Anda di halaman 1dari 44

VESIKOLITHIASIS ( BATU BULI / BATU KANDUNG KEMIH )

A. Pengertian
Vesikolitiasis adalah batu menghalangi aliran air kemih akibat penutupan
leher kandung kemih, maka aliran mula-mula lancar secara tiba-tiba akan
berhenti & menetes disertai dgn rasa nyeri.
Pernyataan lain menyebutkan bahwa vesikolitiasis ; batu kandung kemih
adalah keadaan tidak normal di kandung kemih, batu seperti ini mengandung
komponen kristal & matriks organik
Vesikolitiasis adalah batu ada di vesika urinaria ketika terdapat defisiensi
substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, & asam urat
meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat
secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin.
Visikolithiasis adalah batu kecil yang berasal dari ginjal dapat turun
kevesikourinaria lalu menjadi besar disana, kadang-kadang batu timbul
langsung didalam kandung kemih
Batu perkemihan dapat timbul pada berbagai tingkat dari sistem perkemihan
(ginjal, ureter, kandung kemih), tetapi yang paling sering ditemukan ada di
dalam ginjal
Vesikolitiasis merupakan batu yang menghalangi aliran air kemih akibat
penutupan leher kandung kemih, maka aliran yang mula-mula lancar secara
tiba-tiba akan berhenti dan menetes disertai dengan rasa nyeri.
Vesikolitiasis adalah batu yang ada di vesika urinaria ketika terdapat
defisiensi substansi tertentu, seperti kalsium oksalat, kalsium fosfat, dan asam
urat meningkat atau ketika terdapat defisiensi subtansi tertentu, seperti sitrat
yang secara normal mencegah terjadinya kristalisasi dalam urin ( Dany, 2014)
B. Anatomi Fisiologi
1. Pengertian
Sistem perkemihan merupakan suatu sistem dimana terjdinya proses
penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih dipergunakan
oleh tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan lagi oleh tubuh larut dlam
air dan dikeluarkan berupa urin (air kemih).
2. Susunan Sistem Perkemihan
Sistem perkemihan terdiri dari:
a. Dua ginjal (ren) yang menghasilkan urin,
Ginjal terletak pada dinding posterior abdomen di belakang
peritoneum pada kedua sisi vertebra thorakalis ke 12 sampai vertebra
lumbalis ke-3. Bentuk ginjal seperti biji kacang. Ginjal kanan sedikit
lebih rendah dari ginjal kiri, karena adanya lobus hepatis dexter yang
besar.
Fungsi ginjal adalah:
1) Memegang peranan penting dalam pengeluaran zat-zat toksis
atau racun
2) Mempertahankan suasana keseimbangan cairan,
Mempertahankan keseimbangan kadar asam dan basa dari
cairan tubuh, dan
3) Mengeluarkan sisa-sisa metabolisme akhir dari protein ureum,
kreatinin dan amoniak
Fascia Renalis terdiri dari: Jaringan lemak peri renal, dan kapsula yang
sebenarnya (kapsula fibrosa), meliputi dan melekat dengan erat pada
permukaan luar ginjal
Struktur Ginjal
Setiap ginjal terbungkus oleh selaput tipis yang disebut kapsula
fibrosa, terdapat cortex renalis di bagian luar, yang berwarna cokelat
gelap, dan medulla renalis di bagian dalam yang berwarna cokelat
lebih terang dibandingkan cortex. Bagian medulla berbentuk kerucut
yang disebut pyramides renalis, puncak kerucut tadi menghadap kaliks
yang terdiri dari lubang-lubang kecil disebut papilla renalis. Hilum
adalah pinggir medial ginjal berbentuk konkaf sebagai pintu masuknya
pembuluh darah, pembuluh limfe, ureter dan nervus.. Pelvis renalis
berbentuk corong yang menerima urin yang diproduksi ginjal. Terbagi
menjadi dua atau tiga calices renalis majores yang masing-masing
akan bercabang menjadi dua atau tiga calices renalis minores. Struktur
halus ginjal terdiri dari banyak nefron yang merupakan unit fungsional
ginjal. Diperkirakan ada 1 juta nefron dalam setiap ginjal.
Nefron terdiri dari :
Glomerulus, tubulus proximal, ansa henle, tubulus distal dan tubulus
urinarius.
Proses pembentukan urin
Tahap pembentukan urin
Proses Filtrasi ,di glomerulus.Terjadi penyerapan darah, yang
tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang
tersaring ditampung oleh simpai bowmen yang terdiri dari glukosa, air,
sodium, klorida, sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke tubulus ginjal.
cairan yang di saring disebut filtrate gromerulus.
Proses Reabsorbsi
Pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari
glikosa, sodium, klorida, fospat dan beberapa ion bikarbonat.
Prosesnya terjadi secara pasif (obligator reabsorbsi) di tubulus
proximal. sedangkan pada tubulus distal terjadi kembali penyerapan
sodium dan ion bikarbonat bila diperlukan tubuh. Penyerapan terjadi
secara aktif (reabsorbsi fakultatif) dan sisanya dialirkan pada papilla
renalis.
· Proses sekresi.
Sisa dari penyerapan kembali yang terjadi di tubulus distal
dialirkan ke papilla renalis selanjutnya diteruskan ke luar.
Vaskularisasi Ginjal. Ginjal mendapatkan darah dari aorta abdominalis
yang mempunyai percabangan arteria renalis, arteri ini berpasangan
kiri dan kanan. Arteri renalis bercabang menjadi arteria interlobularis
kemudian menjadi arteri akuarta. Arteri interlobularis yang berada di
tepi ginjal bercabang menjadi arteriolae aferen glomerulus yang masuk
ke gromerulus. Kapiler darah yang meninggalkan gromerulus disebut
arteriolae eferen gromerulus yang kemudian menjadi vena renalis
masuk ke vena cava inferior.
Persarafan Ginjal
Ginjal mendapatkan persarafan dari fleksus renalis(vasomotor).
Saraf ini berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam
ginjal, saraf ini berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang
masuk ke ginjal.
b. dua ureter yang membawa urin dari ginjal ke vesika urinaria (kandung
kemih),
Terdiri dari 2 saluran pipa masing-masing bersambung dari ginjal ke
vesika urinaria. Panjangnya ± 25-30 cm, dengan penampang 0,5 cm.
Ureter sebagian terletak pada rongga abdomen dan sebagian lagi
terletak pada rongga pelvis
Lapisan dinding ureter terdiri dari:
Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)
Lapisan tengah lapisan otot polos. Lapisan sebelah dalam lapisan
mukosa. Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan-gerakan
peristaltic yang mendorong urin masuk ke dalam kandung kemih.
c. satu vesika urinaria (VU), tempat urin dikumpulkan,
Vesika urinaria bekerja sebagai penampung urin. Organ ini berbentuk
seperti buah pir (kendi). letaknya d belakang simfisis pubis di dalam
rongga panggul. Vesika urinaria dapat mengembang dan mengempis
seperti balon karet. Dinding kandung kemih terdiri dari:
Lapisan sebelah luar (peritoneum). Tunika muskularis (lapisan
berotot). Tunika submukosa. Lapisan mukosa (lapisan bagian dalam).
d. Satu urethra, urin dikeluarkan dari vesika urin
Merupakan saluran sempit yang berpangkal pada vesika urinaria yang
berfungsi menyalurkan air kemih ke luar.
Pada laki-laki panjangnya kira-kira 13,7-16,2 cm, terdiri dari
1) Urethra pars Prostatica
2) Urethra pars membranosa ( terdapat spinchter urethra externa
3) Urethra pars spongiosa
Urethra pada wanita panjangnya kira-kira 3,7-6,2 cm (Taylor), 3-5 cm
Sphincter urethra terletak di sebelah atas vagina (antara clitoris dan
vagina) dan urethra disini hanya sebagai saluran ekskresi.
Dinding urethra terdiri dari 3 lapisan:
1) Lapisan otot polos, merupakan kelanjutan otot polos dari
Vesika urinaria. Mengandung jaringan elastis dan otot polos.
Sphincter urethra menjaga agar urethra tetap tertutup.
2) Lapisan submukosa, lapisan longgar mengandung pembuluh
darah dan saraf.
3) Lapisan mukosa.
e. Urin (Air Kemih)
Sifat fisis air kemih, terdiri dari:
Jumlah ekskresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari pemasukan
(intake) cairan dan faktor lainnya. Warna, bening kuning muda dan
bila dibiarkan akan menjadi keruh. Warna, kuning tergantung dari
kepekatan, diet obat-obatan dan sebagainya.
Bau, bau khas air kemih bila dibiarkan lama akan berbau amoniak.
Berat jenis 1,015-1,020.
Reaksi asam, bila lama-lama menjadi alkalis, juga tergantung dari
pada diet (sayur menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi
reaksi asam.
Komposisi air kemih, terdiri dari:
Air kemih terdiri dari kira-kira 95% air. Zat-zat sisa nitrogen dari
hasil metabolisme protein, asam urea, amoniak dan kreatinin.
Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fospat dan sulfat.
Pagmen (bilirubin dan urobilin).
Hormon
C. Mikturisi
Mikturisi ialah proses pengosongan kandung kemih setelah terisi dengan
urin. Mikturisi melibatkan 2 tahap utama, yaitu:
1) Kandung kemih terisi secara progresif hingga tegangan pada
dindingnya meningkat melampaui nilai ambang batas (Hal ini
terjadi bila telah tertimbun 170-230 ml urin), keadaan ini akan
mencetuskan tahap ke 2.
2) adanya refleks saraf (disebut refleks mikturisi) yang akan
mengosongkan kandung kemih. Pusat saraf miksi berada pada
otak dan spinal cord (tulang belakang) Sebagian besar
pengosongan di luar kendali tetapi pengontrolan dapat di pelajari
“latih”. Sistem saraf simpatis : impuls menghambat Vesika
Urinaria dan gerak spinchter interna, sehingga otot detrusor relax
dan spinchter interna konstriksi. Sistem saraf parasimpatis:
impuls menyebabkan otot detrusor berkontriksi, sebaliknya
spinchter relaksasi terjadi MIKTURISI (normal: tidak nyeri).
Ciri-Ciri Urin Normal
1) Rata-rata dalam satu hari 1-2 liter, tapi berbeda-beda sesuai
dengan jumlah cairan yang masuk.
2) Warnanya bening oranye tanpa ada endapan.
3) Baunya tajam.
4) Reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata-rata
D. Etiologi
Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pembentukan batu kandung
kemih adalah
1. Faktor-Endogen
Faktor genetik, familial, Hiperkalsiuria
Suatu peningkatan kadar kalsium dalam urin, disebabkan karena,
hiperkalsiuria idiopatik (meliputi hiperkalsiuria disebabkan masukan
tinggi natrium, kalsium dan protein), hiperparatiroidisme primer,
sarkoidosis, dan kelebihan vitamin D atau kelebihan kalsium.
Hipositraturia
Suatu penurunan ekskresi inhibitor pembentukan kristal dalam air
kemih, khususnya sitrat, disebabkan idiopatik, asidosis tubulus ginjal
tipe I (lengkap atau tidak lengkap), minum Asetazolamid, dan diare
dan masukan protein tinggi.
Hiperurikosuria
Peningkatan kadar asam urat dalam air kemih yang dapat memacu
pembentukan batu kalsium
Hiperoksalouria
Kenaikan ekskresi oksalat diatas normal (45 mg/hari), kejadian ini
disebabkan oleh diet rendah kalsium, peningkatan absorbsi kalsium
intestinal, dan penyakit usus kecil atau akibat reseksi pembedahan
yang mengganggu absorbsi garam empedu.
2. Faktor-Eksogen.
Faktor lingkungan, pekerjaan (sopir) , makanan, infeksi bakteri
(kurang personal hygine) dan kejenuhan mineral dalam air minum
Faktor-lainnya.
Infeksi, stasis dan obstruksi urine, keturunan, air minum, pekerjaan,
makanan atau penduduk yang vegetarian lebih sering menderita batu
saluran kencing atau buli-buli. Batu kandung kemih dapat
disebabkan oleh kalsium oksalat atau agak jarang sebagai kalsium
fosfat. Batu vesika urinaria kemungkinan akan terbentuk apabila
dijumpai satu atau beberapa faktor pembentuk kristal kalsium dan
menimbulkan agregasi pembentukan batu proses pembentukan batu
kemungkinan akibat kecenderungan ekskresi agregat kristal yang
lebih besar dan kemungkinan sebagai kristal kalsium oksalat dalam
urine.
Dan beberapa medikasi yang diketahui menyebabkan batu ureter
pada banyak klien mencakup penggunaan obat-obatan yang terlalu
lama seperti antasid, diamox, vitamin D, laksatif dan aspirin dosis
tinggi. bahwa, batu kandung kemih disebabkan infeksi, statis urin
dan periode imobilitas (drainage renal yang lambat dan perubahan
metabolisme kalsium).
3. Manifetasi Klinis
Tanda dan gejala atau keluhan tidak selalu ditemukan pada penderita
yang mengidap batu saluran kemih. Bila batunya masih kecil atau
besar tapi tidak berpindah, tidak meregang atau menyumbat
permukaan saluran kemih, tidak akan timbul keluhan seperti biasa
sampai suatu saat mungkin ditemukan secara kebetulan pada saat
melalukan check up dan poto roentgen tampak ada batu pada ginjal.
Jika pada suatu saat batu tergeser mengelilingi ginjal kebawah, maka
timbullah gejala nyeri hebat pada daerah pinggang. Saluran ureter
yang menghubungkan ginjal dan kandung kamih kecil sekali
sehingga batu akan meregangkan dindingnya, bahkan merobek
menyumbat lubang visika. Jika batu berhasil sampai bagian bawah
saluran ureter maka nyeri akan berpindah dan terasa merambat
kearah kemaluan atau daerah pangkal paha. Biasanya disertai keluar
darah bersama air. Bila lukanya kecil, darah yang keluarpun sedikit
dan hanya dapat dilihat dengan mokroskop. Sumbatan atau regangan
batu pada kandung kemih dapat juga menimbulkan nyeri pada
konstan dan tumpul pada daerah atas kemaluan pada waktu kencing,
kencing tidak tuntas, pancaran kencing tidak kuat. Batu yang
terjebak di kandung kemih biasanya menyebabkan iritasi dan
berhubungan dengan infeksi traktus urinarius dan hematuria, jika
terjadi obstruksi pada leher kandung kemih menyebabkan retensi
urin atau bisa menyebabkan sepsis, kondisi ini lebih serius yang
dapat mengancam kehidupan pasien, dapat pula kita lihat tanda
seperti mual muntah, gelisah, nyeri dan perut kembung
Jika sudah terjadi komplikasi seperti seperti hidronefrosis maka
gejalanya tergantung pada penyebab penyumbatan, lokasi, dan
lamanya penyumbatan.
Jika penyumbatan timbul dengan cepat (Hidronefrosis akut) biasanya
akan menyebabkan koliks ginjal (nyeri yang luar biasa di daerah
antara rusuk dan tulang punggung) pada sisi ginjal yang terkena. Jika
penyumbatan berkembang secara perlahan (Hidronefrosis kronis),
biasanya tidak menimbulkan gejala atau nyeri tumpul di daerah
antara tulang rusuk dan tulang punggung.
Selain tanda diatas, tanda hidronefrosis (penyumbatan) yang lain
adalah:
a. Hematuri dan infeksi disaluran kemih.
b. Demam.
c. Rasa nyeri di daerah kandung kemih dan ginjal
d. Mual.
e. Muntah.
f. Nyeri abdomen.
g. Disuria.
E. PATOFISIOLOGI

idiopatik hiperpar ISK Kerusakan Imobilisasi yang Intake Iklim panas Aktifitas Makanan
atiroidis nefron lama yang dingin yang kurang tinggi
me kurang kalsium,
oksalat,
purin
Hiperkalsimia Bakteri pemecah urea Pengendapan
Stasis urine urine Kelebihan
kalsium
Kalsifikasi
Sedimentasi dan kristalisasi Ph urine Asam

Proses kristalisai

Terbentuknya calculi

KURANG UROLITHIASIS Pembedahan RESTI INFEKSI


PENGETAHU
AN
ANSIETAS Obstruksi saluran kemih
Batu ureter Batu vesika urinari
Batu pada ginjal

Mengiritasi Kandung
Nyeri mendadak dan endotel pada kemih Leher kandung kemih
menyebar ureter

Refluk ke ginjal Retensi urine


hematuri Pelepasan Resiko
Episode kolik renal mediator infeksi
inflamasi hidroureter Hidroneprosis
(pirogen) GANGGU
RESTI AN
NYERI AKUT ANEMIA Aktivasi asam ELIMINA
Timbul anhidrat SI URIN
gejala Dilatasi ginjal
gastroin Merangsang Stasis
testinal termostat urine Sering
hipotalamus Tekanan pada struktur ginjal kencing
PERUBAHAN
Nausea POLA Suhu tubuh Dilatasi tubulus ginjal GANGGUAN
NUTRISI POLA TIDUR
Kerusakan fungsi ginjal
GANGGUAN RASA Hipertermia insomnia
NYAMAN ( PANAS)
GGK
F. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan penunjangnya dilakukan di laboratorium meliputi
pemeriksaan:
1. Urine
pH lebih dari 7,6 biasanya ditemukan kuman area splitting,
organisme dapat berbentuk batu magnesium amonium phosphat,
pH rendah menyebabkan pengendapan batu asam urat.
Sedimen : sel darah meningkat (90 %), ditemukan pada penderita
dgn batu, bila terjadi infeksi maka sel darah putih akan meningkat.
Biakan Urin : Buat mengetahui adanya bakteri berkontribusi dalam
proses pembentukan batu saluran kemih.
Ekskresi kalsium, fosfat, asam urat dalam 24 jam buat melihat
apakah terjadi hiperekskresi.
2. Darah
Hb akan terjadi anemia pada gangguan fungsi ginjal kronis.
Lekosit terjadi karena infeksi
Ureum kreatinin buat melihat fungsi ginjal.
Kalsium, fosfat & asam urat.
3. Radiologi
Foto BNO/IVP buat melihat posisi batu, besar batu, apakah terjadi
bendungan atau tidak.
Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan, pada
keadaan seperti ini dapat dilakukan retrogad pielografi atau
dilanjutkan dgn antegrad pielografi tidak memberikan informasi
memadai
4. USG (Ultra Sono Grafi)
Untuk mengetahui sejauh mana terjadi kerusakan pada jaringan
ginjal.
G. Penatalaksanaan
Tujuan dasar penatalaksanaan adalah untuk menghilangkan batu,
menentukan jenis batu, mencegah kerusakan nefron, mengidentifikasi
infeksi, serta mengurangi obstruksi akibat batu. Penatalaksanaan medis
batu kandung kemih adalah :
1. Vesikolitektomi
alternatif buat membuka & mengambil batu ada di kandung kemih,
sehingga pasien tersebut tidak mengalami ganguan pada aliran
perkemihannya ·
2. Litotripsi gelombang kejut ekstrakorpureal.
Prosedur non invasif yang digunakan untuk menghancurkan batu
3. Ureteroskopi
Mencakup visualisasi dan akses ureter dengan memasukkan alat
ureteroskop melalui sistoskop. Batu dapat dihancurkan dengan
menggunakan laser, litotrips elektrohidraulik, atau ultrasound
kemudian diangkat
4. Nefrostomi.
H. Pencegahan
Pencegahan veesikolitiasis yaitu dengan cara :
1. Menurunkan konsentrasi reaktan (kalsium dan oksalat)
Meningkatkan konsentrasi inhibitor pembentuk batu yaitu sitrat
(kalium sitrat 20 mEq tiap malam hari, minum jeruk nipis atau lemon
malam hari), dan bila batu tunggal dengan meningkatkan masukan
cairan dan pemeriksaan berkala pembentukan batu baru.
2. Pengaturan diet dengan meningkatkan masukan cairan, hindari
masukan soft drinks, kurangi masukan protein (sebesar 1 g/Kg BB
/hari), membatasi masukan natrium, diet rendah natrium (80-100
meq/hari), dan masukan kalsium.
3. Pemberian obat
Untuk mencegah presipitasi batu baru kalsium oksalat, disesuaikan
kelainan metabolik yang ada
I. Komplikasi
Komplikasi dari batu kandung kemih adalah :
1. Hidronefrosis
Adalah pelebaran pada ginjal serta pengisutan jaringan ginjal,
sehingga ginjal menyerupai sebuah kantong yang berisi kemih,
kondisi ini terjadi karena tekanan dan aliran balik ureter dan urine ke
ginjal akibat kandung kemih tidak mampu lagi menampung urine.
Sementara urine terus-menerus bertambah dan tidak bisa
dikeluarkan. Bila hal ini terjadi maka, akan timbul nyeri pinggang,
teraba benjolan basar didaerah ginjal dan secara progresif dapat
terjadi gagal ginjal.
2. Uremia
Adalah peningkatan ureum didalam darah akibat ketidak mampuan
ginjal menyaring hasil metabolisme ureum, sehingga akan terjadi
gejala mual muntah, sakit kepala, penglihatan kabur, kejang, koma,
nafas dan keringat berbau urine.
3. Pyelonefritis
Adalah infeksi ginjal yang disebabkan oleh bakteri yang naik secara
assenden ke ginjal dan kandung kemih. Bila hal ini terjadi maka
akan timbul panas yang tinggi disertai mengigil, sakit pinggang,
disuria, poliuria, dan nyeri ketok kosta vertebra.
4. Gagal ginjal akut sampai kronis
5. Obstruksi pada kandung kamih
6. Perforasi pada kandung kemih
7. Hematuria atau kencing darah
8. Nyeri pingang kronis
9. Infeksi pada saluran ureter dan vesika urinaria oleh batu.
J. Konsep Asuhan Keperawatan Teoritis
1. Pengkajian
a. Biodata klien dan penanggung jawab
b. Keluhan klien
Nyeri pinggang, sakit saat miksi keluar darah serta nyeri pada
supra pubis
c. Riwayat penyakit sebelumnya
Apakah klien pernah dirawat sebelumnya bagaimana cara klien
mengatasi nyeri (mis. Nyeri berkurang jika klien bnyak minum
dan mengurangi aktifitas
Apakah klien ada riwayat alergi
d. Riwayat penyakit keluarga
Apakah ada keluarga yang mengalami penyakit yang sama
Apakah keluarga biasa mengkonsumsi makanan yang banyak
mengandung asam urat (ikan, daging, jeroan dan ayam)
Apakah klien biasa minum air yang sudah dimasak
e. Pemeriksaan fisik
Pada abdomen nyeri tekan pada pinggang
Apakah bledder terasa penuh
Nyeri pada pangkal paha
hematuria (bila terjadi obstruksi yang lama)
K. Pemeriksaan penunjang
Laboratorium
Pemeriksaan pielografi intravena
Pemeriksaan ultrasonografi.
Adanya batu didalam ginjal, vesika urinaria dan tanda-tanda obstruksi
urine
L. Diagnosa
Pada Asuhan keperawatan pasien dengan batu kandung kemih terdapat
diagnose
Pre Operasi
1. Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan robekan batu
pada vesika urinaria
2. Perubahan eliminasi (BAK) retensio urine berhubungan dengan
adanya penutupan saluran kemih oleh batu dan adanya obstruksi
mekanik, peradangan
3. Anxietas berhubungan dengan koping individu yang infektif
mengenai penyakit
Post Operasi
1. Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan terputusnya
kontinuitas jaringan, inflamasi
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan efek medikasi,
pembedahan
3. Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terputus jaringan,
dampak dari insisi pembedahan
4. Anxietas berhubungan dengan koping individu yang infektif
mengenai penyakit
M. Intervensi
a. Pre Operasi
Dx 1: Gangguan rasa nyaman nyeri berhubungan dengan robekan
pada vesika urinaria.
Tujuan :
Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 24 jam nyeri
teratasi
Kriteria :
Melaporkan keluhan nyeri berkurang,
Klien tampak tenang dan tidak meningkatkan,
Klien dapat tidur/istirahat yang cukup.
Intervensi
1. Kaji tingkat nyeri, lokasi dan karakteristik, intensitas (skala 0-
10). Dan perhatikan tanda-tanda peningkatan tekanan darah,
nadi, tidak bisa beristirahat, gelisah dan rasa nyeri yang
meningkat.
R/ membantu mengevaluasi lokasi nyeri, obstruksi dan
pergerakan batu.
2. Jelaskan penyebab nyeri dan pentingnya mengidentifikasi
perubahan terjadinya karakteristik nyeri.
R/ pengetahuan klien dengan penyebab nyeri dapat membantu
meningkatkan koping klien dan dapat menurunkan kecemasan
3. Berikan tindakan untuk kenyamanan seperti membatasi
pengunjung, lingkungan yang tenang.
R/ meningkatkan relaksasi, mengurangi ketegangan otot, dan
meningkatkan koping.
4. Anjurkan teknik napas dalam sebagai upaya dalam merelaksasi
otot.
R/ mengalihkan perhatian sebagai upaya dalam merelaksasi otot
5. Anjurkan/Bantu klien melakukan ambulasi secara teratur sesuai
dengan indikasi dan meningkatkan intake cairan minimal 3-4
liter/hari sesuai toleransi jantung
R/ hidrasi meningkatkan jalan keluarnya batu mencegah urine
statis dan mencegah pembentukan batu
6. Kolaborasi: Narkotik missalnya : meperidin (Demerol) morphin
diberikan pada fase akut
R/ untuk menurunkan kolik dan meningkatkan relaksasi
otot/mental
Dx 2: Perubahan eliminasi (BAK) retensio urine berhubungan dengan
adanya penutupan saluran kemih oleh batu dan adanya obstruksi
mekanik, peradangan
Tujuan :
Perubahan pola eliminasi BAK :
Kriteria :
Retensio urin teratasi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 2 x
24 jam
Intervensi
1. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan (minimal 3 – 4
liter/hari sesuai dengan toleransi jantung.
R/Memberikan info tentang fungsi ginjal dan adanya komplikasi
seperti infeksi dan perdarahan dapat mengidentifikasi peningkatan
obstruksi atau iritasi ureter.
2. Tampung urine 24 jam catat jika ada batu yang ikut keluar dan kirim
kelaboratorium untuk dianalisa.
R/ Meningkatkan hidrasi dapat mengeluarkan bakteri darah dan
dapat mamfasilitasi pengeluaran batu
3. Observasi perubahan warna, bau, PH urine setiap 2 jam.
R/ Dapat membantu dalam mengidentifikasi tipe batu dan akan
membantu pilihan terapi.
4. Kolaborasi:
Kolaborasi dalam memonitor pemeriksaan laboratorium seperti
elektrolit BUN (Blood Urea Nitrogen), keratin.
R/ peningkatan BUN, Kreatinin, dan elektrolit-elektrolit tertentu
menindikasikan adanya disfungsi ginjal
.
Dx 3: Anxietas berhubungan dengan koping individu yang infektif
mengenai penyakit
Tujuan :
setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 1 x 1 jam kecemasan
tertasi
Kriteria:
Klien dapat mengungkapkan perasaannya dan mengidentifikasi cara yang
tepat untuk menangani kecemasannya
Intervensi
1. Adakan kunjungan pada klien dengan personal ruangan bedah sebelum
operasi jika mungkin diskusikan hal-hal yang kiranya dapat
menimbulkan ketakutan kekhawatiran pada klien
R/ dapat memberikan ketenangan/ketentraman hati dan
meredakankecemasan klien sekaligus memberikan informasi untuk
tindakan operatif.
2. Informasikan tentang peran perawat sebagai klien intraperatif pada klien.
R/ membina hubungan saling percaya, mengurangi ketakutan akan
kehilangan control dilingkungan yang baru/asing.
3. Identifikasi tingkak ketakukan klien yang mungkin mengharuskan
penundaan prosedur operasi.
R/ketakutan yang berlebihan atau yang menetap dapat menyebabkan
reaksi stress yang berlebihan yang beresiko atau munculnya reaksi yang
merugikan terhadap prosedur pembedahan dan obat anastesi
4. Perkenalkan staf operasi saat klien dipindahkan keruang operasi
memberi hubungan dan kenyamanan psikis
R/ Bina hubungan saling percaya, mengurangi ketakutan akan kehilangan
control dilingkungan yang baru/asing.
menurunkan ketakuatan bahwa prosedur yang salah mungkin dilakukan
.Post Operasi
Dx 2: Gangguan rasa nyeri berhubungan dengan inflamasi dan
terputusnya kontinuitas jaringan
Tujuan :
gangguan rasa nyaman nyeri teratasi setelah dilakukan tindakan
keperwatan selama 1x24 jam
Kriteria : Melaporkan keluhan nyeri berkurang
Intervens
1. Evaluasi nyeri secara teratur (setiap 2 jam), catat karakteristik
lokasi dan intensitas nyeri (skala 0-10).
R/ memberikan informasi tentang kebutuhan untuk dan atau
keaktifan intervensi
2. Anjurkan untuk menggunakan teknik relaksasi, seperti latihan
napas dalam
R/menghilangkan ketegangan otot dan dapat meningkatkan
kemampuan koping
3. posisikan sesuai indikasi, misalnya semifowler.
dapat menghilangkan nyeri dan menunjang sirkulasi jaringan,
R/ semifowler dapat menurunkan tegangan otot abdomen dan
tulang belakang
4. Berikan informasi tentang ketidaknyamanan yang akan terjadi
yang hanya bersifat sementara
R/pemahaman tentang ketidaknyaman dapat memberikan
keterangan emosional.
5. Kolaborasi: Kolaborasi pemberian analgetik intravena sesuai
indikasi,dll
R/analgetik intra vena akan mencapai pusat nyeri dengan segera
Dx 3: kerusakan integritas jaringan kulit berhubungan dengan efek
medikasi, pembedahan
Tujuan :
Gangguan integritas jaringan kulit teratsi setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama 2x 24 jam
Kriteria: klien dapat mendemontrasikan teknik/prilaku yang
menunjang penyembuhan dan pencegahan komplikasi
Intervensi
1. Kaji jumlah dan karakteristik drainase
R/penurunan jumlah drainase mengarah kepada kemajuan
proses penyemabuhan, sedangkan drainase yang tepat/
mengandung darah eksudat menandakan adanya komplikasi.
2. Anjurkan klien agar tidak menyentuh luka
R/mencegah terkontaminasinya luka
3. Ganjal area insisi pada abdomen dengan bantal pada saat batuk/
bergerak menggunakan tekanan pada luka,
R/ meminimalkan resiko terputusnya jahitan atau rupturnya
jaringan
4. Ganti dan keluarkan balutan sesuai indikasi, rawat luka yang
menggunakan teknik aseptic
R/ melindungi luka dari injuri mekanik dan kontaminasi,
mencegah akumulasi cairan/eksudat yang dapat mengakibatkan
infeksi
5. Kolaborasi: Kolaborasi dalam pemberian es jika diperlukan,
penmggunaan abdominal binder-iritasi luka disertai debridement
sesuai kebutuhan
R/menurunkan pembentukan edema
Dx 4 : Resiko tinggi infeksi berhubungan dengan terputus jaringan,
dampak dari insisi pembedahan
Tujuan :
infeksi tidak terjadi setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
1x 24 jam
Kriteria : tidak ada tanda-tanda infeksi luka
Intervensi
1. Observasi tanda-tanda infeksi pad luka post operasi
R/dapat diketahui secra dini tanda-tanda infeksi pada luka
operasi seperti edema, kemerahan, nyeri, yang bertambah
berat/terdapat pus pada luka tersebut
2. Monitor tanda-tanda vital, catat serangan panas, perubahan
kesadaran, atau keluhan meningkatnya nyeri yang hebat.
R/merupakan tanda-tanda adanjya peradangan/sepsis yang
berkembang
3. Monitor kelancaran drain, hitung output dan warna cairan
R/ dapat diketahui adanya infeksi pada luka operasi
4. Berikan informasi tentang hal-hal yang mempengaruhi daya
tahan tubuh
R/ dengan meningkatkan pengetahuan klien tentang hal-hal
yang mempengaruhi daya tahan tubuh diharapkan klien dapat
operatif dengan tindakan keperawatan yang akan dilakuakan
5. Kolaborasi: Kolaborasi dengan tim medis untuk pemberian obat
yang sesuai
R/ dapat memberikan propilaksis/menurunkan jumlah
organisme untuk menurunkan membrane lebih lanjut
DAFTAR PUSTAKA

Nurafif, Amin Huda.2013.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis


Dan Nanda Nic-Noc Jilid 2.Yogyakarta : Mediaction Publishing

dr. Danny Satriyo,2014.Vesikolithiasis ( batu buli –buli)


buli),http://dannysatriyo.blogspot.co.id/2014/10/vesikolithiasis-batu-buli-batu-
kandung.html, Kumpulan Artikel Kedokteran. Diakses tanggal 23 Desember 2015
ASUHAN KEPERAWATAN
Tn. L DENGAN BATU BULI-BULI

A. PENGKAJIAN
1. Pengumpulan Data
a. Biodata
1) Nama : Tn. L
2) No Register : 132537
3) JenisKelamin : Laki-laki
4) Umur : 56 tahun
5) Status Perkawinan : Menikah
6) Pekerjaan : Petani
7) Agama : Islam
8) Pendidikan Terakhir : SLTA
9) Alamat : Dusun Krajan RT 1 RT 2 Puspo Pasuruan
10) Tanggal MRS : 23 Desember 2015
11) Tanggal pengkajian : 23 Desember 2015
b. Diagnosa Medis : Batu Buli –Buli dan Benigh Prostat Hipertropi
c. Keluhan Utama ( MRS) : Tidak bisa Buang Air Kecil
d. Keluhan utama ( saat pengkajian) :
Tidak bisa Buang Air Kecil ( gagal pemasangan Catheter)
e. Riwayat Penyakit Sekarang
Tn L mengatakan mulai tanggal 17 Desember 2015 mengeluh nyeri
pinggang sebeah kiri seperti di tusuk- tusuk, dengan skala nyeri 9, kemudian
oleh keluarganya dibawa ke RS Masithoh Pasuran dan dirawat selama 6
hari, dirawat oleh dr B ( dr umum). Dr B menyarankan untuk dirujuk ke RS
dr Saiful Anwar karena fasilitas di RS Masithoh Pasuran kurang memadai.
Tanggal 22 Desember 2015 pasien diperbolehkan pulang. Tanggal 22
Desember 2015 jam 18.00 WIB Tn L mengatakan kencing menetes,merejan
dan nyeri sampai tidak bisa buang air kecil dan perut bawah terasa sakit.
Tanggal 23 desember 2015 dibawa ke IGD RS Panti Waluya Sawahan
Malang. Keadaan saat datang di IGD nyeri perut di suprapubik seperti
tertarik, full blas, skala nyeri 8. TTV : TD 160/100 mmHg, Nadi:120
x/menit, RR: 28 X/ menit, suhu : 37,1 o C. Dirawat oleh dr R, Sp Urologi.
Terapi yang diberikan dipasang infus RL 20 tts/ menit, injeksi Antrain 1
amp dan dipasang folley Cateter, tetapi pemasangan ini gagal dan pasien
disarankan untuk rawat inap. Sampai dirawat inap dilakukan pemasangan
catheter silikon no 16 dan berhasil, urine produksi 6000 cc pemeriksaan foto
thorak, dan laboratorium DL, BT, CT, ureum, creeatinin dan diberikan
tambahan terapi Betrik 3x1 gram IV, antrain 3x1 ampul IV, pepsol 1x1 fls/
drip dalam NS 100 cc dan Harnal 1x1 tablet (PO), tanggal 24 desember
2015 direncanakan USG Abdomen.
f. Riwayat Kesehatan/Penyakit Yang Lalu
Tn L memgatakan sejak 15 tahun sering mengeluh nyeri pinggang sebelah
kiri sepetri ditusuk-tusuk yang hilang timbul, oleh keluarga dibawa ke bidan
setempat dan sembuh. Kemudian 2 bulan kambuh lagi dibawa ke RS
Masithoh Pasuruan dirawat selama 3 hari, sampai dengan 3 bulan terkhir
yaitu bulan oktober mengalami pada saat BAK mengeluarkan batu dan
dirawsakan sakit sekali, setelah kejadian ini Tn L tidak pernah merasakan
sakit nyeri pinggang.
g. Riwayat Kesehatan Keluarga
Tn L mengatakan dari keluarga tidak mempunyai penyakit menular dan
keturunan.
h. Pola Aktivitas Sehari-hari
1) Makan dan minum
Sebelum sakit :
Tn. L mengatakan tidak mengalami gangguan makan dan minum.
Tn. L mengatakan makan 3x/hari, komposisi nasi, sayur, dan lauk –pauk,
sedangkan minum 1000-1500 cc/hari.
Saat sakit :
Tn. L mengatakan mengalami gangguan makan
Tn. L mengatakan makan 3x/hari, komposisi nasi, sayur, dan lauk –
pauk,tetap hanya dapat mengabiskan ¼ porsi makannya, dan sedangkan
minum 1000-1500 cc/hari.
2) Pola eliminasi
Tn L mengatakan sering mengalami nyeri pinggang yang hilang timbul.
Sejak 2 hari ini mengalami nyeri saat BAK, kencing merejan dan
menetes.
Tn L mengatakan BAB tidak mengalami gangguan
3) Pola istirahat dan tidur
Sebelum sakit :
Tidak mengalami gangguan baik tidur malam dan tidur siang, tidur siang
pukul 13.00 -15.00 wib, sedangkan tidur malam pukul 22.00-0330 wib
Saat sakit:
Tn L mengatakan pada saat nyerinya timbul Tn L tidak bisa tidu sdan
sering terbangun. Tidur siang pukul 13.00 -14.00 wib, sedangkan tidur
malam pukul 22.00-02.00 wib
4) Kebersihan diri
Sebelum sakit:
Tn L menagtakan mandi 2x/hari ganti baju setiap selesai mandi, gosok
gigi 2 x/hari.
Saat sakit:
Tn L mengatakan diseka 2 x/ sehari dengan dibantu oleh perawat dan
ganti baju setiap nelesai di seka, gosok gigi 1 x sehari.
i. Riwayat Psikologis
Tn L mengatakan ingin sembuh dari penyakitnya dan mengaharapkan
pengobatan saat ini adalah yang terakhir kalinya karena Tn L sudah 6 kali
mesuk rumah sakit tetapi belum sembuh juga.

.........
j. PemeriksaanFisik
1) Keadaan umum : Cukup
2) Tanda vital
TD I60/100 mmHg
ND 120 x/menit
RR 28 x/ menit
Suhu 37.1 oC
3) Pemeriksaan kepala
Inspeksi :
Bentuk kepala normal (simetris), rambut hitam,tidak ada
ketombe,persebaran rambut merata dan tidak ada lesi bekas operasi.
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan dan benjolan.
Pemeriksaan Mata
Inspeksi :
Kedua mata semetris, konjungtiva anemis, pupil isokor, sklera tidak
ikterik, reflek cahaya +/+, persebaran bulu mata merata, mata tidak
tampak cowong.
Palpasi :
Bola mata teraba kenyal dan tidak terdapat nyeri tekan.
Pemeriksaan Hidung
Inspeksi :
Lubang kanan kiri simetris, septum nasi tepat berada ditengah,
persebaran bulu hidung merata, tidak terdapat secret, tidak tampak
pernafasan cuping hidung, tidak ada luka maupun bekas luka,
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan pada sinus-sinus di hidung.
Pemeriksaan telinga
Inspeksi :
Bentuk telinga simetris,tidak terdapat serumen,tidak ada luka maupun
bekas luka.
Palpasi :
Tidak terdapat nyeri tekan
Pemeriksaa Mulut
Inspeksi :
Bentuk bibir simetris, tidak ada perdarahan pada gusi, uvula tepat
ditengah, tidak terdapat sariawan atau bibir pecah-pecah, mukosa bibir
tampak lembab, tidak ada pembesaranTonsil, gigi lengkap, lidah bersih
4) Pemeriksaan Leher
Inspeksi :
Tidak terdapat lesi,warna kulit sama dengan warna daerah sekitarnya,
tidak tampak luka maupun bekas luka.
Palpasi :
Tidak ada nyeri tekan pada kelenjar limfe, tidak ada deviasi trakea,tidak
ada pembesaran vena jugularis, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid.
5) Pemeriksaan Dada
Inspeksi :
Bentuk dada simetris, tidak terdapat lesi, tidak ada kelainan bentuk dada,
pergerakan dinding dada simetris, tidak tampak retraksi dada, tidak ada
luka maupun bekas luka.
Palpasi :
Traktil fremitus teraba sama dikedua lapang paru, pengembangan dinding
dada simetris, tidak ada nyeri tekan
Perkusi :
Terdengar sonor pada lapang paru bagian kanan dan kiri
Auskultasi :
Tidak terdapat suara nafas tambahan
Ronchi - - Wheezing - -

- - - -
- - -
Pemeriksaan jantung
Inspeksi :
Puncak ictus cordis pada ICS V midklavicula line garis sinistra tidak
terlihat
Palpasi :
Teraba denyut ictus cordis pada ICS V midklavikula line garis sinistra
(<1cm)
Perkusi :
Terdengar suara pekak pada ICS 3-5 midklavikula line sinistra
Auskultasi :
Irama reguler, HR 120 x/ menit
6) Pemeriksaan Abdomen
Inspeksi :
warna kulit merata, tidak ada lesi,umbilikus tepat ditengah,bentuk perut
datar, terdapat luka bekas operasiapendik
Auskultasi :
Bising usus terdengar 27x/menit
Perkusi :
Terdengar timpani pada seluruh lapang abdomen, terdapat nyeri ketok
ginjal di sebelah kiri.
Palpasi :
Daerah supra pubik full blas dan ada nyeri tekan, dengan skala nyeri 8 ,
teraba massa di suprapubik ,tidak teraba pembesaran hepar
7) Pemeriksaan Ektremitas
Inspeksi :
Kaki dan tangan simetris antara kanan dan kiri, tidak ada oedem di kaki
kanan dan kiri , tidak ada luka maupun bekas luka, warna kulit hitam
merata, acral hangat dan CRT < 2 detik.
tangan kiri terpasang infus RL 20 tpm
8) Pemeriksaan Neurologis
Refleks patella + / +, refleks babinsky - / -,
Kekuatan otot 5 5
5 5
k. Pemeriksaan Penunjang

Laboratorium tanggal 23 desember 2015


Darah lengkap
Lekosit 7,50 103/ml 4.0-11.0
Erirosit 5.55 103/ml 4.50-5.50
Hematrokit 38.4 % 40.0-50.0
Hb 13,6 g/dl 13.0-17.0
Trombosit 344 103/ml 150-400

Koagulasi
Masa perdarahan 2.11 menit 1.00-3.00
Masa pembekuan 12.08 menit 8.00-15.00
Laboratorium tanggal 24 desember 2015
Gula
Gula darah sewaktu 93 mg/dl >180

Faal ginjal
Ureum 22.5 mg/dl 18-55
BUN 10.5 mg/dl 10.0-20.0
Kreatinin 1.23 mg/dl < 1.20

Faal hepar
SGOT 16 U/L 0-37
SGPT 12 U/L 0-41
Pemeriksaan radiologi tanggal 24 desember 2015
USG:
Kesan:
neprolitiasia dektra
hidroneprosis grade II REN Sinistra, Ec Obtruksi batu Ureter sinistra distal

Tangggal 25 Desember 2015


IVP
Neprolitiasis dextra
Non visuslized ren sinisra Ec obtruktif nepropati
Batu distal ureter sinistra sudah masuk kedalam vaesika urinaria

Tanggal 26 desember 2015


BNO post DJ stant
Tampak batu – batu pada pool tengan dan bawah ren dextra, tampak batu
radiopaque pada vesika urinaria.
Tampak DJ stent dextra/sinistra

l. Terapi/Pengobatan/penatalaksanaan
Nama obat Dosis
Betriix 1 X 1 gram iv
Atrain 3X1 gram iv
Pepsol 1X40 mg / drip dalam NS 100 CC

Malang, 23 Desember 2015

Fitria Hayati
ANALISA DATA

NamaPasien : Tn L
Umur : 56 Tahun
No. Register : 132537
DATA PENUNJANG ETIOLOGI MASALAH
KEPERAWATAN

Data subyektif : Nyeri sehubungan


stasis vesika urinaria
Tn .L mengatakan sekunder terhadap batu
kencingnya menetes, merejan pada vesika urinaria
dan terasa nyeri sampai tidak
bisa buang air kecil.
Tn .L mengatakan perut
bagian bawah terasa sakit
seperti tertarik dengan skala
nyeri 8

Data obyektif
Pemeriksaan fisik abdomen:
1. Tn L tampak kesakitan
2. Daerah supra pubik full
blas dan ada nyeri tekan,
dengan skala nyeri 8 ,
teraba massa di
suprapubik ,
3. Pamasangan cateter di
IGD gagal
4. Terdapat nyeri ketok
ginjal disebelah kiri
5. Hasil TTV
TD I60/100 mmHg
ND 120 x/menit
RR 28 x/ menit
Suhu 37.1 oC
6. Hasil pemeriksaan IVP :
Obstruksi batu ureter
sinitra yang sudah masuk
kedalam vesika urinaria
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NamaPasien : Tn L
Umur : 56 Tahun
No. Register : 132537 :
TGL DIAGNOSA KEPERWATAN TTD

23/12/12 Nyeri sehubungan stasis vesika urinaria sekunder terhadap batu pada
vesika urinaria
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NamaPasien : Tn L
Umur : 56 Tahun
No. Register : 132537 :
No. Diagnosa Tujuan
Tgl Intervensi Rasional TTD
DX Keperawatan Kriteria Standar

23/12/2015 Nyeri Tujuan jangka 1. Jelaskan kepada klien 1. Diharapkan klien


Pukul 16.00 berhubungan panjang tentang tindakan yang akan kooperatif dalam setiap
wib dengan stasis dilakukan tindakan yang dilakukan
vesika urinaria Klien menunjukkan 2. Diharapkan akan
sekunder terhadap tidak nyeri setelah 2. Gunakan kekuatan sugesti mendorong keinginan
batu pada vesika dilakukan asuhan dengan menjalankan kran berkemih
urinaria keperawatan selama air 3. Diharapkan mengetahui
1x 24 jam 3. Monitor skala nyeri adanya peningkatan dan
4. Rencanakan untuk penurunan nyeri
Tujuan jangka pemasangan kateter 4. Diharapkan akan
pendek 5. Monitor output mengurangi stasis pada
kandung kemih
Klien menunjukan 5. Mengetahui pengeluaran
tidak ada stasis pada 6. Monitor tanda tanda vital urine sehingga akan
vesika urinaria setelah mengurangi nyeri pada
dilakukan asuhan klien
keperawatan selama 2 6. Mengetahui adanya
jam peningkatan atau
penurunan TTV sebagai
indikasi tindakan
selanjutnya
Kriteria Hasil 7. Kolaburasi dengan dokter 7. Klien mendapatkan terapi
dalam pemberian obat – yang lebih tepat
1. Kandung kemih obatan
kosong secara
penuh
2. Tidak ada residu
urine > 100-200 cc
3. Klien tidak
kesakitan
4. Skala nyeri 0-3
5. Tidak teraba massa
didalam vesika
urinari
6. TTV dalam batas
normal
IMPLEMENTASI

NamaPasien : Tn L
Umur : 56 Tahun
No. Register : 132537
:
NO. TANGGAL DX. KEP TINDAKAN TTD

1. Menjelaskan kepada klien tentang tindakan yang akan


23 /12/2015 Nyeri berhubungan dengan stasis dilakukan
Pukul 16.00 vesika urinaria sekunder terhadap a. Rencana pemasangan chateter
batu pada vesika urinaria b. Meminta Inform consent
c. Prosedur pemasangan cateter
2. Menggunakan kekuatan sugesti dengan menjalankan kran
air
Mendorong klien untuk mengikuti arahan perawat yaitu
klien diminta untuk BAK sambil membayangkan aliran air
3. Melakukan monitor skala nyeri secara periodik dengan cara
menyakan kembali kepada klien tentang skala nyeri
4. Menyiapkan tindakan pemasangan kateter
5. Mencatat dan memonitor pengeluaran urine setelah
memasang cateter
6. Memonitor tanda tanda vital sesudah tidakan pemasangan
cateter
7. Melakukan kolaburasi dengan dokter
Memberikan antrain 1 ampul iv
EVALUASI

NamaPasien : Tn L
Umur : 56 Tahun
No. Register : 132537

TANGGAL EVALUASI TTD


23/12/2015 Subyektif
Pukul 17.00 a. Tn. L mengatakan masih terasa nyeri dengan
skala nyeri 8
b. Tn. L mengatakan masih belum bisa BAK

Obyektif
a. Klien tampak kesakitan
b. Fullblas +
c. Skala nyeri 8
d. Teraba massa pada daerah suprabubik
e. Pemasangan cateter gagal karena ada hambatan
pada saat kateter dimasukkan
f. TTV : TD: 160/100 mmHg, ND: 120 x/menit,
Suhu : 37.1oC, RR: 20 x/menit

Assesment
Masalah nyeri belum teratasi

Planing
a. Lanjutkan intervensi
b. Rencanakan kolaburasi pemasangan cateter
Laporkan bahwa pemasangan cateter tidak
berhasil

Implementasi
a. Melaksanakan intervensi no 5,6,dan 7
b. Melaporkan pemasangan cateter tidak berhasil

Evaluasi
a. Pukul 17.00 WIB
b. Pemasangan cateter oleh dokter dengan cateter
silicon no 16
c. Urien produksi 6000 cc jernih
d. Pasien tampak nyaman.
e. TTV: TD: 140/190 mmHg, ND: 100 x/menit,
Suhu : 36.9oC, RR: 16X/ menit
f. Direncanakan tanggal 24 desember 2015 USG
Abdomen
EVALUASI

NamaPasien : Tn L
Umur : 56 Tahun
No. Register : 132537
TANGGAL EVALUASI TTD
24/12/2015 Subyektif
Pukul 10.00 a. Tn. L mengatakan nyeri nya sudah berkurang
dengan skala nyeri 3
b. Tn. L mengatakan sudah dipasang slang untuk
kencing oleh dokter

Obyektif
a. Klien tampak lebih nyaman
b. Fullblas -
c. Skala nyeri 3
d. Tidak Teraba massa pada daerah suprabubik
e. Sudah terpasang cateter silikon no 16
f. Produksi urune mulai jam 06.00 wib s/d 10.00 wib
500 cc
g. TTV : TD: 140/90 mmHg, ND: 90 x/menit, Suhu :
36.1oC, RR: 15 x/menit

Assesment
Masalah nyeri teratasi sebagian
Planing
a. Lanjutkan intervensi
b. Rencanakan kolaburasi untuk melaporkan hasil
USG

Implementasi
a. Melaksanakan intervensi no 5,6 dan 7
b. Melaporkan Hasil USG :
neprolitiasis dektra
hidroneprosis grade II REN Sinistra, Ec Obtruksi
batu Ureter sinistra distal

Evaluasi
a. Direncanakan pemeriksaan IVP tanggal 25
Desember 2015
b. Direncanakan operasi tunggu hasil IVP
EVALUASI

NamaPasien : Tn L
Umur : 56 Tahun
No. Register : 132537

TANGGAL EVALUASI TTD


25/12/2015 Subyektif
Pukul 10.00 Tn. L mengatakan nyeri nya sudah berkurang dengan skala
nyeri 2

Obyektif
a. Klien tampak lebih nyaman
b. Fullblas -
c. Skala nyeri 2
d. Tidak Teraba massa pada daerah suprabubik
e. Produksi urune mulai jam 06.00 wib s/d 10.00 wib
450 cc
f. TTV : TD: 140/90 mmHg, ND: 90 x/menit, Suhu :
36.1oC, RR: 15 x/menit

Assesment
Masalah nyeri teratasi sebagian

Planing
a. Lanjutkan intervensi
b. Rencanakan kolaburasi untuk melaporkan hasil IVP

Implementasi
a. Melaksanakan intervensi 5,6 dan 7
b. Melaporkan Hasil IVP :
Neprolitiasis dextra
Non visuslized ren sinisra Ec obtruktif nepropati
Batu distal ureter sinistra sudah masuk kedalam
vaesika urinaria

Evaluasi
Direncanakan tanggal 26 Desember 2015 operasi URS
kalau perlu TURP jam 07.00 wib
EVALUASI

NamaPasien : Tn L
Umur : 56 Tahun
No. Register : 132537

TANGGAL EVALUASI TTD


26/12/2015 Subyektif
Pukul 06.30 Tn. L mengatakan sudah tidak nyeri
Tn. L mengatakan hari ini akan dilakukan operasi pukul
07.00 wib.
Tn L mengatakan siap menjalani operasi karena ingin
sembuh dari penyakitnya

Obyektif
a. Klien tampak tenang
b. Fullblas -
c. Skala nyeri 1
d. Tidak Teraba massa pada daerah suprapubik
e. Dalam catatan produksi urune mulai jam 24.00 wib
s/d 06.00 wib 700 cc jernih
f. TTV : TD: 140/90 mmHg, ND: 90 x/menit, Suhu :
36.1oC, RR: 15 x/menit

Assesment
Masalah nyeri teratasi

Planing
Hentikan intervesi
EVALUASI

NamaPasien : Tn L
Umur : 56 Tahun
No. Register : 132537

TANGGAL EVALUASI TTD


26/12/2015 LAPORAN OPERASI
Pukul 13.30 Operasi mulai pukul 0.20 - 08.40 WIB
Diagnosa Preoperatif :
BPH, Batu buli –buli, batu ren dektra
Diagnosa post operatif:
TURP, Litrotripsi Dan URS Pasang DJ Stant Dextra Dan
Sinistra
LAPORAN OPERASI
Cystoscopy : batu buli-buli diameter 1.5 cm
Prostat mulai Lassy
Dilakukan litrotripsi sampai dengan batu hancur
URS ( S) batu tidak ada Pasang DJ Stant
URS ( D) batu tidak ada Pasang DJ Stant
Dilanjutkan TURP kurang lebih 15 gr dan dilakukan PA
Pasang silicon cateter no 16
Operasi selesai.
Resume (R….)

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

NamaKlien : Tanggal pengkajian :


Tgl MRS : No Regester :

Subjective Obyektive Analisis Planniang Implementasi Evaluation TTD


S:
O:
Theraphy A:
Data Penunjang P:

Anda mungkin juga menyukai