Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH

“ASUHAN KEPERWATAN LEUKMIA PADA ANAK”

Kelompok 7 :

Fitrotin Nisak 0118017

Lailatul Mudrika 0118022

Nor Syamsyia 0118028

Program Studi Ilmu Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Dian Husada

Mojokerto

2020

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur, penyusun panjatkan kehadirat Allah SWT, karena berkat rahmat dan
hidayah-nya penyusun dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Leukemia Pada Anak” dalam makalah ini, penyusun tidak lepas
dari bantuan berbagai pihak, untuk itu penyusun mengucapkan terima kasih kepada:
1. Dosen pembimbing yang telah sabar dan telaten membimbing kami
2. Orang tua yang selalu mendukung dan memotivasi kami dalam belajar
3. Teman-teman yang selalu memberikan kritik dan sarannya
Penyusun menyadari, makalah ini masih jauh dari sempurna. Untuk itu, penyusun
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun dari berbagai pihak demi
sempurnanya makalah. Semoga makalah ini dapat bermanfaat baik bagi penyusun
maupun bagi pembaca.

i
Daftar Isi

Kata Pengantar......................................................................................................... i
Daftar Isi................................................................................................................. ii
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang............................................................................................ 1
B. Rumusan Masalah....................................................................................... 1
C. Tujuan masalah........................................................................................... 1
BAB II PEMBAHASAN
A. Konsep leukimia.......................................................................................... 2
B. Konsep asuhan keperawatan leukimia...................................................... 11
BAB III PENUTUP
A. Simpulan................................................................................................... 19
B. Saran.......................................................................................................... 19
Daftar Pustaka....................................................................................................... 20

ii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang
berarti darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel
darah putih. Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat kanker membelah
secara tak terkontrol dan mengganggupembelahan sel darah normal.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angka kematian mencapai 83,6
% (Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO)
menunjukkan bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 %
diantaranya disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa
angka kematian di Amerika Serikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971
(Katrin, 1997).Di Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita
leukemia.Pada akhir tahun 2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan
leukemia (TLLS, 2009).
B. Rumusana masalah
1. Bagaiamana konsep leukemia pada anak?
2. Bagaiamana konsep asuhan keperawatan leukemia pada anak?
C. Tujuan Penulisan
1. Untuk memahami konsep leukemia pada anak
2. Untuk mengetahui asuhan keperawatan leukemia pada anak

1
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep leukimia
1. Definisi
Istilah leukemia pertama kali dijelaskan oleh Virchow sebagai “darah putih” pada tahun
1874, adalah penyakit neoplastik yang ditandai dengan diferensiasi dan proliferasi sel induk
hematopoetik.
Leukemia adalah suatu keganasan yang berasal dari perubahan genetik pada satu atau
banyak sel di sumsum tulang. Pertumbuhan dari sel yang normal akan tertekan pada waktu sel
leukemia bertambah banyak sehingga akan menimbulkan gejala klinis. Keganasan hematologik
ini adalah akibat dari proses neoplastik yang disertai gangguan diferensiasi pada berbagai
tingkatan sel induk hematopoetik sehingga terjadi ekspansi progresif kelompok sel ganas
tersebut dalam sumsum tulang, kemudian sel leukemia beredar secara sistemik.
Leukemia adalah proliferasi sel leukosit yang abnormal, ganas, sering disertai bentuk
leukosit yang lain daripada normal dengan jumlah yang berlebihan, dapat menyebabkan
kegagalan sumsum tulang dan sel darah putih sirkulasinya meninggi.
2. Etiologi
Penyebab leukemia masih belum diketahui secara pasti hingga kini. Menurut hasil
penelitian, orang dengan faktor risiko tertentu lebih meningkatkan risiko timbulnya penyakit
leukemia.
1) Host
a) Umur, jenis kelamin, ras
Insiden leukemia secara keseluruhan bervariasi menurut umur. LLA merupakan
leukemia paling sering ditemukan pada anak-anak, dengan puncak insiden antara
usia 2-4 tahun, LMA terdapat pada umur 15-39 tahun, sedangkan LMK banyak
ditemukan antara umur 30-50 tahun. LLK merupakan kelainan pada orang tua
(umur rata-rata 60 tahun). Insiden leukemia lebih tinggi pada pria dibandingkan
pada wanita. Tingkat insiden yang lebih tinggi terlihat di antara Kaukasia (kulit
putih) dibandingkan dengan kelompok kulit hitam.
Leukemia menyumbang sekitar 2% dari semua jenis kanker. Menyerang 9
dari setiap 100.000 orang di Amerika Serikat setiap tahun. Orang dewasa 10 kali
kemungkinan terserang leukemia daripada anak-anak. Leukemia terjadi paling

2
sering pada orang tua. Ketika leukemia terjadi pada anak-anak, hal itu terjadi paling
sering sebelum usia 4 tahun.
Penelitian Lee at all (2009) dengan desain kohort di The Los Angeles County-
University of Southern California (LAC+USC) Medical Centre melaporkan bahwa
penderita leukemia menurut etnis terbanyak yaitu hispanik (60,9%) yang
mencerminkan keseluruhan populasi yang dilayani oleh LCA + USA Medical
Center. Dari pasien non-hispanik yang umum berikutnya yaitu Asia (23,0%),
Amerika Afrika (11,5%), dan Kaukasia (4,6%).
b) Faktor Genetik
Insiden leukemia pada anak-anak penderita sindrom down adalah 20 kali lebih
banyak daripada normal. Kelainan pada kromosom 21 dapat menyebabkan
leukemia akut. Insiden leukemia akut juga meningkat pada penderita dengan
kelainan kongenital misalnya agranulositosis kongenital, sindrom Ellis Van
Creveld, penyakit seliak, sindrom Bloom, anemia Fanconi, sindrom Wiskott
Aldrich, sindrom Kleinefelter dan sindrom trisomi D.
Pada sebagian penderita dengan leukemia, insiden leukemia meningkat dalam
keluarga. Kemungkinan untuk mendapat leukemia pada saudara kandung penderita
naik 2-4 kali.19 Selain itu, leukemia juga dapat terjadi pada kembar identik.
Berdasarkan penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control
menunjukkan bahwa orang yang memiliki riwayat keluarga positif leukemia
berisiko untuk menderita LLA (OR=3,75; CI=1,32-10,99) artinya orang yang
menderita leukemia kemungkinan 3,75 kali memiliki riwayat keluarga positif
leukemia dibandingkan dengan orang yang tidak menderita leukemia.
2) Agent
a) Virus
Beberapa virus tertentu sudah dibuktikan menyebabkan leukemia pada binatang.
Ada beberapa hasil penelitian yang mendukung teori virus sebagai salah satu
penyebab leukemia yaitu enzyme reserve transcriptase ditemukan dalam darah
penderita leukemia. Seperti diketahui enzim ini ditemukan di dalam virus
onkogenik seperti retrovirus tipe C yaitu jenis RNA yang menyebabkan leukemia
pada binatang.
Pada manusia, terdapat bukti kuat bahwa virus merupakan etiologi terjadinya
leukemia. HTLV (virus leukemia T manusia) dan retrovirus jenis cRNA, telah
ditunjukkan oleh mikroskop elektron dan kultur pada sel pasien dengan jenis khusus

3
leukemia/limfoma sel T yang umum pada propinsi tertentu di Jepang dan sporadis
di tempat lain, khususnya di antara Negro Karibia dan Amerika Serikat.

b) Sinar Radioaktif
Sinar radioaktif merupakan faktor eksternal yang paling jelas dapat
menyebabkan leukemia. Angka kejadian LMA dan LGK jelas sekali meningkat
setelah sinar radioaktif digunakan. Sebelum proteksi terhadap sinar radioaktif rutin
dilakukan, ahli radiologi mempunyai risiko menderita leukemia 10 kali lebih besar
dibandingkan yang tidak bekerja di bagian tersebut. Penduduk Hirosima dan
Nagasaki yang hidup setelah ledakan bom atom tahun 1945 mempunyai insidensi
LMA dan LGK sampai 20 kali lebih banyak. Leukemia timbul terbanyak 5 sampai
7 tahun setelah ledakan tersebut terjadi. Begitu juga dengan penderita ankylosing
spondylitis yang diobati dengan sinar lebih dari 2000 rads mempunyai insidens 14
kali lebih banyak.
c) Zat Kimia
Zat-zat kimia (misal benzene, arsen, pestisida, kloramfenikol, fenilbutazon)
diduga dapat meningkatkan risiko terkena leukemia.18 Sebagian besar obat-obatan
dapat menjadi penyebab leukemia (misalnya Benzene), pada orang dewasa menjadi
leukemia nonlimfoblastik akut.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control menunjukkan
bahwa orang yang terpapar benzene dapat meningkatkan risiko terkena leukemia
terutama LMA (OR=2,26 dan CI=1,17-4,37) artinya orang yang menderita
leukemia kemungkinan 2,26 kali terpapar benzene dibandingkan dengan yang tidak
menderita leukemia.
d) Merokok
Merokok merupakan salah satu faktor risiko untuk berkembangnya leukemia.
Rokok mengandung leukemogen yang potensial untuk menderita leukemia terutama
LMA.
Banyak penelitian yang menunjukkan bahwa merokok meningkatkan risiko LMA.
Penelitian Hadi, et al (2008) di Iran dengan desain case control memperlihatkan
bahwa merokok lebih dari 10 tahun meningkatkan risiko kejadian LMA (OR=3,81;
CI=1,37-10,48) artinya orang yang menderita LMA kemungkinan 3,81 kali
merokok lebih dari 10 tahun dibanding dengan orang yang tidak menderita LMA.
Penelitian di Los Angles (2002), menunjukkan adanya hubungan antara LMA

4
dengan kebiasaan merokok. Penelitian lain di Canada oleh Kasim menyebutkan
bahwa perokok berat dapat meningkatkan risiko LMA. Faktor risiko terjadinya
leukemia pada orang yang merokok tergantung pada frekuensi, banyaknya, dan
lamanya merokok.

3) Lingkungan (Pekerjaan)
Banyak penelitian menyatakan adanya hubungan antara pajanan pekerjaan
dengan kejadian leukemia. Dalam sebuah penelitian yang dilakukan di Jepang,
sebagian besar kasus berasal dari rumah tangga dan kelompok petani. Hadi, et al
(2008) di Iran dengan desain case control meneliti hubungan ini, pasien termasuk
mahasiswa, pegawai, ibu rumah tangga, petani dan pekerja di bidang lain. Di antara
pasien tersebut, 26% adalah mahasiswa, 19% adalah ibu rumah tangga, dan 17%
adalah petani. Berdasarkan hasil penelitian ini menunjukkan bahwa orang yang bekerja
di pertanian atau peternakan mempunyai risiko tinggi leukemia (OR = 2,35, CI = 1,0-
5,19), artinya orang yang menderita leukemia kemungkinan 2,35 kali bekerja di
pertanian atau peternakan dibanding orang yang tidak menderita leukemia.
3. PATOFISIOLOGI
Pada keadaan normal, sel darah putih berfungsi sebagai pertahanan tubuh terhadap
infeksi. Sel ini secara normal berkembang sesuai perintah, dapat dikontrol sesuai dengan
kebutuhan tubuh. Leukemia meningkatkan produksi sel darah putih pada sumsum tulang yang
lebih dari normal. Mereka terlihat berbeda dengan sel darah normal dan tidak berfungsi seperti
biasanya. Sel leukemi memblok produksi sel darah normal, merusak kemampuan tubuh
terhadap infeksi. Sel leukemi juga merusak produksi sel darah lain pada sumsum tulang
termasuk sel darah merah dimana sel tersebut berfungsi untuk menyuplai oksigen pada
jaringan.
Analisis sitogenik menghasilkan banyak pengetahuan mengenai aberasi kromosomal
yang terdapat pada pasien dengan leukemia. Perubahan kromosom dapat meliputi perubahan
angka, yang menambahkan atau menghilangkan seluruh kromosom, atau perubahan struktur
termasuk translokasi (penyusunan kembali), delesi, inversi dan insersi. Pada kondisi ini, dua
kromosom atau lebih mengubah bahan genetik, dengan perkembangan gen yang berubah
dianggap menyebabkan mulainya proliferasi sel abnormal.
Leukemia terjadi jika proses pematangan dari stem sel menjadi sel darah putih
mengalami gangguan dan menghasilkan perubahan ke arah keganasan. Perubahan tersebut
seringkali melibatkan penyusunan kembali bagian dari kromosom (bahan genetik sel yang

5
kompleks). Translokasi kromosom mengganggu pengendalian normal dari pembelahan sel,
sehingga sel membelah tidak terkendali dan menjadi ganas. Pada akhirnya sel-sel ini
menguasai sumsum tulang dan menggantikan tempat dari sel-sel yang menghasilkan sel-sel
darah yang normal. Kanker ini juga bias menyusup ke dalam organ lainnya termasuk hati,
limpa, kelenjar getah bening, ginjal, dan otak

6
PATHWAY

Faktor internal Factor eksternal


(genetic, (HTLV-1,
imunologi) karsinogenetik agent,
obat-obatan, radiasi

Leukemia

Gangguan Leukomemfosit Penekanan BM,


pembentukan gangguan
& trombosit
leukosit pembentukan
komponen darah

Resiko
leukopeni perdarahan
Anemia

Leukosit
Daya tahan Mual,
tubuh turun muntah, Lemah, nafsu
diare, makan turun,
perdarahan pusing

Nyeri akut Resiko


infeksi Hipovolemia
Gangguan
mobilitas
fisik

5
4. MANIFESTASI KLINIS
Gejala klinis dari leukemia pada umumnya adalah anemia, trombositopenia,
neutropenia, infeksi, kelainan organ yang terkena infiltrasi, hipermetabolisme.
a. Leukemia Limfositik Akut
Gejala klinis LLA sangat bervariasi. Umumnya menggambarkan kegagalan sumsum
tulang. Gejala klinis berhubungan dengan anemia (mudah lelah, letargi, pusing, sesak,
nyeri dada), infeksi dan perdarahan. Selain itu juga ditemukan anoreksi, nyeri tulang dan
sendi, hipermetabolisme.21 Nyeri tulang bisa dijumpai terutama pada sternum, tibia dan
femur.
b. Leukemia Mielositik Akut
Gejala utama LMA adalah rasa lelah, perdarahan dan infeksi yang disebabkan oleh
sindrom kegagalan sumsum tulang. perdarahan biasanya terjadi dalam bentuk purpura atau
petekia. Penderita LMA dengan leukosit yang sangat tinggi (lebih dari 100 ribu/mm3)
biasanya mengalami gangguan kesadaran, napas sesak, nyeri dada dan priapismus. Selain
itu juga menimbulkan gangguan metabolisme yaitu hiperurisemia dan hipoglikemia.
c. Leukemia Limfositik Kronik
Sekitar 25% penderita LLK tidak menunjukkan gejala. Penderita LLK yang mengalami
gejala biasanya ditemukan limfadenopati generalisata, penurunan berat badan dan
kelelahan. Gejala lain yaitu hilangnya nafsu makan dan penurunan kemampuan latihan
atau olahraga. Demam, keringat malam dan infeksi semakin parah sejalan dengan
perjalanan penyakitnya.
d. Leukemia Granulositik/Mielositik Kronik
LGK memiliki 3 fase yaitu fase kronik, fase akselerasi dan fase krisis blas. Pada fase
kronik ditemukan hipermetabolisme, merasa cepat kenyang akibat desakan limpa dan
lambung. Penurunan berat badan terjadi setelah penyakit berlangsung lama. Pada fase
akselerasi ditemukan keluhan anemia yang bertambah berat, petekie, ekimosis dan demam
yang disertai infeksi.
5. KLASIFIKASI LEUKEMIA
Leukemia diklasifikasikan menjadi 4 bagian, diantaranya yaitu sebagai berikut:
a. Leukemia Meilogenus Akut LMA mengenai sel system hematopeotik yang kelak
berdiferensiasi ke semua sel myeloid, monosit, granulosit, eritrosit dan trombosit.
Semua kelompok usia dapat terkena, insidensi meningkat sesuai bertambahnya usia.
Merupakan leukemia nonlimpositik yang palinng sering terjadi.

6
b. Leukemia Mielogenus kronik LMC juga dimasukan dalam sistem keganasan sel
myeloid. Namun banyak sel normal dibandingkan bentuk akut, sehingga penyakit ini
lebih ringan. LMC jarang menyerang individu dibawah 30 tahun. Manifestasi mirip
dengan LMA, tetapi tanda dan gejala lebih ringan, pasien menunjukan tanpa gejala
selama bertahun-tahun, peningkatan leukosit sampai jumlah yang luar biasa, limpa
membesar.
c. Leukemia Limfositik Akut LLA dianggap sebagai proliferasi ganas limfoblast. Sering
terjadi pada anakanak, laki-laki lebih banyak dibandingkan perempuan, puncak insiden
usia 4 tahun, setelah 15 tahun LLA jarang terjadi. Manifestasi limfosit berproliferasi
dalam sumsum tulang dan jaringan perifer sehingga menggangu perkembangan sel
normal.
d. Leukemia limfositik kronik LLC merupakan kelainan ringan mengenail individu usia
50 sampai 70 tahun. Manifestasi pasien tidak menunjukan gejala, baru terdiagnosa saat
pemeriksaan fisik atau penangan penyakit lain (Arif, 2002).
6. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang dapat dilakukan dengan pemeriksaan darah tepi dan
pemeriksaan sumsum tulang.
a. Pemeriksaan Darah Tepi
Pada penderita leukemia jenis LLA ditemukan leukositosis (60%) dan kadang-kadang
leukopenia (25%). Pada penderita LMA ditemukan penurunan eritrosit dan trombosit. Pada
penderita LLK ditemukan limfositosis lebih dari 50.000/mm 3, sedangkan pada penderita
LGK/LMK ditemukan leukositosis lebih dari 50.000/mm3.
b. Pemeriksaan Sumsum Tulang
Hasil pemeriksaan sumsum tulang pada penderita leukemia akut ditemukan keadaan
hiperselular. Hampir semua sel sumsum tulang diganti sel leukemia (blast), terdapat perubahan
tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang tanpa sel antara (leukemic gap). Jumlah blast
minimal 30% dari sel berinti dalam sumsum tulang. Pada penderita LLK ditemukan adanya
infiltrasi merata oleh limfosit kecil yaitu lebih dari 40% dari total sel yang berinti. Kurang lebih
95% pasien LLK disebabkan oleh peningkatan limfosit B. Sedangkan pada penderita
LGK/LMK ditemukan keadaan hiperselular dengan peningkatan jumlah megakariosit dan
aktivitas granulopoeisis. Jumlah granulosit lebih dari 30.000/mm3.
7. PENATALAKSANAAN
a. Kemoterapi
1. Kemoterapi pada penderita LLA
 Tahap 1 (terapi induksi)

7
Tujuan dari tahap pertama pengobatan adalah untuk membunuh sebagian
besar sel-sel leukemia di dalam darah dan sumsum tulang. Terapi induksi
kemoterapi biasanya memerlukan perawatan di rumah sakit yang panjang
karena obat menghancurkan banyak sel darah normal dalam proses membunuh
sel leukemia. Pada tahap ini dengan memberikan kemoterapi kombinasi yaitu
daunorubisin, vincristin, prednison dan asparaginase.
 Tahap 2 (terapi konsolidasi/ intensifikasi)
Setelah mencapai remisi komplit, segera dilakukan terapi intensifikasi
yang bertujuan untuk mengeliminasi sel leukemia residual untuk mencegah
relaps dan juga timbulnya sel yang resisten terhadap obat. Terapi ini dilakukan
setelah 6 bulan kemudian.
 Tahap 3 ( profilaksis SSP)
Profilaksis SSP diberikan untuk mencegah kekambuhan pada SSP.
Perawatan yang digunakan dalam tahap ini sering diberikan pada dosis yang
lebih rendah. Pada tahap ini menggunakan obat kemoterapi yang berbeda,
kadang-kadang dikombinasikan dengan terapi radiasi, untuk mencegah leukemia
memasuki otak dan sistem saraf pusat.
 Tahap 4 (pemeliharaan jangka panjang)
Pada tahap ini dimaksudkan untuk mempertahankan masa remisi. Tahap
ini biasanya memerlukan waktu 2-3 tahun. Angka harapan hidup yang membaik
dengan pengobatan sangat dramatis. Tidak hanya 95% anak dapat mencapai
remisi penuh, tetapi 60% menjadi sembuh. Sekitar 80% orang dewasa mencapai
remisi lengkap dan sepertiganya mengalami harapan hidup jangka panjang, yang
dicapai dengan kemoterapi agresif yang diarahkan pada sumsum tulang dan
SSP.
2. Kemoterapi pada penderita LMA
 Fase induksi
Fase induksi adalah regimen kemoterapi yang intensif, bertujuan untuk
mengeradikasi sel-sel leukemia secara maksimal sehingga tercapai remisi
komplit. Walaupun remisi komplit telah tercapai, masih tersisa sel-sel leukemia
di dalam tubuh penderita tetapi tidak dapat dideteksi. Bila dibiarkan, sel-sel ini
berpotensi menyebabkan kekambuhan di masa yang akan datang.
 Fase konsolidasi
Fase konsolidasi dilakukan sebagai tindak lanjut dari fase induksi.
Kemoterapi konsolidasi biasanya terdiri dari beberapa siklus kemoterapi dan

8
menggunakan obat dengan jenis dan dosis yang sama atau lebih besar dari dosis
yang digunakan pada fase induksi.Dengan pengobatan modern, angka remisi 50-
75%, tetapi angka rata-rata hidup masih 2 tahun dan yang dapat hidup lebih dari
5 tahun hanya 10%.

3. Kemoterapi pada penderita LLK


Derajat penyakit LLK harus ditetapkan karena menetukan strategi terapi dan
prognosis. Salah satu sistem penderajatan yang dipakai ialah klasifikasi Rai:
 Stadium 0 : limfositosis darah tepi dan sumsum tulang
 Stadium I : limfositosis dan limfadenopati.
 Stadium II : limfositosis dan splenomegali/ hepatomegali.
 Stadium III : limfositosis dan anemia (Hb < 11 gr/dl).
 Stadium IV : limfositosis dan trombositopenia <100.000/mm3 dengan/tanpa
gejala pembesaran hati, limpa, kelenjar.
Terapi untuk LLK jarang mencapai kesembuhan karena tujuan terapi bersifat
konvensional, terutama untuk mengendalikan gejala. Pengobatan tidak diberikan
kepada penderita tanpa gejala karena tidak memperpanjang hidup. Pada stadium I
atau II, pengamatan atau kemoterapi adalah pengobatan biasa. Pada stadium III atau
IV diberikan kemoterapi intensif.
Angka ketahanan hidup rata-rata adalah sekitar 6 tahun dan 25% pasien dapat hidup
lebih dari 10 tahun. Pasien dengan sradium 0 atau 1 dapat bertahan hidup rata-rata
10 tahun. Sedangkan pada pasien dengan stadium III atau IV rata-rata dapat
bertahan hidup kurang dari 2 tahun.
4. Kemoterapi pada penderita LGK/LMK
 Fase Kronik
Busulfan dan hidroksiurea merupakan obat pilihan yag mampu menahan
pasien bebas dari gejala untuk jangka waktu yang lama. Regimen dengan
bermacam obat yang intensif merupakan terapi pilihan fase kronis LMK yang
tidak diarahkan pada tindakan transplantasi sumsum tulang.
 Fase Akselerasi,
Sama dengan terapi leukemia akut, tetapi respons sangat rendah.
b. Radioterapi
Radioterapi menggunakan sinar berenergi tinggi untuk membunuh sel-sel
leukemia. Sinar berenergi tinggi ini ditujukan terhadap limpa atau bagian lain dalam
tubuh tempat menumpuknya sel leukemia. Energi ini bisa menjadi gelombang atau

9
partikel seperti proton, elektron, x-ray dan sinar gamma. Pengobatan dengan cara ini
dapat diberikan jika terdapat keluhan pendesakan karena pembengkakan kelenjar getah
bening setempat.

c. Transplantasi Sumsum Tulang


Transplantasi sumsum tulang dilakukan untuk mengganti sumsum tulang yang
rusak dengan sumsum tulang yang sehat. Sumsum tulang yang rusak dapat disebabkan
oleh dosis tinggi kemoterapi atau terapi radiasi. Selain itu, transplantasi sumsum tulang
juga berguna untuk mengganti sel-sel darah yang rusak karena kanker. Pada penderita
LMK, hasil terbaik (70-80% angka keberhasilan) dicapai jika menjalani transplantasi
dalam waktu 1 tahun setelah terdiagnosis dengan donor Human Lymphocytic Antigen
(HLA) yang sesuai. Pada penderita LMA transplantasi bisa dilakukan pada penderita
yang tidak memberikan respon terhadap pengobatan dan pada penderita usia muda yang
pada awalnya memberikan respon terhadap pengobatan.
d. Terapi Suportif
Terapi suportif berfungsi untuk mengatasi akibat-akibat yag ditimbulkan
penyakit leukemia dan mengatasi efek samping obat. Misalnya transfusi darah untuk
penderita leukemia dengan keluhan anemia, transfusi trombosit untuk mengatasi
perdarahan dan antibiotik untuk mengatasi infeksi.

10
B.   KONSEP KEPERAWATAN
1.    PENGKAJIAN
1. Anamnesa :
a) Identitas
Meliputi nama, usia, jenis kelamin, suku, agama, alamat. Leukemia banyak menyerang
laki-laki dari pada wanita dan menyerang pada usia lebih dari 20 tahun khusunya pada
orang dewasa. Bisa juga terjadi pada anak-anak.
b) Keluhan utama
Lemas, sesak nafas, demam, sakit kepala, lemah, nyeri tulang dan sendi.
c) Riwayat kesehatan sekarang
Riwayat kesehatan sekarang pada penyakit leukemia klien biasanya lemah, lelah, wajah
terlihat pucat, anemis, sakit kepala, anoreksia, muntah, sesak, nafas cepat.
d) Riwayat kesehatan dahulu
Pada riwayat kesehatan dahulu pada klien dengan leukemia, kaji adanya tanda-tanda
anemia yaitu pucat, kelemahan, sesak, nafas cepat. Adanya tanda-tanda leucopenia yaitu
demam dan adanya infeksi. Kaji adanya tanda-tanda trombositopenia yaitu ptechiae,
purpura, perdarahan membrane mukosa. Kaji adanya tanda-tanda invasi ekstra medulola
yaitu limfadenopati, hepatomegaly, splenomegaly. Kaji adanya pembesaran testis. Kaji
adanya hematuria, hipertensi, gagal ginjal, inflamasi disekitar rectal, nyeri
(Lawrence,2003).
e) Riwayat kesehatan keluarga
Dari riwayat kesehatan keluarga, adanya keluarga yang mengalami gangguan
hematologis serta adanya factor herediter misal kembar monozigot.
f) Pengkajian psikososial
Pada pengkajian psikososial perlu dikaji tentang bagaimana respon klien terhadap
penyakit leukemia yang sedang dialaminya. Apakah ada perubahan gambaran peran dan
fungsinya terhadap penyakit yang dialaminya sekarang. Kemudian tanyakan bagaimana
cara keluarga memberikan dukungan ketika pasien dengan keadaannya sekarang.
2. Pemeriksaan fisik
1. Keadaan umum

11
Keadaan umum pada penderita leukemia tampak lemah, kesadaran bersifat
komposmentis selama belum terjadi komplikasi.
2. Tanda-tanda vital
Tekanan darah: tidak normal (TD normal 120/80 mmhg)
Nadi :
Suhu : meningkat jika terjadi infeksi
RR : Dipsneu, takipneu
3. Pemeriksaan B1-B6
a. B1 (Breath) :
RR 37/menit, sesak nafas, menggunakan otot bantu pernapasan yaitu otot
sternokleidomastoid
b. B2 (Blood) :
TD 80/50 mmhg, CRT>3 detik, akral dingin, HR 80/menit, H 6,7 gr/dl, leukosit
70.500 ml3, trombosit 44.000 ml3
c. B3 (Brain) :
Sakit kepala
d. B4 (Bladder) :
Apakah ada masalah dalam pengeluaran urine. Mengkaji apakah menggunakan alat
bantu untuk berkemih
e. B5 (Bowel) :
BB turun, mual, muntah, pembesaran limfa, pembesaran hati
f. B6 (Bone) :
Nyeri tulang dan sendi
3. Pemeriksaan diagnostic
1. Pemeriksaan diagnostik Leukemia Limfoblastik Akut (ALL)
Hitung darah lengkap dan diferensiasinya adalah indikasi utama bahwa leukemia
tersebut mungkin timbul. Semua jenis leukemia tersebut didagnosis dengan aspirasi dan
biopsi sumsum tulang. Contoh ini biasanya di dapat dari tulang iliaka dengan pemberian
anestesi local dan dapat juga diambil dari tulang sternum (Gale,2000 : 185)
Pada leukemia akut sering dijumpai kelainan laboratorik seperti:
a. Darah tepi
1) Dijumpai anemia normokromik-nomositer, anemia sering berat dan timbul cepat.
2) Trombositopenia, sering sangat berat di bawah 10 x 106/1
3) Leukosit meningkat, tetapi dapat juga normal atau menurun

12
4) Menunjukkan adanya sel muda (mieloblast, promielosit, limfoblast, monoblast,
erythroblast atau megakariosit) yang melebihi 5% dari sel berinti pada darah tepi
b. Sumsum tulang
Merupakan pemeriksaan yang bersifat diagnostik. Ditemukan banyak sekali sel
primitif. Sumsum tulang kadang-kadang mengaloblastik, dapat sukar untuk
membedakannya dengan anemia aplastic. Hiperseluler, hampir semua sel sumsum
tulang diganti sel leukemia (blast), tampak monoton oleh sel blast, dengan adanya
leukomic gap (terdapat perbahan tiba-tiba dari sel muda (blast) ke sel yang matang,
tanpa sel antara). System hemopesis normal mengalami depresi. Jumlah blast minimal
30% dari sel berinti dalam sumsum tulang (dalam hitung 500 sel pada apusan sumsum
tulang).
c. Pemeriksaan sitogenetik
Pemeriksaan kromosom merupakan pemeriksaan yang sangat diperlukan dalam
diagnosis leukemia karena kelainan kelainan kromosom dapat dihubungkan dengan
prognosis.
d. Pemeriksaan immunophenotyping
Pemeriksaan ini menjadi sangat penting untuk menentukan klasifikasi imunologik
leukemia akut. Pemeriksaan ini dikerjakan untuk pemeriksaan surface marker guna
membedakan jenis leukemia.
2. Pemeriksaan diagnostik pada Kronik Leukemia Myeloblast (CML)
a. Darah tepi
1) Leukositosis biasanya berjumlah >50 x 109/L dan kadang-kadang >500 x 109/L.
2) Meningkatnya jumlah basofil dalam darah
3) Apusan darah tepi : menunjukkan spectrum lengkap seri granulosit mulai dari
mioloblast sampai netrofil, dengan komponen paling menonjol ialah segmen netrofil
dan mielosit. Stub, metamielosit, promielosit dan mieloblast juga dijumpai. Sel blast
kurang dari 5%
4) Trombosit bisa meningkat, normal, atau menurun. Pada fase awal lebih sering
meningkat
5) Fosfatase alkali netrofil (neutrophil alkaline phosphatase (NAP) score) selalu
rendah
b. Sumsum tulang
Hiperseluler dengan system granulosit dominan. Gambarannya mirip dengan
apusan darah tepi. Menunjukkan spectrum lengkap seri nyeloid, dengan komponen

13
paling banyak ialah netrofil dan mielosit. Sel blast kurang dari 30%. Megakariosit pada
fase kronik normal atau meningkat.
4. Analisa data
No. Data Etiologi Masalah
DS: mengeluh nyeri leukemia Nyeri akut
DO:
- Tampak meringis gangguan pembentukan
- Bersikap protektif leukosit
(waspada)
- Gelisah leukosit
- Frekuensi nadi
meningkat Nyeri akut
- Sulit tidur
2 DS : gangguan pembentukan Hipovolemia
- Merasa lemah leukosit
- Mengeluh haus
DO : leukopeni
- Nadi teraba
lemah daya tahan tubuh turun
- Tekanan darah
menurun mual, muntah, diare,
- Berat badan turun perdarahan
tiba-tiba
- Tugor kulit turun hipovolemia
- Membrane
mukosa kerin
3 DS: Penekanan BM, Gangguan
gangguan pembentukan
- Mengeluh sulit mobilitas fisik
komponen darah
menggerakkan
ekstermitas Anemia
- Nyeri saat
bergerak Lemah, nafsu makan
- Enggan turun, pusing
melakukan
pergerakan Gangguan mobilitas fisik
- Merasa cemas

14
saat bergerak
DO:
- Kekuatan otot
menurun
- Rentang gerak
(ROM) menurun
- Gerakan terbatas
- Fisik lemah

B. Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan agen pencedera fisiologis (neoplasma) (D.0077).
2. Hipovolemi berhubungan dengan kehilangan cairan aktif (D.0023).
3. Gangguan mobilitas fisik berhubungan dengan perubahan metabilisme (D.0054).
C. Intervensi
No Diagnosa Tujuan Intervensi
.
1. Nyeri akut berhubungan Keluhan nyeri menurun, Observasi
dengan agen pencedera meringis menurun, sikap  Identifikasi skala
fisiologis (neoplasma) protektif menurun, nyeri
(D.0077). kesulitan tidur menurun,  Identifikasi
frekuensi nadi membaik. respons nyeri non
(L.08066) verbal
 Identifikasi
pengetahuan dan
keyakinan tentang
nyeri
 Identifikasi
pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
 Monitor efek
samping
penggunaan
analgetik
Terapeutik
 Berikan teknik non
15
farmokogis untuk
mengurangi rasa
nyeri (kompres
hangat/dingin)
 Control ruangan
yang memperberat
rasa nyeri (suhu
ruangan)
 Fasilitasi istirahat
dan tidur
 Pertimbangkan
jenis dan sumber
nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
 Jelaskan penyebab,
periode, dan
pemicu nyeri
 Jelaskan strategi
nyeri
 Anjurkan
memonitor nyeri
secara mandiri
 Anjurkan
menggunakan
analgetik secara
tepat
 Anjurkan teknik
nonfarmakologi
untuk mengurangi
nyeri
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian

16
analgetik, jika
perlu
(I.08238)
2. Hipovolemi Kekuatan nadi meningkat, Observasi
berhubungan dengan tugor kulit meningkat,  Periksa tanda dan
kehilangan cairan aktif frekuensi nadi membaik, gejala hipovolemia
(D.0023). tekanan darah membaik (nadi teraba lemah,
(L.03028) tekanan darah
menurun)
 Monitor intake dan
output cairan
Terapeutik
 Hitung kebutuhan
cairan
 Berikan asupan
cairan oral
Edukasi
 Anjurkan
memperbanyak
asupan cairan oral
Kolaborasi
 Kolaborasi
pemberian cairan
IV isotonis (NaCL)
 Kolaborasi
pemberian produk
darah
 (I.03116)
3. Gangguan mobilitas Pergerakan ekstermitas Observasi
fisik berhubungan meningkat, kekuatan otot  Identifikasi adanya
dengan perubahan meningkat, rentang gerak nyeri atau keluhan
metabilisme (D.0054). (ROM) meningkat. fisik lainnya
(L.05042)  Identifikasi
toleransi fisik
melakukan
ambulansi
17
 Monitor kondisi
umum selama
melakukan
ambulansi
Terapeutik
 Fasilitasi aktivitas
ambulansi dengan
alat bantu
(tongkat)
 Fasilitasi
melakukan
mobilisasi fisik,
jika perlu
 Libatkan keluarga
untuk membantu
pasien dalam
meningkatkan
ambulansi
Edukasi
 Jelaskan tujuan
dan prosedur
ambulansi
 Anjurkan
melakukan
ambulansi dini
 Ajarkan ambulansi
sederhana yang
harus dilakukan
(berjalan dari
tempat tidur ke
kamar mandi)
(I.06171)

D. Implementasi

18
Pelaksanaan perencanaan atau intervensi keperawatan yang sesuai standart operasional yang
ada. Yang mana tindakan ini berkaitan dengan tanggung jawab dan tanggung gugat.
E. Evaluasi
Penilaian akhir dari asuhan keperawatan terutama pada intervensi dan implementasi
keperawatan. Hal yang dievaluasi sesuai dengan format SOAP (Subjektif, Objektif, Assassment,
dan Planning).

19
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Leukemia berasal dari bahasa yunani yaitu leukos yang berarti putih dan haima yang berarti
darah. Jadi leukemia dapat diartikan sebagai suatu penyakit yang disebabkan oleh sel darah putih.
Proses terjadinya leukemia adalah ketika seldarah yang bersifat kanker membelah secara tak
terkontrol dan mengganggupembelahan sel darah normal.
Leukemia ada 4 jenis berdasarkan asal dan kecepatan perkembangan selkanker yaitu
Leukemia Mieloblastik Akut (LMA), Leukemia Mielositik Kronik (LMK), Leukemia Limfoblastik
Akut (LLA), dan Leukemia Limfositik Kronik (LLK) (Medicastore, 2009).
Gejala – gejala yang dirasakan antara lain anemia,wajah pucat, sesak nafas, pendarahan gusi,
mimisan, mudah memar, penurunanberat badan, nyeri tulang dan nyeri sendi.
Di Indonesia kasus leukemia sebanyak ± 7000 kasus/tahun dengan angkakematian mencapai 83,6 %
(Herningtyas, 2004). Data dari International Cancer Parent Organization (ICPO) menunjukkan
bahwa dari setiap 1 juta anak terdapat120 anak yang mengidap kanker dan 60 % diantaranya
disebabkan oleh leukemia(Sindo, 2007). Data dari WHO menunjukkan bahwa angka kematian di
AmerikaSerikat karena leukemia meningkat 2 kali lipat sejak tahun 1971 (Katrin, 1997).Di
Amerika Serikat setiap 4 menitnya seseorang terdiagnosa menderita leukemia.Pada akhir tahun
2009 diperkirakan 53.240 orang akan meninggal dikarenakan leukemia (TLLS, 2009).
Kemoterapi merupakan jenis pengobatan yang menggunakan obat - obatan
untuk membunuh sel - sel leukemia, tetapi juga berdampak buruk karena membunuh sel- sel normal
pada bagian tubuh yang sehat.
B. Saran
Sebaiknya, para perawat memahami bagaimana asuhan keperawatan pada anak dengan
leukimia. Serta dapat menguasai dan menerapkan implementasi yang benar dan baik. Dan terus
mengembangkan dalam tindakan nyata pada kehidupan di masyarakat, seperti pada tenaga
kesehatan dalam memberikan pelayanan kesehatan.
Diharapkan makalah ini dapat digunakan sebagai acuan tambahan pembelajaran bagi ilmu
keperawatan.

20
DAFTAR PUSTAKA

Behrman, Kliegman, Arvin. 2000. Ilmu Kesehatan Anak. EGC

Ngastiyah. 1997. Perawatan Anak Sakit. EGC

Nursalam, dkk. 2005. Asuhan Keperawatan Bayi dan Anak. Salemba Merdeka.

http://catatanperawat.byethost15.com/asuhan-keperawatan/asuhan-keperawatan-anak-
leukimia/Diposkan oleh Abdul Aziz di akses pada tanggal 7 November 2016

http://bantarmerak64.com/2013/04/asuhan-keperawatan-leukemia-pada-anak.htmldiakses pada 6
November 2016

21

Anda mungkin juga menyukai