Anda di halaman 1dari 17

SATUAN ACARA PENYULUHAN

KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA TENTANG INFEKSI MENULAR


SEKSUAL

Disusun Oleh :
Kelompok 21
1. Alex Dwi Prasela (SN201085)
2. Dedek May Elawati (SN201105)
3. Merlina Lowen (SN201169)
4. Putri Tiara Elsaby (SN201254)
5. Siti Ning Intan Lestari (SN201209)
6. Vika Septia Nur Annisa (SN201226)
7. Wibi Tetuko (SN201231)

PROGRAM STUDI PROFESI NERS PROGRAM PROFESI


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
TAHUN AKADEMIK 2020 / 2021
SATUAN ACARA PENYULUHAN
KESEHATAN REPRODUKSI REMAJA DAN WANITA USIA SUBUR

A. PENDAHULUAN
Infeksi Menular Seksual (IMS) adalah penyakit infeksi yang penularannya
terutama melalui hubungan seksual. Infeksi Menular Seksual (IMS) sampai
saat ini masih merupakan masalah kesehatan masyarakat di seluruh dunia, baik
di negara maju (industri) maupun di negara berkembang. World Health
Organization memperkirakan terdapat lebih dari 340 juta kasus baru dari IMS
yang dapat diobati seperti sifilis, gonorrhea, klamidia trakomatis dan
trikomonas vaginalis yang terjadi setiap tahun di dunia, terutama pada pria dan
wanita berusia 15- 49 tahun. Berdasarkan data dari CDC pada tahun 2012 lebih
dari 2,8 juta kasus Chlamydia dan lebih dari 700.000 kasus gonorrhea yang
terjadi pada remaja di Amerika Serikat.7 Berdasarkan Survei Demografi dan
Kesehatan Indonesia, pengetahuan remaja (pria dan wanita umur 15-24 tahun)
tentang IMS masih rendah dimana 35% wanita dan 19% pria mengetahui
gonorrhea, 14% wanita dan 4% pria mengetahui genital herpes, sedangkan
pengetahuan mengenai condylomata, chancroid, chlamydia, candida, dan jenis
IMS lain tergolong sangat rendah (dibawah 1%). Berdasarkan hasil Survei
Kesehatan Reproduksi Remaja Indonesia (SKRRI), 7 dari 10 pria dan wanita
(masing-masing 72%) tidak memiliki pengetahuan tentang gejala IMS.
Pengetahuan tentang gejala IMS lebih rendah pada wanita dan pria yang lebih
muda (Kora, 2016).
Hubungan seks pertama kali yang terlalu muda akan meningkatkan risiko
terinfeksi IMS. Perilaku remaja yang rentan terhadap IMS meliputi: terlalu dini
melakukan hubungan seks, tidak konsisten memakai kondom, melakukan
aktifitas seks tanpa perlindungan, berhubungan seks dengan pasangan yang
beresiko atau berganti-ganti pasangan. Hasil survei SDKI kesehatan reproduksi
remaja/ KRR menunjukkan bahwa sekitar 9,3% atau sekitar 3,7 juta remaja
menyatakan pernah melakukan hubungan seksual pranikah, sedangkan hasil
SKRRI 2007 hanya sekitar 7% atau sekitar 3 juta remaja. Data ini
menunjukkan bahwa selama periode tahun 2007 sampai 2012 terjadi
peningkatan kasus remaja yang pernah melakukan hubungan seksual sebanyak
2,3% (Kora, 2016).
Remaja menghadapi tantangan dalam mengakses layanan kesehatan
reproduksi dan seksual. Minimnya akses terhadap layanan tersebut membuat
sebagian remaja terlibat dalam perilaku kesehatan reproduksi dan seksual yang
tidak sehat. Secara global, ada dorongan untuk menemukan cara-cara inovatif
untuk meningkatkan akses ke layanan kesehatan seksual dan reproduksi.
Dengan meningkatnya partisipasi remaja di sekolah, ini memberikan
kesempatan untuk mencari cara menggunakan lingkungan sekolah untuk
meningkatkan akses ke layanan kesehatan seksual dan reproduksi (Tabong, dkk
, 2018).

B. TUJUAN
1. Tujuan Umum
Setelah mengikuti penyuluhan, remaja dapat mengetahui kesehatan
reproduksi tentang infeksi menular seksual
2. Tujuan Khusus
Setelah diberikan pendidikan kesehatan remaja mampu :
 Menyebutkan definisi infeksi menular seksual
 Menyebutkan jenis-jenis infeksi menular seksual
 Menyebutkan komplikasi infeksi menular seksual
 Menyebutkan ruang lingkup kesehatan reproduksi
 Menyebutkan masalah kesehatan reproduksi

C. RANCANGAN KEGIATAN
1. Topik
Kesehatan Reproduksi
2. Metode pelaksanaan
a. Ceramah
b. Tanya jawab
3. Sasaran
Remaja usia 15-24 tahun
4. Waktu dan tempat
Waktu : Sabtu, 23 Januari 2021
Tempat : Mojosongo
5. Jumlah peserta
Jumlah peserta 4 orang
6. Media dan alat bantu
Sistem android
7. Setting tempat

Audience Fasilitator Audience Fasilitator

Adience Fasilitator Audience Fasilitator

Moderator Penyaji Observer

8. Susunan acara

NO. WAKTU KEGIATAN PENYULUH KEGIATAN PESERTA

1. 2 menit Pembukaan :
 Membuka kegiatan dengan  Menjawab salam
mengucapkan salam.
 Memperkenalkan diri  Mendengarkan
 Menjelaskan tujuan dari  Memperhatikan
penyuluhan
 Kontrak waktu  Memperhatikan
 Menyebutkan materi yang  Memperhatikan
akan diberikan
2. 15 menit Pelaksanaan :
 Menjelaskan definisi infeksi  Memperhatikan
menular seksual
 Menjelaskan jenis-jenis  Memperhatikan
infeksi menular seksual
 Menjelaskan komplikasi  Memperhatikan
infeksi menular seksual
 Menjelaskan faktor resiko
kejadian infeksi menular  Memperhatikan
seksual
 Menjelaskan dampak infeksi  Memperhatikan
menular seksual
 Memberikan kesempatan  Bertanya
untuk bertanya.
3. 3 menit Penutup
 Evaluasi dan menyimpulkan  Memperhatikan
materi  Mengucapkan terima kasih
 Memberi reinforcement  Menjawab salam
 Mengucapkan salam

9. Pembagian tugas
Moderator : Wibi Tetuko
Penyaji : Alex Dwi Prasela
Fasilitator : Siti Ning Intan
Vika Septia Nur Annisa
Dedek May Elawati
Putri Tiara Elsaby
Observer : Merlina Lowen

D. KRITERIA EVALUASI
1. Evaluasi struktur
a. Menyiapkan materi SAP dua hari sebelum penyuluhan
b. Menyiapkan tempat
c. Menyiapkan media satu hari sebelum penyuluhan
2. Evaluasi proses
a. Penyampaian materi dimulai sesuai jadwal yang sudah ditentukan
b. Peserta mengikuti persentasi dari awal sampai akhir
c. Penyaji menyampaikan penkes dengan tepat dan mudah dipahami oleh
peserta
d. Media powerpoint berbasis android digunakan secara efektif
e. Peserta memberikan respon melalui pertanyaan secara aktif
f. Masing-masing petugas berperan sesuai tugasnya
3. Evaluasi hasil
a. Melihat dan menilai kemampuan peserta dalam mencapai tujuan
b. Menentukan apakah tujuan keperawatan telah tercapai atau belum

E. LAMPIRAN MATERI
1. Definisi Infeksi Menular Seksual
Infeksi menular seksual adalah infeksi yang ditularkan dari satu orang ke
orang lainnya melalui hubungan seksual (Gross & Trying, 2011). Meskipun
demikian tidak berarti bahwa semuanya harus melalui hubungan kelamin,
tetapi ada juga yang ditularkan melalui kontak langsung dengan alat-alat,
handuk, termometer dan sebagainya. Selain itu penyakit ini juga dapat
ditularkan kepada bayi dalam kandungan (Djuana, 2011).
2. Jenis-Jenis Infeksi Menular Seksual
Jenis-jenis infeksi menular seksual diantaranya:
a. Gonorrhea
Gonore mencakup semua penyakit yang disebabkan oleh Neisseria
gonorrhoeae. Tanda-tanda penyakitnya adalah nyeri, merah, bengkak
dan bernanah. Gejala pada laki-laki adalah rasa sakit pada saat kencing,
keluarnya nanah kental kuning kehijauan, ujung penis tampak merah
dan agak bengkak. Pada perempuan, 60% kasus tidak menunjukkan
gejala. Namun ada juga rasa sakit pada saat kencing dan terdapat
keputihan kental berwarna kekuningan. Akibat penyakit GO, pada laki-
laki dan perempuan, seringkali berupa kemandulan. Pada perempuan
bisa juga terjadi radang panggul, dan dapat diturunkan kepada bayi
yang baru lahir berupa infeksi pada mata yang dapat menyebabkan
kebutaan (Daili et al., 2011).

Gambar Gonore
b. Infeksi Chlamidia
Xhlamydia tranchomatis adalah mikroorganisme interseluler obligat
dengan dinding sel yang menyerupai bakteri gram negatif. Pada
perempuan, gejalanya bisa berupa keluarnya cairan dari alat kelamin
atau keputihan encer berwarna putih kekuningan, rasa nyeri di rongga
panggul, perdarahan setelah hubungan seksual. Pada laki-laki gejalanya
adalah rasa nyeri saat kencing, keluar cairan bening dari saluran
kencing, bila ada infeksi lebih lanjut, cairan semakin sering keluar dan
bercampur darah. Akibat terkena Klamidia pada perempuan adalah
cacatnya saluran telur dan kemandulan, radang saluran kencing,
robeknya saluran ketuban sehingga terjadi kelahiran bayi sebelum
waktunya (prematur). Sementara pada laki-laki akibatnya adalah
rusaknya saluran air mani dan mengakibatkan kemandulan, serta radang
saluran kencing. Pada bayi, 60% - 70% terkena penyakit mata atau
saluran pernafasan (pneumonia) (Handsfiels, 2011).

Gambar Klamidia
c. Sifilis
Sifilis merupakan penyakit yang disebabkan oleh srirokaeta treponema
paliidum, merupakan penyakit kronik dan bersifat sistemiik, selama
perjalanan penyakit dapat menyerang seluruh organ tubuh, ada masa
laten tanpa manifestasu lesi di tubuh dan dapat ditularkan kepada bayi
di dalam kandungan. Periode inkubasi sifilis biasanya 3 minggu. Fase
sifilis primer ditandai dengan munculnya tukak baik tunggal maupun
multipel. Lesi awal biasanya berupa papul yang mengalami erosi, teraba
keras dan terdapat indurasi. Sepertiga dari kasus yang tidak terobati
mengalami stadium generalisata (skunder). Timbul ruam makulo
papuler pada telapak tangan dan telapak kaki diikuti dengan
limfadenopati.
Gambar sifilis
d. Kandidiasis
Kandidiasis adalah infeksi yeast yang disebabkan oleh jamur Candida
albicans. Candida albicans merupakan bakteri yang umum terdapat
pada vagina. Pertumbuhan yang berlebihan dapat menimbulkan gejala
peradangan, gatal, dan perih di daerah kemaluan. Juga terdapat
keluarnya cairan vagina yang menyerupai bubur. Kandidiasis dapat
ditularkan secara seksual seperti bola pingpong antara pasangan seks,
sehingga dua pasangan harus diobati secara simultan. Kandidiasis pada
pria biasanya berupa kemerahan dan iritasi pada glans di bawah
oreputium pada yang tida disirkumsisi. Disertai rasa gatal ringan
sampai rasa panas hebat (Daili et al., 2011).

Gambar Kandidiasis
e. Ulkus Mole
Ulkus mole atau yang sering disebut chancroid (chancre lunak),
disebankan kuman batang gram negatif dengan gejala klinis berupa
ulkus pada tempat masuk dan seringkali disertai supurasi kelenjar getah
bening regional. Infeksi pada wanita dimulai dengan lesi papula, serviks
atau vagina 3-5 hati setelah terpapar.

Gambar Ulkus mole


f. Herpes Genitalis
Herpes Genitalis adalah infeksi genital yang disebabkan oleh herpes
simplex virus. Keluhan biasanya di daerah lesi beberapa jam sebelum 7
timbulnya lesi setelah muncul lesi dapat disertai gejala seperti malaise,
demam, dan nyeri otot. Lesi yang timbul berbentuk vesikel yang
berkelompk dengan dasar eritem.

Gambar Herpes genital


g. Infeksi HIV & AIDS
AIDS (Acquired immunodeficiency syndrome) adalah sindrom dengan
gejala penyakit infeksi oportunistik atau kanker tertentu akibat
menurunnya sistem kekebalan tubuh oleh inveksi HIV (Human
immunodeficiency virus) baik tipe 1 atau tipe 2. HIV ditularkan melalui
darah, semen dan sekret vagina baik melalui hubungan seksual atau
cara transmisi lainnya.

Gambar infeksi HIV & AIDS


h. Trichomoniasis
Trichomoniasis atau trich adalah suatu infeksi vagina yang disebabkan
oleh suatu protozoa yang disebut Trichomonas vaginalis. Trichomoniasi
hampir semuanya ditularkan secara seksual. Penyakit ini sering
menyerang pada traktur urogenitalis bagian bawah pada wanita maupun
pria. Terdapat perasaan gatal dan terbakar di daerah kemaluan, disertai
dengan perasaan tidak enak di bawah perut. Sewaktu bersetubuh atau
kencing sering terasa agak nyeri di vagina.

Gambar Trichomoniasis
3. Komplikasi Infeksi Menular Seksual
Komplikasi dari infeksi menular seksual adalah (Handsfield, 2011) :
a. Acquired immunodeficiency syndromes (AIDS)
b. Pelvic inflammatory disease
c. Infertilitas pada wanita dan kehamilan ektopik
d. Infeksi fetus dan neonatus: konjungtivitas, pneumonia, infeksi faring,
encalafilitis, defisit neurologis, penurunan fungsi kognitif,
imunidefisiensi
e. Komplikasi pada kehamilan dan kelahiran : aborsi spontan, kelahiran
prematur, choriomnionitis, pospartum endometritis
f. Neoplasia : displasia dan karnisoma serviks, kaposi sarkoma,
hepatocellular karsinoma
g. Infeksi Human papillomavirus dan genital warts
h. Genital ulcer – inguinal lymphadenopathy
i. Infeksi saluran kemih bawah pada wanita: servicitis, urethritis, infeksi
vaginal
j. Urethritis pada laki-laki
k. Hepatitis viral
l. Neurosyphilis dan sifilis tersier
m. Epididymitis
n. Infeksi gastrointestinal: prosititis, enteritis, kolitis
o. Arthritis akut
4. Faktor Resiko Kejadian Infeksi Menular Seksual
Menurut Widyastuti (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian
infeksi menular seksual yaitu :
a. Penyebab penyakit (agent)
Penyakit menular seksual sangat bervariasi penyebabnya dapat berupa
virus, parasit, bakteri, protozoa.
b. Tuan (host)
Beberapa faktor yang terdapat pada host berperan pada perbedaan
insiden penyakit menular adalah :
1) Umur
Umur merupakan salah satu variabel yang penting dalam
mempengaruhi aktivitas seksual seseorang, pada orang yang lebih
dewasa memiliki pertimbangan lebih banyak dibandingkan dengan
orang yang belum dewasa (Afriana, 2012). Pada remaja atau
seseorang yang masih muda, sel-sel organ reproduksi belum matang
sehingga semakin mudah untuk terkena IMS.
2) Jenis kelamin
Jenis kelamin, menunjukkan bahwa baik laki-laki maupun
perempuan mempunyai resiko untuk terkena IMS. Hasil penelitian
ini mendapatkan bahwa penderita gonore lebih banyak laki-laki
(33%) dibandingkan perempuan (25,%), tetapi kondiloma (65,1%)
dan bartolinitis (9,3%) lebih banyak perempuan, sedangkan
penderita sifilis (4,0%) semuanya laki-laki (Tuntun, 2018).
3) Pilihan dalam hubungan seksual
Ada 3 faktor yang mempengaruhi perilaku seseorang yaitu faktor
predisposisi, faktor-faktor pendukung dan faktor pendorong. Faktor
predisposisi adalah yang memudahkan terjadinya perilaku antara lain
pengetahuan individu, sikap, kepercayaan, keyakinan, nilai-nilai
pandangan dan persepsi, tradisi, norma sosial, pendapatan,
pendidikan, umur, dan status sosial. Faktor pendukung adalah faktor
yang memungkinkan terjadinya perilaku antara lain adanya
ketrampilam dan sumber daya seperti fasilitas, personal, dan
pelayanan kesehatan serta memudahkan individu untuk
mencapainya. Faktor pendorong adalah faktor yang menguatkan
seseorang untuk melakukan perilaku tersebut, diantaranya sikap dan
perilaku petugas kesehatan serta dorongan yang berasal dari
masyarakat.
4) Status perkawinan
Insiden IMS lebih tinggi pada orang yang belum kawin, bercerai atau
orang yang terpisah dari keluarganya bila dibandingkan dengan
orang yang sudah kawin karena pemenuhan kebutuhan seksualnya
terpenuhi.
5) Pemakaian kondom
Kondom merupakan selubung/ sarung karet yang dapat terbuat dari
berbagai bahan diantaranya lateks (karet), plastik (vinil), atau bahan
alami (produksi hewani) yang dipasang pada penis saat hubungan
seksual yang berfungsi untuk mencegah kehamilan maupun
penularan IMS HIV (Afriana, 2012).
c. Faktor Lingkungan
1) Faktor demografi
a) Faktor Demografi
Bertambahnya jumlah penduduk dan pemukiman yang padat
b) Perpindahan populasi yang menambah migrasi dan mobilisasi
penduduk, hiburan, perdangangan dan lain-lain
c) Meningkatnya protistusi dan homoseksual
d) Remaja lebih cepat matang di bidang seksual yang ingin lebih
cepat mendapatkan kepuasan seksual
2) Faktor sosial ekonomi
Sosial adalah sesuatu yang mengenai masyarakat, sedangkan
ekonomi adalah segala usaha manusia dalam memenuhi
kebutuhannya guna mencukupi kemakmuran hidupnya.
5. Dampak Infeksi Menular Seksual
a. Dampak secara fisik, yaitu :
1) Bekas bisul atau nanah di daerah alat kelamin dapat mengganggu
kualitas hubungan seksual di kemudian hari karena menimbulkan
nyeri dan tidak nyaman waktu berhubungan seks.
2) Nyeri waktu BAK karena peradangan mengenai saluran kemih
3) Gejala neurologi/ gangguan syaraf (stadium lanjut sifilis)
4) Lebih mudah terinfeksi HIV
5) Kemandulan dikarenakan perlengketan saluran reproduksi dan
gangguan produksi soerma (pada laki-laki)
b. Dampak secara psikologis, meliputi
1) Malu dan takut sehingga tidak mau berobat yang akan memperberat
penyakit atau bahkan akan mengobati dengan jenis dan dosis yang
tidak tepat yang justru akan memperberat penyakit disampig terjadi
resistensi obat,
2) Gangguan hubungan seks setelah menikah karena takut tertular atau
takut menularkan penyakit pada pasangannya.
3) Rendah diri

F. Daftar Pustaka

Afriana, N., 2012. Faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian infeksi


gonore pada wanita penjaja seks komersial di 16 Kabupaten/Kota
Indonesia. Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia

Daili, S.F., Makes, W. I. B., & Zubier, F. 2011. Infeksi Menular Seksual.
Jakarta: Badan Penerbit FKUI.

Djuanda, A. 2011. Ilmu Penyakit Kulit dan kelamin. Jakarta: Fakultas


Kedokteran Universitas Indonesia.

Gross, G., & Trying, S. K. 2011. 2011. Sexually Transmitted Infection and
Sexually Transmitted Disease. Berlin: Springer.

Handsfield, H. H. 2011. Color Atlas & Synopsis of Sexually Transmittes


Disease (3rd ed). McGraw-Hill.

Kora, F. 2016. Pengetahuan tentang infeksi menular seksual dengan perilaku


seksual tidak aman pada remaja putri maluku tenggara barat di daerah
istimewa yogyakarta. Jurnal Kesehatan Reproduksi, Vol. 3, No.1
Tabong, dkk. 2018. Acceptability and stakeholders perspectives on feasibility
of using trained psychologists and health workers to deliver school-based
sexual and reproductive health services to adolescents in urban Accra,
Ghana. Reproductive Health 2018 15:122
Tuntun, M. Faktor Resiko Penyakit Infeksi Menular Seksual (IMS). Jurnal
Kesehatan Volume 9, Nomor 3
Widyastuti, Y., dkk. 2009. Kesehatan Reproduksi. Yogyakarta: Fitrimaya.

Anda mungkin juga menyukai