abdominalis merupakan penyakit infeksi akut pada usus halus dengan demam satu minggu atau lebih disertai gangguan pada saluran pencernaan dan dengan atau tanpa gangguan kesadaran (T.H. Rampengan dan I.R. Laurentz). Infeksi oleh kuman Salmonella Thyposa/ Eberthela Thyposa (kuman gram negatif, motil dan tidak menghasilkan spora, hidup baik sekali pada suhu tubuh manusia maupun suhu yang lebih rendah sedikit serta mati pada suhu 70˚C dan antiseptik) Bakteri ini ditransmisikan melalui air dan makanan yang terkontaminasi feses Masa tunas biasanya 7-14 hari 1. Antigen O (Ohne Hauch) , merupakan lipopolisakarida dari membran luar bakteri
2. Antigen H (Hauch,menyebar), merupakan
protein yang berhubungan dengan flagel dari bakteri
3. Antigen V1 (kapsul), berhubungan dengan kapsul
dari bakteri Menerima zat makanan yang sudah dicerna untuk diserap melalui kapiler darah dan saluran limfe Menyerap protein dalam bentuk asam amino Karbohidrat diserap dalam bentuk monosakarida Minggu pertama : deman, nyeri kepala, anoreksia, mual, muntah, diare, konstipasi dan suhu badan meningkat sore hari(39 – 41˚C). Kadang turun pada malam dan pagi hari Roseola (rose spot), lesi makulopapular eritema kurang lebih 2-4mm pada kulit dada atau perut terjadi pada akhir minggu I atau awal minggu II. Merupakan emboli kuman dimana di dalamnya mengandung kuman salmonella. Minggu kedua : deman remiten, lidah kotor merah ditepi, dilapisi selapu tebal, dibagian belakang tampak lebih pucat, dibagian ujung dan tepi lebih kemerahan. Pembesaran hati dan limpa, perut kembung dan nyeri tekan pada perut kanan bawah dan mungkin disertai gangguan kesadaran dari ringan sampai berat seperti delirium. Gangguan kesadaran, koma, stupor atau somnolent a. Jumlah leukosit normal/leukopenia/leukositosis. b. Anemia ringan, LED meningkat, SGOT, SGPT dan fosfat alkali meningkat. c. Minggu pertama biakan darah S. Thypi positif, dalam minggu berikutnya menurun. d. Biakan tinja positif dalam minggu kedua dan ketiga. e. Kenaikan titer reksi widal 4 kali lipat pada pemeriksaan ulang memastikan diagnostis. Pada reaksi widal titer agglutinin O dan H meningkat sejak minggu kedua. Titer reaksi widal diatas 1 : 200 menyokong diagnosis. Uji Widal dilakukan untuk mendeteksi adanya antibodi terhadap bakteri Salmonella typhi. Uji Widal dimaksudkan untuk menentukan adanya aglutinin dalam serum penderita Demam Tifoid. Akibat adanya infeksi oleh Salmonella typhi maka penderita membuat antibodi (aglutinin) yaitu ◦ Aglutinin O: karena rangsangan antigen O ◦ Aglutinin H: karena rangsangan antigen ◦ Aglutinin Vi: karena rangsangan antigen Vi hanya aglitinin O dan H yang digunakan untuk diagnosis Demam Tifoid. Semakin tinggi titernya semakin besar kemungkinan menderita Demam Tifoid.
(Widiastuti Samekto, 2001)
1. Tirah baring atau bed rest 2. Diet lunak atau diet padat rendah selulosa (pantang sayur dan buahan), kecuali komplikasi pada intestinal. 3. Obat-obatan a. Antimikroba : Kloramfenikol 4 x 500 mg sehari /iv Tiampenikol 4x 500 mg sehari oral Kotrimoksaxol 2 x 2 tablet sehari oral (1 tablet = Ampicillin atau amoxixilin 100 mg / kg BB sehari oral/iv, dibagi dalam 3 atau 4 dosis. b. Antipiretik seperlunya c. Vitamin B komplek dan vitamin C 4. Mobilisasi bertahap setelah 7 hari bebas deman. Perdarahan intestinal, perforasi intestinal, ilius paralitik, rejatan septic, pielonefritif, kolesistisis, pneumonia, miokarditis, peritonitis, meningitis, ensefalopati, bronchitis kronis.