Anda di halaman 1dari 27

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN NY.

W DENGAN POST SC DI RUANG


GAYATRI ATAS INDIKASI PREMATURE REPTURE OF MEMBRANES HARI
KE-2 Rrsud Dr.WAHIDIN SUDIRO HUSODO

Disusun Oleh:
Adiningsih Kurnia Wardani Mattarang (01.18.003)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DIAN HUSADA MOJOKERTO

2021
LEMBAR PENGESAHAN
Laporan Asuhan Keperawatan

Telah disetujui pada


Hari:
Tanggal:

Pembimbing Pendidikan Pembimbing Ruangan

Mengetahui,

Kepala Ruangan
LAPORAN PENDAHULUAN

1. Konsep Dasar Sectio Caesarea


A. Pengertian
Sectio Caesarea adalah suatu persalinan buatan dimana janin
dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding depan perut dan dinding rahim
dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di atas 500 gram
(Sarwono, 2009). Sedangkan menurut (Gulardi & Wiknjosastro, 2006) Sectio
caesarea adalah tindakan untuk melahirkan janin dengan berat badan di atas
500 gram melalui sayatan pada dinding uterus yang utuh, dan menurut
(Mansjoer,2002) Sectio caesarea ialah pembedahan untuk melahirkan janin
dengan membuka dinding parut dan dinding rahim.

B. Etiologi
Menurut Manuaba (2002) indikasi ibu dilakukan sectio caesarea adalah ruptur
uteri iminen, perdarahan antepartum, ketuban pecah dini. Sedangkan indikasi
dari janin adalah fetal distres dan janin besar melebihi 4.000 gram> Dari
beberapa faktor sectio caesarea diatas dapat diuraikan beberapa penyebab
sectio sebagai berikut :

a. CPD (Chepalo Pelvik Dispropotion) adalah ukuran lingkar panggul ibu

tidak sesuai dengan ukuran kepala janin yang dapat menyebabkan ibu

tidak dapat melahirkan secara normal. Tulang-tulang panggul

merupakan susunan beberapa tulang yang membentuk rongga panggul

yang merupakan jalan yang harus dilalau oleh janin ketika akan lahir

secara normal. Bentuk panggul yang menunjukkan kelainan atau

panggul patologis juga dapat menyebabkan kesulitan dalam proses

persalinan normal sehingga harus dilakukan tindakan operasi. Keadaan

patologis tersebut menyebabkan bentuk rongga panggul menjadi

asimetris dan ukuran-ukuran bidang panggul menjadi abnormal.


b. PEB (Pre-Eklamasi Berat) adalah kesatuan penyakit yang langsung

disebabkan oleh kehamilan, sebab terjadinya masih belum jelas. Setelah

perdarahan dan infeksi, preeklamsi dan eklamsi merupakan penyebab

kematian maternatal dan perinatal paling penting dalam ilmu kebidanan.

Karena itu diagnosa dini amatlah penting, yaitu mampu mengenali dan

mengobati agar tidak berlanjut menjadi eklamsi.

c. KDP ( Ketuban Pecah Dini ) adalah pecahnya ketuban sebelum terdapat

tanda persalinan dan ditunggu satu jam belum terjadi inpartus. Sebagian

besar ketuban pecah dini adalah hamil aterm di atas 37 minggu.

d. Bayi kembar, tak selamanya bayi kembar dilahirkan secara sectio

caesarea. Hal ini karena kelahiran kembar memiliki resiko terjadi

komplikasi yang lebih tinggi daripada kelahiran satu bayi. Selain itu,

bayi kembar pun dapat mengalami sungsang atau salah letak lintang

sehingga sulit untuk dilahirkan secara normal.

e. Faktor hambatan jalan lahir, adanya gangguan pada jalan lahir, misalnya

jalan lahir yang tidak memungkinkan adanya pembukaan, adanya tumor

dan kelainan bawaan pada jalan lahir, tali pusat pendek dan ibu sulit

bernafas.

f. Kelainan letak janin

a) Kelainan pada letak kepala

i. Letak kepala tengadah, bagian terbawah adalah puncak

kepala, pada pemerikasaan dalam teraba UUB yang paling

rendah. Etiologinya kelainan panggul, kepala bentuknya

bundar, anaknya kecil atau mati, kerusakan dasar panggul.


ii. Presentasi muka, letak kepala tengadah (defleksi),

sehingga bagian kepala yang terletak paling rendah ialah

muka. Hal ini jarang terjadi, kira-kira 0,27-0,5 %.

iii. Presentasi dahi, posisi kepala antara fleksi dan defleksi,

dahi berada pada posisi terendah dan tetap paling depan.

Pada penempatan dagu, biasnya dengan sendirinya akan

berubah menjadi letak muka atau letak belakang kepala.

b) Letak sungsang merupakan keadaan dimana janin terletak

memanjang dengan kepala difundus uteri dan bokong berada di

bagian bawah kavum uteri. Dikenal beberapa jenis letak sungsang,

yakni presentasi bokong, presentasi bokong kaki sempurna,

presentasi bokong tidak sempurna dan presentasi kaki.

C. Patofisiologi
Sectio caesarea merupakan tindakan untuk melahirkan bayi dengan
berat di atas 500 gram dengan sayatan pada dinding uterus yang masih
utuh. Indikasi dilakukan tindakan sc yaitu distorsi kepala panggul,
disfungsi uterus, distorsia jaringan lunak, placenta previa dll, untuk ibu.
Sedangkan untuk janin adalah gawat janin. Janin besar dan janin lintang
setelah dilakukan SC ibu akan mengalami adaptasi post partum baik
aspek kognitif berupa kurang pengetahuan. Akibat kurang informasi dari
aspek fisiologis yaitu produk oxitosin yang tidak adekuat akan
mengakibatkan ASI yang keluar hanya sedikit, luka dari insisi akan
menjadi post de entris bagi kuman. Oleh karena itu perlu diberikan
antibiotik dan perawatan luka dengan prinsip steril. Nyeri adalah salah
satu utama karena insisi yang mengakibatkan gangguan rasa nyaman.

Sebelum dilakukan operasi pasien perlu dilakukan anestesi bisa


bersifat regional dan umum. Namun anestesi umum lebih banyak
pengaruhnya terhadap janin maupun ibu anestesi janin sehingga kadang-
kadang bayi lahir dalam keadaan upnou yang tidak dapat diatasi dengan
mudah. Akibatnya janin bisa mati, sedangkan pengaruhnya anestesi bagi
ibu sendiri yaitu terhadap tonus uteri berupa atonia uteri sehingga darah
banyak yang keluar. Untuk pengaruh terhadap nafas yaitu jalan nafas
yang tidak efektif akibat sekret yang berlebihan karena kerja otot nafas
silia yang menutup. Anastesi ini juga mempengaruhi saluran pencarnaan
dengan menurunkan mobilitas usus.

Seperti yang telah diketahui setelah makanan masuk lambung akan


terjadi proses penghancur dengan bantuan peristaltik usus. Kemudian
diserap untuk metabolisme sehingga tubuh memperoleh energi. Akibat
dari mortilitas yang menurun maka peristaltik juga menurun. Makanan
yang ada di lambung akan menumpung dan karena reflek untuk batuk
juga menurun. Maka pasien sengat motilitas yang menurun juga berakibat
pada perubahan pola eliminasi yaitu konstipasi (Saifuddin, Mansjoer &
Prawirohardjo, 2002).

D. Jenis Jenis Operasi Section Caessarea


a. Sectio caeasarea transperitonealis profunda Sectio caeasarea
transperitonealis profunda dengan insisi di segmen bawah uterus. Insisi
pada bawah rahim, bisa dengan teknik melintang atau memanjang.
Keunggulan pembedahan ini:
- Perdarahan luka insisi tidak seberapa banyak
- Bahaya peritonitis tidak besar
- Perut uterus umumnya kuat sehingga bahaya ruptur uteri
dikemudian hari tidak besar karena pada nifas segmen bawah
uterus tidak seberapa banyak mengalami kontraksi seperti
korpus uteri sehingga luka dapat sembuh lebih sempurna
b. Sectio caesarea korporal / klasik
Pada Sectio caesarea korporal / klasik ini di buat kepada korpus uteri,
pembedahan ini yang agak mudah dilakukan, hanya di selenggarakan
apabila ada halangan untuk melakukan sectio caesarea
transperitonealis profunda. Insisi memanjang pada segmen uterus.
c. Sectio caesarea ekstra peritoneal
Sectio ceasarea ekstra peritoneal dahulu dilakukan untuk mengurangi

bahaya injeksi peroral akan tetapi dengan kemajuan pengobatan

tehadap injeksi pembedahan ini sekarang tidak banyak lagi dilakukan.

Rongga peritoneum tak dibuka, dilakukan pada pasien infeksi uteri

berat.

E. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis pada klien dengan post sectio caesarea menurut
Prairohardjo, 2007 antara lain :
1) Kehilangan darah selama prosedur pembedahan 600-800 ml.

2) Terpasang kateter, urin jernih dan pucat.

3) Abdomen lunak dan tidak ada distensi.

4) Bising usus tidak ada.

5) Ketidaknyamanan untuk menghadapi situasi baru

6) Balutan abdomen tampak sedikit noda.

7) Aliran lokhia sedangdan bebas bekuan, berlebihan dan banyak

F. Pemeriksaan Penunjang
a. Elektroensefalogram (EEG)
Untuk membantu menetapkan jenis dan fokus dari kejang.
b. Pemindaian CT
Untuk mendeteksi perbedaan kerapatan jaringan.
c. Magneti Resonance Imaging (MRI)
Menghasilkan bayangan dengan menggunakan lapangan magnetik dan
gelombang radio, berguna untuk memperlihatkan daerah-daerah otak
yang tidak jelas terlihat bila menggunakan pemindaian CT.
a. Uji laboratorium
a) Fungsi lumbal : menganalisis cairan serebrovaskuler
b) Hitung darah lengkap : mengevaluasi trombosit dan hematokrit
c) Panel elektrolit
d) Skrining toksik dari serum dan urin
e) AGD
f) Kadar kalsium darah
g) Kadar natrium darah
h) Kadar magnesium darah
b. Komplikasi

Menurut Cunningham (2006) yang sering terjadi pada ibu SC :


a. Infeksi puerperial : kenaikan suhu selama beberapa hari dalam masa
nifas dibagi atas :
1) Ringan, dengan suhu meningkat dalam beberapa hari.

2) Sedang, suhu meningkat lebih tinggi disertai dengan dehidrasi dan


perut sedikit kembung.
3) Berat, peritonealis, sepsisi dan usus paralitik.

b. Perdarahan : perdarahan banyak bisa terjadi jika pada saat pembedahan


cabang-cabang arteri ikut terbuka atau karena atonia uteri.

c. Komplikasi-komplikasi lainnya antara lain luka kandung kencing,


embolisme paru yang sangat jarang terjadi.

d. Kurang kuatnya perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan


berikutnya bisa terjadi ruptur.

e. Yang sering terjadi pada bayi : Kematian perinatal


2. Konsep Asuhan Keperawatan
2. Pengkajian
Pada pengkajian klien dengan sectio caesarea, data yang ditemukan
meliputi distres janin, kegagalan untuk melanjutkan persalinan, malposisi
janin, prolaps tali pusat, abrupsio plasenta dan plasenta previa.
a. Identitas atau biodata klien
Meliputi : nama, umur, agama, jenis kelamin, alamat, suku bangsa,
pekerjaan, pendidikan, tanggal masuk rumah sakit, nomor registrasi,
dan diagnosa keperawatan.
b. Keluhan utama
Keluhan yang dirasakan klien pada saat ini dikumpulkan untuk
menentukan prioritas intervensi keperawatan, keluhan utama pada
post operasi SC biasanya adalah nyeri dibagian abdomen, pusing dan
sakit pinggang.
c. Riwayat kesehatan
I. Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat pada saat sebelum inpartus di dapatkan cairan yang
keluar pervaginan secara spontan kemudian tidak di ikuti tanda-
tanda persalinan.
II. Riwayat kesehatan dahulu
Didapatkan data klien pernah riwayat SC sebelumnya, panggul
sempit, serta letak bayi sungsang. Meliputi penyakit yang lain
dapat juga mempengaruhi penyakit sekarang.
III. Riwayat kesehatan keluarga
Adakah penyakit turunan dalam keluarga seperti jantung, HT,
TBC, DM, penyakit kelamin, abortus yang mungkin penyakit
tersebut diturunkan kepada klien.
d. Pemeriksaan fisik
1) Kepala
a) Rambut
Bagaimana bentuk kepala, warna rambut, kebersihan
rambut, dan apakah ada benjolan.
b) Mata
Terkadang adanya pembengkakan pada kelopak mata,
konjungtiva, dan kadang-kadang keadaan selaput mata pucat
(anemia) karena proses persalinan yang mengalami
perdarahan, sclera kuning.
c) Telinga
Biasanya bentuk telinga simetris atau tidak, bagaimana
kebersihannya, adakah cairan yang keluar dari telinga.
d) Hidung
Adanya polip atau tidak dan apabila pada post partum
kadangkadang ditemukan pernapasan cuping hidung.
e) Mulut dan gigi
Mulut bersih / kotor, mukosa bibir kering / lembab.
2) Leher
Saat dipalpasi ditemukan ada / tidak pembesaran kelenjar tiroid,
karna adanya proses penerangan yang salah.
3) Thorax
a) Payudara
Simetris kiri dan kanan, tidak ada kelainan pada
payudara, areola hitam kecoklatan, putting susu
menonjol, air susu lancer dan banyak keluar.
b) Paru paru
I : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak terlihat
pembengkakan.
P : Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak teraba massa
P : Redup / sonor
A : Suara nafas Vesikuler / ronkhi / wheezing
c) Jantung
I : Simetris / tidak kiri dan kanan, ada / tidak terlihat
pembengkakan.
P : Ada / tidak nyeri tekan, ada / tidak teraba massa
P : Redup / sonor
A : Suara nafas Vesikuler / ronkhi / wheezing
4) Abdomen
I: terdapat luka jahitan post op ditutupi perban, adanya strie
gravidarum
P: nyeri tekat pada luka
P: redup
A: bising usus
5) Genetalia
Pengeluaran darah bercampur lender, pengeluaran air ketuban,
bila terdapat pengeluaran mekomium yaitu feses yang dibentuk
anak dalam kandungan menandakan adanya kelainan letak anak.
6) Ekstremitas
Pemeriksaan odema untuk melihat kelainan-kelainan karena
membesarkan uterus, karena pre eklamsia atau karena penyakit
jantung atau ginjal.
7) Tanda tanda vital
Apabila terjadi perdarahan pada post partum tekana darah turun,
nadi cepat, pernafasan meningkat, suhu tubuh turun.

3. Diagnosa Keperawatan
2) Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik dibuktikan dengan
tampak meringis. (D.0077)
2. Intervensi Keperawatan
N Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
o
1 Nyeri akut Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
keperawatan diharapkan Kontrol Observasi:
nyeri meningkat (L.08063) - Identifikasi lokasi, karakteristik,
Kriteria hasil: durasi, frekuensi, kualitas, intensitas
- Melaporkan nyeri terkontrol nyeri
meningkat - Identifikasi skala nyeri
- Kemampuan mengenali onset - Identifikasi factor yang memperingan
nyeri meningkat dan memperberat nyeri
- Kemampuan mengenali - Identifikasi pengaruh nyeri terhadap
penyebab nyeri meningkat kualitas tidur
- Kemampuan teknik non- - Monitor keberhasilan terapi
farmakologis meningkat komplomenter yang sudah diberikan
- Keluahan nyeri mnurun - Monitor efek samping penggunaan
- Penggunaan analgetik menurun analgetik
Terapeutik
- Berikan teknik non-farmakologis
untuk mengontrol nyeri (terapi pijat,
aromaterapi, terapi musik
- Kontrol lingkungan yang
memperberat nyeri (suhu ruangan,
kebisingan)
- Fasilitasi istirahat tidur
- Pertimbangkan jenis dan sumber
nyeri dalam pemilihan strategi
peredaan nyeri
Edukasi
- Jelaskan periode, penyebab dan
pemicu nyeri
- Menjelaskan strategi meredakan
nyeri
- Anjurkan memonitor nyeri secara
mandiri
- Anjurkan menggunakan analgetik
secara tepat
- Anjurkan teknik non farmakologi
untuk mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
- Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu

3. Implementasi
Setelah rencana keperawatan disusun langkah selanjutnya adalah dalam

menetapkan tindakan keperawatan. Tindakan ini dapat dilakukan secara

mandiri atau kerjasama dengan tim kesehatan lainnya (Hidayat, 2004).

4. Evaluasi
Evaluasi adalah untuk penilaian yang dilakukan untuk mengetahui

keberhasilan tujuan. Jika kriteria yang ditetapkan belum tercapai maka


tugas perawat selanjutnya adalah melakukan pengkajian kembali (Hidayat,

2004).
ASUHAN KEPERAWATAN NY.W DENGAN POST SC DI RUANG GAYATRI
ATAS INDIKASI PREMATURE REPTURE OF MEMBRANES HARI KE-2 Rrsud
Dr.WAHIDIN SUDIRO HUSODO

Disusun Oleh:
Adiningsih Kurnia Wardani Mattarang (01.18.003)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
DIAN HUSADA MOJOKERTO

2021
Asuhan Keperawatan Pasien Dengan Sectio Caesaria

1. PENGKAJIAN

Tanggal masuk : 20-9-2021 jam masuk : 12.00 WIB

Ruang : Gayatri kamar no : 02

Tanggal pengkajian : 21-9-2021

B. Identitas

Nama pasien : Ny. W Nama suami : Tn. J

Umur : 27 Umur : 30

Suku bangsa : Indonesia Suku bangsa : Indonesia

Agama : islam Agama : Islam

Pendidikan : S1 Pendidikan : SMA

Pekerjaan : Guru Pekerjaan : DLH

Alamat : peterongan, bangsal

Status pernikahan : menikah

Dx medis: GIIPOA1 uk 37/38 mmg TH

Keluhan utama: pasien mengatakan nyeri pada luka jahitan operasi sesar

Riwayat penyakit sekarang: pasien mengatakan mengalami ketuban pecah pada

hari minggu jam 11.00 lalu ke IGD RSU dr. Wahidin Sudiro Husodo, kemudian

diopname dan dioperasi pada hari senin secara sesar.

C. Riwayat keperawatan

1) Riwayat obstetric

a. Riwayat menstruasi

Umur : SD kelas 6 awal menstruasi

Siklus : teratur
Lamanya : 7 hari

HPHT : akhir

b. Riwayat kehamilan

GiiP0A1

c. Rencana perawatan bayi

- Kesanggupan merawat bayi:

Pasien mengatakan sanggup merawat bayinya, pasien juga mengatakan

dibantu bidan desa dalam merawat bayinya

- Breast care:

Pasien mengatakan belum mengetahui cara perawatan payudara

- Perinatal care:

Pasien mengatakan mampu melakukan perinatal care

- Nutrisi:

Pasien mengatakan kuran nafsu makan tetapi makan dengan teratur

- KB:

Pasien mengatakan setelah kelahiran anak pertama akan

merencanakan KB

- Menyusui:

Pasien mengatakan berencana untuk memberikan ASI eksklusif selama

2 tahun

2) Riwayat keluarga berencana

- Pasien melaksanakan KB

- Pasien menggunakan KB jenis pil

3) Riwayat kesehatan

Pasien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit karena tipoid, pasien

mengatakan tidak memiliki riwayat penyakit keturunan


4) Riwayat lingkungan

Pasien mengatakan lingkungan dirumahnya bersih, nyaman, serta aman untuk

pertumbuhan anaknya nanti

5) Aspek psikososial

a. Persepsi setelah bersalin

Pesien mengatakan sangat senang dan bersyukur anaknya sudah lahir

dengan selamat, ibu juga mengatakan terkejut dengan rasa nyeri yang

dirasakan diluar ekspektasi

b. Perubahan kondisi dalam kehidupansehari hari

Pasien mengatakan aka nada perubahan peran yang akan terjadi setelah

melahirkan

c. Harapan ibu setelah bersalin

Ibu mengatakan berharap supaya anaknya sehat dan tumbuh dengan baik

d. Sikap anggota keluarga

Anggota keluarga sangan supportif dan turut senang atas kelahiran anak

pertama pasien

6) Kebutuhan dasar khusus

a. Pola nutrisi:

- Frekuensi makan: teratur

- Nafsu makan: menurun

- Alergi:-

b. Pola eliminasi

- BAK: pesien bisa pergi ke kamar mandi dengan bantuan keluarga

- BAB: pasien bisa pergi ke toilet dengan bantuan

c. Pola personal hygine


- Mandi: pasien mengatakan sudah bisa mandi

- Oral: pasien mengatakan gosok gigi

- Cuci rambut: pasien mengatakan sudah cuci rambut

d. Pola istirahat tidur

Pasien mengatakan belum tidur sejak tanggal 20-9-2021

e. Pola aktivitas dan latihan

Pasien bisa melakukan miring kanan kiri

7) Pemeriksaan fisik

 Keadaan umum: baik

 Kesadaran: composmentis

 Tekanan darah: 115/80 mmhg

 Nadi: 100x/mnt

 Suhu: 36oC

 Respirasi: 20x/mnt

 Bb ibu:-

 Tb ibu: 145

 Kepala dan rambut

I: rambut berwarna hitam, tidak ada benjolan

P: tidak ada nyeri tekan, tidak ada lesi

 Wajah

I: bentuk wajah simetris, tidak ada lesi, wajah tampak lemas dan

meringis karena nyeri

 Mata:
I: mata simetris kana dan kiri, tidak ada lesi, konjungtiva tidak

anemis, sclera tidak ikterik

P: tidak ada nyeri tekan

 Hidung:

I: tidak ada pernafasan cuping hidung, simetris

P: tidak ada nyeri tekan

 Mulut dan bibir:

I: membrane mukosa bibir agak kering, simetris

P: tidak ada nyeri tekan

 Leher:

I: tidak ada lesi, terdapat reflek menelan

P: tidak ada nyeri tekan, tidak ada pembesaran kelenjar tiroid

 Dada dan payudara:

Bentuk dada simetris, tidak ada retraksi dada, tidak ada lesi, adanya

hiper pigmentasi mamae dan papilla mame, putting sebelah kana tidak

menonjol, putting sebelah kiri monjol dan dapat mengeluarkan ASI

 Abdomen

Terdapat luka jahitan post op sc secara horizontal yg tertutup kasa,

tidak ada perdarahan, skala nyeri 8

 Genetalia

Lochea rubra kurang lebih 200 mlberwarna merah kehitaman

8) Pemeriksaan penunjang

Nama pasien : Ny. W

Tanggal lahir : 15-10-1994

Jenis kelamin : perempuan


Alamat : peterongan bangsal

Leukosit : 12,13

Hemoglobin :12,4

Hematocrit : 36.7

Trombosit : 192
ANALISA DATA
No Analisa data Etiologi Masalah
1 Ds: pasien mengatakan nyeri Pelepasan mediator Nyeri akut

pada luka jahitan bekas nyeri akibat trauma

operasi sesar jaringan ketika

P: nyeri timbul saat pasien pembedahan (SC)

bergerak

Q: nyut nyut

R: pada luka jahitan bekas

operasi

S: skala nyeri 8

T: saat bergerak (duduk,

berdiri, pindah posisi)

DO:

k/u: cukup

kesadaran: composmentis

terpasan infus lengan kiri RL

500 cc

lochea rubra

TTV

TD: 115/80

N: 100

S: 36
2. DIANGNOSA
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera fisik (D.0077)

3. INTERVENSI
N Diagnosa Tujuan Dan Kriteria Hasil Intervensi
o
1 Nyeri akut berhubungan Setelah dilakukan tindakan Manajemen nyeri (I.08238)
keperawatan diharapkan Kontrol - Berikan teknik non-farmakologis
dengan agen cedera fisik
nyeri meningkat (L.08063) untuk mengontrol nyeri (terapi pijat,
(D.0077) Kriteria hasil: aromaterapi, terapi music
- Melaporkan nyeri terkontrol - Jelaskan periode, penyebab dan
meningkat pemicu nyeri
- Kemampuan mengenali onset - Kontrol lingkungan yang
nyeri meningkat memperberat nyeri (suhu ruangan,
- Kemampuan mengenali kebisingan)
penyebab nyeri meningkat - Fasilitasi istirahat tidur
- Kemampuan teknik non- - Lakukan perawatan luka
farmakologis meningkat - Berikan terapi sesuai advice dokter
- Keluahan nyeri mnurun -
- Penggunaan analgetik menurun
4. IMPLEMENTASI

No Diagnosa Tanggal Tindakan TTD


5. EVALUASI
KEPERAWATAN

No Tangal/Jam Tindakan TTD

Anda mungkin juga menyukai