120121029) 5. NI KOMANG TENY PURNA ADNYANI (P07120121030) 6. NI KADEK SINDI ARIYANTI (P07120121035)
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA
POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR
JURUSAN KEPERAWATAN
2022/2023 Gangguan Kebutuhan Eliminasi Akibat Patologis Sistem Persyarafan
A. Gangguan Kebutuhan Eliminasi
Gangguan kebutuhan eliminasi adalah gangguan yang terjadi pada proses pembuangan sisa-sisa metabolisme tubuh baik yang melalui ginjal berupa urin maupun melalui gastrointestinal yang berupa fekal. B. Patologis Sistem Persyarafan 1. Sistem saraf pusat a. Meningitis Meningitis atau radang selaput otak adalah salah satu jenis penyakit saraf yang kerap dialami seseorang, terutama pada bayi, anak -anak, dan remaja. Peradangan pada selaput otak ini umumnya disebabkan oleh infeksi virus atau bakteri, tetapi bisa juga terjadi akibat penyakit non-infeksi, seperti alergi obat atau sarkoidosis. Penderita meningitis biasanya mengalami beberapa gejala seperti sakit kepala yang hebat, demam tinggi, dan leher kaku. Apabila penyakit ini tidak ditangani dengan cepat dan tepat, meningitis bisa mengakibatkan kerusakan permanen pada otak dan memicu komplikasi seperti kejang dan gagal ginjal. b. Stroke Stroke merupakan salah satu penyakit tidak menular penyebab kematian terbesar di dunia, termasuk di Indonesia. Penyakit saraf ini terjadi karena terganggunya pasokan darah ke otak akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah. Kondisi ini menyebabkan jaringan otak tidak mendapatkan oksigen dan nutrisi yang cukup untuk menjalankan fungsinya dengan baik. Ketika sel-sel otak mulai rusak, penderita stroke dapat mengalami beberapa gejala, seperti mati rasa pada wajah, kesulitan dalam berbicara, berjalan, dan melihat, sakit kepala yang hebat, bahkan kelumpuhan. a. Multiple Sclerosis Penyakit sklerosis ganda atau multiple sclerosis adalah jenis penyakit saraf yang berisiko tinggi mengenai otak dan sumsum tulang belakang. Faktanya, penyakit saraf ini merupakan penyebab kecacatan paling umum pada orang-orang berusia 20–30 tahun. Multiple sclerosis bisa memengaruhi penglihatan, gerakan lengan atau kaki, dan keseimbangan tubuh penderitanya. Gejala awal yang bisa dirasakan adalah kelelahan, kesemutan, mati rasa, penglihatan kabur, dan otot kaku. b. Epilepsi Epilepsi atau yang biasa disebut dengan ayan adalah penyakit saraf akibat aktivitas listrik otak yang tidak normal. Penyakit ini bisa menyebabkan penderita mengalami kejang yang berulang tanpa pemicu yang jelas. Kelainan pada aktivitas listrik otak bisa terjadi karena beberapa hal, antara lain trauma di kepala, gula darah yang sangat rendah, demam tinggi, dan pengaruh alkohol. Gejala kejang yang dialami penderita epilepsi biasanya berupa gerakan tangan dan kaki yang tak terkendali atau aneh dan berulang, kehilangan kesadaran, serta kebingungan. c. Bell’s Palsy Bell’s palsy adalah penyakit saraf yang menyebabkan kelemahan atau kelumpuhan sementara pada otot-otot di wajah. Kondisi ini terjadi ketika saraf perifer yang mengontrol otot wajah mengalami peradangan, pembengkakan, atau penekanan. Pada Bell’s palsy, satu sisi wajah penderitanya akan menjadi kaku, sehingga ia kesulitan tersenyum atau menutup mata. Dalam sebagian besar kasus, gejala bersifat sementara dan akan hilang setelah beberapa minggu. 2. Sistem saraf tepi a. Mononeuropati Neuropati perifer jenis ini terjadi ketika kerusakan terjadi hanya pada salah satu saraf tepi. Cedera fisik atau trauma karena kecelakaan adalah penyebab paling umum dari kondisi ini. Gejala umum dari mononeuropati antara lain : - Penglihatan ganda atau sulit fokus, kadang disertai sakit pada mata. - Kelumpuhan pada salah satu sisi wajah pada Bell’s palsy. - Nyeri tungkai. - Jari tangan terasa lemah atau kesemutan pada carpal tunnel syndrome. b. Neuropati Motorik Seperti namanya, neuropati motorik terjadi ketika terdapat gangguan pada saraf yang mengontrol gerakan tubuh. Beberapa gejala yang umum dialami ketika mengidap neuropati motorik adalah: - Kedutan - Kram atau lemah otot, hingga kelumpuhan pada satu otot atau lebih - Kaki yang lunglai dan tampak jatuh saat berjalan (foot drop) - Penurunan massa otot (atrofi otot) c. Neuropati Sensorik Neuropati sensorik adalah jenis neuropati perifer yang terjadi ketika terjadi gangguan pada saraf yang mengirim sinyal sensasi, seperti sensasi sentuhan, suhu, atau nyeri. Gejala umum yang mungkin timbul ketika mengalami neuropati perifer jenis ini antara lain : - Mudah merasa sakit meski hanya tersentuh sedikit (alodinia). - Nyeri seperti tertusuk atau terasa panas, yang biasanya terjadi di kaki. - Kesemutan - Ketidakmampuan dalam merasakan perubahan suhu, terutama di kaki - Gangguan dalam keseimbangan atau koordinasi gerak tubuh (ataksia sensorik). d. Neuropati Otonomik Neuropati ini terjadi ketika ada cedera pada saraf otonom, yaitu saraf yang mengontrol proses tubuh yang bekerja secara otomatis (tanpa perintah), seperti saluran pencernaan, kandung kemih, atau tekanan darah. Orang yang mengalami neuropati otonomik biasanya akan mengalami berbagai gejala berikut: - Detak jantung cepat (takikardia) meski saat beristirahat - Disfagia atau sulit menelan - Perut kembung - Sering bersendawa - Mual - Sembelit atau diare di malam hari - BAB yang sulit dikontrol (inkontinensia tinja) - Sering buang air kecil - Tubuh jarang berkeringat, atau sebaliknya terus-menerus berkeringat - Gangguan fungsi seksual, seperti disfungsi ereksi.
C. Masalah Keperawatan pada Konstipasi, Inkontinensia Urine atau Alvi
1. Masalah Keperawatan pada Konstipasi a) Definisi Konstipasi adalah penurunan defekasi normal yang disertai pengeluaran feses sulit dan tidak tuntas serta fases kering dan banyak b) Etiologi Menurut SDKI (2016) adapun faktor penyebab dari gangguan eliminasi konstipasi, antara lain : 1) Fisiologis - Penurunan motilitas gastrointestinal - Ketidakadekuatan pertumbuhan gigi - Ketidakcukupan diet - Ketidakcukupan asupan serat - Ketidakcukupan asupan cairan - Aganglionik (mis. penyakit Hircsprung) - Kelemahan otot abdomen 2) Psikologis - Konfusi - Depresi - Gangguan emosional 3) Situasional - Perubahan kebiasaan makan (mis. jenis makanan, jadwal makan) - Ketidakadekuatan toileting - Aktivitas fisik harian kurang dari yang dianjurkan - Penyalahgunaan laksatif - Efek agen farmakologis - Ketidakteraturan kebiasaan defekasi - Kebiasaan menahan dorongan defekasi - Perubahan lingkungan c) Tanda dan Gejala - Frekuensi buang air besar (BAB) lebih jarang dari biasanya atau kurang dari 3 kali dalam seminggu - Tinja sulit keluar - Nyeri ketika BAB - Harus mengejan saat BAB - Tinja terlihat kering, keras, atau bergumpal - Buang air besar terasa tidak tuntas - Sensasi mengganjal di rektum (bagian akhir usus besar) - Perut kembung - Mual - Kram atau sakit di perut - Perlu bantuan untuk mengeluarkan tinja, seperti menekan bagian perut atau menggunakan jari untuk mengeluarkan tinja dari anus d) Masalah Keperawatan 1) Konstipasi berhubungan dengan pola defekasi tidak teratur serta kurangnya asupan makanan berserat 2) Nyeri akut berhubungan dengan akumulasi feses keras pada abdomen 3) Risiko defisit nutrisi berhubungan dengan hilangnya nafsu
2. Masalah Keperawatan pada Inkontinensia Urine
a) Definisi Inkontinensia urin merupakan pengeluaran urin yang tidak terkendali pada waktu yang tidak dikehendaki dan tidak melihat jumlah maupun frekuensinya, keadaan ini dapat menyebabkan masalah fisik, emosional, sosial dan kebersihan (Kurniasari, 2016). b) Etiologi Menurut Soeparman & Wapadji Sarwono, (2001) dalam Aspiani, (2014) faktor penyebab inkontinensia urin antara lain : - Poliuria : merupakan kelainan frekuensi buang air kecil karena kelebihan produksi urin. Pada poliuria volume urin dalam 24 jam meningkat melebihi batas normal karena gangguan fungsi ginjal dalam mengkonsentrasi urin. - Nokturia : merupakan kondisi sering berkemih pada malam hari. - Faktor usia. - Penurunan produksi estrogen (pada wanita) - Operasi pengangkatan rahim - Frekuensi melahirkan - Merokok - Konsumsi alkohol dan kafein - Obesitas - Infeksi saluran kemih c) Tanda dan Gejala Gejala bisa berbeda-beda dan tergantung pada jenisnya. Berikut penjelasannya: 1) Stress incontinence Stress incontinence disebabkan oleh kandung kemih yang mengalami tekanan ekstra. Misalnya, saat seseorang batuk keras, bersin, tertawa, mengangkat barang berat, dan berolahraga berat.Jumlah urine yang keluar pada stress incontinence biasanya sedikit. Namun bila isi kandung kemih penuh, air seni yang keluar bisa saja banyak. 2) Urge incontinence Urge incontinence terjadi ketika seseorang merasakan dorongan buang air kecil yang kuat dan tiba-tiba, tapi tidak bisa menahannya sebelum sampai ke toilet.Dorongan buang air kecil tersebut dapat dipicu oleh perubahan posisi tubuh, mendengar suara aliran air, atau mengalami orgasme dalam hubungan seks.Jenis inkontinensia urine ini termasuk dalam kumpulan gejala yang disebut overactive bladder symptoms. Pada kondisi ini, otot kandung kemih menjadi lebih aktif.Salah satu gejala overactive bladder symptoms adalah keinginan buang air kecil yang sering, termasuk beberapa kali saat tidur malam. 3) Mixed incontinence Kondisi ini muncul saat seseorang mengalami gejala inkontinensia urine, baik jenis stress incontinence maupun urge incontinence. 4) Overflow incontinence Inkontinensia urine ini juga disebut retensi urine kronis. Air seni yang tertampung dalam kandung kemih tidak dapat dikosongkan secara total ketika seseorang buang air kecil, sehingga memicu pembengkakan kandung kemih.Gejala overflow incontinence meliputi aliran urine kecil seperti menetes dan buang air kecil yang terasa tidak tuntas. d) Masalah Keperawatan - Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis - Retensi urin berhubungan dengan peningkatan tekanan uretra - Gangguan eliminasi urin berhubungan dengan penurunan kapasitas kemih - Ansietas berhubungan dengan krisis situasional
3. Masalah Keperawatan pada Inkontinensia Alvi
a) Definisi Inkontinensia alvi atau inkontinensia tinja adalah suatu kondisi ketika tubuh seseorang tidak dapat mengendalikan buang air besar. Kondisi ini menyebabkan tinja keluar secara tiba-tiba dan tanpa disadari oleh pengidapnya b) Etiologi Menurut SDKI (2016) adapun faktor penyebab dari inkontinensia alvi atau fekal yaitu, antara lain : - Kerusakan susunan saraf motorik bawah - Penurunan tonus otot - Gangguan kognitif - Penyalahgunaan laksatif - Kehilangan fungsi pengendalian sfingter rectum - Pascaoperasi pullthrough dan penutupan klosomi - Ketidakmampuan mencapai kamar kecil - Diare kronis - Stres berlebihan c) Tanda dan Gejala Adapun tanda dan gejala yang dirasakan pengidapnya tergantung pada jenis inkontinensia tinja, yaitu: 1) Inkontinensia mendesak (urge incontinence), yang ditandai dengan dorongan tiba-tiba untuk buang air besar dan sulit untuk dikendalikan. 2) Inkontinensia tinja pasif, yang ditandai dengan kotoran keluar tanpa disadari atau tanpa dorongan untuk buang air, serta dapat keluar ketika pengidap buang angin. Beberapa gejala lain yang juga dapat dirasakan pengidap, antara lain: - Anus terasa gatal atau mengalami iritasi - Diare - Inkontinensia urine - Konstipasi - Nyeri atau kram perut. - Perut kembung d) Masalah Keperawatan - Hipovolemia berhubungan dengan kehilangan cairan aktif - Gangguan integritas kulit berhubungan dengan faktor mekanis - Defisit nutrisi berhubungan dengan kurangnya asupan makanan - Resiko syok berhubungan dengan kurangnya volume cairan DAFTAR PUSTAKA Kalanjati,VP. (2020). Belajar Praktis Neuroanatomi. Sintesa Book. Indonesia Nadya, Dila. (2019). Gambaran Gangguan Eliminasi Fekal Pada Pasien Anak Denganhirschprung Disease Di Ruang Cendana 4 Irna I Rsup Dr. Sardjito Yogyakarta. Diunduh 13 Agustus 2022 http://repository.akperykyjogja.ac.id/90/1/KTI%20Dila%20Arnela.pdf . Najah, Hidayatun. (2020). Asuhan Keperawatan Pada Klien Anak dengan Diare yang Dirawat di Rumah Sakit. Samarinda Tim Pokja Sdki PPNI. (2016). Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia.Jakarta Selatan.
Pembedahan Skoliosis Lengkap Buku Panduan bagi Para Pasien: Melihat Secara Mendalam dan Tak Memihak ke dalam Apa yang Diharapkan Sebelum dan Selama Pembedahan Skoliosis